Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
43
Gambar 2.10 Notasi proses dalam DAD
d. Simpanan data
Simpanan data merupakan simpanan dari data yang dapat berupa file basis data sistem komputer, arsip atau catatan manual, table acuan manual, agenda atau
buku dan lain-lain. Simpanan data disimbolkan dengan sepasang garis horizontal pararel yang tertutup disalah satu ujungnya.
Gambar 2.11 Notasi simpanan data dalam DAD
2.5 Basis Data 2.5.1 Defenisi Basis Data
Elmasri, R., B. Navathe dan Shamkant, mendefinisikan bahwa basis data
mempuyai arti :
a. Basis Data merupakan penyajian suatu aspek dari dunia nyata. Misalnya basis
data perbankan, perpustakan, pertanahan dan sebagainya. b.
Basis Data perlu dirancang, dibangun dan data dikumpulkan untuk suatu tujuan. Basis data dapat digunakan oleh beberapa pemakai dan beberapa
aplikasi yang sesuai dengan kepentingan pemakai.
Pada awalnya sistem pemrosesan data dimulai dari sistem pemrosesan manual berbasis kertas. Sistem pemrosesan data dengan tingkat dasar. Apabila
data diproses dengan cara ini maka sulit sekali untuk diurutkan berdasarkan kategori yang diinginkan, apabila data berjumlah besar.
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
44
2.5.2 SQL Structured Query Language
Structured Query Language SQL merupakan bahasa standar atau non-prosedural yang tidak menyediakan struktur pemrograman tradisional, untuk
query yang meliputi perintah untuk menyimpan informasi serta untuk mengambilnya dengan cepat, memelihara, mengatur akses-akses ke database dan
mengolah relasi antar database [Petroutsos E., 2002].
Perintah dalam metode SQL antara select, insert, update :
Tabel 2.4 Perintah Dasar SQL
Perintah
a. SELECT
b. INSERT
c. UPDATE Penggunaan
Digunakan untuk menampilkan dan memilih suatu data dengan kondisi tertentu :
Syntax :
SELECT daftar_field FROM nama_table IN nama_basis_data WHERE
kondisi_pencarian GROUP BY
daftar_field
HAVING group_kriteria ORDER BY daftar_field
Digunakan untuk memasukan satu baris sata ke dalam table atau memasukkan satu buah record secara satu per satu.
Syntacx :
INSERT INTO nama_tabel kolom1, kolom2,.. VALUES
Nilai 1, Nilai2,… Digunakan untuk mengganti satu atau beberapa buah data yang
telah ada di dalam database. Syntacx :
UPDATE nama_table SET kolom1 = nilai WHERE kondisi
2.5.3 Model Data Relasional
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
45
Model ini menggunakan sekumpulan tebel berdimensi dua, dengan
masing-masing relasi tersusun atau baris dan atribut. Relasi dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghilangkan kemubaziran data dan menggunakan kunci
tamu untuk berhubungan dengan relasi lain.
Pada model relasi-relasi hubungan antara table direlasikan dengan kunci utama dari masing-masing table.
Kemungkinan relasi antar table dalam file basis data adalah :
a. One to One
Hubungan antar table satu dengan yang lainnya adalah satu banding satu bila satu record yang ada pada satu entitytable hanya punya satu relasi pada
table lainnya.
b. One to Many
Hubungan antara table pertama dengan table kedua adalah berbanding satu dan dapat pula dibalik satu banding banyak.
c. Many to many
Hubungan antara table pertama dengan table kedua adalah banyak dibanding banyak.
