isteri menebus dirinya agar dibebaskan dari ikatan perkawinan dengan cara mengembalikan mas kawin yang telah mereka sepakati sebelumnya
.
17
Definisi lain dari khulu’ secara bahasa berarti tebusan dan menurut istilah adalah talak yang diucapkan oleh isteri dengan mengembalikan
mahar yang penah dibayarkan suami.
18
Sebagian Ulama mendefinisikan Khulu’ secara harfiah adalah “lepas” atau “copot” tetapi secara istilah Khulu’ diartikan “perceraian dengan
tebusan dari pihak isteri kepada pihak suami dengan menggunakan lafadz talak atau khulu”
.
19
2. Alasan perceraian
Alasan perceraian adalah suatu kondisi dimana suami atau isteri mempergunakanya sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali
perkawinan mereka. Di dalam menjalankan kehidupan perkawinan bertujuan untuk
membentuk keluarga yang sakinah, mawadah dan rohmah. Namun terkadang dalam perjalanannya sebuah perkawinan ada yang tidak mencapai tujuan
17
Mustofa Al-Khin, Mustofa Al-Bugho, dan Ali Asy-Syarbaji, kitab fiqh madzhab syafie, jilid ke 4 Kuala Lumpur: Prospecta Printers SDN BHD, 2005
18
Syaikh Hasan Ayub, fikih keluarga,penerjemah M. Abd.Ghofar,E.M Pustaka Al- Kautsar,2006 cet ke-5. hlm. 305.
19
Amir Syarifuddin, Garis-garis besar Fiqh,Jakarta: Kencana Prenada Media,2003 edisi ke- 1. hlm. 131.
tersebut, maka terajadi putusnya perkawinan yakni melalui jalan perceraian. Dalam sebuah perceraian harus ada alasan kuat yang melatar belakangi
terjadinya perceraian ini. Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga, yang dapat memicu timbulnya keinginan
untuk memutusterputusnya perkawinan.
20
Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang istri terhadap suaminya. Hal ini bisa terjadi dalam bentuk pelanggaran
perintah, penyelewengan,
dan hal-hal
yang dapat
menggangu keharmonisan rumah tangga. Berkenaan dengan hal ini Al-Qur’an
memberi tuntunan bagaimana mengatasi nusyuz istri agar tidak terjadi perceraian. Adapun petunjuk mengenai langkah-langkah menghadapi istri
melakukan nusyuz, surat an-Nisa’ ayat 34:
xy0 Bz F{
b? y
|9 0}
3r~8 , •
.38 5 m|9
K€ 5 0}
U 7 4jp 2
X b
[\ ?
b 2 m
7• 0 ‚W
, ĥ n
= y
• 7
j 0 d
, …
0} 4†
j0 •
m J
Z : 5,
b QR560 7i5‡
QR56 V7 5 ,
- 56 7ˆ 6
20
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997, cet. Ke-2,
h. 269-274.
| f
Rƒ;1 380}
- 56 ‰X
U :
Š , [\7+ = 5 2
34 , U
[h 9 - E[‰
‹4d +0Œ
L: Z
F{y4c `
=‰ +3•
BC
B C
D
Artinya: “Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka laki-laki atas
sebahagian yang lain wanita, dan karena mereka laki-laki telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka
wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah
memelihara mereka. Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya maka nasihatilah mereka dan pisahkan diri mereka
dari tempat tidur mereka ,dan pukulah mereka. kemudian jika mereka menaatimu maka janganlah kamu mencari-cari jalan
untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar” Q.S. an-Nisa’ : 34.
Kemungkinan nusyuz ternyata tidak hanya datang dari istri tetapi dapat juga nusyuz yang datang dari suami. Selama ini sering
disalahpahami bahwa nusyuz hanya datang dari pihak istri.
C: ŽY 2I[•
X• ,y • c
b 5
7ip 2
=u •kX
34 , 00
Y 1 0}E[‰’
: 2 W
0}’z = k
“ ,.” m
.4,IW ‰[ 0
\ ‰;•X a2 –“7jpO•
-4|i m
: U
=; 59
U 7 ]n 9
Q{ Š , Z
F{y4c 0}
F{ 50} 5 9 =‰
+0 uAC
B C
Artinya: “Dan jika seseorang khawatir akan nusyuz, atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan
perdamaian yang sebenarnya dan perdamaian itu itu lebih baik bagi mereka walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir.
Dan jika kamu menggauli istrimu dengan baik dan memelihara
dirimu dari nusyuz dan sikap tak acuh, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” Q.S.
an-Nisa’ : 128.
Dalam Al-Qur’an dan terjemahannya terdapat keterangan bahwa jalan yang ditempuh apabila suami nusyuz seperti acuh tak acuh, tidak
menggauli dan tidak memenuhi kewajibannya, maka upaya perdamaian bisa dilakukan dengan cara istri merelakan haknya dikurangi untuk
sementara agar suaminya bersedia kembali kepada istrinya dengan baik.
Jika dua kemungkinan diatas menggambarkan salah satu pihak nusyuz sedangkan pihak yang lain dalam kondisi normal, maka
kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena keduan-duanya terlibat dalam syiqaq percekcokan, misalnya disebabkan kesulitan ekonomi, sehingga
keduanya sering bertengkar. Dalam hal ini Al-Qur’an memberi petunjuk:
: Oj;
— Z
˜EC™ k U
5š05[ ,
›} 0 X
b œ
2 6 2
›} 0 X
b 6 2
: 0GB
“ X”
C• …, •
0}E ™ L:
Z :y4c
‹} =‰
h0 B C
B C
Artinya: “Jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan
seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang
hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscayaAllah memberi taufik kepada suami istri itu, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui Lagi Maha Bijaksana”. Q.S. an-Nisa’ : 35.
Penunjukan hakam dari kedua belah pihak ini diharapkan dapat mengadakan
perdamaian dan
perbaikan untuk
menyelesaikan persengketaan antara kedua belah pihak suami dan istri. Apabila karena
sesuatu hal hakam yang ditunjuk tidak dapat melaksanakan tugasnya, dicoba lagi dengan menunjuk hakam lainnya.
Hal ini juga disebut dengan fakhisyah, hal ini menimbulkan saling tuduh menuduh antara keduanya. Cara penyelesaiannya adalah
membuktikan tuduhan yang didakwakan, dengan cara li’an. Li’an sesungguhnya telah memasuki “gerbang putusnya perkawinan, dan
bahkan untuk selama-lamanya karena akibat li’an adalah terjadinya talak ba’in kubra”.
Dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh alasan-alasan sebagai berikut:
21
21
Muhammad Hamidy, Perkawinan Dan Permasalahannya, Surabaya : Bina Ilmu, 1980, h. 89.
+ ,
, ,
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq, alasan-alasan perceraian itu adalah:
, ,
, ,
Di dalam muatan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan menerangkan dan menjelaskan bahwa alasan-alasan perceraian sebagai berikut:
a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat, penjudi,
dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan. b.
Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 dua tahun berturut- turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
luar kemampuanya.
c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 lima tahun atau hukuman
yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. d.
Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak lain.
e. Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit dengan akibat
tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suamiisteri. f.
Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah
tangga. Sedangkan di dalam Kompilasi Hukum Islam KHI menjelaskan hal
yang sama tentang alasan-alasan perceraian akan tetapi di dalam kompilasi hukum Islam ada tambahan dua point dalam penyempurnaannya yaitu:
a. Suami melanggar taklik-talak.
b. Peralihan agama atau
murtad yang
menyebabkan terjadinya
ketidakrukunan dalam rumah tangga.
C. Akibat dan Hikmah Perceraian