Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xxxiv
7 Kadar nitrat dan fosfat
mgl Spektrofotometer
Laboratorium
3.5. Pengamatan di laboratorium
Sampel air yang diperoleh dari lapangan dibawa kelaboratorium Ekologi, Departemen Biologi, FMIPA USU dan diamati dibawah mikroskop. Plankton yang diperoleh
diidentifikasi dengan menggunakan buku acuan identifikasi menurut : Edmondson 1963, Bold Wynne 1985, dan Pennak 1989.
3.6. Analisis Data
Data plankton diperoleh dihitung nilai kelimpahan populasi, kelimpahan relatif, frekuensi kehadiran, indeks diversitas Shannon-Weinner, indeks ekuitabilitas menurut
Krebs 1985; Brower et. Al., 1990. dan analisis korelasi dengan persamaan sebagai berikut :
a. Kelimpahan plankton
Jumlah plankton yang ditemukan dihitung jumlah individu per liter dengan menggunakan alat haemocytometer dan menggunakan rumus modifikasi yang
dilakukan oleh Isnansetyo Kurniatuty 1995,yaitu :
W l
x v
V x
p P
x L
T N
=
Keterangan :
N = Jumlah plankton per liter l T = Luas penampang permukaan Haemocytometer mm
2
L = Luas satu lapang pandang mm
2
P = Jumlah plankter yang dicacah p = Jumlah lapang yang diamati
V = volume konsentrasi plankton pada bucket ml v = volume konsentrat dibawah gelas penutup ml
W = Volume air media yang disaring dengan plankton netL
b. Kelimpahan relatif KR
KR =
∑
N ni
X 100
Dimana : Ni = Kelimpahan Genus ; ∑N = total kelimpahan ke-i seluruh genus.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
xxxv
c. Frekuensi Kehadiran FK
FR = 100
x jenis
seluruh Frekuensi
jenis suatu
Frekuensi
dimana nilai FK : 0 – 25 = sangat jarang 25 – 50 = jarang
50 – 75 = sering 75 = sangat sering
d. Indeks Diversitas Shannon – Wiener H’
H’ =
∑
− pi
pi ln
dimana : H’
= indeks diversitas Shannon – Wiener Pi
= proporsi spesies ke –i ln
= logaritma Nature pi
=
∑
N ni
Perhitungan jumlah individu suatu jenis dengan keseluruhan jenis
e. Indeks EquitabilitasIndeks Keseragaman E
E =
max H
H
dimana : H’
= indeks diversitas Shannon – Wienner H max = keanekaragaman spesies maximum
= ln S dimana S banyaknya spesies
f. Analisis Korelasi
Dilakukan dengan menggunakan Analisis Korelasi Pearson SPSS ver.13.00
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Parameter Biotik 4.1.1 Klasifikasi Plankton
Dari penelitian yang telah dilakukan di perairan Sungai Lau Sitelu di dapat hasil
sebanyak 45 genus plankton, yang terdiri dari 35 genus fitoplankton dan 10 genus zooplankton. Klasifikasi plankton yang didapatkan pada 4 stasiun penelitian dapat
dilihat pada Tabel 4.1 berikut : Tabel 4.1. Klasifikasi Plankton yang didapatkan pada Stasiun Penelitian di
Beberapa Lokasi di Lau Sitelu Kabupaten Deli Serdang. No
Divisi Kelas
Ordo Famili
Genus
FITOPLANKON :
I Chlorophyta
Chlorophyceae Chlorococcales
Characiaceae Schroederia sp
Chlorococcaceae Chlorococcum sp
Oocystaceae Clostereopsis sp
Eresmopoera sp Pachycladon sp
Heterocapsales Pleurochloridaceae
Pleurogaster sp Oscilatoriales
