Efek Psikososial pada Anak Usia 3-5 Tahun yang Memiliki Karies Tinggi dan Rendah

(1)

EFEK PSIKOSOSIAL ANAK USIA 3-5 TAHUN

DENGAN KARIES TINGGI DAN RENDAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

Dalia Harun NIM : 060600172

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2010

Dalia Harun

Efek Psikososial pada Anak Usia 3-5 Tahun yang Memiliki Karies Tinggi dan Rendah.

ix + 49 halaman

Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan akibat karies gigi terhadap kualitas hidup. Sakit gigi pada anak balita akibat karies dapat menimbulkan perubahan pada kebiasaan aktivitas keseharian anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek psikososial yang dapat terjadi pada anak usia 3-5 tahun yang memiliki karies tinggi dan rendah.

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional secara cross sectional yang dilakukan pada anak-anak usia 3-5 tahun di Desa Ujung Rambung Kabupaten Serdang Bedagai, dengan jumlah responden sebesar 49 orang anak beserta orang tua (25 orang anak dengan karies tinggi dan 24 orang anak dengan karies rendah). Pemilihan sampel secara purposive sampling. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah indeks WHO. Uji analisis yang digunakan adalah Chi-Square Test, Odd Ratio dan Multivariate Logistic Regression Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan karies tinggi lebih cenderung mengalami efek psikososial akibat karies gigi dibanding anak dengan karies rendah. Dijumpai hubungan bermakna antara tingkat karies dengan pengalaman sakit gigi,


(3)

pengalaman sakit gigi sewaktu makan yang dingin atau panas, keras dan manis, gangguan fonetik, diejek oleh teman atau keluarga, kesulitan tidur waktu malam serta orang tua tidak masuk kerja akibat kondisi gigi anak.

Hasil uji Multivariate Logistic Regression Test menunjukkan bahwa anak kurang atau berhenti bermain merupakan efek psikososial yang paling berpengaruh akibat karies gigi pada anak usia 3-5 tahun. Oleh karena itu, perlunya peran keluarga khususnya ibu untuk menjaga dan membersihkan gigi dan mulut anak serta memeriksakan gigi anak sejak dini agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan anak.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, September 2010 Pembimbing : Tanda Tangan

1. Essie Octiara, drg., Sp.KGA ... NIP : 197210151999032001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 1 September 2010

TIM PENGUJI KETUA : Yati Roesnawi drg.

ANGGOTA : 1. T. Hermina drg.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerahNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Essie Octiara drg., Sp.KGA sebagai pembimbing yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Taqwa Dalimunthe drg., Sp.KGA selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak, penguji beserta Yati Roesnawi drg. dan T. Hermina drg., seluruh staf pengajar dan perawat di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada ayahanda tercinta Harun Mohamed, ibunda Ramlah Md. Isa atas segala kasih sayang, doa dan dukungan serta bantuan baik berupa moral ataupun materi yang tidak terbalas oleh penulis sampai kapan pun. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada saudara-saudara penulis (Nadia, Aylin dan Ezzati) yang selalu memberi dukungan dan motivasi kepada penulis.

Selanjutnya, penulis menyampaikan terima kasih kepada Amir, Ili, Na, Syahid, Safiah dan teman-teman seangkatan mandiri stambuk 2006 dan Kepala Desa Ujung


(7)

Rambung yang telah membantu dalam melaksanakan penelitian di Desa Ujung Rambung Kecamatan Serdang Bedagai.

Akhirnya, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan bimbingan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, September 2010 Penulis,

( Dalia Harun NIM : 060600172


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB 1 Pendahuluan... 1

1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Permususan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 Tinjauan Pustaka... 6

2.1 Karies Gigi... 6

2.2 Tingkat Keparahan Karies pada Anak-anak... 6

2.3 Pola Distribusi Karies... 7

2.4 Etiologi Karies... 8

2.5 Faktor Predisposisi... 11

2.6 Dampak yang Ditimbulkan dari Karies Gigi Anak... 13

2.7 Kerangka Teori... 19

2.8 Kerangka Konsep... 20

2.9 Hipotesis... 20

BAB 3 Metodologi Penelitian... 21

3.1 Rancangan Peneltian... 21

3.2 Sampel dan Populasi... 21

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian... 22

3.4 Variabel Penelitian... 22

3.5 Hubungan Antara Variabel... 22

3.6 Definisi Operasional... 23


(9)

3.8 Cara Pengambilan Data dan Pengumpulan Data... 26

3.9 Pengolahan dan Analisis Data... 28

3.10 Anggaran Penelitian... 28

3.11 Jadwal Pelaksanaan Penelitian... 30

BAB 4 Hasil Penelitian... 31

4.1 Efek Psikososial karena Kondisi Gigi berdasarkan Tingkat Karies Gigi Anak... 31

4.2 Persepsi dan Tindakan Orang Tua terhadap Kondisi Gigi Anak... 32

4.3 Perasaan Anak terhadap Kondisi Gigi Mereka... 33

4.4 Pengalaman Sakit Gigi Berdasarkan Frekuensi... 34

4.5 Distribusi Berdasarkan Usia Anak Mengalami Kerusakan Gigi... 33

4.6 Berobat ke Dokter Gigi... 34

4.7 Distribusi Orang Tua yang Menyalahkan Anak jika Gigi Anak Tidak Bagus... 35

4.8 Hasil Perhitungan Multivariate Logistic Regression untuk Efek Psikososial yang Paling Berpengaruh dari Tingkat Karies Gigi Anak... 36

BAB 5 Pembahasan... 37

BAB 6 Kesimpulan dan Saran... 43

6.1 Kesimpulan... 43

6.2 Saran... 44

Daftar Pustaka... 45 Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel

1. Lima tingkat keparahan karies berdasarkan DMFT... 6 2. Jadwal pelaksanaan penelitian selama 9 bulan... 30 3. Uji statistik antara efek psikososial dengan tingkat karies gigi

anak... 32 4. Uji statistik antara persepsi orang tua terhadap kondisi gigi anak

berdasarkan tingkat karies gigi anak... 33 5. Uji statistik antara perasaan anak terhadap kondisi gigi mereka

berdasarkan tingkat karies gigi anak... 34 6. Efek psikososial yang paling berpengaruh dari tingkat karies gigi


