Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, jilid XV,

anak pada hakekatnya seorang yang berada pada satu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk dewasa. 29 Di dalam al-Qur’an anak sering disebutkan dengan kata walad-awlad yang berarti anak yang dilahirkan orang tuanya laki-laki maupun perempuan, besar atau kecil, tunggal atau banyak. Karenanya jika anak belum lahir belum dapat disebut al-Walad atau al-Mawlud, tetapi disebut al-Janin yang berarti al-Mastur tertutup dan al-Khafy tersembunyi di dalam rahim ibu. 30 Dalam masyarakat ditemui banyak sekali bentuk keluarga, antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya dan terkadang tidak memiliki bentuk keluarga yang sama. Bentuk-bentuk keluarga tersebut dapat dibedakan dari dua hal, yaitu: 31 1. Keluarga Bathin Nuclear Family, yaitu sebuah keluarga yang terdiri dari pasangan suami isteri bersama anak-anaknya yang belum menikah. Bentuk keluarga yang seperti ini tidak memiliki ketergantungan terhadap unit keluarga lainnya. Hanya saja, dalam kegiatan yang sifatnya kolektif, keluarga ini masih relatif mementingkan kebersamaan walau hanya bersifat pilihan bukan kewajiban. Hubungan antara suami dan isteri lebih penting dari pada hubungan dengan sanak saudara lainnya. Sehingga membentuk 29 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet-2; Jakarta: Balai Pustaka, 1988, hal. 30-31. 30

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, jilid XV,

Jakarta, Lentera Hati, 2004, hal. 614. 31 A. Sutarmadi, Administrasi Pernikahan dan maanajemen Kekeluargaan, h. 8-13. keluarga yang mandiri, lebih bertanggung jawab, lebih bebas menentukan pilihan dan terhindar dari konflik lebih jauh antara keluarga besar. 2. Keluarga Luas Extended Family, yaitu sebuah keluaga yang terdiri dari keluarga bathin ditambah semua orang yang memiliki hubungan keturunan dari kakek dan nenek yang sama, termasuk keturunan tinggal dalam satu atap rumah. Bentuk kekeluargaan luas biasanyanya adanya konflik antara anggota keluarga akan sering terjadi dan arus hubungan kekeluargaan lebih banyak ditentukan oleh satu orang saja, yaitu orang yang memiliki kelebihan dan pengaruh, biasanya oleh orang yang lebih tua. Pada hakekatnya kedudukan orang tua sangatlah penting bagi anak, karena orang tua adalah orang yang telah melahirkan dan membesarkan anak. Sesuai dengan pasal 46 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan seorang anak hendaklah wajib menghormati orang tuanya dan wajib mentaati kehendak dan keinginan yang baik dari orang tuanya, dan jika anak sudah dewasa mengemban kewajiban memelihara orang tua serta karib kerabatnya yang memerlukan bantuan sesuai kemampuannya. Walaupun hubungan orang tua dan anak perlu mendapatkan perhatian khusus karena antara orang tua dan anak adanya ikatan biologis, artinya relasi ini secara alamiah atau natural yang mempersatukan mereka, yang terpenting dalam hubungan antara orang tua dan anak ini adalah kewajiban orang tua dalam memberikan nafkah selama anak ini belum dewasa orang tua wajib memberi nafkah dan penghidupan kepada anak itu. Artinya ketika anak sudah berkeluarga, orang tua sudah tidak wajib lagi dalam memberikan nafkah dan penghidupan kepada anaknya, karena seorang anak yang sudah berkeluarga sudah dikatakan dewasa, dan seorang anak yang sudah berkeluarga apabila seorang isteri menjadi tanggungan suaminya. Tentunya kewajiban anak itu sendiri sebenarnya tidak hilang ketika seorang anak ini sudah dewasa dan mempunyai keluarga sendiri, namun kedudukan orang tua terhadap anak yang berubah. Karena ketika anak sudah berkeluarga mereka sudah mempunyai kewajiban terhadap keluarganya sendiri. Oleh karena itu kedudukan orang tua terhadap anak yang sudah mempunyai keluarga hanyalah sebatas antara hubungan timbal balik antara orang tua dan anak, atau orang tua hanya sebatas sebagai penasihat dan menjadi pembimbing dalam keluarga anaknya jika memang dibutuhkan.

E. Hak dan kewajiban antara orang tua dan anak menurut hukum Islam