Oscilatoriaceae Oscilatoria sp
Schizogoniales Schizogoniaceae
Schizogonium sp Ulotrichalles
Chaetophoraceae Chlorotylium sp
Radiofilum sp Cylindrocapsaceae
Cylindrocapsa sp Microsporaceae
Microspora sp Ulotrichasceae
Hormidium sp Sphaeropleaceae
Sphaeroplea sp Ulvales
Chladophoraceae Rhizoclonium sp
Volvocales Cocomyxaceae
Cocomyxa sp Zygnematales
Desmidiaceae Spondylosium sp
Mesotaeniaceae Gonatozygon sp
Zygnemataceae Sirogonium sp
II Chryptophyta
Chryptophyceae Chryptomonadales
Chryptochrysidae Monomastix sp
III Chrysophyta
Bacillariophyceae Bacillariales
Achrantaceae Cocconeis sp
Coscinodisceae Melosira sp
Cymbellaceae Cymbella sp
Epithemiaceae Rhapalodia sp
Fragillariaceae Tabellaria sp
Synedra sp Surirella sp
Gomphonemaceae Gomphonema sp
Chrysophyceae Chrysocapsales
Hydruraceae Hydrinus sp
Xanthopyceae Heterococcales
Pleurochloridaceae Leuvenia sp
Scytonemataceae Microcoleus sp
IV Euglonophyta
Mastigophora Euglenales
Euglenaceae Lepocynclis sp
Myxophyceae Nostocaceae
Aphanizomenon sp Raphidiopsis sp
IV Pyrrophyta
Dinophyceae Peridiniales
Blastodiniaceae Cystodinium sp
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
sambungan Tabel 4.1. ………….
Dari Tabel 4.1 di atas terlihat bahwa fitoplankton yang paling banyak
diperoleh termasuk kedalam divisi Chlorophyta yang terdiri dari 1 kelas, 9 ordo, 16 famili, dan 19 genus. Sedangkan zooplankton paling banyak diperoleh termasuk
kedalam phylum Sarcodina yang terdiri dari 2 kelas, 2 ordo, 4 famili, 5 genus. Divisi Chlorophyta yang termasuk kedalam golongan alga hijau yang memang tersebar luas
di seluruh permukaan perairan yang masih mendapatkan cahaya matahari yang maksimal. Sedangkan zooplankton yang paling berperan dalam rantai makanan
diperairan ialah zooplankton yang berasal dari Phylum Sarcodina, sehingga paling banyak ditemukan jumlahnya di suatu badan perairan.
Whitten, et al 1987, hlm: 199 menyatakan bahwa fitoplankton, zooplankton terbanyak dibagian hilir sungai terutama pada bagian permukaanya. Menurut
Nybakken 1992, hlm: 41 zooplankton ditinjau dari sudut ekologi, hanya satu golongan zooplankton yang sangat penting artinya, yaitu dari Phylum Sarcodina.
Dengan demikian, Sarcodina berperan sebagai mata rantai yang sangat penting artinya antara produksi primer fitoplankton dengan para karnivora besar dan kecil. Sebagian
besar alga hidup di lautan, tetapi bentuk yang hidup di air tawar pun banyak. Telah diidentifikasi sebanyak 6500 spesies alga hijau. Kimbal, 1999, hlm: 864-868.
4.1.2. Nilai Kelimpahan Populasi K, Kelimpahan Relatif KR, dan Frekuensi Kehadiran FK Plankton di Setiap Stasiun Penelitian.
NO Phylum
Kelas Ordo
Famili Genus
ZOOPLANKTON :
I Arthropoda
Crustacea Copepoda
Bosminidae Bosminia sp.
Diaptomidae Diaptomus sp.
II Ciliophora
Ciliata Holotrichida
Ophryoglenidae Ophryoglena sp
III Sarcodina
Filosa Amoeboea
Mayorellidae Dinamoeba sp.
Lobosa Testacealobosa
Arcelliidaae Arcella sp.