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar

1. Prevalensi karies gigi pada anak-anak usia 12 tahun di seluruh

dunia pada tahun 1993... 7 2. Ekspresi wajah anak berdasarkan Wong-Baker Faces Rating


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner orang tua / wali 2. Lembar pemeriksaan gigi

3. Surat informasi kepada orang tua / wali subjek penelitian 4. Surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian 5 Surat keterangan izin penelitian dari Desa Ujung Rambung

6. Surat persetujuan Komisi Etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 7. Hasil uji statistik


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak

Tahun 2010

Dalia Harun

Efek Psikososial pada Anak Usia 3-5 Tahun yang Memiliki Karies Tinggi dan Rendah.

ix + 49 halaman

Berbagai dampak yang dapat ditimbulkan akibat karies gigi terhadap kualitas hidup. Sakit gigi pada anak balita akibat karies dapat menimbulkan perubahan pada kebiasaan aktivitas keseharian anak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek psikososial yang dapat terjadi pada anak usia 3-5 tahun yang memiliki karies tinggi dan rendah.

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional secara cross sectional yang dilakukan pada anak-anak usia 3-5 tahun di Desa Ujung Rambung Kabupaten Serdang Bedagai, dengan jumlah responden sebesar 49 orang anak beserta orang tua (25 orang anak dengan karies tinggi dan 24 orang anak dengan karies rendah). Pemilihan sampel secara purposive sampling. Indeks pengukuran karies yang digunakan adalah indeks WHO. Uji analisis yang digunakan adalah Chi-Square Test, Odd Ratio dan Multivariate Logistic Regression Test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak dengan karies tinggi lebih cenderung mengalami efek psikososial akibat karies gigi dibanding anak dengan karies rendah. Dijumpai hubungan bermakna antara tingkat karies dengan pengalaman sakit gigi,


(14)

pengalaman sakit gigi sewaktu makan yang dingin atau panas, keras dan manis, gangguan fonetik, diejek oleh teman atau keluarga, kesulitan tidur waktu malam serta orang tua tidak masuk kerja akibat kondisi gigi anak.

Hasil uji Multivariate Logistic Regression Test menunjukkan bahwa anak kurang atau berhenti bermain merupakan efek psikososial yang paling berpengaruh akibat karies gigi pada anak usia 3-5 tahun. Oleh karena itu, perlunya peran keluarga khususnya ibu untuk menjaga dan membersihkan gigi dan mulut anak serta memeriksakan gigi anak sejak dini agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan anak.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan mulut dan gigi telah mengalami peningkatan pada abad terakhir tetapi prevalensi terjadinya karies gigi pada anak tetap merupakan masalah klinik yang signifikan. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga, penyakit karies gigi merupakan penyakit masyarakat yang diderita oleh 90% penduduk Indonesia.1 Karies gigi merupakan

suatu masalah kesehatan masyarakat yang serius pada kebanyakan negara berkembang maupun negara maju dan masalah ini terus terjadi pada bayi dan anak balita di seluruh dunia.2

Di Amerika, anak usia 3-5 tahun didapati memiliki prevalensi karies gigi sebanyak 90%.3 Prevalensi karies pada bayi berusia 15-19 bulan di Thailand adalah 82,8%.4 Prevalensi karies di Indonesia pada anak prasekolah usia 4-5 tahun dilaporkan sebesar 90,5% di perkotaan dan 95,9% di pedesaan.5 Di negara berkembang, karies gigi merupakan masalah yang signifikan, karena diperparah dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah serta malnutrisi. Karies gigi lebih sering dijumpai pada anak-anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi yang rendah, ibu/bapa tunggal, atau orangtua dengan tingkat pendidikan rendah.4

Penyakit oral merupakan suatu masalah universal, tetapi sering tidak diberi perhatian karena penyakit ini jarang mengancam nyawa. Akan tetapi, masalah ini dapat menyebabkan dampak yang signifikan pada aspek sosial dan psikologi terhadap kehidupan individu. Kesehatan rongga mulut pada anak dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi dan


(16)

rahang, fungsi bicara, estetis, kehidupan mereka, perilaku sosial, kepercayaan diri anak, produktivitas serta kualitas hidup anak dan dapat berlanjut ke alam dewasa. Karies tinggi dapat mengurangi kualitas hidup seorang anak; mereka merasakan sakit, ketidaknyamanan, profil wajah yang tidak harmonis, infeksi akut serta kronik, gangguan makan dan tidur. Bahkan, karies yang parah juga dapat meningkatkan risiko untuk di opname, sehingga anak tidak hadir ke sekolah dan dapat mempengaruhi proses pembelajaran anak.6

Anak balita yang mengalami karies tidak selalu merasa kesakitan, tetapi dapat dilihat manifestasi akibat nyeri dari karies itu dengan terjadi perubahan kebiasaan makan dan tidur anak, hal ini disebabkan karena anak kecil belum mampu untuk menyatakan perasaan sakit dengan tepat. Walaupun nyeri dan infeksi mungkin menjadi efek primer dari karies, kondisi kesehatan umum anak-anak tersebut juga dapat terpengaruh.7 Berdasarkan penelitian Acs di New York mengenai efek nursing caries, sebanyak 8,7% anak dengan karies didapati mempunyai berat badan kurang dari 80% berat ideal mereka dibanding 1,7% pada anak yang bebas karies (p< 0,002).8 Gigi desidui yang mengalami karies juga merupakan suatu indikator untuk terjadinya lagi karies pada gigi permanen.7

Di Brazil telah dilakukan penelitian efek psikososial pada anak yang mengalami karies gigi dan hasilnya didapati 68% dari orang tua dengan anak yang mengalami karies tinggi menyatakan bahwa kesehatan rongga mulut ada pengaruhnya terhadap kehidupan seharian anak mereka (p<0,001).7 Di Amerika pula, penelitian mengenai karies dan kualitas hidup anak didapati, dampak terbesar yang dialami anak adalah nyeri (68%), sedangkan 35% anak tidak suka dengan gigi mereka.9 Penelitian di Kanada didapati dampak yang sering dialami akibat karies gigi anak adalah fungsi pada anak (child’s function) serta stres pada orang tua.10 Di Indonesia, penelitian Nurmala pada tahun 2005


