Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
d. Rahasia
Dalam memberikan suaranya,pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apa pun. Pemilih
memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa pun suaranya diberikan.
e. Jujur
Dalam penyelenggaraan pemilihan umum, setiap penyelenggara pemilihan umum, aparat pemerintah, peserta pemilihan umum, pengawas pemilihan
umum, pemantau pemilihan umum, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. f.
Adil Dalam penyelenggaraan pemilihan umum, setiap pemilih dan pesrta
pemilihan umum mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak mana pun.
Asas-asas inilah yang kemudian harus ditegakkan dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait dengan setiap penyelenggaraan pemilihan umum. Tidak
hanya demi menegakkan kedaulatan rakyat, melainkan juga sebagai upaya memperoleh tujuan dan fungsi pemilihan umum yang diinginkan.
B. Tujuan dan Fungsi Pemilihan Umum
Berdasarkan ketentuan Pasal 22E ayat 2 dijelaskan secara jelas bahwa pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Tujuan penyelenggaraan pemilihan umum general election atau pemilu itu pada pokoknya dapat dirumuskan ada empat, yaitu:
1. Untuk memungkinkan terjadinya peralihan kepemimpinan pemerintahan
secara tertib dan damai 2.
Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan
3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat, dan
4. Untuk melaksanakan prinsip hak-hak asasi warga negara
32
Pemilihan umum merupakan sarana suksesi kepemimpinan yang paling tepat karena rakyat pada saat tertentu dapat memberikan aspirasi langsung
terhadap siapa yang rakyat inginkan menjadi pemimpin. Tokoh yang mempunyai visi misi kenegaraan maupun kedaerahan yang jelas serta telah memberikan bukti-
bukti kepantasannya tentu mendapat dukungan luas dari masyarakat. Dan dukungan inilah yang kemudian dijadikan landasan kepemimpinan yang legal.
Pergantian kekuasaan tentu saja tidak hanya dapat dilakukan melalui pemilihan umum, tetapi juga dapat dilakukan melalui kudeta. Akan tetapi, kudeta terjadi
pada suatu kondisi khusus yang mengakibatkan perlu perubahan kepemimpinan secara paksa dan kondisi tersebut tentu tidak memungkinkan pergantian
kepemimpinan secara tertib dan damai. Jimly Asshiddiqie mengungkapkan, yang dipilih melalui pemilihan umum, tidak saja wakil rakyat yang akan duduk di
lembaga perwakilan rakyat atau parlemen, tetapi juga para pemimpin pemerintahan yang duduk di kursi eksekutif. Dicabang kekuasaan legislatif, para
32
Jimly Assidiqie. Op.Cit. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi. Hal 754
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
wakil rakyat itu ada yang duduk di Dean Perwakilan Rakyat, ada yang duduk di Dewan Perwakilan Daerah, ada pula yang duduk di Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, baik di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten dan kota. Sedangkan di cabang kekuasaan pemerintahan eksekutif, para pemimpin yang
dipilih secara langsung oleh rakyat adalah presiden dan wakil presiden, gubernur dan wakil gubernur, bupati dan wakil bupati, serta walitkota dan wakil walikota.
Dengan adanya pemilihan umum yang teratur dan berkala, maka pergantian para pejabat dimaksud juga dapat terselenggara secara teratur dan berkala.
Tidak hanya itu, pemilihan umum dapat memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili kepentingan rakyat di lembaga perwakilan
yang diangkat melalui pemilihan elected public officials. Yang dimaksud dengan memungkinkan disini tidak berarti bahwa setiap kali pelaksanaan pemilihan
umum secara mutlak harus berakibat terjadinya pergantian pemerintahan atau pejabat negara. Mungkin saja terjadi, pemerintahan suatu partai politik dalam
sistem parlementer memerintah untuk dua, atau tiga atau empat kali, atau seorang Presiden seperti di Amerika atau Indonesia dipilih untuk dua kali masa jabatan.
Yang dimaksud memungkinkan disini adalah bahwa pemilihan umum harus membuka kesempatan sama untuk menang atau kalah bagi setiap peserta
pemilihan umum itu. Pemilihan umum yang demikian itu hanya dapat terjadi jika benar-benar dilaksanakan jujur dan adil jurdil.