2.5.4 Normalisasi
Proses mengubah relasi menjadi bentuk normal disebut dengan normalisasi Kroenke, David M., menurut Kroenke normalisasi adalah proses untuk mengubah
suatu relasi yang memiliki masalah tertentu ke dalam dua buah relasi atau lebih
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
46 yang tidak memiliki masalah tersebut. Proses ini dilakukan dengan memecah
relasi menjadi dua atau relasi yang lebih kecil dengan jumlah atribut yang lebih kecil sehingga menjadi bentuk normal. Relasi tidak berada pada bentuk normal
akan mengakibatkan masalah sewaktu pemakaian, antara lain adanya redudansi data dan anomali. Anomali adalah proses pada basis data yang memberikan efek
samping yang tidak diharapkan misalnya menyebabkan ketidakkonsistensian data atau membuat sesuatu data menjadi hilang ketika data lain dihapus.
2. Primary Key Kunci Primer
Kunci primer adalah kunci kandidat yang dipilih sebagai kunci utama untuk mengidentifikasikan baris dalam table.
3. Alternate Key Kunc i Alternatif
Kunci alternatif adalah semua kunci kandidat yang tidak bertindak sebagai kunci.
4. Foreign Key Kunci Tamu
Kunci tamu adalah sembarang atribut yang menunjuk ke kunci primer pada table lain.
b. Ketergantungan Fungsi Functional Dependency
Ketergantungan Fungsi adalah macam dependensi yang banyak diulas pada literatur basis data. Ketergantungan kunci didefinisikan sebagai berikut :
Suatu atribut Y mempunyai dependasi fungsional terhadap atribut X jika dan hanya jika setiap nilai X berhubungan dengan nilai Y.
Tahapan dalam proses normalisasi dari bentuk pertama hingga bentuk normal ketiga adalah sebagai berikut :
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
47 a. Bentuk Normal Pertama 1NF
Bentuk normal pertama 1NF diberikan pada table yang belum ternormalisasi, atau table yang memiliki atribut berulang. Relasi dikatakan dalam
bentuk normal pertama jika dan hanya jika setiap atribut bernilai tunggal untuk setiap baris. Relasi yang memenuhi bentuk normal pertama biasanya memiliki
masalah yang disebabkan karena redudansi data.
b. Bentuk Normal Kedua 2NF
Relasi dalam bentuk normal kedua jika dan hanya jika berada dalam bentuk normal pertama dan semua atribut bukan kunci atribut yang bukan
merupakan kunci primer memiliki dependensi sepenuhnya terhadap kunci primer. Dalam ungkapan yang lebih praktis bentuk normal kedua mensyaratkan setiap
atribut bergantung pada kunci primer.
c. Bentuk Normal Ketiga 3NF
Suatu relasi berada dalam bentuk ketiga jika berada dalam bentuk normal kedua dan setiap atribut bukan kunci tidak memiliki dependensi transitif terhadap
kunci primer.
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
48
BAB III
ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
Metode yang digunakan untuk mengembangkan perangkat lunak pada skipsi ini adalah metode sekuensial linear model air terjun waterfall. Pada
metode waterfall terdapat 5 tahap, yaitu analisis data dan identifikasi kebutuhan sistem, rancang sistem, implementasi, pengujian, dan perawatan.
Analisis dan Identifikasi Sistem Analisis Masalah
Masalah-masalah yang dapat diselesaikan dengan perangkat lunak ini nantinya antara lain :
a. Diperlukan sebuah sistem yang dapat dijadikan sebagai pendukung keputusan
dalam pendiagnosaan klasifikasi asma. Dimana sistem ini nantinya menghasilkan 3 buah output klasifikasi asma :
1. Asma Episodik Jarang
2. Asma Episodik Sering
3. Asma Episodik Beratpersisten.
Input yang mempegaruhi output ada 8, yaitu : 1.
Frekwensi Serangan : 1 kalibulan; 1kalibulan; sering 2.
Lama Serangan : 1 minggu; = 1 minggu; hampir sepanjang tahun; tidak ada remisi
3. Intensitas Serangan : Ringan; Lebih Berat; Berat
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
49 4.
Diantara Serangan : Tanpa Gejala; Sering ada Gejala; Gejala Siang dan Malam
5. Tidur dan Aktivitas : Tidak Terganggu; Sering Terganggu; Sering
Terganggu 6.