(17)

didapat bahwa, kelompok orang dewasa dengan jumlah pengalaman karies gigi lebih tinggi (DMFT > 3) mempunyai risiko 5,29 kali lebih sering mengalami gangguan kualitas hidup.11

Penelitian mengenai efek psikososial pada anak dengan karies tinggi dan rendah belum dilakukan di Medan, maka di sini penulis terpanggil untuk melakukan penelitian ini untuk melihat dampak yang ditimbulkan karies terhadap kehidupan dan perilaku sosial pada anak-anak balita. Penelitian ini dilakukan di Desa Ujung Rambung Kabupaten Serdang Bedagai karena desa ini sangat minim akan fasilitas kesehatan. Puskesmas terletak 5,1 km dari desa ini dan jumlah anak merupakan sepertiga dari jumlah penduduk desa ini. Desa ini juga dijadikan desa percontohan untuk kesehatan gigi dan mulut di Sumatera Utara pada umumnya serta untuk mengetahui prevalensi penyakit karies gigi, penyakit gusi, dan status kebersihan mulut masyarakat desa tersebut.12

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa karies gigi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, oleh karena itu memerlukan keterlibatan semua pihak untuk mengatasinya. Keluarga memainkan peranan yang penting dalam karies gigi anak karena dapat menjadi orang pertama yang mengetahui adanya kelainan pada anak tersebut. Anak yang mengalami karies gigi perlu dirawat segera, agar masalah lebih parah yang dapat mengganggu kualitas hidup mereka dapat dihindari. Oleh karena itu, dalam penelitian ini orang tua dilibatkan untuk mendapatkan persepsi mengenai kesehatan gigi anaknya serta masalah yang timbul akibat kerusakan gigi yang dialami anaknya.


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Apakah ada efek psikososial terhadap anak yang memiliki karies tinggi usia 3-5 tahun.

2. Apakah ada efek psikososial terhadap anak yang memiliki karies rendah usia 3-5 tahun.

3. Apakah ada perbedaan efek psikososial pada anak yang memiliki karies tinggi dan rendah usia 3-5 tahun.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui efek psikososial pada anak yang memiliki karies tinggi usia 3-5 tahun.

2. Mengetahui efek psikososial pada anak yang memiliki karies rendah usia 3-5 tahun.

3. Menganalisis perbedaan efek psikososial pada anak usia 3-5 tahun yang memiliki karies tinggi dan karies rendah.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Untuk bidang akademik :

Memberikan informasi khususnya di bidang Ilmu Kesehatan Gigi Anak (IKGA) mengenai berbagai efek dari karies yang dapat mempengaruhi kualitas hidup anak sehingga


(19)

dapat dilakukan pencegahan terjadinya efek tersebut seperti memberi informasi berupa penyuluhan kepada masyarakat terutama pada ibu.

2. Untuk kebutuhan klinis :

Memberikan informasi kepada dokter gigi terutama di Puskesmas supaya dapat memberi perhatian lebih kepada kesehatan oral anak-anak. Juga penting untuk UKGS sehingga penyuluhan dapat dilakukan dengan lebih informatif.

3. Untuk masyarakat :

Informasi mengenai efek psikososial dari karies dapat menjadi pengetahuan kepada semua pihak terutama golongan ibu bahwa, karies yang tidak dirawat dapat menyebabkan berbagai masalah lebih parah yang dapat mengganggu kualitas hidup anak sehingga dapat dilakukan pencegahan pada tingkat awal.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi

Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung gula. Karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak dijumpai di rongga mulut bersama-sama dengan penyakit periodontal, sehingga merupakan masalah utama kesehatan gigi dan mulut.11

2.2 Tingkat Keparahan Karies Pada Anak-anak

Tingkat keparahan karies pada anak balita dapat dilihat dari pengalaman karies seperti decayed, missing dan filling pada gigi dan permukaannya (deft / defs). Sejak tahun 1969 sehingga tahun 2003, World Health Organization (WHO) telah melaporkan prevalensi karies pada anak-anak usia 12 tahun di seluruh dunia. Terdapat 5 tingkat prevalensi karies mulai dari 0,0 hingga 6,5 (Tabel 1).13 Pada peta dunia (Gambar 1), dapat dilihat bahwa Indonesia merupakan negara dengan prevalensi karies (DMFT) masih di tahap yang rendah dibanding negara-negara lain seperti Filipina dan Amerika Latin.

Tabel 1. LIMA TINGKAT KEPARAHAN KARIES BERDASARKAN DMFT13

Warna pada peta ( Gambar 1 )

Tingkat Karies Rata-rata

DMFT

Hijau Tingkat keparahan karies sangat rendah 0,0 – 1,1 Biru Tingkat keparahan karies rendah 1,2 – 2,6 Kuning Tingkat keparahan karies sederhana 2,7 – 4,4 Merah Tingkat keparahan karies tinggi 4,5 – 6,5 Coklat Tingkat keparahan karies sangat tinggi > 6,5


(21)

Gambar 1. Prevalensi karies gigi pada anak-anak usia 12 tahun di seluruh dunia pada tahun 1993 13

2.3 Pola Distribusi Karies

Karies gigi pada anak merupakan penyakit yang serius dan kadangkala sangat menyakitkan, karies dapat mengenai gigi yang baru erupsi dan berkembang dengan sangat cepat. Karies botol (baby bottle tooth decay / nursing caries) merupakan tipe karies yang sering terkena pada anak balita. Karies ini terjadi karena kebiasaan para ibu memberikan susu atau minuman manis dalam botol kepada anak sambil menidurkan anak hingga tertidur tanpa membersihkan gigi mereka.14Gigi insisivus maksilaris merupakan gigi yang paling parah terkena sedangkan gigi insisivus mandibularis biasanya tidak terkena. Gigi molar pertama maksilaris dan mandibularis bisa juga terlibat tetapi tidak terlalu luas begitu juga gigi molar kedua maksilaris dan mandibularis, jika terlibat biasanya tidak terlalu parah. Tipe distribusi karies ini adalah berdasarkan tergenangnya air susu atau minuman manis di sekitar gigi insisivus maksilaris dan gigi-gigi lain, sementara gigi insisivus mandibularis terlindung oleh lidah. Minuman-minuman tersebut yang biasanya