33
33
Jimly Asshiddiqie. Ibid Hal 756-757
Apabila wakil-wakil rakyat yang telah dipilih pada pemilihan umum dapat memberikan kontribusi maksimal
pada rakyat, maka wakil-wakil rakyat tersebut akan mendapat perolehan suara
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
yang signifikan pada pemilihan umum selanjutnya. Sebaliknya bila pada saat memegang amanah rakyat para pejabat tersebut tidak menjalankan amanah
tersebut dengan baik maka pejabat tersebut tidak akan mendapat dukungan lebih lanjut pada pemilihan umum berikutnya. Keadaan ini tidak hanya ditemui di
tingkat pusat, akan tetapi ditingkat daerah sehingga pejabat dituntut untuk tetap memberikan ide dan tindakan yang mengarah pada perbaikan kesejahteraan rakyat
secara menyeluruh. Pemilihan umum juga merupakan sarana yang tepat untuk melaksanakan
kedaulatan rakyat dan prinsip-prinsip hak asasi warga negara. Setiap warga negara yang telah memenuhi syarat dapat mengikuti pemilihan umum sebagai
implementasi hak kewarganegaraan yang dimilikinya. Jimly Asshiddiqie menyatakan hak-hak politik rakyat untuk menentukan jalannya pemerintahan dan
fungsi-fungsi negara dengan benar menurut Undang-Undang Dasar adalah hak rakyat yang sangat fundamental. Karena itu, penyelenggaraaan pemilihan umum,
disamping merupakan perwujudan kedaluatan rakyat, juga merupakan sarana pelaksanaan hak asasi warga negara. Untuk itulah, diperlukan pemilihan umum
guna memilih para wakil rakyat maupun pemimpin di tingkat pusat dan daerah secara periodik.
34
Pentingnya pemilihan umum juga dapat dikaitkan bahwa setiap jabatan pada pokoknya berisi tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh manusia yang
Dengan ikut memilih dalam pemilihan umum, maka rakyat secara langsung dapat menentukan jalannya pengambilan keputusan melalui
perantaraan wakil-wakilnya yang akan duduk di lembaga legislatif.
34
Jimly Asshiddiqie, Ibid. Hal 757
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
mempunyai kemampuan terbatas. Karena itu, pada prinsipnya setiap jabatan harus dipahami sebagai amanah yang bersifat sementara. Jabatan bukan sesuatu yang
harus dinikmati dan untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, seseorang tidak boleh duduk di suatu jabatan tanpa batas waktu yang pasti mengenai waktu
penggantiannya. Tanpa siklus kekuasaan yang dinamis, kekuasaan dapat mengeras menjadi sumber malapetaka sesuai dengan adagium yang
dikemukakakn Lord Acton, “Powers tends to corrupt, absolute power corrupt absolutely”. Karena, dalam setiap jabatan selalu ada kekuasaan yang cenderung
berkembang menjadi kesewenag-wenangan bagi siapa saja yang memegangnya. Karena itu, pergantian kepemimpinan itu harus dipandang sebagai sesuatu yang
niscaya untuk memelihara amanah yang terdapat dalam setiap kekuasaan itu sendiri.
35
Tujuan pertama mengandung pengertian pemberian kesempatan yang sama kepada para peserta pemilihan umum untuk memenangkan pemilihan
umum, yang juga berarti para peserta mempunyai peluang yang sama untuk memenangkan program-programnya. Tujuan kedua maksudnya adalah agar
lembaga Majelis Permusyawaratan Rakyat benar-benar menjalankan fungsinya Sedangkan Abdul Bari Azed mengemukakan tiga tujuan pemilihan umum
di Indonesia, yaitu pertama memungkinkan trjadinya pergantian pemerintah secara damai dan tertib, kedua kemungkinan lembaga negara berfungsi sesuai
dengan maksud Undang-Undang dasar 1945, dan ketiga untuk melaksanakan hak- hak asasi warga negara.
