BAB IV PROSESI PEMINANGAN MENURUT ADAT BIMA DALAM
PRESPEKTIF ISLAM
A. Prosesi Peminangan Menurut Adat Bima di Kecamatan Donggo
Peminangan adalah salah satu tindakan pendahuluan sebelum menginjak pada jenjang pernikahan, yang tentunya berdasar atas suatu pesetujuanperjanjian
antara kedua belah pihak, yaitu antara seorang pria dengan wanita. Di Bima tepatnya di desa Palama Kecamatan Donggo, setiap pernikahan
yang dilaksanakan akan didahului dengan acara peminangan. Sebelum melakukan acara yang paling sakral yaitu pernikahan biasanya pemuda-pemudi yang sudah
siap untuk berumah tangga akan mencari pasangan hidupnya sesuai dengan kriteria yang akan mereka pilih. Akan tetapi dalam hal mencari dan memilih
pasangan hidup kebanyakan orangtua dari masing-masing pihak ikut berperan serta dalam menentukan jodoh anaknya. Adapun kriteria yang biasa diterapkan
dalam penentuan jodoh yang terdapat didesa Palama Kecamatan Donggo yaitu:
1
1. Seagama maksudnya apabila ingin menikah masyarakat di sana harus mengutamakan agamanya terlebih dahulu dan harus satu aqidah dan satu
kepercayaan yaitu agama Islam. Karena masyarakat di sana mayoritas beragama Islam dan kehidupannya sangat kental dengan nilai-nilai
Islami.
1
Kadir, Wawancara Pribadi, Bogor, 17 Juni 2010
43
2. Sekufu yaitu harus sama derajatnya, baik tingkat pendidikannya dan
tingkat keturunannya. Masyarakat di Bima khususnya di desa Palama apabila mencari pasangan hidup harus yang tingkat pendidikannya setara
dan keturunnannya. maksudnya antara kedua belah pihak sepadan. 3. Sesuku yaitu lebih mengutamakan yang satu suku, apabila mencari calon
pendamping hidup. Kebanyakan masyarakat di sana lebih mengutamakan sesuku karena agar proses beradaptasinya lebih mudah karena masyarakat
di sana menganggap dan meyakini apabila menikah dengan sesukunya maka tali persaudaraannya akan lebih erat.
4. Tidak boleh satu saudara, saudara sesusuan dan orang tua seperti saudara
kandung, paman, bibi, adik, kakak, kakek, nenek, ibu, bapak. kecuali apabila saudara tersebut sudah jauh dari garis keturunan bapak atau pun
ibu. Setelah melakukan penentuan jodoh dan jodoh tersebut sesuai dengan
kriteria diatas maka tahapan selajutnya yaitu melakukan prosesi peminangan. Dalam prosesi peminangan ini harus sesuai menurut adat Bima yang biasa
dilakukan oleh masyarakat didesa Palama tersebut. Adapun tahapan-tahapan yang biasa dilakukan dalam prosesi peminangan menurut adat Bima yaitu:
2
1. Keluarga dari calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai
wanita untuk menanyakan apakah calon mempelai wanita yang dimaksud sudah ada yang meminang atau belum, atau dengan mencari
2
Husen, Wawancara Pribadi, Bima, 17 September 2009
informasi dari tetangga terdekatnya. Apabila belum ada yang meminang maka lamaran akan dilaksanakan.
2. Keluarga dan calon mempelai pria datang ke rumah calon mempelai
wanita untuk meminang wanita yang diinginkannya bersama saudara, kerabat, tokoh agama dan masyarakat yang ikut mengiringi dan
meramaikan jalannya prosesi peminangan tersebut. 3.
Pihak dari calon mempelai pria saat melamar harus membawa ketiga syarat yang diwajibkan yaitu kapur sirih, daun sirih dan buah pinang,
kemudian ketiga syarat wajib itu ditaruh diatas piring dan uang sekedarnya hanya sebagai tanda nominal uang yang akan dibawa saat
seserahan, seperti 10.000 berarti 1000.000. 4.
Setelah beberapa hari diutuslah kerabat atau saudara dari pihak keluarga calon mempelai pria untuk datang menanyakan mahar apa yang
diingikan oleh pihak calon mempelai wanita. 5.
Selama proses menunggu acara pernikahan dilaksanakan biasanya calon mempelai pria membantu segala aktivitas sehari-hari yang dilakukan
oleh keluarga calon mempelai wanitanya, seperti pergi keladang dan lain-lain.
Tahapan-tahapan diatas merupakan adat yang biasa dilakukan oleh calon mempelai yang akan menikah baik dalam penentuan jodoh atau pun dalam prosesi
peminangannya. Adapun penjelasan secara rinci dalam penentuan jodoh dan prosesi peminangan menurut adat Bima tepatnya didesa Palama Kecamatan
Donggo yaitu dalam penentuan jodoh hal yang paling penting yang harus
diperhatikan pertama kali yaitu agama. Dimana calon mempelai baik dari pria atau wanitanya harus seagama.
Masyarakat di sana sangat menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan menanamkannya kepada keluarganya sejak kecil hal ini dapat dilihat dari
pengajaran ngaji yang diberikan oleh orang tua mereka sejak kecil dan ketika sudah baligh besar sudah hatam Al-Qur’an. Didesa Palama juga banyak guru
ngaji sehingga banyak rumah yang dijadikan TPA untuk mengajari anak-anak mengaji. Semua ini dilakukan dengan tujuan agar mereka memahami dan
mengetahui dasar hukum dan syariat Islam. Sehingga apabila sudah besar menjadi manusia yang taat beribadah dan mereka memahami hak dan kewajiban mereka
dalam kehidupan berumah tangga. Selain agama hal lain yang lebih diutamakan dan diperhatikan yaitu sekufu
atau sepadan. Apabila salah satu dari mereka wanita dan pria tidak sekufu baik dari segi kekayaan, tingkat pendidikan dan jabatan, kiranya cukup sulit untuk
disatukan walaupun keduanya sudah saling menyayangi akan tetapi hambatan dari keluarga kedua belah pihak yang membentenginya sehingga sulit untuk
melakukan pendekatan karena pihak keluarga orang tua apabila melihat anaknya dekat dengan salah satu pihak wanita atau pria yang latar belakang keluarganya
tidak sama baik dari segi pendidikan ataupun kekayaan dan jabatannya maka orang tua dari salah satu pihak baik dari keluarga wanita atau pun keluarga pria
kurang menyetujui hubungan anaknya pria atau pun wanita dan ada yang sama sekali tidak setuju karena latar belakang keluarganya yang berbeda tersebut.
3
3
Kadir, Wawancara Pribadi, Bogor, 17 Juni 2010
Kemudian dalam hal sesuku atau sebangsa masyarakat didesa Palama Kecamatan Donggo sangat menjunjung tinggi rasa persatuan dan persaudaraan
antara suku. Sehingga dalam mencari dan memlih jodoh kebanyakan masyarakat disana mengutamakan yang satu suku dengannya karena mereka menganggap
apabila mereka berkeluarga dengan yang satu suku maka rasa persaudaraan dan persatuan antara suku mereka semakin erat dan tidak terputus karena perbedaan
suku. Apabila menikah dengan yang berbedaan suku dengan mereka, masyarakat disana menganggap tali persaudaraannya akan jauh dan tidak erat lagi karena
tidak sesuku dengannya. Masyarakat di sana berfikir bahwa apabila ada salah satu keluarga yang menikah dengan yang berbeda suku dan keluarga dari suku mereka
Bima sudah meninggal maka tali persaudaraan akan menjadi jauh. Alasan yang lain dalam kriteria mencari pasangan hidup yang sekufu yaitu agar mudah
beradaptasi dengan keluarga antara kedua belah pihak.
4
Adapun kriteria yang terakhir dalam penentuan jodoh yaitu masyarakat di sana dalam mencari dan memilih jodoh masyarakat di sana tidak boleh mencari
jodoh yang masih ada hubungan mahram dengannya seperti saudara kandung,saudara sesusuan, dan saudara dekat karena haram hukumnya. Akan
tetapi apabila mereka saudara jauh seperti saudara dari nenek atau dari buyut boleh untuk dinikahi karena mereka menganggap akan lebih erat tali
persaudaraannya. Demikianlah kriteria dalam mencari dan memilih jodoh yang biasa dilakukan oleh masyarakat didesa Palama Kecamatan Donggo Kabupaten
4
Ibid
Bima tersebut. Setelah selesai dan cocok dalam prosesi pencarian sesuai kriteria tersebut maka tahapan selanjutnya yaitu prosesi peminangan.
Dalam prosesi peminangan menurut adat Bima biasanya hal yang pertama dilakukan yaitu mencari informasi terlebih dahulu baik dari keluarganya langsung
ataupun dari tetangga terdekatnya untuk menanyakan apakah wanita tersebut sudah ada yang meminang atau belum dalam kata lain sudah dipinang atau dalam
ikatan pria lain. Apabila belum ada yang meminang, maka tahapan selanjutnya yaitu pihak keluarga dan calon mempelai pria datang ke rumah keluarga wanita
dengan tujuan untuk meminang wanita yang ingin dijadikan istri oleh pria tersebut.
5
Dalam meminang keluarga dari pihak pria dan calon mempelai pria datang bersama saudara, kerabat, dan tokoh masyarakat yang ikut meramaikan jalannya
prosesi peminangan tersebut. Dalam prosesi peminangan menurut adat Bima tidak ada penyambutan khusus dari keluarga calon mempelai wanita terhadap keluarga
calon mempelai pria yang datang untuk meminang, hanya penyambutan biasa yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai wanita sebagai bentuk
penghormatan kepada tamu dan menghargainya. Dalam meminang pihak keluarga pria tidak boleh melupakan syarat wajib
dalam peminangan menurut adat Bima. Syarat wajib tersebut berupa kapur sirih, daun sirih, dan buah pinang. Ketiga bentuk alat ini tidak boleh dilupakan dan
harus dibawa kerumah keluarga calon mempelai wanitanya. Karena ketiga bentuk alat ini sebagai syarat wajib dalam prosesi peminangan menurut adat Bima. Pihak
5
Sulaeman, Wawancara Pribadi, Bogor, 21 Maret 2010
keluarga calon mempelai pria dalam meminang tidak boleh melupakan syarat wajib yang menjadi adat Bima sejak zaman nenek moyang yaitu dengan
membawa alat-alat seperti daun sirih, buah pinang dan kapur sirih. Kemudian ketiga alat ini dibungkus dengan sapu tangan kemudian ditaruh diatas piring dan
uang berapa saja sebagai simbol nominal uang yang akan dibawa saat seserahan. Hal inilah yang dinamakan sodiangi. Maksud dari ketiga alat ini yaitu sebagai
bentuk atau tanda bahwa telah terjadinya peminangan. Adapun makna dari ketiga bentuk syarat wajib ini yaitu:
6
a. Kapur sirih yaitu bermakna suci dan bersihputih bahwa suatu perkawinan
itu suci yaitu ikatan yang sah antara pria dan wanita dan dianjurkan oleh Rasululah SAW untuk menikah.
b. Daun sirih yaitu bermakna kesuburan bahwa dalam memilih seorang
wanita harus subur peranakannya agar kelak memperoleh keturunan. c.
Buah pinang bermakna untuk mengusir roh jahat yang akan menganggu kehidupan berumah tangga dan agar rumah tangga tersebut dapat langgeng
sampai akhir hayat. Itulah maksud dari ketiga bentuk syarat peminangan menurut adat Bima,
masyarakat di sana menggunakan kapur sirih, daun sirih dan buah pinang karena mereka meyakini ketiga alat ini dapat menyembuhkan orang yang kesurupan dan
mengusir mahluk halus sehingga alat ini pun digunakan sebagai syarat peminangan agar kedua calon mempelai yang akan mengarungi bahtera rumah
6
Ma ati, Wawancara Pribadi, Bima, 12 Maret 2010
tangga terhindar dari gangguan mahluk halus dan agar lancar acara pernikahan mereka tanpa ada halangan sedikitpun.
Setelah semua persyaratan yang dibawa oleh keluarga calon mempelai pria sudah lengkap, kemudian pihak dari keluarga calon mempelai wanita memberikan
kain nggoli kain asli tenunan Bima sebagai syarat diterimanya pinangan. Apabila pinangan sudah diterima oleh keluarga dari pihak calon mempelai wanita,
maka calon mempelai pria harus membantu segala aktifitas yang dilakukan oleh keluarga calon mempelai wanita selama proses menunggu acara pernikahan
dilaksanakan. Setelah pinangan itu diterima oleh calon mempelai wanita dan keluarganya,
lalu selang satu minggu ada salah seorang keluarga dari calon mempelai pria atau sering disebut penati dalam bahasa Bima bertugas untuk mewakili keluarga dari
calon mempelai pria untuk mendatangi keluarga calon mempelai wanita untuk membicarakan mahar yang akan dibawa nanti.
Disana biasanya setelah meminang, acara pernikahan tidak langsung dilaksanakan. Karena harus mempersiapkan mahar sesuai permintaan dari
keluarga pihak perempuan. Tetapi hal itu sesuai keinginan atau kesanggupan dari calon mempelai pria, apabila mereka sudah menyanggupi dan membawa mahar
sesuai permintaan, maka acara pernikahan pun dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu berlama-lama, akan tetapi apabila calon mempelai pria belum
mempersiapkannya maka harus menunggu sampai mereka dapat memberikan mahar tersebut. Selama proses menunggu calon mempelai pria harus membantu
kegiatan yang biasa dilakukan oleh keluarga calon mempelai wanita seperti kesawah dan keladang dan lain sebagainya.
Dalam membicarakan hal mahar di Bima khususnya didesa Palama Kecamatan Donggo, mahar harus sesuai dengan permintaan dari keluarga calon
mempelai wanita. Mahar yang harus diberikan oleh calon mempelai pria adalah uang, alat-alat rumah tangga dan emas. Ketiga bentuk mahar ini harus wajib
dipenuhi oleh pihak calon mempelai pria, karena ketiga bentuk mahar ini sudah menjadi tradisi atau adat dalam masyarakat Bima khususnya didesa Palama di
Kecamatan Donggo.
7
Akan tetapi apabila pihak dari calon mempelai pria benar-benar tidak mampu atau dari segi ekonomi tidak bisa memenuhi persyaratan ketiga bentuk
mahar itu, maka bisa dibicarakan kembali antara keluarga dari kedua belah pihak. Setelah disepakati tentang mahar kemudian keluarga calon mempelai
pria datang kembali untuk membawa mahar tersebut dan alat-alat yang lain seperti: kayu bakar, kambing 1 atau 2 ekor, beras 50 kg dan berbagai bahan-bahan
lain yang akan dibawa ketika serah terima mahar. Apabila tiba-tiba calon mempelai wanita membatalkan semua acara
yang sudah direncanakan dan diketahui oleh calon mempelai pria bahwa calon mempelai wanitanya menerima pria lain, maka calon mempelai wanita tersebut
harus membayar denda sesuai permintaan calon mempelai pria dan mengembalikan semua pemberian yang telah diberikan oleh calon mempelai pria
tersebut.
7
Sulaeman, Wawancara Pribadi, Bogor,
Setelah semuanya selesai kemudian pihak calon mempelai pria dan calon mempelai wanita di tes mengaji ditempat khalayak ramai apabila diantara
salah satu pihak tidak bisa mengaji, maka acara pernikahan ditangguhkan sampai mereka berdua benar-benar bisa mengaji. Tidak akan dilangsungkan acara
pernikahan apabila calon mempelai pria atau calon mempelai wanita tidak bisa mengaji dengan benar.
8
Maksud dari kegiatan ini agar kedua calon memmpelai ini mengetahui dasar hukum dan kewajibannya dalam berumah tangga, terutama bagi
pria yang akan menjadi pemimpin rumah tangga. Itulah prosesi peminangan adat Bima khususnya di desa Palama
Kecamatan Donggo apabila ingin meminang gadis Bima, maka harus melakukan proses tersebut sekalipun pria itu tidak sesuku yaitu sama-sama Bima, akan tetapi
pria ini ingin melamar gadis Bima dan dilakukan di Bima maka harus mengikuti adat Bima karena tardisi ini sudah turun-temurun sejak dari zaman nenek
moyangnya. Demikian uraian tentang prosesi peminangan menurut adat Bima. Dalam hal ini saya akan sedikit memaparkan tentang prosesi peminangan yang
terdapat disetiap dearah di Indonesia dan sebagai perbandingan dengan prosesi peminangan yang terdapat di Bima.
Adapun berbagai bentuk prosesi peminangan yang terdapat disetiap daerah yaitu Pernikahan adat Gorontalo dalam perkawinan adat ini tahapan yang
pertama disebut mopoloduwo rahasia, yaitu dimana orang tua dari pria mendatangi kediaman orang tua sang wanita untuk memperoleh restu pernikahan
8
Husen, Tokoh Agama, Wawancara Pribadi, Bima, 17 September 2009
anak mereka. Apabila keduanya menyetujui, maka ditentukan waktu untuk melangsungkan Tolobalango atau peminangan.
Tolobalango adalah peminangan secara resmi yang dihadiri oleh
pemangku adat pembesar negeri dan keluarga melalui juru bicara pihak keluarga pria lundthu dulango layio dan juru bicara utusan keluarga wanita lundthu
dulango walato . Penyampaian maksud peminangan dilantunkan melalui pantun-
pantun yang indah. Dalam peminangan adat Gorontalo tidak menyebutkan biaya pernikahan tonelo oleh pihak utusan keluarga calon pengantin pria, namun yang
terpenting mengungkapkan mahar maharu dan penyampaian acara yang akan dilaksanakan selanjutnya.
9
Adat pernikahan yang terdapat di Gorontalo sangat bernuansa Islami. Pengaruh Islam menjadi hukum tidak tertulis di Gorontalo yang turut mengatur
segala kehidupan masyarakatnya dengan ajaran yang bersendikan Islam. Pernikahan adat Lombok dalam adat Lombok apabila ingin menikah
maka curilah anak gadis itu, kawin lari atau lebih tepat disebut nikah lari, adalah system adat pernikahan yang masih diterapkan di Lombok. Kawin lari atau nikah
lari dalam bahasa Sasak disebut merarik. Istilah merarik berasal dari kata dalam bahasa Sasak ‘berari” yang artinya berlari dan mengandung dua arti. Arti yang
pertama adalah lari, inilah arti yang sebenarnya. arti kedua adalah keseluruhan dari pelaksanaan pernikahan menurut adat Sasak.
10
9
www.geogle.com
10
M. Nur Yasin, Hukum Perkawinan Islam Sasak, Malang: UIN Malang, 2008, Cet Ke- 1, h. 151
Merarik istilah bahasa setempat untuk menyebutkan proses pernikahan
dengan cara dicuri. Caranya cukup sederhana, jika kedunaya saling menyukai dan tidak ada paksaan dari pihak lain, gadis pujaan itu tidak perlu memberitahukan
kepada kedua orang tuanya. Bila ingin menikah langsung saja bawa gadis itu pergi dan tidak perlu izin lagi. Mencuri untuk menikah lebih kesatria
dibandingkan meminta kepada orang tuanya. Namun ada aturan dalam mencuri gadis di suku asli Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat.
Untuk urusan perjodohan suku ini menyerahkan semuanya pada anak, bila keduanya sudah saling suka, tidak perlu menunggu lama untuk menikah, curi saja
anak, bila keduanya sudah saling suka, tidak perlu menunggu lama untuk menikah, mencuri anak gadis itu lebih diterima keluarganya.
Mencuri gadis dengan melarikan dari rumah menjadi prosesi pernikahan yang lebih terhormat dibandingkan meminta kepada orang tuanya. Ada rasa
kesatria yang tertanam jika proses ini dilalui. Namun dalam mencuri gadis tersebut dan melarikannya memiliki aturan yaitu biasanya dilakukan dengan
membawa beberapa orang kerabat atau teman. Selain sebagai saksi kerabat yang dibawa untuk mencuri gadis itu sekalian sebagai pengiring dalam prosesi itu. Dan
gadis itu tidak boleh dibawa langsung ke rumah laki-laki. Setelah sehari menginap pihak kerabat laki-laki mengirim utusan ke pihak
keluarga perempuan sebagai pemberitahuan bahwa anak gadisnya dicuri dan kini berada di satu tempat tetapi tempat menyembunyikan gadis itu dirahasiakan, tidak
boleh katahuan keluarga perempuan.
Setelah itu nyelabar istilah bahasa setempat untuk pemberitahuan itu, dan dilakukan oleh kerabat pihak laki-laki tetapi otang tua pihak laki-laki tidak boleh
ikut. Rombongan nyelabar terdiri lebih dari lima orang dan wajib mengenakan pakain adat. Rombongan tidak boleh langsung datang kekeluarga perempuan.
Rombongan terlebih dahulu meminta izin pada kliang atau tetua adat setempat, sekedar rasa penghormatan kepada kliang, datang pun ada aturan
rombongan tidak diperkenankan masuk ke rumah pihak gadis. Mereka duduk bersila dihalaman depan, satu urusan dari rombongan itu yang nantinya sebagai
juru bicara menyampaikan pemberitahuan. Di Lombok tepatnya disuku Sasak kini mengalami pergeseran budaya,
yaitu apabila ingin menikah masyarakat di sana melakukan peminangan terlebih dahulu dengan meminta kepada keluarga calon mempelai wanita dan
bertunangan. Padahal waktu itu prosesi peminangan sebelumnya kurang dikenal oleh suku Sasak, akan tetapi seiring berkembangnya budaya luar dari masyarakat
perantau yang datang dan menetap, akulturasi budaya mulai terjadi. Lahirlah istilah sudah menikah tapi belum nikah adat.
Maksudnya yaitu mereka sudah menikah akan tetapi dalam prosesi pernikahan tersebut mereka tidak menggunakan adat suku sasak. Mereka hanya
melakukan peminangan dengan meminta ijin langsung kepada keluarga dari pihak wanita untuk meminang anak gadisnya akan tetapi mereka tidak menggunakan
adat suku sasak yaitu mencuri terlebih dahulu gadis yang akan dinikahinya merarik. Dengan adanya akulturasi budaya yang muncul, maka masyarakat
disana apabila akan menikah mereka mencuri gadis terlebih dahulu kemudian melakukan peminangan dan kegiatan tersebut dilakukan secara bersamaan.
Pernikahan adat Lampung dalam masyarakat Lampung dalam bentuknya yang asli memilki struktur hukum adat tersendiri. Bentuk masyarakat
hukum adat tersebut berbeda antara kelompok masyarakat yang satu dengan yang lainnya, kelompok-kelompok tersebut tercermin dalam upacara adat perkawinan
tradisional.
11
Hal yang dilakukan pertama kali yaitu tahap perkenalan, bila seorang pria merasa tertarik pada seorang wanita maka si pria tersebut akan mencari cara
agar dapat mendekati si wanita. Pada saat acara adatlah si pria bersama keluarganya melakukan nyubuk, yakni menilai apakah wanita tersebut memang
sesuai dengan pilihannya. Dengan cara mengintip di balik sarung yang dipakai, apabila wanita tersebut berkenan di hati si pria maka keluarganya langsung
menanyakan bibit, bebet dan bobotnya si wanita atau disebut dengan beulih- ulihan.
Tahap bekando yakni keluarga si pria mengirim utusan untuk mendatangi rumah si wanita dengan membawa berbagai macam barang atau
bahan makanan sebagai rangkaian proses pendekatan. Bila pemberian itu diterima dengan baik maka tahapan selanjutnya si wanita sudah dapat dikatakan sebagai
calon pengantin wanita dan akan segera dilamar. Setelah keduanya saling menyukai maka pihak orang tua pria datang
untuk melamar yang disebut juga tahap nunang. Pada saat ini pihak mempelai pria
11
www.geogle.com
juga membawa oleh-oleh berupa uang, dodol, dan sekapur sirih. Setelah lamaran diterima maka menjelang hari berikutnya rombongan pihak pria tersebut akan
datang lagi untuk mengadakan nyeurik atau mengikat. Hal ini dilakukan sebagai tanda bahwa si wanita telah bertunangan, maka sang ibu mengikat badan anaknya
dengan benang.
12
Kemudian selang beberapa hari maka akan diadakan manjau yakni merundingkan hari H. Maka sesuai dengan perundingan sebelumnya, apakah
pernikahan akan diadakan dengan cara terang-terangan atau begawi. Begawi adalah pesta adat lampung pepaduan dengan memotong kerbau dari pihak calon
pengantin pria. Selanjutnya keluarga pihak wanita mengajak calon mempelai wanita
ke rumah tunangannya untuk dipertemukan dengan calon mempelai pria. Kemudian juru bicara rombongan pihak pria menyatakan maksud kedatangan
mereka ke rumah mempelai wanita. Pada saat pertemuan itu akan diadakan netak aping, kedua belah pihak rombongan memegang sepakat maka kain tersebut
dipotongdibelah tengahnya sebagai pemecah hambatan. Setelah itu pengantin wanita menuju rumah pengantin pria, sesampai
dirumah pengantin pria lalu disambut dengan tabuhan talo balak dengan irama gembira dan tembakan meriam. Didepan rumah mempelai kedua orang tua dan
kerabat terdekat mempelai pria telah menanti untuk menyambut kedatangan
12
Ibid
kedua mempelai, seorang ibu langsung menabur beras yang dicampur kunyit dan uang logam.
13
Didepan tanggga rumah telah disediakan pasu terbuat dari tanah liat yang beralaskan talam kuningan berisi air dan anak pisang batu dan kembang
titue. Kembang titue ini terdiri dari daun sosor bebek dan kembang sebanyak tujuh rupa. Lalu pengantin wanita mencelupkan kedua kakinya ke dalam pasu yang
dimulai dengan kaki kanan lalu kaki kirinya., setelah itu mempelai wanita dibantu mertua wanita bersama mempelai pria naik ke rumah lalu menuju ruang tengah.
Kemudian didudukan di atas kasur usut yang tengah digelar di depan appai pereppu
yakni kamar tidur yang paling besar, biasanya kamar ini diperuntukkan bagi anak yang tertua. Kedua mempelai didudukan dengan bersila dengan posisi
lutut kiri mempelai pria menindih lutut mempelai wanita, bermakna agar kelak mempelai wanita selalu patuh dan setia.
Demikianlah gambaran tentang prosesi peminangan sampai di laksanakannya suatu perkawinan disetiap daerah menurut adatnya masing-
masing.
14
Dalam hal peminangan pada tiap masyarakat hukum adat yang ada di Indonesia cara yang digunakan dalam melakukan pelamaranpeminangan pada
hakikatnya terdapat kesamaan, namun perbedaan-perbedaanya hanyalah kira- kira terdapat pada alat atau sarana pendukung proses pinangan tersebut.
15
Dari penjelasan diatas terlihat bahwa prosesi peminangan yang terdapat disetiap daerah
13
Ibid
14
Ibid
15
Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, Cet Ke-6, h. 223.
dengan prosesi peminangan menurut adat Bima jelas berbeda. Baik dari alat ataupun sarana pendukung yang dijadikan sebagai ritual adat dalam prosesi
peminangan.
B. Alasan Masyarakat di Kecamatan Donggo Masih Mempertahankan