(22)

mengandung kadar karbohidrat terfementasi yang tinggi serta kurangnya aliran saliva ketika waktu tidur memberikan satu keadaan yang baik untuk pembiakkan dan perkembangan karies.15

2.4 Etiologi Karies

Etiologi karies gigi adalah multifaktor. Karies terjadi dengan dimulainya pembentukan biofilm yang menjadi perantara untuk proses demineralisasi pada enamel dan dentin. Karies gigi hanya akan terbentuk apabila terjadi interaksi antara keempat faktor berikut : 16,17

a. Mikroorganisme kariogenik

Karies merupakan penyakit bakteri yang infeksi dan dapat ditransmisikan. Spesies Streptococcus mutans (S.mutans) dan Streptococcus sobrinus merupakan bakteri yang lebih berpengaruh untuk terbentuknya karies. Spesies laktobasilus juga terlibat dalam pembentukan lesi karies dan berperan penting dalam perkembangan lesi dan bukan pada inisiasinya.18 Gula monosakarida dan disakarida akan dimetabolisasi oleh bakteri tersebut menghasilkan asam yang dapat menyebabkan demineralisasi pada gigi sehingga terjadinya kavitas. Proses demineralisasi ini adalah reversible. Tetapi, kehilangan mineral semasa proses tersebut yang menyebabkan terjadinya kavitas adalah karena serangan asam yang panjang dan melampaui ketahanan host.17

Perlu diingat bahwa bayi tidak dilahirkan dengan adanya bakteri pada rongga mulut mereka, namun untuk terjadinya karies diperlukan adanya infeksi. S.mutans paling banyak mengkolonisasi pada bayi melalui kontak saliva. Penularan berlaku terutama secara transmisi vertikal yaitu dari ibu/penjaga seperti merasa atau meniup makanan bayi sebelum menyuapi mereka. Apabila ibu mempunyai tingkat S.mutans yang tinggi, anak-anak


(23)

mereka dapat terpapar awal dengan infeksi tersebut dan berisiko tinggi untuk mengalami karies.16,19 Beberapa studi telah menemukan pada anak yang memiliki karies, tingkat konsentrasi S.mutans pada plak dan saliva mereka adalah sebanyak 30-40%.20

Transmisi horizontal kurang menginfeksi, seperti penularan dalam kelompok umur yang sama (keluarga atau teman sekelas).17,18 Penelitian klinis terkini telah menemukan bahwa S.mutans dapat melekat pada tisu lunak pada anak kecil yang belum mengalami erupsi gigi. Malah, telah dijumpai juga kolonisasi S.mutans pada bayi usia 3 bulan.19

b. Substrat yang bisa difermentasi

Penelitian Vipeholm tentang diet dan karies telah membukt ikan bahwa : (1) konsumsi gula pada waktu makan bisa menyebabkan sedikit peningkatan pada aktivitas karies; (2) konsumsi gula di antara waktu makan menimbulkan peningkatan aktivitas karies yang nyata; (3) gula dalam bentuk yang lengket menghasilkan peningkatan yang jelas pada aktivitas karies; (4) aktivitas karies berbeda pada setiap individu dengan diet yang sama; dan (5) aktivitas karies menurun apabila gula dikeluarkan dari diet.21

Perlu diingat bahwa bukan saja tipe makanan yang penting, kadar konsumsi juga berperan penting dalam pembentukan karies. Pemaparan yang lama dan berulang kepada karbohidrat beragi dapat meningkatkan risiko karies terutama pada permukaan licin. S. mutans akan meragi semua jenis karbohidrat tetapi, mikroorganisme tersebut paling efisien dalam menghasilkan asam dari gula jenis sukrosa. Gula dapat membantu pelekatan plak dan merupakan sumber energi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri-bakteri tersebut. Sukrosa, glukosa dan fruktosa dapat dijumpai di kebanyakan makanan dan minuman seperti minuman manis serta susu formula. Laktosa yang terkandung dalam susu sapi merupakan salah satu gula yang kurang kariogenik.19


(24)

Penelitian Roberts pada anak pra-sekolah dengan penyakit kronis yang sering diberi obat sirup dengan kandungan sukrosa yang tinggi, telah ditemukan peningkatan empat kali lipat pada jumlah dmfs mereka dibanding anak-anak sehat.20

c. Host yang rentan

Terdapat beberapa faktor host yang dapat mempengaruhi gigi untuk terjadinya karies, antara lain termasuk hiposaliva, enamel hipoplasia, perkembangan enamel yang tidak lengkap, morfologi gigi, faktor imunologi, serta faktor genetik gigi seperti ukuran, permukaan, dan kedalaman pit/fisur.22

Saliva merupakan sistem pertahanan utama host terhadap karies. Saliva menyingkirkan sisa makanan dan bakteri serta bertindak sebagai buffer terhadap asam yang diproduksi. Ia mengandung kadar kalsium dan fosfor yang sangat jenuh oleh karena itu, saliva berperan dalam perkembangan dan pematangan enamel serta membantu proses remineralisasi enamel yang telah didemineralisasi. Sewaktu tidur, aliran saliva yang berkurang menurunkan aktivitasnya sebagai buffer sehingga meyebabkan gigi rentan terhadap karies.21,22

Setelah gigi erupsi, enamel terus menjalani proses perkembangan dan pematangan. Pada tahap ini, gigi paling rentan terhadap karies sampai perkembangannya sempurna.22 Gigi desidui kurang kandungan mineralnya dibanding gigi permanen sehingga, dapat meningkatkan kerentanan terhadap karies.21 Anak-anak yang mengalami enamel hipoplasia biasanya dihubungkan dengan kelahiran prematur, berat badan yang kurang, penyakit serta malnutrisi.20 Penelitian Aine di Finlandia pada tahun 2000 tentang kecacatan enamel gigi desidui pada anak dengan kelahiran prematur ditemukan prevalensi yang tinggi yaitu 78% memiliki kecacatan enamel dibanding 20% pada kelompok kontrol dengan p < 0.001. Pada


