Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xxiii
Menurut Nybakken 1992, hlm: 41, Zooplankton ditinjau dari sudut ekologi, hanya satu golongan zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu subkelas
Copepoda kelas Crustacea, filum Arthropoda. Kopepoda ialah krustasea holoplanktonik berukuran kecil yang mendominasi zooplankton di semua laut dan
samudera. Meskipun jumlah jenis dan kepadatannya lebih rendah daripada fitoplankton, mereka membentuk kelompok yang lebih beraneka-ragam. Setidak-
tidaknya ada sembilan filum yang mewakili kelompok zooplankton ini dari yang sangat kecil sampai yang garis tengahnya lebih dari 1 m. Sebagian hidup sebagai
meroplankton dan sebagian lagi holoplankton. Hampir semua hewan laut menghabiskan daur hidupnya dalam bentuk plankton.
2.4. Faktor-faktor Fisik Kimia yang Mempengaruhi Plankton
Menurut Nybakken 1992, hlm: 45, sifat fisik kimia perairan sangat penting dalam ekologi. Oleh karena itu selain melakukan pengamatan terhadap faktor biotik, seperti
plankton, perlu juga dilakukan pengamatan faktor-faktor abiotik fisik-kimia perairan, karena antara faktor abiotik dan biotik saling ketergantungan antara
organisme dengan faktor abiotiknya maka akan diperoleh gambaran tentang kualitas suatu perairan Barus, 1996, hlm: 24.
2.4.1. Suhu.
Dalam setiap penelitian dalam ekosistem aquatik, pengukuran temperatur air merupakan hal yang mutlak dilakukan. Hal ini disebabkan karena kelarutan berbagai
gas didalam air serta semua aktivitas biologis-fisiologis di dalam ekosistem aquatik sangat dipengaruhi oleh temperatur. Menurut Hukum Van’t Hoffs kenaikan temperatur
sebesar 10
o
C hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir akan meningkatkan aktivitas fisiologis misalnya respirasi dari organisme sebesar 2-3 kali lipat. Pola
temperatur ekosistem aquatik dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya dan juga oleh
faktor kanopi penutupan oleh vegetasi dari pepohonan yang tumbuh ditepi Brehm Maijering, 1990 dalam Barus, 2005, hal: 44.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xxiv
Menurut Hutapea 1990, dalam Azwar, 2001, hlm: 50, menyatakan bahwa perbedaan suhu pada suatu perairan dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni 1 Variasi
jumlah panas yang diserap, 2 pengaruh konduksi panas, 3 pertukaran tempat massa air secara lateral oleh arus dan 4 pertukaran air secara vertikal.
2.4.2. Dissolved Oxygen DO
Disolved Oxygen DO merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan,
terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme- organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor
suhu. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat di dalam air terdapat pada suhu 0
o
C, yaitu sebesar 14,16 mgl O
2
. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air. Dengan peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi
oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut Barus, 2001, hlm: 43.
Menurut Sastrawijaya 1991, hlm: 87, kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mgl serta selebihnya tergantung pada
ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur air dan sebagainya. Menurut Suriawiria 2005, hlm: 47, Indikator alami untuk badan air yang
kotor kandungan oksigen terlarut DO pada daerah yang bersih atau jernih bernilai tinggi misalnya lebih dari 4 mgl sedang pada daerah yang kotor sangat rendah
dibawah 1 mgl
2.4.3. Biochemical Oxygen Demand BOD