Pemeriksaan Fisik di luar Serangan : Normal; Mungkin Terganggu; Tidak Pernah Normal
7. Obat Pengendali Antiinflamasi : Tidak Perlu; Perlu; nonsteroid; perlu,
Steroid 8.
Fungsi Paru diluar Serangan : PEFFEVI 80; PEFFEV1 60-80; PEFFEV160
b. Diperlukan sebuah sistem yang dapat dijadikan sebagai pendukung keputusan dokter dalam pendiagnosaan beratnya serangan asma.
Dimana sistem nantinya menghasilkan 3 buah output derajat beratnya asma : 1.
Serangan Ringan 2.
Serangan Sedang 3.
Serangan Berat
Input yang mempegaruhi output ada 7, yaitu : 1.
Sesak Napas : Berjalan sudah sesak, masih dapat berbaring; Berbicara sudah sesak, lebih enak duduk, berbaring sesak; Istirahat sudah sesak,
duduk harus membungkuk ke depan karena sesak 2.
Berbicara : Dapat menyelesaikan kalimat; Berbicara terputus-putus; Sukar berbicara karena sesak
3. Kegelisahan : Kadang-kadang Gelisah; Selalu Gelisah; Selalu Gelisah
4. Frekuensi Pernapasan : Meningkat; Meningkat; Sering30 kalimenit
5. Otot-otot bantu Napas : Biasanya tidak digunakan; Biasanya digunakan
6. Bising Mengi : Sedang; sering hanya akhir ekspirasi; Keras
7. NadiMenit : 100; 100-120; 120
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
50 c. Diperlukan sebuah sistem yang dapat dijadikan sebagai pendukung keputusan
penderita dalam menetukan waktu yang tepat untuk meminta pertolongan dokter.
Dimana sistem ini nantinya menghasilkan 3 buah output saran untuk menentukan waktu yang tepat dalam meminta pertolongan dokter :
1. Hubungi dokter untuk instruksi lebih lanjut
2. Hubungi dokter segera hari ini untuk instruksi lebih lanjut
3. Rujuk ke ruang Gawat Daurat
Input yang mempegaruhi output ada 3, yaitu : 1.
Nilai Arus Puncak Ekspirasi APE sebelum pengobatan awal : 50; 50,50
2. Nilai Arus Puncak Ekspirasi APE sesudah pengobatan awal : 80; 50-
80; 50 3.
Gejala : Tidak ada mengi atau sesak; Mengi dan sesak napas menetap; Mengi dan sesak napas sangat menonjol
Identifikasi Kebutuhan
Kebutuhan dari dokter :
Dokter memerlukan saranpendapat dari dokter lain sebagai pertimbangan keputusan medis terhadap diagnosis klasifikasi penyakit asma dan diagnosis
beratnya serangan asma. Dengan semakin canggihnya teknologi komputer, dapat dibuat suatu sistem yang mampu memberikan masukkan bagi dokter dalam
pengambilan keputusan medis dalam diagnosis klasifikasi asma dan diagnosis derajat beratnya serangan asma.
Kebutuhan dari penderitakeluarga penderita :
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
51 Penderitakeluarga penderita memerlukan saranpendapat untuk membantu
keputusanya dalam menentukan waktu yang tepat untuk meminta pertolongan dokter pada saat serangan asma. Dengan semakin canggihnya teknologi komputer,
dapat dibuat suatu sistem yang mampu memberikan masukkan bagi penderitakeluarga penderita dalam pengambilan keputusannya dalam menentukan
waktu yang tepat untuk meminta pertolongan dokter pada saat serangan asma.
Spesifikasi Sistem
Sistem yang dibuat nantinya memiliki fasilitas dan kemampuan- kemampuan sebagai berikut :
a. Proses Login dan Password : Tenaga Ahli; Pengguna Dokter; Pengguna Pasien
b. Proses Input Data Pembelajaran untuk JST Ketepatan Diagnosis menurut
klasifikasi Asma, JST Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma, JST Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter.
c. Proses Pelatihan untuk JST Ketepatan Diagnois menurut klasifikasi Asma, JST
Ketepatan Beratnya Serangan Asma, JST Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter.
d. Proses Pengujian dan Prediksi untuk JST Ketepatan Diagnosis menurut
klasifikasi Asma, JST Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma, JST Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter.
