Penetrasi Cahaya Kecepatan Arus

Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.

a. Suhu C

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dialiran Sungai Lau Sitelu dapat dilihat bahwa temperatur suhu tertinggi terdapat pada stasiun III dan IV sebesar 25 C dan terendah terdapat pada stasiun I sebesar 23 C. Tingginya suhu pada stasiun III dan IV karena daerah tersebut merupakan daerah yang sedikit terkena kanopi pohon, sehingga sinar matahari langsung masuk kebadan perairan, disamping itu juga karena adanya zat-zat terlarut yang masuk ke badan perairan. Sebaliknya suhu yang terdapat pada stasiun I sebesar 23 C, disebabkan adanya kanopi pohon yang menghalangi masuknya sinar matahari kebadan perairan sehingga suhu yang diperoleh berbeda. Tinggi rendahnya kondisi suhu ini tidak lepas dari pengaruh intensitas cahaya matahari yang berbeda pada setiap stasiun pengamatan. Adanya perbedaaan temperatur air karena waktu pengukuran berbeda pada setiap stasiun pengamatan. Menurut Brower, et.al, 1990, hlm; 594 kondisi temperatur perairan dipengaruhi oleh kondisi atmosfir yang mengontrol iklim, musim dan perubahan cuaca setiap hari serta keadaan intensitas cahaya matahari pada permukaan air serta faktor kanopi disekitar perairan. Kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan fitoplankton adalah 20 C - 25 C dan untuk zooplankton berkisar antara 5 C-25 C Fogg, 1975, hlm: 176. Camudi dalam Azwar 2001, hlm: 50-52, mengemukakan bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan plankton antara 28,4 C - 31,1 C. jadi kisaran suhu tersebut masih dalam kisaran untuk mendukung pertumbuhan plankton di Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang.

b. Penetrasi Cahaya

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dialiran Lau Sitelu, didapatkan bahwa penetrasi cahaya pada keempat stasiun berbeda-beda. Penetrasi cahaya tertinggi terdapast pada stasiun I sebesar 180 cm, tingginya nilai penetrasi cahaya pada stasiun I ini karena rendahnya kandungan organik akibat tidak ada aktivitas di kawasan ini sehingga cahaya matahari dapat menembus hingga ke badan perairan yang lebih dalam. Sedangkan penetrasi cahaya yang paling rendah terdapat pada stasiun III sebesar 20 cm. Rendahnya penetrasi cahaya yang terdapat pada stasiun ini karena Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009. adanya masukan zat-zat terlarut ke badan perairan sehingga dapat menurunkan nilai penetrasi cahaya, juga disebabkan oleh kondisi vegetasi pada daerah tepi sungai yang terbatas, juga adanya aktivitas manusia yang cukup tinggi di stasiun ini. Menurut Barus, 2001, hlm: 43, terjadinya penurunan nilai penetrasi cahaya disebabkan oleh kurangnya intensitas cahaya matahari yang masuk ke badan perairan, adanya kekeruhan oleh zat-zat terlarut, dan kepadatan plankton di suatu perairan, menyebabkan penetrasi cahaya pada bagian hulu suatu ekosistem sungai pada umumnya lebih tinggi dibading dengan bagian hilir. Fardiaz 1992 dalam Sastrawijaya 1991, hlm: 99, menyatakan bahwa cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan jika kosentrasi bahan tersuspensi atau terlarut tinggi, maka akibatnya akan sangat mempengaruhi suatu proses fotosintesis di dalam sungai tersebut.

c. Kecepatan Arus

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dialiran sungai Lau Sitelu Desa Namorambe, Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat bahwa kecepatan arus pada keempat stasiun pengamatan berkisar antara 0,8-1,4 mdet. Kecepatan arus yang lebih tinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 1,4 mdet. Sedangkan paling rendah terdapat pada stasiun II dan III sebesar 0,66 mdet. Adanya perbedaan arus sungai ini karena sungai tersebut mempunyai kemiringan ataupun ketinggian yang berbeda dimana stasiun I lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga stasiun lainnya. Menurut Michael, 1994, hlm: 136-137 dan Nybakken, 1992, hlm: 9, kecepatan arus yang tinggi dapat menyebabkan plankton dapat terkumpul pada suatu tempat tertentu yaitu pada perairan yang tenang, hal ini dapat terjadi karena plankton tidak memiliki alat gerak dan kalaupun ada tidak mampu melawan gerakan arus air. Menurut Whitten et al 1998, hlm: 218 kecepatan arus air bertambah dari hulu ke hilir, karena jumlah air akan bertambah dan hambatan berkurang karena sungai lebih dalam dan dasarnya tediri dari bahan-bahan yang halus.

d. pH