Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xxiv
Menurut Hutapea 1990, dalam Azwar, 2001, hlm: 50, menyatakan bahwa perbedaan suhu pada suatu perairan dipengaruhi oleh 4 faktor, yakni 1 Variasi
jumlah panas yang diserap, 2 pengaruh konduksi panas, 3 pertukaran tempat massa air secara lateral oleh arus dan 4 pertukaran air secara vertikal.
2.4.2. Dissolved Oxygen DO
Disolved Oxygen DO merupakan banyaknya oksigen terlarut dalam suatu perairan. Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan,
terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar organisme- organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi terutama oleh faktor
suhu. Kelarutan maksimum oksigen di dalam air terdapat di dalam air terdapat pada suhu 0
o
C, yaitu sebesar 14,16 mgl O
2
. Konsentrasi ini akan menurun sejalan dengan meningkatnya suhu air. Dengan peningkatan suhu akan menyebabkan konsentrasi
oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkatkan konsentrasi oksigen terlarut Barus, 2001, hlm: 43.
Menurut Sastrawijaya 1991, hlm: 87, kehidupan di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak 5 mgl serta selebihnya tergantung pada
ketahanan organisme, derajat keaktifan, kehadiran pencemar, temperatur air dan sebagainya. Menurut Suriawiria 2005, hlm: 47, Indikator alami untuk badan air yang
kotor kandungan oksigen terlarut DO pada daerah yang bersih atau jernih bernilai tinggi misalnya lebih dari 4 mgl sedang pada daerah yang kotor sangat rendah
dibawah 1 mgl
2.4.3. Biochemical Oxygen Demand BOD
Nilai BOD Biochemical Oxygen Demand menyatakan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme aerobik dalam proses penguraian senyawa organik,
yang diukur pada suhu 20
o
C. Biochemical Oxygen Demand BOD atau kebutuhan oksigen biologis adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan mikroorganisme untuk
menguraikan bahan-bahan organik yang ada dalam perairan tersebut. Pengujian BOD
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xxv
yang dapat diterima adalah pengukuran jumlah oksigen yang dihasilkan dalam waktu lima hari. Jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah mencapai kurang lebih 70
Fortsner, 1990 dalam Barus, 2001, hlm: 5.
Dari hasil penelitian misalnya diketahui bahwa untuk menguraikan senyawa organik yang terdapat didalam limbah rumah tangga secara sempurna,
mikroorganisme membutuhkan waktu sekitar 20 hari lamanya. Mengingat bahwa waktu selama 20 hari terlalu lama dalam proses pengukuran ini, sementara dari hasil
penelitian diketahui bahwa setelah pengukuran dilakukan selama 5 hari jumlah senyawa organik yang diuraikan sudah mencapai kurang lebih 70 , maka
pengukuran yang umum dilakukan adalah pengukuran selama 5 hari BOD
5
Wardhana, 1994, hlm: 77.
Nilai konsentrasi BOD akan menunjukkan suatu kualitas perairan, apabila konsumsi O
2
selama 5 hari berkisar sampai 5 mgl O
2
maka perairan tersebut tergolong baik. Apabila konsumsi O
2
berkisar antara 10 mgl - 20 mgl O
2
akan menunjukkan tingkat pencemaran oleh materi organik yang tinggi, dan untuk air
limbah industri yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan adalah nilai BOD maksimum 100 mgl. Selanjutnya dijelaskan bahwa semakin rendah nilai BOD dalam
suatu perairan, maka semakin tinggi pula keanekaragaman biota dalam perairan tersebut Brower et al, 1990, hlm: 52.
2.4.4. pH Derajat Keasaman
Kehidupan organisme aquatik sangat dipengaruhi oleh fluktuasi nilai pH. Pada umumnya organisme aquatik toleran pada kisaran nilai pH yang netral menyatakan pH
yang ideal bagi organisme aquatik pada umumnya terdapat antara 7 - 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi Odum, 1994, hlm: 396.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xxvi
Setiap spesies memiliki kisaran toleransi yang berbeda terhadap pH. pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya berkisar antara 7 sampai 8,5.
pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat yang bersifat toksik semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan
hidup organisme akuatik dan pH yang tinggi akan menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu, dimana kenaikan pH diatas netral
akan meningkatkan konsentrasi amoniak yang juga bersifat sangat toksik bagi organisme Barus, 2005, hlm: 61. Setiap organisme mempunyai pH yang optimum
bagi kehidupannya. Perkembangan alga Cyanophyceae akan sangat jarang dalam perairan apabila pH dibawah 5 Shubert, 1984, hlm: 401-403.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xxvii
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xxviii
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1. Lokasi Penelitian