nafkah dan penghidupan kepada anak itu. Artinya ketika anak sudah berkeluarga, orang tua sudah tidak wajib lagi dalam memberikan nafkah dan penghidupan
kepada anaknya, karena seorang anak yang sudah berkeluarga sudah dikatakan dewasa, dan seorang anak yang sudah berkeluarga apabila seorang isteri menjadi
tanggungan suaminya. Tentunya kewajiban anak itu sendiri sebenarnya tidak hilang ketika seorang
anak ini sudah dewasa dan mempunyai keluarga sendiri, namun kedudukan orang tua terhadap anak yang berubah. Karena ketika anak sudah berkeluarga mereka
sudah mempunyai kewajiban terhadap keluarganya sendiri. Oleh karena itu kedudukan orang tua terhadap anak yang sudah mempunyai keluarga hanyalah
sebatas antara hubungan timbal balik antara orang tua dan anak, atau orang tua hanya sebatas sebagai penasihat dan menjadi pembimbing dalam keluarga
anaknya jika memang dibutuhkan.
E. Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak menurut hukum Islam
Islam selain mengatur hubungan suami isteri juga mengatur hubungan timbal balik yang harmonis antara orang tua dan anaknya. Keterkaitan yang erat
dalam aturan Islam ini memugkinkan perkembangan yang seimbang antara generasi ke generasi.
32
Mengenai kewajiban orang tua terhadap anak diantaranya mencukupi kebutuhan-kebutuhan ekonomisnya, baik dalam bentuk pangan, sandang
32
Ibnu Mushtafa, Keluarga Islam Menyongsong Abad 2,Penerbit : al-Bayan Bandung 1993 cet 1, h. 112.
perumahan dan kesehatan. Kemudian mendidik anak-anaknya adalah sangat penting karena posisi keduanya sangat menentukan bagi kehidupan anak-
anaknya, selain itu kewajiban orang tua adalah mendidik anaknya agar berakhlak baik.
33
Kelahiran anak merupakan peristiwa hukum, dengan resminya seorang anak menjadi anggota keluarga melalui garis nasab berhak mendapatkan berbagai
macam hak dan mewarisi ayah dan ibunya. Yaitu:
34
1. Hak nasab, dengan hubungan nasab ada sederetan hak-hak anak yang harus
ditunaikan orang tuanya dan dengan nasab pula dijamin hak orang tua terhadap anaknya.
2. Hak Radla’ adalah hak anak menyusui, ibu bertanggung jawab di hadapan
Allah menyusui anaknya ketika masih bayi hingga umur dua tahun, baik masih dalam tali perkawinan dengan ayah bayi atau pun sudah bercerai.
3. Hak Hadhanah adalah tugas menjaga, mengasuh dan mendidik bayi atau
anak yang masih kecil sejak lahir sampai mampu menjaga dan mengatur diri sendiri.
4. Hak Walâyah disamping bermakna hak perwalian dalam pernikahan juga
berarti pemeliharaan diri anak setelah berakhir periode hadhanah sampai
33
Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, PT: Bina Ilmu, Surabaya 1995, cet. 1 h. 212.
34
Satria Effendi, Makna, Urgensi dan Kedudukan Nasab dalam Perspektif Hukum Keluarga Islam
, Artikel Jurnal Mimbar Hukum, Jakarta, Al-Hikmah dan DITBINBAPERA Islam No. 42 Tahun X 1999, hal. 7-19.
dewasa dan berakal atau sampai menikah dan perwalian terhadap harta anak.
5. Hak Nafkah merupakan pembiayaan dari semua kebutuhan di atas yang
didasarkan pada hubungan nasab. Seorang anak meskipun telah berkeluarga, tetap wajib berbakti kepada
kedua orang tuanya. Kewajiban ini tidaklah gugur bila seseorang telah berkeluarga. Karena jalan yang haq dalam menggapai ridha Allah SWT adalah
melalui orang tua yaitu dengan “Birrul Walidain”. Sebagaimana yang tersirat dalam al-Qur’an surat al-Israa’ ayat 23:
mJJ y 0hl _
~` 2 U
j .Gh 5 9 `
]
CfŸ ?
