Alasan perceraian Jenis dan Alasan Perceraian 1. Jenis Perceraian

isteri menebus dirinya agar dibebaskan dari ikatan perkawinan dengan cara mengembalikan mas kawin yang telah mereka sepakati sebelumnya . 17 Definisi lain dari khulu’ secara bahasa berarti tebusan dan menurut istilah adalah talak yang diucapkan oleh isteri dengan mengembalikan mahar yang penah dibayarkan suami. 18 Sebagian Ulama mendefinisikan Khulu’ secara harfiah adalah “lepas” atau “copot” tetapi secara istilah Khulu’ diartikan “perceraian dengan tebusan dari pihak isteri kepada pihak suami dengan menggunakan lafadz talak atau khulu” . 19

2. Alasan perceraian

Alasan perceraian adalah suatu kondisi dimana suami atau isteri mempergunakanya sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali perkawinan mereka. Di dalam menjalankan kehidupan perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan rohmah. Namun terkadang dalam perjalanannya sebuah perkawinan ada yang tidak mencapai tujuan 17 Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, dan Ali Asy-Syarbaji, kitab fiqh madzhab syafie, jilid ke 4 Kuala Lumpur: Prospecta Printers SDN BHD, 2005 18 Syaikh Hasan Ayub, fikih keluarga,penerjemah M. Abd.Ghofar,E.M Pustaka Al- Kautsar,2006 cet ke-5. hlm. 305. 19 Amir Syarifuddin, Garis-garis besar Fiqh,Jakarta: Kencana Prenada Media,2003 edisi ke- 1. hlm. 131. tersebut, maka terajadi putusnya perkawinan yakni melalui jalan perceraian. Dalam sebuah perceraian harus ada alasan kuat yang melatar belakangi terjadinya perceraian ini. Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga, yang dapat memicu timbulnya keinginan untuk memutusterputusnya perkawinan. 20 Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran perintah, penyelewengan, dan hal-hal yang dapat menggangu keharmonisan rumah tangga. Berkenaan dengan hal ini Al-Qur’an memberi tuntunan bagaimana mengatasi nusyuz istri agar tidak terjadi perceraian. Adapun petunjuk mengenai langkah-langkah menghadapi istri melakukan nusyuz, surat an-Nisa’ ayat 34: xy0 Bz F{ b? y |9 0} 3r~8 , • .38 5 m|9 K€ 5 0} U 7 4jp 2 X b [\ ? b 2 m 7• 0 ‚W , ƒ• n = y • 7 j 0 d , … 0} 4† j0 • m J Z : 5, b QR560 7i5‡ QR56 V7 5 , - 56 7ˆ 6 20 Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997, cet. Ke-2, h. 269-274. | f Rƒ;1 380} - 56  ‰X U : Š , [\7+ = 5 2 34 , U [h 9 - E[‰ ‹4d +0Œ L: Z F{y4c ` =‰ +3• BC B C D Artinya: “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya maka nasihatilah mereka dan pisahkan diri mereka dari tempat tidur mereka ,dan pukulah mereka. kemudian jika mereka menaatimu maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” Q.S. an-Nisa’ : 34. Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi dapat juga nusyuz yang datang dari suami. Selama ini sering disalahpahami bahwa nusyuz hanya datang dari pihak istri. C: ŽY 2I[• X• ,y • c b 5  7ip 2 =u •kX 34 , 00 Y 1 0}E[‰’ : 2 W 0}’z = k “ ,.” m .4,IW ‰[ 0 \ ‰;•X a2 –“7jpO• -4|i m : U =; 59 U 7 ]n 9 Q{ Š , Z F{y4c 0} F{ 50} 5 9 =‰ +0 uAC B C Artinya: “Dan jika seseorang khawatir akan nusyuz, atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenarnya dan perdamaian itu itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu menggauli istrimu dengan baik dan memelihara dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” Q.S. an-Nisa’ : 128. Dalam Al-Qur’an dan terjemahannya terdapat keterangan bahwa jalan yang ditempuh apabila suami nusyuz seperti acuh tak acuh, tidak menggauli dan tidak memenuhi kewajibannya, maka upaya perdamaian bisa dilakukan dengan cara istri merelakan haknya dikurangi untuk sementara agar suaminya bersedia kembali kepada istrinya dengan baik. Jika dua kemungkinan diatas menggambarkan salah satu pihak nusyuz sedangkan pihak yang lain dalam kondisi normal, maka kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena keduan-duanya terlibat dalam syiqaq percekcokan, misalnya disebabkan kesulitan ekonomi, sehingga keduanya sering bertengkar. Dalam hal ini Al-Qur’an memberi petunjuk: : Oj; — Z ˜EC™ k U 5š05[ , ›} 0 X b œ 2 6 2 ›} 0 X b 6 2 : 0GB “ X” C• …, • 0}E ™ L: Z :y4c ‹} =‰ h0 B C B C Artinya: “Jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscayaAllah memberi taufik kepada suami istri itu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Lagi Maha Bijaksana”. Q.S. an-Nisa’ : 35. Penunjukan hakam dari kedua belah pihak ini diharapkan dapat mengadakan perdamaian dan perbaikan untuk menyelesaikan persengketaan antara kedua belah pihak suami dan istri. Apabila karena sesuatu hal hakam yang ditunjuk tidak dapat melaksanakan tugasnya, dicoba lagi dengan menunjuk hakam lainnya. Hal ini juga disebut dengan fakhisyah, hal ini menimbulkan saling tuduh menuduh antara keduanya. Cara penyelesaiannya adalah membuktikan tuduhan yang didakwakan, dengan cara li’an. Li’an sesungguhnya telah memasuki “gerbang putusnya perkawinan, dan bahkan untuk selama-lamanya karena akibat li’an adalah terjadinya talak ba’in kubra”. Dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh alasan-alasan sebagai berikut: 21 21 Muhammad Hamidy, Perkawinan Dan Permasalahannya, Surabaya : Bina Ilmu, 1980, h. 89. + , , , Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, alasan-alasan perceraian itu adalah: , , , , Di dalam muatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan menerangkan dan menjelaskan bahwa alasan-alasan perceraian sebagai berikut: a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain luar kemampuanya. c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain. e. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiisteri. f. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam KHI menjelaskan hal yang sama tentang alasan-alasan perceraian akan tetapi di dalam kompilasi hukum Islam ada tambahan dua point dalam penyempurnaannya yaitu: a. Suami melanggar taklik-talak. b. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.

C. Akibat dan Hikmah Perceraian