Zonomyxa sp. Centrophyxidae
Centrophyxis sp. Diffugidaae
Diffubia sp. IV
Platyhelminthes Turbellaria
Neorhabdocoela Dalyelliidae
Bathromesostoma sp Macrostomida
Microstomidae Mesostoma sp
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
Berdasarkan hasil analisis data plankton yang diperoleh, maka didapat nilai Kelimpahan Populasi K, Kelimpahan Relatif KR, Frekuensi Kehadiran FK, pada
tiap stasiun pengamatan seperti pada Tabel 4.2 berikut ini:
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
Tabel 4.2. Kelimpahan Plankton Indl, Kelimpahan Relatif , Frekuensi Kehadiran pada Masing-Masing Stasiun Penelitian
NO GENUS
STASIUN I
II III
IV K Indl
KR FK
K Indl KR
FK K Indl
KR FK
K Indl KR
FK
1 Schroederia sp
- -
- 8,16
0,47 20
16,32 2,49
20 -
- -
2 Chlorococcum sp
97,95 5,50
20 -
- -
- -
- 16,32
2,17 20
3 Clostereopsis sp
32,65 1,83
20 -
- -
- -
- -
- -
4 Eresmopoera sp
- -
- -
- -
24.48 3,74
40 40,81
5,43 60
5 Pachycladon sp
8,16 0,45
20 -
- -
- -
- -
- -
6 Pleurogaster sp
- -
- 32,65
1,90 60
- -
- 8,16
1,08 20
7 Oscilatoria sp
179,59 10,09
20 114,28
6,66 20
- -
- 16,32
2,17 20
8 Schizogonium sp
48,97 2,75
20 16,32
0,95 40
24,48 3,74
60 -
- -
9 Chlorotylium sp
- -
- 8,16
0,47 20
16,32 2,49
40 8,16
1,08 20
10 Radiofilum sp
- -
- 24,48
1,42 20
24,48 3,74
20 32,65
4,34 20
11 Cylindrocapsa sp
- -
- 106,12
6,19 40
65,30 10
60 57,14
7,60 40
12 Microspora sp
57,14 3,21
20 97,956
2,85 60
- -
- 24,48
3,26 60
13 Hormidium sp
- -
- -
- -
24,48 3,74
20 24,48
3,26 20
14 Sphaeroplea sp
326,53 18,35
40 122,44
7,14 40
- -
- -
- -
15 Rhizoclonium sp
- -
- -
- -
89,79 13,75
20 32,65
4,34 20
16 Cocomyxa sp
122,44 6,88
60 179,59
10,47 60
- -
- 48,97
6,52 60
17 Spondylosium sp
16,32 0,91
40 -
- -
32,65 5
40 32,65
4,34 20
18 Gonatozygon sp
57,14 3,21
80 -
- -
16,32 2,49
20 -
- -
19 Sirogonium sp
24,48 1,37
40 -
- -
40,81 6,25
20 81,63
10,87 60
20 Monomastix sp
- -
- 32,65
1,90 20
32,65 5
40 -
- -
21 Cocconeis sp
- -
- 187,75
10,95 20
- -
- 8,16
1,08 20
22 Melosira sp
- -
- 342,85
20 40
- -
- 16,32
2,17 20
23 Cymbella sp
97,95 5,50
40 89,79
5,23 80
- -
- 32,65
4,34 60
24 Rhapalodia sp
48,97 2,75
60 -
- -
- -
- 8,16
1,08 20
25 Tabellaria sp
106,12 5,96
40 -
- -
- -
- -
- -
26 Synedra sp
8,16 0,45
20 48,978
1,42 40
- -
- 65,304
2,72 20
27 Surirella sp
106,12 5,96
20 97,956
2,85 20
40,81 6,25
20 48,97
6,52 20
28 Gomphonema sp
- -
- 32,65
1,90 20
- -
- -
- -
29 Hydrinus sp
- -
- 8,16
0,47 20
- -
- 8,16
1,08 20
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
30 Leuvenia sp
73,46 4,12
20 -
- -
32,65 5
60 -
- -
31 Microcoleus sp
73,46 4,12
20 -
- -
32,65 5
60 -
- -
32 Lepocynclis sp
40,81 2,29
80 -
- -
- -
- 40,81
5,43 20
33 Aphanizomenon sp
8,16 0,45
20 -
- -
8,16 1,24
20 24,48
3,26 20
34 Raphidiopsis sp
- -
- 24,48
1,42 40
8,16 1,24
20 -
- -
35 Cystodinium sp
- -
- 97,95
5,71 20
32,65 5
20 8,16
1,08 20
36 Blasmonia sp.
- -
- -
- -
32,65 5
60 16,32
2,17 20
37 Diaptomus sp.
24,48 1,37
20 106,12
6,19 40
- -
- 16,32
2,17 40
38 Ophryoglena sp
16,32 0,91
40 -
- -
8,16 1,24
20 -
- -
39 Dinamoeba sp.
195,91 11,00
40 -
- -
- -
- 16,32
2,17 40
40 Arcella sp.
- -
- 8,16
0,47 20