(25)

keadaan seperti ini, terjadi perkembangan enamel dan struktur yang tidak lengkap sehingga menambah retensi plak serta meningkatkan kolonisasi S. mutans pada gigi.23

d. Waktu

Interaksi antara ketiga faktor tersebut selama suatu periode akan merangsang pembentukan karies, yang dimulai dengan munculnya white spots pada permukaan gigi tanpa adanya kavitas akibat proses demineralisasi pada bagian enamel. Faktor waktu yang dimaksudkan adalah lamanya pemaparan gigi terhadap penyebab-penyebab di atas yang menyebabkan terjadinya karies dan bervariasi pada setiap orang, diperkirakan antara 6-48 bulan.21

2.5 Faktor Predisposisi

Selain keempat faktor di atas, terdapat juga faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap pembentukan karies tetapi tidak berlaku kepada semua orang. Faktor-faktor risiko tersebut adalah:

a. Kebiasaan Makan

Menurut penelitian Azadevo di Brazil, anak-anak yang berusia lebih dari 12 bulan yang menyusu pada waktu malam, menggunakan botol susu pada waktu malam sebagai pengganti dot serta pada waktu siang atas permintaannya, sering terjadi karies yang tinggi (p<0.001).24 Semasa tidur, aliran saliva yang berkurang tidak efektif untuk menyingkirkan substrat yang lengket pada gigi. Anak-anak yang tidur dengan botol susu masih berada dalam mulut, akan menyebabkan susu tergenang di sekitar gigi untuk waktu yang lama sehingga mengakibatkan terjadinya karies terutama jika diberi minuman manis atau susu botol yang biasanya mengandung sukrosa.25


(26)

b. Tingkat Sosial Ekonomi

Banyak penelitian yang telah menemukan hubungan antara tingkat sosial ekonomi keluarga dengan prevalensi karies khususnya anak-anak pra-sekolah.10 Menurut laporan US Department of Health and Human Services, anak-anak dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah mengalami jumlah karies gigi dua kali lipat dan kecenderungan dua kali lebih untuk tidak mendapatkan perawatan gigi dibanding anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi. Kemiskinan pada golongan minoritas juga meningkatkan risiko kesehatan oral yang buruk.26

c. Pendidikan dan Pengetahuan Orangtua

Anak-anak pra-sekolah umumnya tidak tahu dan belum mampu untuk menjaga kesehatan rongga mulut mereka, oleh karena itu orangtualah yang bertanggung jawab untuk mendidik anak mereka dengan benar. Orangtua dengan tingkat pendidikan yang tinggi, didapati anak mereka mempunyai prevalensi karies serta skor rata-rata dmft yang rendah. Penelitian Milgrom membuktikan bahwa ibu bukan saja bertindak sebagai reservoir bakteri kariogenik; tetapi pengetahuannya tentang gigi, perlakuan serta perawatan umum terhadap anaknya juga merupakan faktor yang mempengaruhi risiko karies.22

d. Oral Higiene

Sudah terbukti bahwa kehadiran plak pada gigi merupakan faktor risiko utama terjadinya karies. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kebiasaan anak menyikat gigi, frekwensi menyikat serta penggunaan pasta gigi berfluor berhubungan dengan pembentukan dan perkembangan karies.22 Berdasarkan penelitian Chin-Man di Hong Kong


(27)

pada 2007, anak-anak pra-sekolah yang tidak melakukan penyikatan gigi dengan benar, berisiko tinggi untuk terkena karies.27

e. Penyakit Sistemik

Penelitian Bimstein di Florida pada tahun 2008 menemukan bahwa anak-anak dengan penyakit sistemik, umumnya mempunyai prevalensi nyeri gigi, plak, kalkulus serta karies yang tinggi dibanding anak-anak yang sehat.28 Penyakit kongenital atau bawaan dapat menjadi indikasi peningkatan risiko karies. Anak-anak cacat tubuh/mental memiliki koordinasi motorik yang kurang sehingga aktivitas oral higienenya juga terbatas.29

2.6 Dampak yang Ditimbulkan dari Karies Gigi Anak

Karies gigi dapat menimbulkan berbagai masalah pada anak yang dapat berlanjut hingga anak mencapai usia dewasa. Dampak yang ditimbulkan dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan anak-anak dari segi fisik, emosi, mental dan juga kehidupan sosial. Umumnya karies gigi pada anak bisa mengakibatkan efek umum dan lokal yang serius untuk jangka waktu yang singkat maupun panjang.30,34 Dampak yang

bisa ditimbulkan antara lain :

1. Aspek Fisik

a. Nyeri dan infeksi

Nyeri gigi merupakan efek yang paling cepat dan sering dialami akibat dari karies yang tidak dirawat. Nyeri ini dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan anak-anak dari segi fisik, emosi, mental dan juga kehidupan sosial.18 Bahkan pada kasus yang ekstrim, karies juga dapat mengakibatkan kematian seperti yang terjadi di Washington pada tahun 2007, seorang anak laki-laki berusia 12 tahun meninggal dunia akibat dari abses gigi


(28)

yang dialaminya.35 Selain dari nyeri, bakterimia yang disebabkan oleh karies yang tidak dirawat, sewaktu mengunyah makanan atau ketika menyikat gigi juga dapat terjadi. Keadaan ini diperparah dengan ketidakmampuan anak kecil yang belum dapat menyatakan dengan jelas rasa sakit yang mereka alami. 20,21

b. Kehilangan gigi prematur

Pada keadaan seperti karies yang parah sehingga tidak dapat dilakukan lagi restorasi, atau adanya infeksi di periapikal atau interadikular yang tidak dapat disembuhkan, pencabutan gigi tersebut harus dilakukan untuk menghindari keadaan yang lebih parah.32 Kehilangan dini gigi desidui dapat menyebabkan berbagai implikasi antara lain mengganggu pengunyahan dan penelanan makanan, kurangnya ruang untuk proses erupsi gigi permanen, lengkung rahang kurang berkembang, menyukarkan pengucapan kata/huruf seperti huruf f, s, t serta dapat mempengaruhi estetis dan kepercayaan diri.33,34

c. Masalah ortodontik

Kehilangan atau ekstraksi gigi desidui pada anak kecil terutama pada kasus karies yang parah dapat menyebabkan lengkung rahang kurang berkembang, pergeseran gigi tetangga, tilting serta rotasi pada gigi. Keadaan tersebut dapat menyebabkan ruang yang tersisa untuk erupsi gigi permanen tidak mencukupi sehingga diperlukan perawatan ortodonti untuk membantu mengembalikan keadaan gigi dan rahang yang normal.34,35

d. Perkembangan dan pertumbuhan tubuh kurang

Anak yang mengalami karies pada umumnya mempunyai berat badan dan ukuran tinggi badan yang kurang daripada anak bebas karies.16,30 Berdasarkan penelitian Acs di