= X m
Lb -
5[h 4 0G
‰0 ;+
0}56.G 2 2
0}5634 c 34 ,
r7 9
0}¡¢£ h¤
a2 3`
0}56[ DE ™ 9 r5y
0}.Z =`[
y ›}B 3•
ABC
; E+ B
Artinya : “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua- duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-
kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia”. Q.S. al-Israa’: 23.
Mengenai ayat al-Qur-an di atas, bahwa adalah benar seorang anak itu harus berbakti dan menghormati orang tuanya walaupun anak itu sudah berkeluarga,
akan tetapi orang tua pun harus mengerti ketika anaknya sudah berkeluarga. Artinya anaknya itu mempunyai kewajiban yang lain selain kewajiban kepada
orang tuanya, yaitu kewajiban kepada keluarganya. Selain itu memang benar bahwa anak itu harus selalu berbakti kepada orang tuanya dan selalu
menghormatinya, namun berbakti dan menghormati disini bukan berarti harus selalu mematuhi perintah orang tua, apalagi ketika anak tersebut sudah
berkeluarga. Jadi, selama perintah kedua orang tua tidak mengandung kezhaliman, maka anak harus menaatinya karena ridha orang tua adalah pintu
surga. Sebagaimana dalam Hadis disebutkan:
4; 4 4. 4F G ?4+ H 91 4 I 4:34+B 4,1+ : 1 4 48 JG 44 1 : HK
H 48 424 4 :ﻥ 1M4F :N
O 4; 4 4.
5678 9164 96 :64ﺹ 96 4;074+ P1Q 47 ;0 4ی
S JT 4U14 - 401 V47184 40
4M4. 4 1WX 1HY4. 4- 41 4Z 4[ 1\3
91]41 84 OS
4;448 _` Na 484+ bc1 4ﺹ b 4C4 bd1ی 4
35
Artinya: Abu Darda’ ra. berkata, “Seorang laki-laki datang kepadaku dan berkata, ‘Aku
memiliki seorang
istri dan
ibuku menyuruhku
agar menceraikannya.’” Abu Darda’ menjawab, “Aku pernah mendengar
Rasulullah SAW bersabda, ‘Orang tua adalah pintu surga yang paling baik. Jika kamu mau, buanglah pintu itu atau peliharalah.’” H.R.
Tirmidzi. Ia berkata, “Hadits ini shahih”.
35
Muhil Dhofir dan Farid Dhofir, Syarah dan Terjemahan Riyadhus Shalihin, Jakarta: PT, Najahun Dinar 2006 Cet. Ke-2 Hal. 395-386
Pada hakekatnya seorang anak harus berbuat baik kepada kedua orang tuanya, meskipun orang tua masih dalam keadaan musyrik mereka tetap
mempunyai hak untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari anak-anaknya. Berbuat baik kepada kedua orang tua harus didahulukan daripada fardhu
kifayah, amalan-amalan sunnah, berjihad di jalan Allah SWT dan berbuat baik kepada kedua orang tua tidak berarti harus meninggalkan kewajiban terhadap istri
dan anak-anaknya, kewajiban memberikan nafkah kepada istri dan anak-anak tetap dipenuhi walaupun kepada kedua orang tuanya harus didahulukan.
36
Permasalahan mentaati perintah orang tua ketika diminta untuk menceraikan istri sudah berlangsung sejak lama. Oleh karena itu para Imam Aimmah sudah
menjelaskan penyelesaian dari permasalahan tersebut. Pada zaman Imam Ahmad abad kedua dan zaman Syaikhul Islam abad ketujuh permasalahan ini sudah
terjadi dan sudah dijelaskan bahwa tidak boleh taat kepada kedua orang tua untuk menceraikan istri karena hawa nafsu. Kecuali jika istri tidak taat pada suami,
berbuat zhalim, berbuat kefasikan, tidak mengurus anaknya, berjalan dengan laki- laki lain, tidak pakai jilbab tabarujmemperlihatkan aurat, jarang shalat dan
ketika suami sudah menasehati dan mengingatkan tetapi istri tetap nusyuz durhaka, maka perintah untuk menceraikan istri wajib ditaati.
37
F. Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak menurut hukum Positif