- -
- 24,48
3,26 20
41 Zonomyxa sp.
8,16 0,45
20 -
- -
8,16 1,24
20 -
- -
42 Centrophyxis sp.
- -
- 8,16
0,47 20
- -
- 24,48
3,26 40
43 Diffubia sp.
16,32 0,91
20 -
- -
8,16 1,24
20 -
- -
44 Bathromesostoma sp
16,32 0,91
40 -
- -
32,65 5
60 -
- -
45 Mesostoma sp
32,65 1,83
60 40,81
2,38 60
- -
- -
- -
TOTAL 1779,744
100,86 940
1714,15 99,88
840 652,94
99,88 660
750,86 99,87
880 ∑ taksa
27 24
23 28
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
Dari Tabel 4.2 di atas terlihat bahwa stasiun I memiliki total Kelimpahan
sebanyak 1779,44 Indl yang termasuk ke dalam 27 genus. Genus yang memiliki nilai Kelimpahan Populasi K tertinggi didapatkan dari genus Sphaeroplea sebesar 326,53
indl, dengan Kelimpahan Relatif KR sebesar 18,35, dan Frekuensi Kehadiran FK sebesar 40, kemudian diikuti oleh genus Dinamoeba dengan kelimpahan
195,91 indl, kelimpahan relatif 11,00, dan frekuensi kehadiran 40. Keadaan ini menunjukan bahwa kondisi perairan pada stasiun I sangat baik untuk kehidupan ke
dua genus plankton tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Suin 2002 apabila didapatkan nilai KR 10 dan FK 25 menunjukan bahwa habitat tersebut
dapat mendukung kehidupan dan perkembangbiakan genus tersebut.
Sedangkan yang memiliki Kelimpahan Populasi K terendah didapatkan pada genus Synedra, Pachycladon, Aphanizomenon, Microcoleus, Zonomyxa, dan Diffubia.
Dengan nilai Kelimpahan masing–masing sebesar 8,16 indl, Kelimpahan Relatif KR sebesar 0,45 dan Frekuensi Kehadiran FK sebesar 20. Rendahnya
kelimpahan genus–genus plankton ini karena kecepatan arus air yang relatif tinggi pada stasiun I yaitu sebesar 180 cmdetik. kebanyakan plankton tidak dapat
berkembang pada air dengan aliran yang deras. Menurut Ewusie, 1990, hlm: 188 plankton tidak dapat berkembang subur dalam air mengalir.
Pada stasiun II didapatkan total Kelimpahan Populasi K sebesar 1714,15 indl, dengan jumlah genus sebanyak 24. Pada stasiun II genus yang memiliki nilai
Kelimpahan Populasi K tertinggi terdapat pada genus Melosira yaitu sebanyak 342,85 Indl, dengan Kelimpahan Relatif KR sebesar 20, dan Frekuensi Kehadiran
FK sebesar 40, kemudian diikuti oleh genus Cocomyxa yaitu sebanyak 179,59 indl, dengan Kelimpahan Relatif KR sebesar 10,47, dan Frekuensi Kehadiran
FK sebesar 60. Hal ini menunjukan bahwa kondisi perairan pada stasiun I sangat baik untuk genus plankton tersebut. Suin, 2002, hlm: 159 menyatakan bahwa
ketersediaan sumber daya pada lingkungan menentukan keberadaan jenis, jumlah individu, kelimpahan dan frekuensi kehadirannya.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
Pada stasiun II kelimpahan terendah pada genus Chlorotylium, Schroederia, Hydrinus, Arcella, centrophyxis dengan masing–masing nilai Kelimpahan Populasi
K sebesar 8,16 indl, Kelimpahan Relatif KR sebesar 0,47 , dan Frekuensi Kehadiran FK sebesar 20. Hal ini disebabkan karena kondisi perairan pada stasiun
II kurang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan kelima genus tersebut. Menurut Suin, 2002, hlm: 136 bahwa pertumbuhan populasi suatu organisme sangat
tergantung pada keadaan lingkungan hidupnya.