(29)

New York mengenai efek nursing caries, sebanyak 8,7% anak dengan karies didapati mempunyai berat badan kurang dari 80% berat ideal mereka dibanding 1,7% pada anak yang bebas karies (p< 0,002).8 Di Taiwan, penelitian Tang pada tahun 2008 didapat bahwa, 41% anak dengan karies tinggi mengalami defisiensi anemi. Ini mungkin terjadi karena anak-anak tersebut tidak mengkonsumsi makanan mengandung zat besi yang adekuat seperti daging merah atau hasil ternak akibat fungsi pengunyahan yang terganggu.36

e. Tidur terganggu

Nyeri, infeksi atau kehilangan gigi prematur yang disebabkan oleh karies mengganggu aktivitas makan dan tidur, asupan makanan serta proses metabolik. Tidur yang terganggu dapat mempengaruhi produksi glukosteroid yang berperan dalam proses metabolisme tubuh.6 Tidur yang terganggu terutama pada waktu malam hari akibat nyeri gigi dapat mengurangi konsentrasi anak ketika belajar serta kehilangan hari sekolah.37 Hasil penelitian Susenas pada tahun 1998 didapati, dari 62,4% penduduk Indonesia yang menderita penyakit karies, sekitar 20%-nya adalah anak usia sekolah dasar dan mereka merasa terganggu pekerjaan/sekolah karena sakit gigi dengan rata-rata 3,86 hari.38

2. Aspek Psikologis

a. Dental Fear dan Dental Anxiety

Orang tua seringkali membawa anak mereka pertama kali ke dokter gigi dalam keadaan sakit sehingga ini dapat memberi pengalaman yang negatif kepada anak-anak. Penelitian Klingberg pada 2001 menyatakan bahwa banyak anak kecil merasakan kunjungan ke dokter gigi sebagai sebagai suatu masalah yang membebankan dan tidak


(30)

disukai karena melibatkan orang yang tidak dikenali, seragam dokter gigi dan alat yang menakutkan, bunyi dan rasa obat yang tidak menyenangkan serta nyeri yang timbul sewaktu perawatan. Pengalaman dental yang negatif ternyata dapat menyebabkan dental fear atau dental anxiety pada anak. Perasaan takut yang dialami ini dapat menyulitkan perawatan terutama apabila anak cemas dan keadaan ini dapat berlanjut sehingga ke alam dewasa.39

b. Kurang Kepercayaan Diri

Pada kasus karies yang parah, seringkali anak datang dengan hanya bagian akar gigi yang tersisa. Perasaan kurang percaya diri dapat timbul akibat dari penampilan karies dan restorasi yang kurang estetis. Selain itu, anak-anak tersebut juga sering diejek karena penampilan akibat karies oleh keluarga atau teman-teman, sehingga dapat mengganggu perilaku sosial anak. Penelitian Filstrup mengenai hubungan karies gigi pada anak dan kualitas hidup didapat bahwa, dari 69 orang anak dengan karies, 36% diejek karena gigi dan 32%-nya tidak merasa gembira dengan gigi dan senyuman mereka.9

3. Aspek Perilaku

a. Masalah pengelolaan perilaku

Pengalaman nyeri sewaktu perawatan gigi pada usia anak-anak dilaporkan dapat meningkatkan risiko masalah pengelolaan perilaku dental.34 Menurut Dahllof, banyak dokter gigi merasa tertekan sewaktu memberi anastesi lokal pada anak pra-sekolah terutama dengan masalah perilaku dental sehingga pada kasus tertentu perawatan restoratif terpaksa dilakukan tanpa pemberian anastesi karena sikap anak yang tidak kooperatif.


(31)

Anak-anak dengan masalah ini yang dirawat pada kasus darurat adalah sangat sukar karena anak terpaksa menjalani prosedur perawatan yang tidak nyaman dan menyakitkan.39

b. Kurang perhatian terhadap perawatan dental

Pengalaman negatif atau takut yang dialami akibat perawatan gigi dapat menyebabkan anak melakukan penghindaran terhadap situasi yang berkaitan dengan gigi sehingga dapat menurunkan kesehatan oral. Penelitian Milsom pada tahun 2003 mendapati pasien yang mengalami dental fear dan anak dengan masalah perilaku dental seringkali tidak mendapat perawatan gigi yang sempurna.39

4. Aspek Sosial

Penyakit gigi yang awalnya hanya menyebabkan nyeri atau kesukaran makan, pada

akhirnya dapat mempengaruhi kesehatan umum dan perilaku seorang anak. Berbagai masalah yang ditimbulkan sehingga dapat melibatkan fungsi sosial seharian seperti yang dilaporkan oleh penelitian Filstrup, 47% anak yang mengalami karies kurang bermain dengan teman-teman lain karena kondisi gigi mereka.9 Gangguan fonetik atau masalah estetis juga dapat menyebabkan anak diejek sehingga dapat mengurangi kepercayaan diri. Akhirnya anak menjadi malu untuk senyum, tertawa, atau berbicara di hadapan orang. Di Brazil, penelitian pada anak usia 4 tahun dengan karies tinggi, 31% didapati anak merasa malu untuk senyum karena kondisi karies gigi mereka yang parah.7

Selain anak, orang tua dan keluarga juga terpengaruh dengan karies gigi yang dialami oleh anak. Tinanoff dan O’Sulivan menganggarkan biaya perawatan restorasi gigi sekitar $ 1,000 atau lebih per anak. Pada perawatan gigi anak-anak, anastesi umum atau sedasi mungkin diperlukan pada anak yang kurang kooperatif sehingga menyukarkan


(32)

proses perawatan. Anestesi umum untuk perawatan gigi tersebut bisa memerlukan penambahan sekitar $1,000 - $6,000.3,10 Orang tua juga merasa tertekan dengan kondisi anak yang mengalami sakit terus menerus terutama jika kariesnya tidak dirawat. Mereka

juga kadang-kadang tidak masuk kerja karena sakit gigi anak atau perawatan gigi yang dialami anak.10


(33)

2.7 Kerangka Teori

Karies Gigi Anak

Dampak

Faktor Risiko 1. Kebiasaan Makan. 2. Tingkat Sosial Ekonomi. 3. Pendidikan dan Pengetahuan Orang Tua. 4. Oral Higiene. 5. Penyakit Sistemik.