Perancangan Sistem Diagram Konteks
Pada Jaringan Syaraf Tiruan untuk Prediksi Keputusan pada Penyakit Asma terdiri dari tiga entitas eksternal yang mempuyai hak dan kewajiban yang
berbeda. Tenaga ahli memiliki hak akses penuh pada sistem, dan tugas tenaga ahli
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
52 pada sistem ini adalah memasukkan data pembelajaran, melakukan pengujian
terhadap hasil pembelajaran serta melakukan pembelajaran di mana proses pembelajaran membutuhkan data variable pembelajaran jumlah epoch maxsimal,
laju pembelajaran target error. Tenaga ahli akan mendapatkan hasil pengujian sistem dan grafik MSE dan nilai bobot-bobot pada tiap-tiap neuron. Entitas luar
yang kedua adalah dokter, pengguna dengan level kuasa dokter hanya dapat menggunakan dua buah JST, yaitu JST Ketepatan Diagonis menurut klasifikasi
Asma dan JST Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma. Dokter tidak dapat memasukkan data pembelajaran, pengguna dengan level Dokter hanya dapat
melakukan proses prediksi kemudian menerima hasil prediksi dari sistem. Pengguna ketiga dari sistem adalah Penderita Asma, Penderita Asma hanya dapat
menggunakan JST Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter. Seperti halnya Dokter, Penderita Asma tidak dapat memasukkan data pembelajaran,
Penderita Asma hanya dapat melakukan proses prediksi kemudian menerima hasil prediksi dari sistem.
Diagram kontenks pada gambar 3.1 menggambarkan karakteristik Jaringan Syaraf Tiruan untuk Prediksi Keputusan pada Penyakit Asma dengan kesatuan
luar atau pemakai yang terlibat dalam penggunaan informasi.
Data pembelajaran, Pengujian JST 1 Ketepatan Diagonis menurut Klasifikasi Asma
Data Pembelajaran, Pengujian JST 2 Ketepatan Beratnya Serangan Asma
Data Pembelajaran, Pengujian JST 3 Ketepatan Waktu dalam Meminta
Pertolongan Dokter
Data Variabel Pembelajaran
Hasil Pengujian JST 1 Ketepatan Diagonis menurut Klafikasi Asma
Hasil Pengujian JST 2 Ketepatan Beratnya Serangan Asma
Hasil Pengujian JST 3 Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter
Grafik MSE dan Nilai Bobot
Input JST 1 Ketepatan Diagonis
Menurut klasifikasi Asma
Input JST 2 Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma
Output JST 1 Ketepatan Diagnosis
Input JST 3 menurut klasifikasi Asma
Ketepatan
Output JST 2 Ketepatan Penilaian Waktu dalam
Beratnya Serangan Asma Meminta
pertolongan dokter
Tenaga Ahli Jaringan Syaraf Tiruan untuk
Prediksi Keputusan pada Penyakit Asma
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
53
Output JST 3 Ketepatan Waktu dalam Menerima Pertolongan Dokter
Gambar 3.1 Diagram Konteks 3.2.2 Perancangan Model Proses dengan DAD
3.2.2.1 DAD Level 0 Jaringan Syaraf Tiruan untuk Prediksi Keputusan pada Penyakit Asma
Input JST 1
Output JST 1 Data Epoh
Data MSE 1 Data MSE 2
Grafik Data Epoh
Data MSE 1 Data Pembelajaran, Pengujian JST 1
Data MSE 2 Data Variabel Pembelajaran JST 1
Hasil Pengujian JST 1 Grafik MSE dan Nilai Bobot Data Pembelajaran JST 1
Tbl Belajar 1 Data Pembelajaran JST 1