35
Jimly Asshiddiqie, Ibid. Hal 755
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
yaitu kedaulatan rakyat yang berada ditangannya. Demikian juga Dewan Perwakilan Rakyat dapat berfungsi sebagai lembaga kontrol terhadap ekskutif.
Dewan Perwakilan Rakyat dapat senantiasa mengawasi tindakan Presiden, dan jika Dewan menganggap bahwa Presiden sungguh-sungguh melanggar haluan
negara yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 atau oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, maka Majelis Dapat diundang untuk persidangan
istimewa agar bisa meminta pertanggungjawaban kepada Presiden. Tujuan ketiga adalah untuk melaksanakan hak-hak asasi yang didalam Undang-Undang Dasar
1945 antara lain hak-hak asasi itu adalh hak warga negara untuk memperoleh kedudukan yang sama didalam hukum dan pemerintahan, kemerdekaan berserikat
dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan, kemerdekaan tiap- tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agama dan kepercayaanya itu.
36
C.S.T. Kansil mengatakan, diadakannya pemilihan umum itu tidak sekedar memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk dalam lembaga
permusyawaratanperwakilan saja, dan juga tidak memilih wakil-wakil rakyat untuk menyusun negara baru dengan dasar falsafah negara baru, tetapi suatu
pemilihan wakil-wakil rakyat oleh rakyat yang membawakan isi hati nurani rakyat dalam melanjutkan perjuangan mempertahankan dan mengembangkan
kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia bersumber pada Proklamasi
36
Abdul Bari Azed, Sistem-Sistem Pemilihan Umum, Suatu Himpunan Pemikiran, 2000, Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Hal 7-8
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
17 Agustus 1945 guna memenuhi dan mengemban Amanat Penderitaan Rakyat.
37
37
C.S.T. Kansil, Memilih dan dipilih,Ilmu Pengetahuan Pemilihan Umum berdasarkan UU No. 1 Tahun 1985 untuk siswamahasiswa umum, 1986 Cetakan Ketiga, Pradnya
Paramita, Jakarta
Jadi, pemilihan umum adalah sarana aktualisasi keinginan rakyat dalam rangka mengisi kemerdekaan lebih baik dan demokratis.
Menurut rumusan penjelasan UU No. 15 tahun 1969, tentang Pemilihan Umum, masih berlaku sampai tahun Pemilihan umum 1997. disebutkan bahwa
tujuan pemilihan umum adalah: “Dalam mewujudkan penyusunan tata kehidupan yang dijiwai semangat cita-cita
revolusi Kemerdekaan RI Proklamasi 17 Agustus 1945 sebagaimana tersebut dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, maka penyusunan tata
kehidupan itu harus dilakukan dengan jalan Pemilihan Umum. Dengan demikian, diadakan pemilihan umum tidak sekedar memilih wakil-wakil rakyat untuk duduk
dalam lembaga permusyawaratanperwakilan, dan juga tidak sekedar memilih wakil-wakil rakyat untuk menyusun negara baru, tetapi suatu pemilihan wakil-
wakil rakyat oleh rakyat yang membawa isi hati nurani rakyat dalam melanjutkan perjuangan, mempertahankan dan mengembangkan kemerdekaan NKRI
bersumber pada Proklamasi 17 Agustus 1945 guna memenuhi dan mengemban Amanat Penderitaan Rakyat. Pemilihan Umum adalah suatu alat yang
penggunaannya tidak boleh mengakibatkan rusaknya sendi-sendi demokrasi dsan bahkan menimbulkan hal-hal yang menderitakan rakyat, tetapi harus menjamin
suksesnya perjuangan orde baru, yaitu tetap tegaknya Pancasila dan dipertahankan UUD1945”.