Waktu Makanan

Diet : - Karbohidrat Hos

Gigi Agen

• Mikroorganisme : - S.mutans - S.sobrinus - Laktobasilus

Etiologi

Aspek Fisik :

Nyeri dan infeksi.

 Kehilangan gigi dini.

 Masalah ortodontik.

 Impak negatif pada kesehatan oral.

 Terganggu pertumbuhan tubuh.

Gangguan tidur.

Aspek Psikologis:

Dental Fear & Dental Anxiety.

 Kurang percaya diri.

Aspek Perilaku :

 Masalah pengelolaan perilaku.

 Kurang perhatian terhadap

perawatan gigi.

Aspek Sosial :

 Kurang bermain.

 Diejek.

 Malu untuk senyum dan berbicara. Efek Psikososial

Karies Tinggi Karies Rendah


(34)

2.8 Kerangka Konsep

? ?

2.9 Hipotesis

1. Ada perbedaan efek psikososial pada anak usia 3-5 tahun yang memiliki karies tinggi

dan rendah.

Efek Psikososial

Anak dengan Karies Tinggi Anak dengan Karies Rendah

Karies Gigi Anak

Aspek Psikologis

Aspek Perilaku Aspek Fisik

Aspek Sosial


(35)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional secara cross sectional karena hanya memotret dan mengalisis suatu keadaan dalam suatu saat tertentu. Penelitian ini dilakukan secara cross sectional untuk mencari hubungan antara faktor resiko (tingkat keparahan karies anak) dengan efek (efek psikososial). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan retrospektif.

3.2 Sampel dan Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh anak yang berusia 3-5 tahun serta ibu/ayah/penjaga mereka di Desa Ujung Rambung. Sampel penelitian adalah semua anak berusia 3-5 tahun serta ibu/ayah/penjaganya yang sesuai dengan kriteria inklusi dan bersedia untuk dilakukan penelitian. Sampel penelitian ini berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu, anak yang memiliki karies tinggi sebanyak 25 orang beserta ibu/ayah/penjaga anak dan memiliki karies rendah sebanyak 24 orang beserta ibu/ayah/penjaga anak.

Tehnik pengambilan sampel : Purposive Sampling.

Kriteria Inklusi : 1. Anak usia 3-5 tahun dengan ibu/ayah/ penjaga anak.

2. Bebas penyakit sistemik.

3. Sehat mental dan fisik.

4. Anak dengan karies tinggi (mean + ½ SD). 5. Anak dengan karies rendah (mean – ½ SD).


(36)

Kriteria Eksklusi : Anak yang menolak untuk dilakukan penelitian.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin Kabupaten Serdang Bedagai. Waktu penelitian ini akan dijalankan selama 9 bulan, dimulai dari pembuatan dan pengajuan proposal sehingga laporan akhir penelitian.

3.4 Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Indeks karies anak terbagi atas; a. Anak dengan karies tinggi. b. Anak dengan karies rendah. 2. Variabel Terikat : Efek psikososial.

3. Variabel Terkendali : Usia anak.

4. Variabel Tidak Terkendali : Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua. .

3.5 Hubungan Antara Variabel

Variabel tidak terkendali : Tingkat pendidikan &

pengetahuan Variabel Bebas :

- Anak dengan karies tinggi - Anak dengan karies rendah

Variabel Terikat: Efek psikososial

Variabel Terkendali : Usia


(37)

3.6 Definisi Operasional a. Usia Anak

Usia anak adalah usia sesuai tanggal lahir anak, dalam penelitian ini usia yang digunakan adalah antara ≥ 36 bulan sehingga ≤ 72 bulan.

b. Indeks Karies

. Indeks karies dapat diketahui melalui pengukuran deft untuk gigi desidui menurut WHO, yaitu :

d : decayed = gigi yang mengalami karies atau belum ditambal. e : extracted = gigi dengan lesi karies yang tidak dapat dirawat atau

indikasi pencabutan.

f : filling = gigi yang sudah ditambal karena rusak akibat karies.

t : tooth = satuan gigi sulung

deft rata-rata adalah jumlah seluruh nilai d,e,f pada tiap anak dibagi dengan jumlah anak yang diperiksa. Kategori status karies dapat diketahui dengan nilai mean ± ½ SD. Pada penelitian sebelumnya, nilai mean deft anak usia 3-5 tahun adalah 6,76 ± 4,89. Dalam penelitian ini, anak berusia 3-5 tahun di desa Ujung Rambung dibagi atas 2 kategori yaitu:

i. Anak dengan karies rendah yaitu nilai Σ deft – ½ SD; Σ deft = 6,76 – ½ (4,89)

= 4,3 ≈ 4 Maka, Σ deft = ≤ 4 ( 0 – 4 ).

Maka, anak dengan karies rendah adalah anak dengan nilai deft dari 0-4 sebanyak 24 orang.


(38)

ii. Anak dengan karies tinggi yaitu nilai Σ deft + ½ SD; Σ deft = 6,76 + ½ (4,89)

= 9,3 ≈ 9 Maka, Σ deft = ≥ 9.

Maka, anak dengan karies tinggi adalah anak dengan nilai deft ≥ 9 sebanyak 25 orang.

c. Efek Psikososial

Psikososial adalah masalah yang berhubungan dengan perkembangan psikologi seorang individu terhadap lingkungan sosialnya yang melibatkan aspek sosial dan psikis. Psikososial ini dipengaruhi oleh faktor sosial terhadap kesehatan mental serta perilaku individu. Konsep psikososial yang dimaksudkan mencakup status fungsi fisik (pengunyahan), fungsi psikis (malu), fungsi sosial (peranan sosial sehari-hari), dan kepuasan terhadap kesehatannya.

