Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
politik biasanya, dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.
5. Mac Iver : suatu perkumpulan terorganisasi untuk menyokong suatu
prinsip atau kebijaksanaan policy0 yang oleh perkumpulan itu diusahakan sesuai dengan cara-cara yang sesuai dengan konstitusi atau UUD agar
menjadi penentu cara melakukan pemerintahan.
24
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik menyebutkan Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Partai
Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaaan kehendak dan cita-
cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum.
25
Pasal 1 ayat 6 menyebutkan Komisi Pemilihan Umum,selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional,
5. Penyelenggara Pemilihan Umum
Berdasarkan Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum yang dimaksud dengan
Penyelenggara Pemilihan Umum adalah lembaga menyelenggarakan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Presiden dan Wakil Presiden, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat.
24
Edy Murya, Pemilu sebagai sarana pembentukan lembaga perwakilan rakyat di Indonesia, 2006, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
25
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 138
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
tetap, dan mandiri. Dan Pasal 1 ayat 7 menjelaskan Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemihan Umum KabupatenKota, selanjutnya
disebut KPU Provinsi dan KPU KabupatenKota, adalah penyelenggara Pemilu di Provinsi dan KabupatenKota.
6. Jumlah Kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota
Berdasarkan ketentuan Pasal 50 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menegaskan jumlah kursi anggota DPRD KsbupstenKota ditetapkan
sekurang-kurangnya 20 dua puluh kursi dan sebanyak-banyaknya 45 empat puluh lima kursi. Pasal 50 ayat 2 kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa
jumlah kursi anggota DPRD KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didasarkan pada jumlah penduduk di KabupatenKota dengan
ketentuan: a.
Kabupatenkota dengan jumlah penduduk sampai dengan 100.000 seratus ribu jiwa mendapat 20 dua puluh kursi;
b. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 seratus ribu
jiwa sampai dengan 200.000 dua ratus ribu jiwa mendapat 25 dua puluh lima kursi;
c. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 200.000 dua ratus
ribu jiwa sampai dengan 300.000 tiga ratus ribu jiwa mendapat 30 tiga puluh kursi;
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
d. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 tiga ratus
ribu jiwa sampai dengan 400.000 empat ratus ribu jiwa mendapat 35 tiga puluh lima kursi;
e. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 400.000 empet ratus
ribu jiwa sampai dengan 500.000 lima ratus ribu jiwa mendapat 40 empat puluh kursi;
f. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 seratus ribu
jiwa mendapat 45 empat puluh lima kursi; 6.
Besar Daerah Pemilihan
Daera Pemilihan Besar daerah pemilihandistrict magnitute adalah berapa banyak anggota lembaga perwakilan rakyat yang akan dipilih dalam suatu daerah
pemilihan. Atau dengan kata lain: besar daerah pemilihan adalah jumlah kursi dalam satu daerah pemilihan.
26
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif dan didukung oleh penelitian yuridis empiris. Adapun bahan
hukum primer yang diteliti adalah berupa bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
peraturan perundang-undangan, dan peraturan pelaksana yang dianggap menunjang penulisan skripsi ini. Bahan hukum sekunder yang dipergunakan
F. Metode Penelitian