Pada stasiun III memiliki total kelimpahan sebesar 652.94 indl, dengan 23 genus. Pada stasiun III genus yang memiliki nilai Kelimpahan Populasi K tertinggi
yaitu pada Rhizoclonium sebesar 89,79 Indl, Kelimpahan Relatif KR sebesar 13,75
, dan Frekuensi Kehadiran FK sebesar 20. Hal ini karena genus ini memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut Mc.
Naughton, 1990, hlm: 95 bahwa bila individu dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan yang terjadi maka individu tersebut dapat bertahan.
Pada stasiun III genus yang memiliki nilai Kelimpahan terendah terdapat pada genus Aphanizomenon, Raphidiopsis, Ophryoglena, Zonomyxa dan Diffubia dengan
nilai Kelimpahan Populasi K sebesar 8,16 indl, Kelimpahan Relatif KR sebesar 1,24, dan Frekuensi Kehadiran FK sebesar 20. Hal ini disebabkan kondisi
lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhanperkembangan genus tersebut. Misalnya karena kandungan DO yang rendah yaitu sebesar 6,6 mgl, sehingga
perairan pada stasiun ini dalam keadaan defisit oksigen. Menurut Suin, 2002, hlm: 53 bahwa kadar oksigen dalam air sangat menentukan kehidupan biota air.
Pada stasiun IV memiliki total kelimpahan sebanyak 750,86 indl dengan 28 genus. Pada stasiun IV genus yang memiliki nilai Kelimpahan Populasi K tertinggi
yaitu pada Radiofillum sebesar 32,65 indl, Kelimpahan Relatif KR sebesar 4,34 dan Frekuensi Kehadiran FK sebesar 20. Hal ini karena genus ini mampu bersaing
dengan genus-genus lainnya walaupun stasiun IV merupakan stasiun yang memiliki jumlah genus terbanyak yaitu sebanyak 28 genus. Disamping karena kemampuan
yang baik dalam bersaing faktor dan kondisi lingkungan yang sesuai juga sangat
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
mendukung perkembangan genus Radiofilum. Menurut Mc. Naughton, 1990, hlm: 95 bahwa interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya yang berperan
menentukan kemampuan mempertahankan kehidupan. Pada stasiun IV genus yang memiliki nilai Kelimpahan Populasi K terendah
yaitu pada Cocconeis, Rhapalodia, Chlorotylium, Pleurogaster, Hydrinus, Cystodinium, sebesar 8,16 indl, Kelimpahan Relatif KR sebesar 1,08, Frekuensi
Kehadiran FK sebesar 20. Hal ini karena kondisi lingkungan yang kurang sesuai dengan perkembanganbiakan genus-genus tersebut. Dimana stasiun IV memiliki nilai
BOD tertinggi sebesar 3,9 mgl. Disamping karena kisaran toleransi yang sempit terhadap BOD, faktor persaingan dengan genus-genus lain yang jauh lebih tinggi
kelimpahannya juga turut mempengaruhi kelimpahan genus-genus tersebut. Menurut Mc. Naughton, 1992, hlm: 518 bahwa kompetisi dan pemangsaan merupakan unsur–
unsur lingkungan yang mempengaruhi jumla individu. Dari keempat stasiun penelitian dapat dilihat bahwa stasiun yang memiliki
kelimpahan tertinggi yaitu pada stasiun I sebanyak 1779,44 indl, namun jumlah taksa genus yang terbanyak didapatkan pada stasiun IV dengan jumlah genus sebanyak 28
genus. Hal ini dikarenakan tingginya keanekaragaman tidak tergantung pada jumlah kelimpahan, melainkan tergantung pada jumlah individu dari masing – masing
spesies, dan jumlah spesies yang berbeda, walaupun stasiun I memiliki nilai kelimpahan tertinggi, namun stasiun IV yang memiliki nilai keanekaragaman
tertinggi. Menurut Barus, 2004, hlm: 124 menyatakan bahwa nilai indeks keanekaragaman sangat dipengaruhi oleh faktor jumlah spesies, jumlah individu dan
penyebaran individu pada maing – masing spesies.