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Makna yang tersimpul dalam tujuan pemilihan umum diatas merupakan fundamen pelaksanaan demokrasi di indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
38
38
Op. Cit. A.Rahman H.I. Hal 148
Dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dijelaskan tujuan pemilihan umum adalah untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk
pemerintahan yang demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Sedangkan tujuan pemilihan umum menurut Penjelasan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden adalah untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh dukungan
kuat dari rakyat sehingga mampu menjalankan fungsi-fungsi kekuasaan pemerintahan negara dalam rangka tercapainya tujuan nasional sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kedua Undang-Undang diatas menitikberatkan betapa pentingnya
dukungan kuat dari sebagian besar rakyat untuk menjadi wakil rakyat dan wakil daerah maupun sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Dengan demikian, tujuan
pemilihan umum sebenarnya tidak terlepas dari fungsi pemilihan umum itu sendiri.
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Fungsi utama pemilihan umum adalah meligitimasi kewenangan publik dan memberi mandat kepada pejabat untuk melakukan tindakan-tindakan
tertentu.
39
Legitimasi sangat erat kaitannya dengan representasi. Menurut Ryaas Rasyid, hanya pemerintahan yang representatif yang memiliki legitimasi
mengelola kekuasaan. Ini berkaitan dengan klaim bahwa jajaran elite pemerintah bekerja untuk dan atas nama kepentingan rakyat. Para anggota badan perwakilan
yang dipilih lewat pemilihan umum berperan sebagai penyalur aspirasi rakyat yang memilihnya, dan sekaligus bertanggungjawab menjelaskan kepada para
pendukungnya tentang kepentingan negara dan bagsa yang wajib diamankan oleh seluruh warga negara.
Dengan mendapat dukungan dari sebagian besar warga masyarakat maka pejabat yang mendapat mandat memperoleh legitimasinya untuk membuat
kebijakan-kebijakan publik maupun tindakan-tindakan yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat luas.
40
Menurut Bintar R. Saragih, Pemilihan Umum berfungsi memberi legitimasi atas kekuasaan yang ada dan bagi rezim baru, dukungan dan legitimasi
inilah yang dicari. Dengan demikian, pejabat negara memiliki kewenangan
dalam membuat kebijakan publik sebagai bagian dari kewajiban penyalur kepentingan rakyat tersebut.
41
39
IDEA. Op. Cit Hal 150
40
Abdul Bari Azed. Op. Cit Hal. 131
41
Bintar R. Saragih. Op. Cit. Hal 167
Setiap pergantian rezim pemerintahan memerlukan legitimasi dari rakyatnya dan disinilah peran penting dari pemilihan umum.
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Menurut Jimly Assiddiqie, pemilihan umum itu penting bagi para wakil rakyat maupun para pejabat pemerintahan untuk mengukur legitimasi atau tingkat
dukungan dan kepercayaan masyarakat kepadanya. Menjadi pejabat publik tidak hanya memerlukan legalitas secara hukum, tetapi juga legitimasi secara politik,
sehingga tugas jabatan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena diakui, diterima, dan dipercaya oleh rakyat sebagai pemangku kepentingan yang terkait
stake holder. Demikian pula bagi kelompok warga negara yang tergabung dalam suatu organisasi partai politik, pemilihan umum juga penting untuk mengetahui
seberapa besar tingkat dukungan dan kepercayaan rakyat kepada kelompok atau partai politik yang bersangkutan. Melalui analisis mengenai tingkat kepercayaan
dan dukungan itu, tergambar pula mengenai aspirasi rakyat yang sesungguhnya sebagai pemilik kedaulatan atau kekuasan tertinggi dalam negara Republik
Indonesia. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pemilihan umum tidak saja
penting bagi warga negara, partai politik, tetapi juga pejabat penyelenggara negara. Bagi penyelenggara negara yang diangkat melalui pemilihan umum yang
jujur berarti bahwa pemerintahan itu mendapat dukungan yang sebenarnya dari rakyat. Sebaliknya jika pemerintahan tersebut dibentuk dari hasil pemilihan umum
yang tidak jujur maka dukungan rakyat itu hanya bersifat semu.
42
Pemilihan umum yang berkualitas adalah pemilihan umum yang mencapai tujuan-tujuan maupun fungsi-fungsi yang ada sehingga penegakan kedaulatan
rakyat yang diidam-idamkan akan terlaksana dengan baik. Freedom House
42
Jimly Asshiddiqie. Op.Cit. Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi. Hal 757-758
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.