Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
b. Tulisan ini diharapkan menjadi masukan yang berarti guna
menemukan sistem pemilihan umum yang lebih demokratis terutama pada penyelenggaraan pemilihan umum di daerah.
c. Tulisan ini juga diharapkan dapat memberikan informasi seputar
sistem pemilihan umum maupun hubungannnya dengan jumlah kursi partai politik di Dewan perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan.
D. Keaslian Penulisan
Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang Hubungan Antara
Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan dan data yang diperoleh dari
perpustakaan, judul ini belum pernah ditulis sebagai skripsi. Dengan demikian, dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan ini, maka dapat di katakan bahwa skripsi ini merupakan karya penulis yang asli.
Oleh karena itu, penulis memberanikan diri untuk membahas mengenai Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik di
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan ke dalam penulisan ilmiah. Ide pokok penulisan skripsi ini berasal dari pemikiran penulis sendiri, sebab
pembahasan hubungan antara sistem pemilihan umum dengan jumlah kursi partai politik di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan ini masih sangatlah baru
serta bermanfaat dalam dunia ketatanegaraan sehingga penulis merasa tertarik ingin membahasnya.
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
E. Tinjauan Kepustakaan 1. Kedaulatan Rakyat
Menurut F. Isjwara, kata “kedaulatan” merupakan hasil terjemahan dari kata “sovereignty” bahasa Inggris “souverainete” bahasa Perancis
“sovranus” bahasa Italia. Dan kata-kata asing itu kembali merupakan hasil yang diturunkan dari kata Latin “superanus” yang berarti “yang tertinggi”
supreme. Dalam makna kekuasaan yang tertinggi itu pengertian kedaulatan sudah dikenal oleh Aristoteles dan sarjana-sarjana hukum Romawi. Sarjana-
sarjanadari abad menengah lazim menggunakan pengertian-pengertian yang serupa maknanya dengan istilah “superanus” itu, yaitu summa potestas atau
plenitudo potestatis, yang berarti wewenang tertinggi dari sesuatu kesataun politik
15
Menurut Jimly Asshiddiqie, Kedaulatan atau souvereiniteit souvereignty merupakan konsep mengenai kekuasaan tertinggi dalam
penyelenggaraan Negara. Kata “daulat” dan ”kedaulatan” berasal dari kata Arab daulah yang berarti rezim politik atau kekuasaan. Makna aslinya seperti
yang dipakai dalam Al-Quran adalah peredaran dalam konteks pengertian kekuasaan.
16
Lebih Lanjut, Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa gagasan kedaulatan sebagai konsep mengenai kekuasaan meliputi proses pengambilan
keputusan. Persoalannya adalah seberapa kekuatan keputusan-keputusan yang
15
F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, 1982 Cetakan Kedelapan, Angkasa, Bandung
16
Op. Cit. Hal 143
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
ditetapkan itu, baik di lapangan legislatif maupun eksekutif the administration law. Sedangkan jangkauan kedaulatan domain of
souvereignty, melalui analisis relasional relational analysis antara ‘souvereign’ dan ‘subject’, terkait soal siapa atau apa yang memgang
kekuasaan tertinggi itu dalam suatu Negara, dan siapa atau apa yang menjadi objek dalam arti sasaran yang dijangkau oleh kekuasaan tertinggi itu.
Mengenai jangkauan kedaulatan, dalam konsep ini ada dua hal penting, yaitu:
a. Siapa yang memegang kekuasaan tertinggi dalam negara ;
b. Apa yang dikuasai oleh pemegang kekuasaan tertinggi.
Berkaitan dengan siapa atau apa yang menguasai, maka kedaulatan itu pada prinsipnya dapat dipegang oleh seseorang, sekelompok orang, sesuatu
badan yang melakukan administrasi fungsi-fungsi pemerintahan. Dalam ajaran berbagai macam kedaulatan diklasifikasikan menjadi 5
lima teori atau ajaran, yaitu: Teori Kedaulatan Tuhan, Teori Kedaulatan Raja, Teori Kedaulatan Rakyat,Teori Kedaulatan Negara, dan Teori
Kedaulatan Hukum. Teori-teori atau ajaran-ajaran tersebut merupakan perkembangan yang
dihasilkan oleh interaksi praktis, tetapi dilain pihak memperlihatkan perbedaan mengenai konsep kenegaraan dalam sejarah.
Sebagai teori, tidak satupun dari kelima ajaran tersebut dapat disebut yang paling modern. Bahkan dinamika pemikiran mengenai konsep Negara
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
yang berdasar atas hukum dan Negara kerakyatan sudah berlangsung dari jaman Yunani dan Romawi Kuno.
17
Di banyak negara di dunia saat ini, didalamnya konstitusinya tertulis bahwa kedaulatan berada ditangan rakyat, yang berarti bahwa negara tersebut
menganut asas kedaulatan rakyat. Dengan menganut asas kedaulatan rakyat berarti bahwa kekuasaan pemerintah bersumber pada kehendak rakyat. Prinsip
dasar inilah yang kemudian dikenal sebagai prinsip Demokrasi. Kedaulatan Rakyat terdiri atas gabungan istilah “Kedaulatan” dan
“Rakyat”. Istilah kedaulatan dapat ditemukan atau dipergunakan dalam berbagai pengertian sebagaimana dapat dijumpai pengertian kedaulatan dalam
Hukum Internasional, bahwa kedaulatan yang ditunjukkan kepada Negara dalam hal suatu Negara berhak menentukan urusannya sendiri baik
menyangkut urusan dalam negeri maupun urusan luar negeri tanpa adanya campur tangan dari Negara lainnya. Begitu pula dalam Hukum Tata Negara
dapat ditemukan pengertian kedaulatan itu bisa relatif, terlebih bahwa arti kedaulatan itu sendiri telah mengalami perubahan-perubahan sepanjang
perkembangan sejarah manusia.
18
C.S.T. Kansil mengatakan kedaulatan itu adalah kekuasaan tertinggi dalam suatu negara yang berlaku terhadap seluruh wilayah dan segenap rakyat
17
Ibid, Hlm 9-11
18
Makmur Amir dan Reni Dwi Purnomosari, Lembaga Perwakilan Rakyat, 2005, Jakarta : Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Hlm 1-
5
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
dalam negara itu. Kedaulatan adalah juga kekuasaan penuh untuk mengatur seluruh wilayah negara tanpa campur tangan dari pemerintah negara lain.
19
Dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, Pasal 1 ayat 1 menyebutkan Pemilihan Umum,
selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemilihan Umum
20
19
C.S.T.Kansil, Hukum Tata Pemerintahan Indonesia, 1984, Ghalia Indonesia, Jakarta Timur. Hal 74
20
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 59
Dan dalam Pasal 2 disebutkan pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
adalah pemilu untuk memilih Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 1 ayat 3 menyebutkan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden
adalah untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Pasal 1 ayat 4 Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah pemilu untuk memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Menurut Ali Murtopo, Pemilihan Umum adalah sarana yang tersedia bagi rakyat untuk menjalankan kedaulatannya dan merupakan lembaga
demokrasi. Pemilihan Umum menurut Manuel Kaisiepo memang telah menjadi tradisi penting hampir-hampir disakralkan dalam berbagai sistem
politik di dunia.
21
Pemilihan Umum disebut juga dengan “Political Market”Dr. Indria Samego. Artinya bahwa pemilihan umum adalah pasar politik temapat
uindividumasyarakat berinteraksi untuk melakukan kontrak sosial perjanjian masyarakat antara peserta pemilihan umum partai politik dengan pemilih
rakyat yang memiliki hak pilih setelah terlebih dahulu melakukan serangkaian aktivitas politik yang meliputi kampanye, propaganda, iklan
politik melalui media massa cetak, audio radio maupun audio visual televisi serta media lainnya seperti spanduk, pamplet, selebaran bahkan
komunikasi antar pribadi yang berbentuk face to face tatap muka atau lobby yang berisi penyampaian pesan mengenai program, platform, asas, ideologi,
serta janji-janji politik lainnya guna meyakinkan pemilih sehingga pada pencoblosan dapat menentukan pilihannya terhadap salah satu partai politik
21
Bintar R.Saragih, Lembaga Perwakilan dan Pemilihan Umum di Indonesia, 1987, Gaya Media Pratama, Jakarta
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
yang menjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislatif maupun eksekutif.
22
22
A. Rahman. H.I.. Sistem Politik Indonesia. 2007. Graha Ilmu :Yogyakarta. Hal 147
3. Sistem Pemilihan Umum
Menurut Benjuino Theodore, Istilah “Sistem Pemilihan Umum” sudah sering didengar dan dibaca di berbagai media massa, baik cetak maupun
elektronik. Tidak jarang pula dalam media massa, setiap hal yang berhubungan dengan pemilihan umum disebut sebagai “istem Pemilu”, mulai
dari hak pilih, penyelenggaraan pemilu dan berbagai hal lain. Seseungguhnya istilah “sistem pemilu” memiliki definisi yang lebih sempit dan ketat.
“Sistem Pemilihan Umum adalah rangkaian aturan yang menurutnya 1 pemilih mengekspresikan prefensi politik mereka, dan 2 suara dari para
pemilih diterjemahkan menjadi kursi.” Definisi ini mengisyaratkan bahwa sistem pemilihan umum
mengandung elemen-elemen struktur kertas suara dan cara pemberian suara, besar distrik, serta penerjemahan suara menjadi kursi. Dengan demikian hal-
hal seperti administrasi pemilihan umum dan hak pilih, walaupun penting berada di luar lingkup pembahasan sistem pemilihan umum.
Giovanni Sartori menyebutkan bahwa sistem pemilihan umum adalah “sebuah bagian yang paling esensial dari kerja sistem politik. Sistem
Pemilihan umum bukan hanya instrumen politik yang paling mudah dimanipulasi; ia juga membentuk sistem kepartaian dan mempengaruhi
spktrum representasi”.
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
Arend Lijphart yang mengatakan “sistem pemilihan umum adalah elemen peling mendasar dari demokrasi perwakilan”.
23
1. Carl J. Friedrick : Sekelompok manusia yang terorganisasi secara stabil
dengan tujuan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan
penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materiil.
4. Partai Politik
Menurut Edy Murya, sudah banyak definisi dikemukakan oleh sarjana mengenai pengertian Partai Politik definisi-definisi tersebut antara lain.
2. Roger Soltou : Sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir,
yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasaan memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan
kebijakan umum mereka. 3.
Sigmund Neuman : Organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut
dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan golongan atau golongan lain yang tidak sepaham.
4. Miriam Budiardjo : Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota-
anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan
23
http:www.geocities.combenjuinotmartikelinikah_sistem_pemilu_index.html .
Diakses pada tanggal 15 April 2008 pukul 20.05 WIB
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
politik biasanya, dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka.
5. Mac Iver : suatu perkumpulan terorganisasi untuk menyokong suatu
prinsip atau kebijaksanaan policy0 yang oleh perkumpulan itu diusahakan sesuai dengan cara-cara yang sesuai dengan konstitusi atau UUD agar
menjadi penentu cara melakukan pemerintahan.
24
Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik menyebutkan Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Partai
Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaaan kehendak dan cita-
cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum.
25
Pasal 1 ayat 6 menyebutkan Komisi Pemilihan Umum,selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional,
5. Penyelenggara Pemilihan Umum
Berdasarkan Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum yang dimaksud dengan
Penyelenggara Pemilihan Umum adalah lembaga menyelenggarakan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Presiden dan Wakil Presiden, serta kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung oleh rakyat.
24
Edy Murya, Pemilu sebagai sarana pembentukan lembaga perwakilan rakyat di Indonesia, 2006, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
25
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 138
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
tetap, dan mandiri. Dan Pasal 1 ayat 7 menjelaskan Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemihan Umum KabupatenKota, selanjutnya
disebut KPU Provinsi dan KPU KabupatenKota, adalah penyelenggara Pemilu di Provinsi dan KabupatenKota.
6. Jumlah Kursi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah KabupatenKota
Berdasarkan ketentuan Pasal 50 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat,
Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menegaskan jumlah kursi anggota DPRD KsbupstenKota ditetapkan
sekurang-kurangnya 20 dua puluh kursi dan sebanyak-banyaknya 45 empat puluh lima kursi. Pasal 50 ayat 2 kemudian menjelaskan lebih lanjut bahwa
jumlah kursi anggota DPRD KabupatenKota sebagaimana dimaksud pada ayat 1 didasarkan pada jumlah penduduk di KabupatenKota dengan
ketentuan: a.
Kabupatenkota dengan jumlah penduduk sampai dengan 100.000 seratus ribu jiwa mendapat 20 dua puluh kursi;
b. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 seratus ribu
jiwa sampai dengan 200.000 dua ratus ribu jiwa mendapat 25 dua puluh lima kursi;
c. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 200.000 dua ratus
ribu jiwa sampai dengan 300.000 tiga ratus ribu jiwa mendapat 30 tiga puluh kursi;
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
d. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 300.000 tiga ratus
ribu jiwa sampai dengan 400.000 empat ratus ribu jiwa mendapat 35 tiga puluh lima kursi;
e. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 400.000 empet ratus
ribu jiwa sampai dengan 500.000 lima ratus ribu jiwa mendapat 40 empat puluh kursi;
f. Kabupatenkota dengan jumlah penduduk lebih dari 500.000 seratus ribu
jiwa mendapat 45 empat puluh lima kursi; 6.
Besar Daerah Pemilihan
Daera Pemilihan Besar daerah pemilihandistrict magnitute adalah berapa banyak anggota lembaga perwakilan rakyat yang akan dipilih dalam suatu daerah
pemilihan. Atau dengan kata lain: besar daerah pemilihan adalah jumlah kursi dalam satu daerah pemilihan.
26
Metode penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis normatif dan didukung oleh penelitian yuridis empiris. Adapun bahan
hukum primer yang diteliti adalah berupa bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
peraturan perundang-undangan, dan peraturan pelaksana yang dianggap menunjang penulisan skripsi ini. Bahan hukum sekunder yang dipergunakan
F. Metode Penelitian
Metode merupakan suatu cara yang digunakan dalam mencapai suatu tujuan untuk menunjang dalam usaha penyusunan dan pembahasan skripsi.
26
Pipit Rochijat Kartawdjaja. Alokasi Kursi, Kadar Keterwakilan Penduduk dan Pemilih. 2003. Jalasutra: Yogyakarta. Hal 18
Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008.
USU Repository © 2009
adalah berupa karya ilmiah seperti bahan pustaka, dokumen-dokumen, buku-buku Library Research,hasil riset dari Internet, serta hasilobservasi lapangan di
Komisi Pemilihan Umum Kota Medan.
G. Sistematika Penulisan.
Dalam menguraikan pembahasan dan untuk dapat lebih dipahami penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab dan sub-sub bab sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN menguraikan tentang Latar Belakang,
Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode
Pengumpulan Data dan Sistematika Penulisan.
BAB II :
menguraikan tentang PEMILIHAN UMUM SEBAGAI SARANA PENEGAKAN KEDAULATAN
RAKYAT yang terbagi dalam tiga sub bab yaitu a
Kedaulatan Rakyat Dalam Pelaksanaan Pemilihan Umum, b Tujuan dan Fungsi Pemilihan Umum, c Sistem
Pemilihan Umum.
BAB III : PEMILIHAN UMUM SETELAH PERUBAHAN
UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 terbagi dalam tiga sub bab
yaitu a Pengaturan Pemilihan Umum, b Penyelenggaraan Pemilihan Umum, c Pemilihan Umum
di Daerah,