4.1.3. Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E plankton
Berdasarkan analisis data didapatkan nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan
keseragaman E plankton pada masing-masing stasiun seperti terlihat pada Tabel 4.3.
berikut ini :
Tabel 4.3. Nilai Indeks Keanekaragaman H’ dan Keseragaman E Plankton pada Masing-Masing Stasiun Penelitian.
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
INDEKS STASIUN
I II
III IV
Keanekaragaman H’ 2,82
2,70 2,88
3,14 Keseragaman E
0,85 0,85
0,92 0,94
Nilai indeks keanekaragaman H’ tertinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 3,14. Hal ini karena pada stasiun IV terdapat jumlah jenis dengan penyebaran individu
yang merata dibandingkan dengan ketiga stasiun lainnya. Brower et al 1990, hlm: 52 menyatakan bahwa suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman spesies
yang tinggi apabila terdapat banyak spesies dengan jumlah individu masing-masing spesies relatif merata.
Nilai Indeks Keanekaragaman H’ yang terendah terdapat pada stasiun II sebesar 2,70. Menurut Odum 1994, hlm: 396 keanekaragaman jenis dipengaruhi
oleh pembagian atau penyebaran individu dari jenisnya, karena suatu komunitas walaupun banyak jenisnya tetapi bila penyebaran individunya tidak merata maka
keanekaragaman jenisnya dinilai rendah.
Dan berdasarkan Indeks Keanekaragaman H’ dari plankton pada maing- masing lokasi penelitian yang diamati, dapat dibuat klasifikasi derajat pencemaran
lingkungannya. Menurut Sastrawijaya 1991, hlm: 83 menyatakan bahwa klasifikasi derajat pencemaran air berdasarkan Indeks Keanekaragaman dapat digolongkan
sebagai berikut: H’1,0 : Tercemar Berat
H’=1,0-1,6: Tercemar Sedang H’=1,6-2,0: Tercemar Ringan
H’2,0 : Tidak Tercemar Berdasarkan pengelompokan tersebut, maka berdasarkan data yang diperoleh
stasiun I, II, III, IV termasuk kedalam kelompok perairan yang tidak tercemar dimana indeks keanekaragamannya H’ lebih besar dari 2. Menurut Krebs 1985 nilai Indeks
Keseragaman E berkisar antara 0-1. Jika nilai indeks keseragaman E mendekati 0 berarti keseragamannya rendah karena ada jenis yang mendominasi. Bila nilai
mendekati 1, maka keseragaman tinggi dan menggambarkan tidak ada jenis yang
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
mendominasi sehingga pembagian jumlah individu pada masing-masing sangat seragam atau merata.
Nilai Indeks Keseragaman E yang diperoleh dari keempat stasiun penelitian berkisar antara 0,85-0,94. Indeks Keseragaman tertinggi terdapat pada stasiun IV
sebesar 0,94. Tingginya nilai Indeks Keseragaman pada stasiun IV karena ketersediaa nutrisi yang cukup untuk penyebaran plankton dan sebaliknya. Dari tabel 3 dapat
dilihat bahwa masing-masing Indeks Keseragaman mendekati 1, ini bearti Indeks Keseragaman yang tinggi artinya penyebaran individu tersebut tidak ada spesies yang
mendominasi. Menurut sastrawijaya 1991, hlm: 84-85, kondisi yang seimbang adalah jika nilai Indeks Keanekaragaman dan nilai Indeks Keseragaman tinggi. Dan
Indeks Keseragaman terendah terdapat pada stasiun I dan II yaitu sebesar 0,85. Ketersediaan nutrisi dan pemanfaatan nutrisi yang berbeda akan dapat menyebabkan
nilai indeks keanekaragaman dan nilai Indeks Keseragaman yang bervariasi.