Data Hasil Pembelajaran JST 1 Tbl Hasil Belajar 1
Data Hasil Pembelajaran JST 1 Data Pembelajaran, Pengujian JST 2
Data Variabel Pembelajran JST 2 Hasil Pengujian JST 2
GrafikMSE dan Nilai Bobot Data Pembelajaran JST 2
Input JST 2 Data Pembelajaran JST 2 Tbl Belajar 2
Output JST 2 Data Hasil Pembelajran JST 2
Data Epoh Tbl Hasil Belajar 2
Data MSE 1 Data Epoh
Data Hasil Pembelajaran JST 2 Data MSE 2
Data MSE 1 Data MSE 2
Data Epoh Data MSE 1
Data MSE 2 Grafik 3
Input JST 3 Data Epoh
Data MSE 1 Dokter
Penderita Asma
1. 0 JST Ketepatan
Diagnosis menurut
klasifikasi Asma Tenaga Ahli
Dokter 2. 0
JST Ketepatan Penilaian
Beratnya Serangan Asma
Penderita Asma
Grafik 2
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
54
Data MSE 2 Output JST 3
Data Pembelajaran JST 3 Tbl Belajar 3
Data Pembelajaran JST 3 Data Hasil Pembelajran JST 3
Tbl Hasil Belajar 3 Data Hasil Pembelajaran JST 3
Gambar 3.2 DAD Level 0 Jaringan Syaraf Tiruan untuk Prediksi Keputusan pada Penyakit Asma
Pada Sistem Jaringan Syaraf Tiruan untuk Prediksi Keputusan pada Penyakit Asma ini terdapat 3 buah Jaringan Syaraf Tiruan, yaitu :
1. JST Ketepatan Diagnosa menurut Klasifikasi Asma 2. JST Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma
3. JST Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter
Pada Gambar 3.2 terlihat bahwa ada 6 buah Data Store, antara lain :
1. Tbl Belajar 1 2. Tbl Hasil Belajar 1
3. Tbl Belajar 2 4. Tbl Hasil Belajar 2
5. Tbl Belajar 3 6. Tbl Hasil Belajar 3
7. Tbl Grafik 8. Tbl Grafik 2
9. Tbl Grafik 3
3.2.2.2 DAD Level 1 JST Ketepatan Diagnosa menurut Klasifikasi Asma
JST Ketepatan Diagnosa menurut Klasifikasi Asma memiliki 3 proses didalamnya antara lain adalah :
3. 0 JST Ketepatan
Waktu dalam Meminta
Pertolongan Dokter
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
55 1.
Peng-input-an data Tbl Belajar 1, Tenaga ahli akan meng-input-kan data pembelajaran JST 1, dimana data tersebut disimpan pada data store Tbl Belajar
1.
2. Pembelajaran JST 1, proses ini mendapat 4 buah data, yaitu data variable
pembelajaran dari tenaga ahli yang akan digunakan untuk proses pembelajaran, data pembelajaran JST 1 dari Tbl Belajar yang akan digunakan
untuk proses pembelajaran, data hasil pembelajaran JST 1 dari Tbl Hasil Belajar 1, kemudian data epoh, data MSE1 dan data MSE 2 akan diolah
menjadi table grafik. Proses ini menghasilkan 3 buah data, yaitu nilai bobot dan grafik MSE untuk tenaga ahli, Data Hasil Pembelajaran JST 1 yang akan
disimpan pada Tbl Hasil Belajar 1 dan data epoh, data MSE 1 dan data MSE 2 yang akan disimpan pada tabel grafik.
3. Pengujian JST 1, dimana proses ini mendapatkan input dari Tenaga Ahli
berupa data pengujian, input dari Dokter berupa data input JST 1 dengan data ini akan didapatkan prediksi keputusan serta input dari data store Tbl Hasil
Belajar 1 berupa data hasil pembelajaran JST 1. Output yang dihasilkan oleh proses ini adalah Hasil Pengujian JST 1 yang ditujukan pada Tenaga Ahli,
Output JST 1 Prediksi Keputusan Klasifikasi Asma.
