Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
30 n
: Jumlah data pembelajaran X
i
: Unit masukan i x
i
: Sinyal input dan output pada unit masukan Z
j
: Unit tersembunyi j z_in
j
: Sinyal input terbobotimasukan untuk unit tersembunyi Z
j
z
j
: Sinyal keluaranaktivasi dari unit tersembunyi Z
j
v
0j
: Bias pada unit tersembunyi j Y
k
: Unit keluaran k y_in
k
: Sinyal input terbobotimasukan untuk unit keluaran Y
k
y
k
: Sinyal keluaranaktivasi dari unit keluaran Y
k
w
0k
: Bias pada unit keluaran k
k
: Informasi errorgalat pada unit keluaran Y
k
yang dipropagasi balik ke unit tersembunyi.
_in
j
: Jumlah delta input pada lapisan tersembunyi dari unit pada lapisan diatasnyalapisan keluaran Y
k
.
j
: Informasi errorgalat pada unit tersembunyi Z
j
. w
jk
: Koreksi bobot antara lapisan keluaran Y
k
dengan lapisan tersembunyi Z
j
. W
0k
: Koreksi bias antara lapisan keluaran Y
k
dengan lapisan tersembunyi Z
j
. v
ij
: Koreksi bobot antara lapisan tersembunyi Z
j
dengan lapisan masukan X
i
. w
jk
: Bobot antara lapisan keluaran Y
k
dengan lapisan masukan Z
j
yang sudah disesuaikan.
v
ij
: Bobot antara lapisan tersembunyi Z
j
dengan lapisan masukan X
i
yang sudah disesuaikan.
: Laju pembelajaran learning rate . t
k
: Target output.
2.2 Asma Defenisi Penyakit Asma
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
31 Asma adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh keadaan saluran napas
yang sangat peka terhadap berbagai rangsangan, baik dari dalam maupun luar tubuh. Akibat dari kepekaan yang berlebihan ini terjadilah penyempitan saluran
napas secara menyeluruh [Angela., Abidin, N., Ekarini, E., 2002].
2.2.2 Gejala Asma
Dasar kelainan asma adalah keadaan bronkus saluran napas bagian dalam yang hiperreaktif terhadap berbagai rangsangan. Jika ada rangsangan pada
bronkus yang hiperreaktif akan terjadi hal-hal berikut ini.
1. Otot bronkus akan mengerut atau menyempit.
2. Selaput lender bronkus membengkak.
3. Produksi lendir menjadi banyak dan kental. Lendir yang kental ini sulit
dikeluarakan dibatukkan sehingga penderita menjadi lebih sesak.
Keadaan bronkus yang sangat peka dan hiperreaktif pada penderita asma
menyebabkan saluran napas menjadi sempit, akibatnya pernapasan menjadi terganggu. Hal ini menimbulkan gejala asma yang khas, yaitu batuk, sesak napas
dan wheezing atau mengi napas berbunyi. Bunyi mengi dan sesak napas disebabkan oleh penyempitan saluran napas, sedangkan batuk disebabkan oleh
produksi lender yang berlebihan. Gejala ini timbul jika ada suatu faktor pencetus berhubungan dengan bronkus yang hiperreaktif.
Manifestasi serangan asma tidak sama pada setiap orang. Bahkan, pada satu penderita yang sama, berat dan lamanya serangan dapat berbeda dari waktu
ke waktu. Beratnya serangan dapat bervariasi, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Demikian pula dengan lamanya serangan, serangan bisa saja singkat,
sebaliknya dapat pula berlangsung sampai berhari-hari. Di luar waktu serangan, biasanya penderita berada dalam keadaan sehat, seperti orang normal lainnya.
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
32
2.2.3 Klasifikasi Asma
Berdasarkan konsensus internasional dan konsensus nasional, asma diklasifikasikan menjadi 3 kelompok berikut Tabel 3.1.
1. Asma episodik jarang
2. Asma episodik sedang
3. Asma persisten asma berat
Klasifikasi tersebut berdasarkan pada 8 macam penilaian, yaitu frekuensi serangan, lama serangan, intensitas serangan, keadaan di antar serangan, tidur dan
aktivitas, pemeriksaan fisik di luar serangan, perlu atau tidaknya obat pengendali obat antiinflamasi, fungsi paru di luar serangan.