4.1.4 Parameter Abiotik
Faktor abiotik merupakan faktor yang penting untuk diukur karena sangat mempengaruhi faktor biotik lainnya di perairan. Faktor abiotik yang diukur meliputi
faktor fisik-kimia pada stasiun pengamatan seperti pada tabel dibawah ini.
4.1.5 Nilai Faktor Fisik-Kimia Perairan Di Setiap Stasiun Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe didapatkan nilai faktor fisik-kimia lingkungan yang cukup bervariasi, yaitu suhu,
penetrasi cahaya, pH, BOD5, phospat, nitrat seperti terlihat pada Tabel 4.4 sebagai berikut:
Tabel 4.4. Rata-Rata Nilai Faktor Fisik Kimia Perairan yang Diperoleh pada Setiap Stasiun Penelitian di Lau Sitelu Kabupaten Deli Serdang.
No Parameter
Satuan STASIUN
I II
III IV
1 Suhu
C 23
24 25
25 2
Penetrasi Cahaya cm
18 16
16 15
3 Kecepatan Arus
Cms 180
63 20
60
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
4 pH
7,5 7,6
7,4 7,4
5 DO
Mgl 7,7
7,5 6,6
7,0 6
BOD5 Mgl
0,5 1,9
0,6 3,9
7 Phospat
Mgl 0,0438
0,0478 0,0598
0,0558 8
Nitrat Mgl
0,2857 0,4762
0,2667 0,1714
Keterangan : I = Sungai Lau Sitelu Tanpa aktivitas ; II = Lau Sitelu Sekitar Areal Pertanian ; III = Sungai Lau Sitelu sebagai Objek Wisata ; IV = Sungai Lau Sitelu Sekitar Daerah Pemukiman
Yunita Br. Surbakti : Studi Keanekaragaman Plankton Di Aliran Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang, 2009.
a. Suhu C
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dialiran Sungai Lau Sitelu dapat dilihat bahwa temperatur suhu tertinggi terdapat pada stasiun III dan IV sebesar 25
C dan terendah terdapat pada stasiun I sebesar 23
C. Tingginya suhu pada stasiun III dan IV karena daerah tersebut merupakan daerah yang sedikit terkena kanopi pohon, sehingga sinar
matahari langsung masuk kebadan perairan, disamping itu juga karena adanya zat-zat terlarut yang masuk ke badan perairan. Sebaliknya suhu yang terdapat pada stasiun I
sebesar 23 C, disebabkan adanya kanopi pohon yang menghalangi masuknya sinar
matahari kebadan perairan sehingga suhu yang diperoleh berbeda. Tinggi rendahnya kondisi suhu ini tidak lepas dari pengaruh intensitas cahaya matahari yang berbeda
pada setiap stasiun pengamatan. Adanya perbedaaan temperatur air karena waktu pengukuran berbeda pada setiap stasiun pengamatan.
Menurut Brower, et.al, 1990, hlm; 594 kondisi temperatur perairan dipengaruhi oleh kondisi atmosfir yang mengontrol iklim, musim dan perubahan
cuaca setiap hari serta keadaan intensitas cahaya matahari pada permukaan air serta faktor kanopi disekitar perairan. Kisaran suhu yang optimal untuk pertumbuhan
fitoplankton adalah 20 C - 25
C dan untuk zooplankton berkisar antara 5 C-25
C Fogg, 1975, hlm: 176. Camudi dalam Azwar 2001, hlm: 50-52, mengemukakan
bahwa suhu optimum untuk pertumbuhan plankton antara 28,4 C - 31,1
C. jadi kisaran suhu tersebut masih dalam kisaran untuk mendukung pertumbuhan plankton di
Sungai Lau Sitelu Desa Namorambe Kabupaten Deli Serdang.
b. Penetrasi Cahaya