Kedudukan Orang Tua Dalam Keluarga Anak

Allah SWT Yang Maha Bijaksana menghalalkan talak tapi membencinya, kecuali untuk kepentingan suami, istri atau keduanya, atau untuk kepentingan keturunannya. Selain hal itu, hikmah adanya perceraian akan menambahkan kita pada pembelajaran hidup bahwasanya dalam hidup terdapat dinamika yang harus kita jalani, baik itu bersifat senang ataupun sedih. Karena semua ini sudah ada ketentuannya yang telah lama ditentukan oleh Allah SWT sehingga diharapkan semua peristiwa yang kita alami dapat kita ambil hikmah atau sebagai pembelajaran untuk kehidupan kita kedepan agar lebih baik dan bisa lebih mendekatkan diri dengan sang pencipta yaitu Allah SWT.

D. Kedudukan Orang Tua Dalam Keluarga Anak

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan, namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu bapak dan ibu. 26 Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik 25 Amir Syarifudin , Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh dan Munakahat dan UU perkawinan, Jakarta, Prenada Media, 2006, h. 109-200. 26 Abdul Mustakim, Kedudukan dan Hak-hak Anak dalam Perspektif al-Qur’an, Artikel Jurnal Musawa, vol.4 No. 2, Juli-2006, hal. 149-150. dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dahulu. Sedangkan anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa harus dijaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi .27 Semua agama menempatkan kedudukan orang tua pada tempat terhormat. Hal ini sungguh pada tempatnya, karena tiada seorang pun yang nuraninya bisa mengingkari pengorbanan dan jasa tanpa batas dari orang tua mereka. Selama sembilan bulan ibu menjaga dan memberikan darahnya sendiri demi anak yang dikandung. Pada saat melahirkan betapa seorang ibu amat menderita. Ia tidak mempedulikan hidupnya sendiri. Harapan satu-satunya hanyalah: Semoga anakku lahir dengan selamat. 28 Anak dalam kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai keturunan, anak juga mengandung pengertian sebagai manusia yang masih kecil. Selain itu 27 Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Citra Umbara, Bandung, hal. 4. 28 Hendi Suhendi, Pengantar Studi Sosial Keluarga, Bandung: Pustaka Setia, 2001, h. 45- 53. anak pada hakekatnya seorang yang berada pada satu masa perkembangan tertentu dan mempunyai potensi untuk dewasa. 29 Di dalam al-Qur’an anak sering disebutkan dengan kata walad-awlad yang berarti anak yang dilahirkan orang tuanya laki-laki maupun perempuan, besar atau kecil, tunggal atau banyak. Karenanya jika anak belum lahir belum dapat disebut al-Walad atau al-Mawlud, tetapi disebut al-Janin yang berarti al-Mastur tertutup dan al-Khafy tersembunyi di dalam rahim ibu. 30 Dalam masyarakat ditemui banyak sekali bentuk keluarga, antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya dan terkadang tidak memiliki bentuk keluarga yang sama. Bentuk-bentuk keluarga tersebut dapat dibedakan dari dua hal, yaitu: 31 1. Keluarga Bathin Nuclear Family, yaitu sebuah keluarga yang terdiri dari pasangan suami isteri bersama anak-anaknya yang belum menikah. Bentuk keluarga yang seperti ini tidak memiliki ketergantungan terhadap unit keluarga lainnya. Hanya saja, dalam kegiatan yang sifatnya kolektif, keluarga ini masih relatif mementingkan kebersamaan walau hanya bersifat pilihan bukan kewajiban. Hubungan antara suami dan isteri lebih penting dari pada hubungan dengan sanak saudara lainnya. Sehingga membentuk 29 Anton M. Moeliono, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet-2; Jakarta: Balai Pustaka, 1988, hal. 30-31. 30

M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah:Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur’an, jilid XV,