Setelah diagnosis dan klasifikasi ditentukan, dokter akan merencanakan pengobatan untuk penderita.
Angela., Abidin, N., Ekarini, E., mengkelompokan klasifikasi asma ke dalam tabel yaitu :
Tabel 2.1 Klasifikasi Asma
No Paremeter klinis
kebutuhan obat dan fungsi paru
Asma episodik jarang
asma ringan
Asma episodik sering
asma sedang Asma
persisten asma berat
1. Frekuensi serangan
Kurang dari 1 kalibulan
Lebih dari 1 kalibulan
Sering
2. Lama serangan Kurang dari 1
minggu Satu minggu
atau lebih Hampir
sepanjang tahun, tidak
ada remisi 3.
Intensitas Serangan Ringan
Lebih berat Berat
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
33 4.
Di antara serangan Tanpa gejala
Sering ada Gejala
Gejala siang dan malam
5. Tidur dan aktivitas Tidak terganggu
Sering terganggu
Sangat terganggu
6. Pemeriksaan Fisik di
luar serangan Normal
Mungkin terganggu
Tidak pernah terganggu
7. Obat pengendali
antiinflamasi Tidak perlu
perlu, nonsteroid
Perlu, steroid
8. Fungsi paru di luar
serangan FEFFEV
1
lebih dari 80
FEFFEV
1
60- 80
FEFFEV
1
60
2.2.4 Pengobatan Serangan Asma
Serangan asma akut dapat dibedakan menjadi serangan asma akut, ringan, serangan asma akut sedang dan serangan asma akut berat. Keluarga perlu
mengenali beratnya serangan asma karena serangan asma yang berat dapat mengancam nyawa.
Anak perlu segera dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan jika terdapat gejala-gejala di bawah ini.
1. Tidak dapat bernapas, badanya bungkuk ke depan, dan berbicara terpatah-
patah. Pada bayi, bayi tidak dapat minum, gelisah, kesadaran menurun,
pernapasan cepat, dangkal.
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
34 2.
Anak mengi sangat keras atau tidak terdengar.
Untuk lebih jelasnya, klasifikasi serangan asma dapat dilihat pada Tabel 2.2. Serangan asma akut berat tidak harus didasarkan oleh asma persisten berat.
Dapat saja suatu asma episodik jarang derajat asma yang paling ringan mendapat serangan asma akut berat meskipun jarang. Demikian pula tidak semua gejala atau
parameter harus ada.
Angela., Abidin, N., Ekarini, E., mengkelompokan derajat serangan asma akut ke dalam tabel yaitu :
Tabel 2.2 Derajat Serangan Asma Akut Gejala klinis
Serangan ringan Serangan sedang
Serangan berat
Sesak napas Berjalan sudah
sesak Berbicara sudah
sesak Istirahat sudah
sesak
Masih dapat berbaring
Lebih enak duduk, berbaring sesak
Duduk harus membungkuk ke
depan karena
sesak
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
35 Berbicara
Dapat menyelesaikan
kalimat Berbicara
terputus-putus Sukar berbicara
karena sesak
Kegelisahan Kadang-kadang
gelisah Selalu gelisah
Selalu gelisah Frekuensi
Pernapasan Meningkat
Meningkat Sering lebih dari
30 kalimenit Otot-otot
bantu napas Biasanya tidak
digunakan Biasanya
digunakan Biasanya
digunakan
Bising mengi Sedang, sering
hanya akhir ekspirasi
Keras Keras
Nadimenit Kurang dari 100
100-120 lebih dari 120
Telah disebutkan sebelumnya bahwa serangan asma secara potensial dapat mengancam nyawa. Oleh Karena itu, pengobatan dan penilaian keadaan penderita
harus akurat dan tepat. Secara ideal hal ini harus dilakukan di rumah sakit. Meskipun demikian, ada pendapat bahwa strategi pengobatan serangan asma yang
terbaik adalah pengobatan dini. Dengan demikian, pengobatan dapat dimulai di rumah.
Tujuan penatalaksanaan serangan asma akut yang utama adalah untuk menghentikan serangan secepat mungkin serta mencegah supaya tidak terjadi
serangan berikutnya. Suatu serangan yang ringan dapat hilang jika ditanggulangi dengan cepat dan baik, tetapi kadang-kadang dapat menjadi berat dan
berkepanjangan karena penanganan yang terlambat dan kurang tepat.
