modern sekarang ini, dimana bangunan-bagunan tinggi telah mendominasi perkembangan zaman.
II.2.1.3 Perkembangan Pendidikan Arsitektur
Perkembangan arsitektur tentunya mempunyai hubungan yang erat dengan pendidikan arsitektur keduanya akan saling mempengaruhi. Kapan sebenarnya
pendidikan formal arsitektur dimulai belum diketemukan suatu sumber yang pasti. Pada masyarakat tradisional, pengetahuan mambangun dialihkan secara turun
temurun dari generasi ke generasi. Di Eropa baru mendekat abad revolusi industry baru dikenal pendidikan
arsitektur. Sekolah arsitektur yang mula-mula di Eropa adalah “academy of architecture” yang didirikan oleh Jean Baptise Colbert pada tahun 1671. Akademi ini
pada tahun 1793 digabung dengan “Academy of Painting and Sculpture”, yang kemudian terkenal dengan nama “Ecole Des Beaux Arts” di Paris. Pengaruh ecole Des
Beaux Arts sangat kuat dan melus hingga ke Amerika. Kiblat akademi ini adalah bangunan-bangunan klasi yunani.
Pendidikan lain yang sangat terkenal adalah ‘Buhaus”, didirikan pada tahun 1919 di weiner Jerman, oleh arsitek dari gerakan arsitektur modern, Wolter Grophius.
Karena mendapat tekanan politik Walter kemudian meninggalkan Jerman dan berimigrasi ke Amerika. Di amerika Walter grophius memimpin “Department of
architecture”, Harvard University. Metode pendidikannya direncanakan dengan menghapus batas yang memisahkan arsitektur, seni guna dan teknologi . Bauhau
kemudian ditutup pada tahun 1933 oleh kaum fassis jerman. Di Indonesia sendri, oendidikan tinggi arsitektur dimulai pada tahun 1950 di
fakultas teknik Universitas Indonesia di bandung yang kemudian menjadi Institut Teknologi bandung. Konsep pendidikannya banyak diiwarnai oleh pendidikan Belanda.
Karena sebagian besar tenaga pengjarnya berasal dari belanda. Pendidikan Arsitektur di Indonesia walaupun telah berkembang oleh bayak universitas atau Institut negri
ataupun swasta, tidak satupun memiliki metode seperti Bauhaus. Kurikulum dan metoda pendidikan pada juruusan-jurusan arsitektur di Indonesia boleh dikatakan
sama
II.2.1.4 Ruang Lingkup Arsitektur
Dan cakupan pembelajaran dalam arsitektur berupa dalam bidang multi- dispilin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora,
politik.
Universitas Sumatera Utara
Namun arsitektur dapat memberikan petunjuk mengenai cara hidup, tingkat perkembangan social, ekonomi, budaya dan kepercayaan suatu zaman tertentu.
Ungkapan arsitektur selalu dipengaruhi oleh factor geografis, geologi, iklim, agama, perkembangan ilmu dan teknologi, social budaya dan sejarah.
Pada masa lalu pendidikan arsitektur selalu disatukan dengan pendidikan seni rupa, karena kualitas estetis dalam cabang-cabang seni dijumpai pada analognya
dalam arsitektur, namun pada kenyataannya ilmu arsitektur berbeda dengan kenyataannya selama ini karena seni yang diangkat dalam arsitektur sangat terikat
dengan banyak persyaratan seperti persyaratan fungsional, social, iklim dan sebagainya.
Ilmu Arsitektur terbagi dalam beberapa bidang, diantananya adalah : •
Ilmu perencanaan wilyah kota •
Arsitektur landskap •
Desain interior
II.2.2. Perencanaan Wilayah Kota II.2.2.1 Permasalahan Perkotaan
Kota adalah tempat kita tinggal. Kota menyediakan berbagai kebutuhan kita: sandang, pangan, dan papan. Kota sebagai sebuah fenomena ”urban” memberikan
kita lingkungan sosial budaya dan ekonomi yang sangat menentukan preferensi dan perilaku kita.
Kota sebagai tempat terpusatnya kegiatan masyarakat, senantiasa
berkembang baik kuantitas maupun kualitasnya, sesuai perkembangan kuantitas dan kualitas masyarakat. Perkembangan kota perlu dikelola secara baik agar tidak terjadi
hal-hal yang merugikan masyarakat. Sebagaimana diketahui fenomena yang terjadi akibat perkembangan kota yang tidak dikelola secara baik contohnya adalah banjir
lokal karena tersumbatnya saluran drainase oleh sampah, galian-galian pipa dan kabel yang tidak kunjung selesai, perubahan lahan hijau menjadi lahan komersial, dan
lainnya, yang semua itu diakibatkan pembangunan yang dilaksanakan tidak secara terpadu antara satu sektor dengan sektor lainnya.
Di samping, izin pembangunan yang direkomendasikan Pemerintah Daerah sering tidak terpadu dengan peraturan daerah yang telah ditetapkan.
Keadaan sebagai tergambar di atas merupakan keadaan yang umum terjadi di negara- negara berkembang, sebagai akibat dari pembangunan yang lebih berorientasi pada
daerah perkotaan. Dengan pola pembangunan yang demikian, menjadikan laju urbanisasi berjalan dengan cepatnya. Namun urbanisasi tersebut tidak dibarengi
perubahan pola pikir masyarakat dari pedesaan menjadi pola pikir perkotaan. Keadaan
Universitas Sumatera Utara
seperti ini justru merugikan para urbanisan sendiri, yang akibatnya menjadi beban masyarakat kota pada umumnya, dan pengelola kota pada khususnya. Hal tersebut
tercermin dari lebih tingginya persentase penduduk miskin di daerah perkotaan. Di Indonesia, kawasan perkotaan dibedakan berdasarkan status administrasinya,
yakni: 1 Kawasan perkotaan berstatus administratif Daerah Kota;
2 Kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari Daerah Kabupaten; 3 Kawasan perkotaan baru yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah
kawasan perdesaan menjadi kawasan perkotaan; 4 Kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang
berbatasan. Perencanaan kota berhadapan dengan lingkungan binaan dari perspektif
munisipal dan metropolitan dan termasuk pengorganisasian, atau mempengaruhi, distribusi penggunaan tanah dalam wilayah yang telah dibuat atau dimaksudkan untuk
dibuat.. Perencanaan wilayah berhadapan dengan lingkungan yang masih lumayan besar, pada tingkatan yang kutang mendetail. Orang Mesir Hippodamus sering
dianggap sebagai Bapak Perencanaan Kota, untuk desainnya Miletus.
II.2.2.2 Pengertian Perencanaan kota
Perencanaan kota atau wilayahkawasan perkotaan mengacu pada pengertian perencanaan secara umum sebagai proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam hal ini yang menjadi domainnya adalah sektor publik, yang
dalam skala spasial objeknya adalah kota atau kawasan perkotaan.
II.2.2.3 Karakteristik dan Ruang Lingkup Perencanaan Kota