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
56 Untuk lebih jelasnya DAD Level 1 JST Ketepatan Diagnosa menurut
Klasifikasi Asma dapat dilihat pada gambar 3.3.
Data Pembelajaran JST 1 Data Variabel Pembelajaran
Data Pembelajaran JST 1 Grafik MSE
Tbl Belajar 1 Nilai Bobot
Data Pengujian JST 1 Data Pembelajaran JST 1
Hasil Pengujian JST 1 Data Epoh, MSE1, MSE2
Grafik Data Epoh, MSE1, MSE2
Data hasil Pembelajaran JST 1 Data hasil Pembelajaran JST 1
Data Hasil Pembelajaran JST 1
Tbl Hasil Belajar 1
Input JST 1 1.2
Pembelajaran JST 1 1.1
Peng-inputan data Tbl Belajar 1
1.3 Pengujian JST 1
Tenaga Ahli
Dokter
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
57
Output JST 1
Gambar 3.3 DAD Level 1 JST Ketepatan Diagnosa menurut Klasifikasi Asma
3.2.2.3 DAD Level 1 JST Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma
JST Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma memiliki 3 proses didalamnya antara lain adalah :
1. Peng-input-an data Tbl Belajar 2, Tenaga Ahli akan meng-input-kan data
pembelajaran JST 2, dimana data tersebut disimpan pada data store Tbl Belajar 2.
2. Pembelajaran JST 2, proses ini mendapat 4 buah data, yaitu data variable
pembelajaran dari tenaga ahli yang akan digunakan untuk proses pembelajaran, data pembelajaran JST 2 dari Tbl Belajar 2 yang akan
digunakan untuk proses pembelajaran, data hasil pembelajaran JST 2 dari Tbl Hasil Belajar 2, kemudian data epoh, data MSE1 dan data MSE 2 akan diolah
menjadi table grafik 2. Proses ini menghasilkan 3 buah data, yaitu nilai bobot dari garafik MSE untuk tenaga ahli, data Hasil Pembelajaran JST 2 yang akan
disimpan pada Tbl Hasil Belajar 2 dan data epoh, data MSE1 dan data MSE 2 yang akan disimpan pada table grafik 2.
3. Pengujian JST 2, dimana proses ini mendapatkan input dari Tenaga Ahli
berupa data pengujian, input dari Dokter berupa data input JST 2 dengan data ini akan didapatkan prediksi keputusan serta input dari data store Tbl Hasil
Belajar 2 berupa data hasil pembelajaran JST 2. Output yang dihasilkan oleh
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
58 proses ini adalah Hasil Pengujian JST 2 yang ditujukan pada Tenaga Ahli,
Output JST 2 Prediksi Keputusan Beratnya Serangan Asma ditujukan pada Dokter.
Untuk lebih Jelasnya DAD Level 2 JST Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma dapat dilihat pada gambar 3.4.
Data Pembelajaran JST 2 Data Variabel Pembelajaran
Data Pembelajaran JST 2 Grafik MSE
Tbl Belajar 2 Nilai Bobot
Data Pengujian JST 2 Data Pembelajaran JST 2
Hasil Pengujian JST 2 Data Epoh, MSE1, MSE2
Grafik 2 Data Epoh, MSE1, MSE2
Data hasil Pembelajaran JST 2 Data hasil Pembelajaran JST 2
Data Hasil Pembelajaran JST 2
Tbl Hasil Belajar 2
Input JST 2 2.2
Pembelajaran JST 2 2.1
Peng-inputan data Tbl Belajar 2
2.3 Pengujian JST 2
Tenaga Ahli
Dokter
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
59
Output JST 2
Gambar 3.4 DAD Level 1 JST Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma
3.2.2.4 DAD Level 1 JST Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter
JST Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter memiliki 3 proses didalamnya antara lain adalah :
1. Peng-input-an data Tbl Belajar 3, Tenaga Ahli akan meng-input-kan data
pembelajaran JST 3, dimana data tersebut disimpan pada data store Tbl Belajar 3.
2. Pembelajaran JST 3, proses ini mendapat 4 buah data, yaitu data variable
pembelajaran dari tenaga ahli yang akan digunakan untuk proses pembelajaran, data pembelajaran JST 3 dari Tbl Belajar 3 yang akan
digunakan untuk proses pembelajaran, data hasil pembelajaran JST 3 dari Tbl Hasil Belajar 3, kemudian data epoh, data MSE1 dan data MSE 2 akan diolah
menjadi table grafik 3. Proses ini menghasilkan 3 buah data, yaitu nilai bobot dari garafik MSE untuk tenaga ahli, data Hasil Pembelajaran JST 3 yang akan
disimpan pada Tbl Hasil Belajar 3 dan data epoh, data MSE1 dan data MSE 2 yang akan disimpan pada table grafik 3.
3. Pengujian JST 3, dimana proses ini mendapatkan input dari Tenaga Ahli
berupa data pengujian, input dari Penderita Asma berupa data input JST 3
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
60 dengan data ini akan didapatkan prediksi keputusan serta input dari data
store Tbl Hasil Belajar 3 berupa data hasil pembelajaran JST 3. Output yang dihasilkan oleh proses ini adalah Hasil Pengujian JST 3 yang ditujukan pada
Tenaga Ahli, Output JST 3 Prediksi Keputusan Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter ditujukan pada Penderita Asma.
Untuk lebih Jelasnya DAD Level 2 JST Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter dapat dilihat pada gambar 3.5.
Data Pembelajaran JST 3 Data Variabel Pembelajaran
Data Pembelajaran JST 3 Grafik MSE
Tbl Belajar 3 Nilai Bobot
Data Pengujian JST 3 Data Pembelajaran JST 3
Hasil Pengujian JST 3 Data Epoh, MSE1, MSE2
Grafik 3 Data Epoh, MSE1, MSE2
Data hasil Pembelajaran JST 3 Data hasil Pembelajaran JST 3
Data Hasil Pembelajaran JST 3
Tbl Hasil Belajar 3 3.2
Pembelajaran JST 3 3.1
Peng-inputan data Tbl Belajar 3
3.3 Pengujian JST 3
Tenaga Ahli
Dokter
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
61
Input JST 3 Output JST 3
Gambar 3.5 DAD Level 1 JST Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter
3.2.3 Perancangan Model JST
Pada perancangan model untuk JST terdiri dari 3 rancangan pokok, yaitu :
1. Penepatan masukkan 2. Penepatan keluaran
3. Arsitektur jaringan
3.2.3.1 Penetapan Masukkan
1. Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Diagnosis menurut Klasifikasi Asma Penetapan masukkan dilakukan dengan memasukkan parameter klinis,
kebutuhan obat, fungsi paru yang berjumlah 8 masukkan X yang terdiri dari : 1. X1 Frekuensi Serangan
2. X2 Lama Serangan 3. X3 Intensitas Serangan
4. X4 Diantara Serangan 5. X5 Tidur dan Aktivitas
6. X6 Pemeriksaan Fisik diluar Serangan 7. X7 Obat Pengendali Antiinflamasi
8. X8 Fungsi Paru diluar Serangan
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
62 2. Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma
Penetapan masukkan dilakukan dengan memasukkan gejala klinis berjumlah 7 masukkan yang terdiri dari :
1. X1 Sesak Napas 2. X2 Berbicara
3. X3 Kegelisahan 4. X4 Frekuensi Pernapasan
5. X5 Otot-otot Bantu Pernapasan 6. X6 Bising Mengi
7. X7 Nadi per Menit
3. Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter Penerapan masukkan dilakukan dengan memasukkan gejala klinis
berjumlah 3 masukkan X yang terdiri dari :
1. X1 Nilai APE sebelum Pengobatan Awal 2. X2 Nilai APE sesudah Pengobatan Awal
3. X3 Gejala
3.2.3.2 Penetapan Keluaran
1. Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Diagnosa menurut Klasifiksi Asma
Output yang akan dihasilkan pada sistem ini adalah 3 klasifikasi episodik asma :
1. Asma Episodik Jarang
2. Asma Episodik Sering
3. Asma Episodik BeratPersisten
2. Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma
Output yang dihasilkan pada sistem ini adalah 3 klasifikasi serangan asma :
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
63 1.