Secara keseluruhan, tujuan tatalaksana serangan asma akut adalah sebagai berikut :
1. Meredakan penyempitan jalan napas sesegera mungkin.
2. Mengurangi hipoksemia kurangnya oksigen dalam darah.
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
36 3.
Mengembalikan fungsi paru ke keadaan normal secepatnya. 4.
Perancanaan tatalaksana untuk mencegah secepatnya.
Berikut ini adalah jenis-jenis serangan asma akut.
1. Asma akut ringan
Asma akut ringan ditandai dengan gejala berupa batuk dan mengi tanpa disertai kegelisahan. Tidak ada gangguan aktivitas dan anak dapat berbicara secara
normal.
Dapat diberikan pengobatan dengan inhalasi agonis beta-2 sampai 3 kali pemberian dalam 1 jam pertama, dengan selang waktu 20 menit. Dapat juga
diberikan nebulizer. Jika dengan 1 kali pemberian obat keadaan anak membaik, berarti serangan akut ringan. Biasanya, anak akan membaik terus tanpa
membutuhkan tindakan lain. Obat dapat diteruskan selama 24-48 jam, berikan setiap 4-6 jam.
Jika serangan timbul kembali dalam waktu kurang dari 3 jam maka perlu diberikan steroid tablet, selain agonis beta-2. jika gejala menetap atau memburuk,
anak harus segera dibawa ke rumah sakit.
2. Asma akut sedang
Anak dengan serangan akut yang telah diberi inhalasi agonis beta-2 sebanyak 2-3 kali, tetapi hanya memperlihatkan perbaikan sebagian maka
kemungkinan anak mendapat serangan asma akut sedang. Biasanya selain ada mengi yang terdengar tanpa stetoskop, juga tampak digunakan otot-otot
pernapasan tambahan, pernapasan agak cepat, terdapat gangguan aktivitas sulit berjalan, dan bicara terganggu.
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
37 Kadang-kadang dengan pemberian agonis beta-2 dosis tinggi secara
inhalasi atau agonis beta-2 dikombinasikan dengan ipratropium bromide melalui nebulizer, kondisi sesak membaik. Jika keadaan membaik, pengobatan dapat
diberikan setiap 4 jam selama 24-36 jam.
Akan tetapi, jika gejala tidak berkurang atau menetap, perlu diberikan steroid, yaitu prednisolon atau yang sejenis 1-2 mgkbBBhari. Meskipun
demikian, agonis beta-2 tetap akan diberikan. Jika setelah pemberian agonis beta- 2 sebanyak 3 kali tidak ada perbaikan, anak harus dirujuk ke rumah sakit.
3. Asma akut berat
Jika dengan penanganan di atas serangan asma tidak menunjukan perbaikkan, kemungkinan anak mengalami serangan asma berat. Semua penderita
serangan asma akut berat harus dibawa ke rumah sakit dan memberikan oksigen. Agonis beta-2 diberikan secara nebulizer disertai dengan pemberian oksigen.
Selain itu, anak memerlukan obat-obatan lain yang diberikan secara intravena suntikan.
Jika keadaan sudah membaik, biasanya dokter menganjurkan agar anak dapat dirawat inap sementara waktu, untuk melanjutkan pengobatan dan
mengevaluasi keadaan penyakitnya.
Jika pengobatan di atas tidak menolong atau keadaan anak pada waktu datang ke rumah sakit sangat buruk maka anak perlu dirawat di unit perawatan
intensif ICU = intensive care unit. Jika perlu, dapat dipasang intubasi pemasangan selang ke dalam trakea dan kemudian disambung ke ventilator
untuk membantu pernapasan [Angela., 2002]
2.2.5 Penatalaksanaan Serangan Asma di Rumah
Ferdinand Sinuhaji : Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Prediksi Keputusan Medis Pada Penyakit Asma, 2009. USU Repository © 2009
38 Pengobatan yang dimulai di rumah dilakukan untuk menghindari
keterlambatan pengobatan, mencegah memberatnya serangan asma dan menambah keyakinan penderita dalam mengendalikan serangan.
Skema pengobatan serangan asma akut di rumah sakit dapat dilihat pada gambar 2.6.
Gambar 2.6 Skema pengobatan serangan asma akut di rumah
2.3 Model Rekayasa Perangkat Lunak