pH Dissolved Oxygen DO BOD

Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009. adanya masukan zat-zat terlarut ke badan perairan sehingga dapat menurunkan nilai penetrasi cahaya, juga disebabkan oleh kondisi vegetasi pada daerah tepi sungai yang terbatas, juga adanya aktivitas manusia yang cukup tinggi di stasiun ini. Menurut Barus, 2001, hlm: 43, terjadinya penurunan nilai penetrasi cahaya disebabkan oleh kurangnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke badan perairan, adanya kekeruhan oleh zat-zat terlarut, dan kepadatan plankton di suatu perairan, menyebabkan penetrasi cahaya pada bagian hulu suatu ekosistem sungai pada umumnya lebih tinggi dibading dengan bagian hilir. Fardiaz 1992 dalam Sastrawijaya 1991, hlm: 99, menyatakan bahwa cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika kosentrasi bahan tersuspensi atau terlarut tinggi, maka akibatnya akan sangat mempengaruhi suatu proses fotosintesis di dalam sungai tersebut.

c. Kecepatan Arus

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dialiran sungai Lau Sitelu Desa Namorambe, Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat bahwa kecepatan arus pada keempat stasiun pengamatan berkisar antara 0,8-1,4 mdet. Kecepatan arus yang lebih tinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 1,4 mdet. Sedangkan paling rendah terdapat pada stasiun II dan III sebesar 0,66 mdet. Adanya perbedaan arus sungai ini karena sungai tersebut mempunyai kemiringan ataupun ketinggian yang berbeda dimana stasiun I lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga stasiun lainnya. Menurut Michael, 1994, hlm: 136-137 dan Nybakken, 1992, hlm: 9, kecepatan arus yang tinggi dapat menyebabkan plankton dapat terkumpul pada suatu tempat tertentu yaitu pada perairan yang tenang, hal ini dapat terjadi karena plankton tidak memiliki alat gerak dan kalaupun ada tidak mampu melawan gerakan arus air. Menurut Whitten et al 1998, hlm: 218 kecepatan arus air bertambah dari hulu ke hilir, karena jumlah air akan bertambah dan hambatan berkurang karena sungai lebih dalam dan dasarnya tediri dari bahan-bahan yang halus.

d. pH

Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di aliran Sungai Lau Sitelu hasil pengukuran pH pada keempat stasiun pengamatan didapatkan nilai pH yang tertinggi dengan nilai sebesar 7,6 pada stasiun II sedangkan pH yang terendah terdapat pada stasiun III dan IV dengan nilai sebesar 7,4 yang memiliki nilai yang sama. Kisaran pH yang berbeda - beda pada setiap stasiun akan tergantung dari kondisi perairan pada masing-masing stasiun pengamatan. Menurut Michael 1999, Hawkes 1997 dalam Sinambela 1994, hlm: 29, menyatakan kehidupan di dalam air masih dapat bertahan bila perairan mempunyai kisaran pH 5-9. Adanya kandungan kapur yang tinggi akan dapat menyebabkan peningkatan nilai pH yang signifikan di suatu ekosistem perairan, dimana umumnya nilai pH untuk suatu perairan tawar yang berada pada kisaran pH netral 6,5-7,5 Ginting, 2002, hlm: 8.

e. Dissolved Oxygen DO

Berdasarkamn penelitian yang dilakukan di aliran Lau Sitelu nilai Oksigen Terlarut DO dari hasil pengukuran melalui alat DO meter pada saat penelitian dapat dilihat adanya perbedaan nilai DO pada setiap stasiun pengamatan. Nilai Do tertinggi terdapat pada stasiun I sebesar 7,7 mgl sedangkan nilai DO terendah terdapat pada stasiun III sebesar 6,6 mgl. Adanya perbedaan nilai tersebut karena adanya perbedaan temperatur pada masing-nasing stasiun tersebut. Menurut Barus 2001, hlm: 58, menyatakan nilai oksigen terlarut dalam suatu perairan akan berfluktuasi yang dipengaruhi oleh perubahan temperatur dan juga oleh aktivitas fotosintesis tumbuhan yang menghasilkan oksigen.

f. BOD

5 Berdasarkan penelitian yang dilakukan di aliran sungai Lau Sitelu, BOD 5 yang didapatkan pada masing-masing stasiun di aliran Sungai Lau Sitelu dimana nilai BOD5 yang tertinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 3,9 mgl. tingginya nilai BOD5 pada stasiun ini, karena pada lokasi ini dilalui oleh limbah-limbah organik. Apabila konsumsi oksigen berkisar antara 10-20 mgl oksigen maka akan menunjukan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi. Kebutuhan oksigen biologi suatu badan air adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang terlarut pada saat Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009. pengambilan sampel air BOD dan kadar oksigen terlarut dalam contoh air yang telah disimpan selama lima hari BOD 5 Suin, 2002, hlm: 64. Nilai BOD5 yang terendah terdapat pada stasiun I sebesar 0,5 mg.l, dimana pada stasiun ini merupakan daerah bebas aktivitas, daerah objek wisata, daerah pemukiman penduduk dan daerah pertanian menunjukan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan senyawa organik itu rendah, karena konsumsi oksigen selama lima harinya berkisar antara 0,5 mgl - 3,9 mgl. Menurut Brower et al 1990, menyatakan nilai konsentrasi BOD menunjukan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik apabila konsumsi oksigen selama periode lima hari berkisar sampai 5 mgl oksigen. 4.1.6. Analisis Korelasi Pearson SPSS versi 13.00 Antara Faktor Fisik Kimia Dengan Indeks Keanekaragaman Plankton. Berdasarkan pengukuran faktor fisik kimia perairan yang telah dilakukan pada setiap stsiun penelitian, dan dikorelasikan dengan indeks keanekaragaman Diversitas Shannon- Wienner maka diperoleh nilai Indeks Korelasi seperti terlihat pada Tabel 4.5. berikut ini : Tabel 4.5. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisik Kimia dengan Indeks Keanekaragaman Plankton . Korelasi Pearson Temperatur Arus Penetrasi Cahaya pH DO BOD5 Phospat Nitrat H’ 0,929 0,670 -0,745 -0,929 -0,738 0,769 0,814 -0,526 Keterangan : Nilai + = Arah Korelasi Searah ; Nilai - = Arah Korelasi Berlawanan Nilai = Berpengaruh Nyata ; Nilai = Berpengaruh Sangat Nyata Dari Tabel 4.5. dapat dilihat bahwa hasil uji analisis Korelasi Pearson antara beberapa faktor fisik kimia perairan berbeda tingkat korelasi dan arah korelasinya dengan indeks keanekaragaman H’. nilai positif + menunjukan hubungan yang searah antara nilai faktor fisik kimia dengan nilai indeks keanekaragaman H’ artinya semakin tinggi nilai faktor fisik kimia maka indeks keanekaragaman akan semakin tinggi juga, sedangkan nilai negatif - menunjukan hubungan yang berbanding terbalik antara nilai faktor fisik kimia perairan dengan nilai indeks keanekaragaman H’, artinya semakin besar nilai faktor fisik kimia perairan maka nilai H’ akan semakin kecil, begitu juga sebaliknya. Jika semakin kecil nilai faktor fisik kimia nilai H’ akan semakin besar. Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009. Dari hasil uji Korelasi Pearon antara faktor fisik kimia perairan dengan Indeks Keanekaragaman Plankton dapat dilihat bahwa suhu berekorelasi searah dan berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman plankton, yang berarti tinggi atau rendahnya nilai Temperatur akan mempengaruhi keanekargaman Plankton. Dimana apabila suhu tinggi maka nilai keanekaragaman juga meningkat. Temperatur juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap kelarutan oksigen dalam air, apabila temperatur tinggi maka kelarutan oksigen di dalam air menurun. Bersamaan dengan peningkatan temperatur juga akan mengakibatkan peningkatan aktivitas metabolisme aquatik, sehingga kebutuhan akan oksigen juga meningkat Sastrawijaya, 1991, hlm: 86. Selanjutnya Isnansetyo Kurniastuti 1995, hlm: 36, 49-50 suhu yang sesuai dengan fitoplankton berkisar antara 25 C-30 C, sedangkan suhu yang optimal untuk pertumbuhan zooplankton berkisar antara 15 C-35 C. Dari hasil uji Korelasi Pearson antara faktor fisik-kimia perairan dengan Indeks Keanekaragaman Plankton dapat dilihat bahwa pH berkorelasi berlawanan dan berpengaruh nyata terhadap keanekaragaman plankton, dimana semakin tinggi pH maka tingkat keanekaragaman akan semakin rendah, dan sebaliknya. Kehidupan organisme aquatik sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai pH. Pada umumnya organisme aquatik toleran pada kisaran pH yang netral. pH yang ideal bagi organisme aquatik pada umumnya antara 7-8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup suatu organisme, karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi Odum, 1994, hlm: 396. Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009. BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan