Sistem Pemilihan Umum Partai Politik

Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008. USU Repository © 2009 yang menjadi peserta pemilihan umum untuk mewakilinya dalam badan legislatif maupun eksekutif. 22 22 A. Rahman. H.I.. Sistem Politik Indonesia. 2007. Graha Ilmu :Yogyakarta. Hal 147

3. Sistem Pemilihan Umum

Menurut Benjuino Theodore, Istilah “Sistem Pemilihan Umum” sudah sering didengar dan dibaca di berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Tidak jarang pula dalam media massa, setiap hal yang berhubungan dengan pemilihan umum disebut sebagai “istem Pemilu”, mulai dari hak pilih, penyelenggaraan pemilu dan berbagai hal lain. Seseungguhnya istilah “sistem pemilu” memiliki definisi yang lebih sempit dan ketat. “Sistem Pemilihan Umum adalah rangkaian aturan yang menurutnya 1 pemilih mengekspresikan prefensi politik mereka, dan 2 suara dari para pemilih diterjemahkan menjadi kursi.” Definisi ini mengisyaratkan bahwa sistem pemilihan umum mengandung elemen-elemen struktur kertas suara dan cara pemberian suara, besar distrik, serta penerjemahan suara menjadi kursi. Dengan demikian hal- hal seperti administrasi pemilihan umum dan hak pilih, walaupun penting berada di luar lingkup pembahasan sistem pemilihan umum. Giovanni Sartori menyebutkan bahwa sistem pemilihan umum adalah “sebuah bagian yang paling esensial dari kerja sistem politik. Sistem Pemilihan umum bukan hanya instrumen politik yang paling mudah dimanipulasi; ia juga membentuk sistem kepartaian dan mempengaruhi spktrum representasi”. Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008. USU Repository © 2009 Arend Lijphart yang mengatakan “sistem pemilihan umum adalah elemen peling mendasar dari demokrasi perwakilan”. 23 1. Carl J. Friedrick : Sekelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya, dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat ideal maupun materiil.

4. Partai Politik

Menurut Edy Murya, sudah banyak definisi dikemukakan oleh sarjana mengenai pengertian Partai Politik definisi-definisi tersebut antara lain. 2. Roger Soltou : Sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik, yang dengan memanfaatkan kekuasaan memilih, bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijakan umum mereka. 3. Sigmund Neuman : Organisasi dari aktivitas-aktivitas politik yang berusaha untuk menguasai kekuasaan pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan melawan golongan atau golongan lain yang tidak sepaham. 4. Miriam Budiardjo : Suatu kelompok yang terorganisir yang anggota- anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama dengan tujuan memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan 23 http:www.geocities.combenjuinotmartikelinikah_sistem_pemilu_index.html . Diakses pada tanggal 15 April 2008 pukul 20.05 WIB Rahmad Fauzi Salim : Hubungan Antara Sistem Pemilihan Umum Dengan Jumlah Kursi Partai Politik Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Medan, 2008. USU Repository © 2009 politik biasanya, dengan cara konstitusional guna melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. 5. Mac Iver : suatu perkumpulan terorganisasi untuk menyokong suatu prinsip atau kebijaksanaan policy0 yang oleh perkumpulan itu diusahakan sesuai dengan cara-cara yang sesuai dengan konstitusi atau UUD agar menjadi penentu cara melakukan pemerintahan. 24 Dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik menyebutkan Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan Partai Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaaan kehendak dan cita- cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum. 25 Pasal 1 ayat 6 menyebutkan Komisi Pemilihan Umum,selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional,