Pandangan Masyarakat, Ulama dan Tokoh Adat Mandailing

dengan daerah lainnya, orang Sunda belum tentu memiliki pemahaman yang sama dengan orang Batak . Apalagi pada kata “kakak” sering terjadi pemahaman yang berbeda, panggilan “kakak” hanya diberikan kepada saudara perempuan yang lebih tua umurnya pada masyarakat Batak, sedangkan di tempat lain belum tentu demikian.

B. Larangan Perkawinan Melangkahi Kakak

1. Pandangan Masyarakat, Ulama dan Tokoh Adat Mandailing

a. Pandangan Masyarakat Desa Sirambas Pada dasarnya masyarakat desa Sirambas sudah mulai menganggap perkawinan melangkahi kakak menjadi sesuatu yang biasa, walaupun masih ada beberapa orang tua yang menghalang-halangi perkawinan tersebut, bahkan dalam pergaulan hidup masyarakat sudah sering melakukannya. Berbeda dengan desa Sirambas 10 tahun yang lalu, saat itu orang masih menganggap perkawinan tersebut sesuatu yang tabu, karena ada beberapa alasan: 2 Pertama, apabila ada seorang perempuan dilangkahi kawin oleh adiknya yang perempuan, maka diasumsikan kakaknya itu tidak laku atau tidak dapat jodoh. Kedua, bila seorang perempuan dilangkahi kawin oleh adik perempuannya, dikhawatirkan si kakak sulit untuk mendapatkan jodoh atau jadi perawan tua. Maka dari hal itu diharuskan bagi seorang yang ingin menikah melangkahi kakak untuk meminta izin terlebih dahulu kepada kakaknya, supaya perkawinannya nanti tidak mendapat halangan dan rintangan. Karena masih menjadi kepercayaan sebagian masyarakat bila adik tidak meminta izin, maka dikhawatirkan terjadi hal-hal 2 Hasil wawancara dengan Ibu Amaliah Nasution pada hari Rabu 17 Nopember 2010 yang tidak diinginkan dalam perkawinannya atau menimpa sang kakak sendiri, seperti yang dijelaskan di atas. Menurut data yang diambil dari KUA Panyabungan Barat, bahwa dari 22 orang perempuan yang menikah dari desa Sirambas sepanjang tahun 2009-2010, terdapat 5 orang diantaranya melakukan pernikahan melangkahi kakak. 3 Hal ini menunjukkan betapa masyarakat sudah mulai mengganggap itu sesuatu yang biasa. Namun walaupun demikian masih ada anggapan dari sebagian masyarakat bahwa bila masih ada kakak gadis yang mau menikah tersebut yang belum menikah, maka seharusnya dia bersabar dulu, menunggu kakaknya dapat jodoh, itupun apabila gadis itu belum terlalu tua. Karena bagaimanapun juga antara kakak dengan adik masih harus saling menghargai. Soal adanya uang pelangkah yang harus dibayarkan bila perkawinan tersebut melangkahi, ada dua pendapat dikalangan masyarakat; pertama, bahwa kewajiban uang pelangkah itu dibebankan kepada calon suami. Kedua, dibebankan kepada adik yang mau menikah, dengan cara mengambil sebagian dari maharnya. Sedangkan nominal yang harus dibayarkan tidak ada patokannya, tergantung berapa yang disepakati pada saat tahapan membicarakan mahar. Dari wawancara peneliti dengan warga masyarakat, dapat keterangan bahwa dalam bidang perkawinan sebenarnya sudah banyak adatkebiasaan yang sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian masyarakat, misalkan saja tradisi mengkhatam bagi calon istri pada malam pestanya atau sebelum dilangsungkannya acara akad nikah, ini sudah jarang ditemukan. 3 Data diambil dari KUA Panyabungan Barat pada tangal 19 Nopember 2010 b. Pandangan Ulama Perkawinan itu merupakan sesuatu yang harus disegerakan bila sudah tiba saatnya, apalagi melihat kondisi masyarakat sekarang ini, yang budaya ketimurannya sudah digilas oleh budaya barat. Sangat sulit untuk menyelamatkan anak-anak muda dari keterjerumusan kepada perbuatan-perbuatan yang dilarang agama. 4 Ketika ditanya soal bagaimana pandangan beliau tentang adanya larang melangkahi kakak dalam adat mandailing, beliau menjelaskan bahwa hal tersebut sangat tidak dibenarkan, apalagi sampai menggagalkan pernikahan tersebut. Karena perkawinan itu merupakan anjuran agama. Banyak ayat maupun hadits yang menjelaskan betapa pentingnya melangsungkan perkawinan, bahkan ada anjuran mensegerakan perkawinan, bila takut jatuh kepada perbuatan yang diharamkan agama. Terkait dengan itu, masalah adanya uang pelangkah yang harus diberikan kepada kakak yang dilangkahi, pak Ustadz memberi penjelasan dengan; a. Apabila uang pelangkah itu menyebabkan terhalangnya penikahan, misalkan pihak suami tidak mampu untuk membayarkan, maka tindakan tersebut adalah sesuatu yang tidak dibenarkan. b. Apabila uang pelangkah itu tidak sampai memberatkan, maka itu adalah hal- hal yang wajar saja, dan itu memang berguna buat kakaknya yang dilangkahi, dan pada prinsipnya yang dipraktekkan kebanyakan masyarakat, tidak sampai memberatkan kepada pihak keluarga laki-laki, walaupun tidak menutup kemungkinan yang menyalahi itu. 4 Hasil wawancara dengan Ustadz Malim Sulaiman pada malam Selasa 22 Nopember 2010 Demikian juga halnya dengan orang tua yang menghalagi anak perempuan untuk menikah, disebabkan masih ada kakaknya yang belum menikah. Ini merupakan perbuatan yang dicela. Pada dasarnya menikah itu merupakan hak yang sangat asasi, kebutuhan yang sangat mendasar bagi laki-laki dan perempuan yang sudah mencapai umur dewasa, dan itu merupakan tuntutan fitrahnya. 5 c. Pandangan Tokoh Adat Hampir seirama dengan Ustadz Malim Sulaiman, menurut tanggapan tokoh adat desa Sirambas ketika diwawancarai menjelaskan bahwa, sebenarnya masalah jodoh itu merupakan kewenangan Tuhan yang Maha Kuasa, manusia tidak dapat menentukan kapan jodohnya datang. 6 Namun walaupun demikian, menurut adat bila seseorang yang ingin menikah melangkahi kakaknya, maka diharuskan meminta izin kepada sang kakak terlebih dahulu, sebelum ia melangsungkan perkawinan. Ini bertujuan supaya kakaknya So ulang tarlimpon tondi biar jangan merasa rendah hati. Sebenarnya adat tidak sampai menghalang-halangi seseorang untuk menikah, jika itu berkaitan dengan persoalan ada kakaknya yang belum menikah, akan tetapi ada kewajiban adik untuk meminta izin kepada kakaknya. Tapi walaupun demikian masih ada juga orang yang menghalang-halangi pernikahan tersebut. Itupun sebenarnya bukan karena adatnya, melainkan kembali kepada orang tua gadis tersebut yang tidak menginginkan ada anak perempuannya 5 Hasil wawancara Ustadz Malim Sulaiman pada tanggal 22 Nopember 2010 6 Hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Amin pada tanggal 20 Nopember 2010 yang dilangkahi kawin, dengan mendasarkan kepada keharusan dalam adat untuk meminta izin kepada sang kakak. Bicara soal adanya uang pelangkah, beliau menjelaskan bahwa itu sebenarnya tidak ditentukan nominalnya, melainkan tergantung seberapa kemampuan keluarga laki-laki. Dan memang menurut pengamatan beliau selama ini, belum ada yang merasa diberatkan dengan adanya uang pelangkah tersebut.

2. Pandangan Fiqh dan KHI