Serangan Ringan 2.
Serangan Sedang 3.
Serangan Berat
3. Jaringan Syaraf tiruan Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter
Output yang dihasilkan pada sistem ini adalah 3 keputusan waktu yang tepat untuk menerima pertolongan dokter :
1. Hubungi dokter untuk intruksi lebih lanjut
2. Hubungi dokter segerahari ini untuk intruksi lebih lanjut
3. Rujuk ke Ruang Gawat Daurat
3.2.3.3 Arsitektur Jaringan
1. Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Diagnosa menurut Klasifikasi Asma
JST ini dibuat dengan arsitektur 8-n-2, yaitu : a.
8 neuron pada lapisan masukan b.
n neuron pada lapisan tersembunyi c.
2 neuron pada lapisan keluaran
Struktur JST ini adalah sebagai berikut :
Frekuensi Z1
Serangan V11
Z_in 1
V1n W11
W12 Y1
y_in 1 X1
Z_in1= V01+
∑
= 8
1 i
V11 X1
~
Z_in1= V01 +
∑
= n
j 1
Wj 1 Zj
~
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
64 V81
Y2 y_in 2
Wn1 V8n
V01
zn
V0n
z_inn
W02 W01
Gambar 3.6 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Diagnosa menurut Klasifikasi Asma
2. Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma
JST ini dibuat dengan arsitektur 7-n-2, yaitu : a.
7 neuron pada lapisan masukan b.
n neuron pada lapisan tersembunyi c.
2 neuron pada lapisan keluaran
Struktur JST ini adalah sebagai berikut :
Sesak Z1
Napas V11 V11
Z_in 1
V1n W11
W12 Y1
y_in 1
V71
Y2 y_in 2
~
~
Z_in1= V01 +
∑
= 8
1 i
V11 X1
1 X8
1
Z in1= V01 +
∑
= n
j 1 Wj 2 Zj
X1
Z_in1= V01 +
∑
= 8
1 i
V11 X1
~
Z_in1= V01 +
∑
= n
j 1
Wj 1 Zj
~
~
Z_in1= V01 +
∑
= n
j 1
Wj 2 Zj
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
65 Wn1
V7n
V01
zn
V0n
z_inn
W02 W01
Gambar 3.7 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Penilaian Beratnya Serangan Asma
3. Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter
JST ini dibuat dengan arsitektur 3-n-2, yaitu : a.
3 neuron pada lapisan masukan b.
n neuron pada lapisan tersembunyi c.
2 neuron pada lapisan keluaran
Struktur JST ini adalah sebagai berikut :
APE sebelum
Z1
pengobatan awal
v11 Z_in 1
V1n W11
W12 Y1
y_in 1
V31
Y2 y_in 2
~
Z_in1= V01 +
∑
= 8
1 i
V11 X1
1 X7
1
X1
Z_in1= V01+
∑
= 3
1 i
V11 X1
~
Z_in1= V01 +
∑
= N
J 1
Wj 1 Zj
~
~
Z_in1= V02 +
∑
= N
J 1
Wj 2 Zj
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
66 Wn1
V3n
V01
zn
V0n
z_inn
W02 W01
Gambar 3.8 Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Ketepatan Waktu dalam Meminta Pertolongan Dokter
3.2.4 Perancangan Basis Data
3.2.4.1 Tabel dan Keterangan
1. Tabel dan Keterangan a. JST Ketepatan Diagnosa menurut Klasifikasi Asma
a.1 Tabel Belajar 1