Aspek Psikososial yang Diteliti Jawaban

1. Pengalaman sakit gigi.

2. Frekuensi mengalami sakit gigi.

3. Pengalaman sakit gigi sewaktu memakan makan/ minuman dingin atau panas. 4. Pengalaman sakit gigi sewaktu memakan

makanan keras (keripik, daging)

5. Pengalaman sakit gigi sewaktu memakan makanan manis.

6. Kesulitan berbicara / pengucapan tidak jelas sewaktu menyebut huruf f,s,v.

Ya / Tidak / Tidak Tahu Minimal 1 kali sebulan / 3-6 kali

sebulan / 1 kali setahun. Ya / Tidak / Tidak Tahu Ya / Tidak / Tidak Tahu Ya / Tidak / Tidak Tahu Ya / Tidak / Tidak Tahu


(39)

Aspek Psikososial yang Diteliti

7. Merasa malu untuk senyum karena kondisi gigi. 8. Diejek oleh teman karena kondisi gigi.

9. Kurang / berhenti bermain karena sakit gigi. 10. Terjaga / Kesulitan tidur pada waktu malam

hari karena sakit gigi.

11. Orang tua tidak masuk kerja karena sakit / perawatan gigi anak.

12. Tindakan yang dilakukan jika anak mengalami sakit gigi.

13. Apakah anak pernah dibawa ke dokter gigi. 14. Alasan jika anak tidak pernah dibawa ke dokter

gigi.

15. Masalah yang membawa anak ke dokter gigi.

16. Tindakan yang dilakukan oleh dokter gigi. 17. Sikap anak sewaktu perawatan gigi.

18. Perawatan gigi anak membebankan kondisi keuangan keluarga.

19. Anak merasa sedih karena kondisi giginya yang tidak bagus

20. Orang tua menyalahkan anak karena kondisi gigi mereka.

21. Pengaruh kondisi gigi/mulut anak terhadap kehidupannya sehari-hari.

22. Pendapat orang tua terhadap kesehatan gigi/mulut anak secara keseluruhan.

Jawaban

Ya / Tidak / Tidak Tahu Ya / Tidak / Tidak Tahu Ya / Tidak / Tidak Tahu Ya / Tidak / Tidak Tahu Ya / Tidak / Tidak Tahu Tidak ada tindakan / Diberi obat

sendiri / Dibawa ke dokter gigi Tidak Pernah / Pernah Tidak pernah sakit / Sudah diobati sendiri / Perawatan mahal / Orang tua malas / Gigi susu akan diganti

gigi tetap

Gigi sakit / Gigi berlubang / Gusi bengkak / gusi berdarah / kontrol /

Gigi berjejal

Tambalan / Pencabutan / Diberi obat makan / Tidak Diberi

Perawatan

Takut / Menolak Perawatan dengan Ekstrem / Berhasil Dirawat / Senang hati selama perawatan

Ya / Tidak / Tidak Tahu

Ya / Tidak / Tidak Tahu Ya / Tidak / Tidak Tahu Tidak Ada/ Sedikit / Banyak


(40)

Aspek Psikososial yang Diteliti

23. Kepada anak akan ditanya satu soal

mengenai perasaan mereka terhadap giginya dan diberikan 2 ekspresi wajah dengan

memberitahu arti gambar.

Jawaban

( Gembira) (Sedih)

3.7 Sarana Penelitian

Alat dan bahan penelitian

Dalam penelitian ini, alat yang digunakan adalah kaca mulut, masker, sarung tangan, senter mini, alat tulis, lembaran formulir kuesioner. Untuk proses sterilisasi digunakan alkohol, antiseptik, desinfektan, kapas, tisu dan air.

3.8 Cara Pengambilan dan Pengumpulan Data

Langkah awal untuk menguji kebenaran hipotesa adalah menguji realibilitas alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian, dalam hal ini adalah kuesioner dan feeling chart. Kuesioner dan feeling chart telah diuji cobakan terlebih dahulu pada 10 orang tua di FKG serta anak mereka yang berusia 3-5 tahun dan semua orang tua serta anaknya dapat menjawab kuesioner dengan mudah.

Ethical clearance telah diperoleh dari komisi etik FK USU untuk membenarkan peneliti melakukan penelitian di Desa Ujung Rambung. Beberapa orang asisten peneliti dipilih dan diterangkan mengenai penelitian ini serta diajarkan beberapa teknik yang akan digunakan supaya dapat membantu peneliti.

Anak-anak di desa berusia 3-5 tahun yang telah dipilih sesuai dengan kriteria inklusi (data diperoleh dari penelitian sebelumnya) didatangi ke rumah mereka dan


(41)

informed consent diberikan pada orang tua untuk diijinkan melakukan penelitian. Anak-anak yang diberi ijin oleh orang tua dan mau diteliti, dilakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan sonde, kaca mulut dan senter. Setiap gigi anak diperiksa dan data deft dicatat pada lembar pemeriksaan. Ibu/ayah/penjaga anak diwawancara menggunakan kuesioner mengenai efek psikososial akibat karies gigi anak.

Feeling chart atau pedoman perasaan yang menggunakan dua ekspresi wajah di berikan kepada anak untuk membantu mereka menjawab satu soal mengenai perasaan mereka terhadap giginya dengan memberitahu arti gambar tersebut. Gambar yang digunakan diambil dari Wong-Baker Faces Rating Scales :

( Gembira ) ( Sedih ) Gambar 3. Ekspresi wajah anak berdasarkan Wong-Baker Faces Rating Scales 44

3.9 Pengolahan dan Analisis Data

Uji analisis Chi square digunakan untuk melihat perbedaan efek psikososial dari dua kelompok anak yang diperiksa. Odd Ratio ( OR ) dihitung untuk hubungan yang bermakna. Selain itu, Multivariate Logistic Regression Test digunakan untuk mengetahui faktor psikososial yang paling berpengaruh dari tingkat karies.


(42)

3.10 Anggaran Penelitian

1. Biaya pengumpulan literatur = Rp 50.000,00 2. Biaya konsumsi

a. Pemeriksa 5 orang @ Rp 15.000,00 x 3 hari = Rp 225.000,00

b. Hadiah = Rp 150.000,00

c. Pengangkutan @ Rp 300.000,00 x 3 hari = Rp 900.000,00 3. Alat dan bahan

a. Sonde, pinset dan kaca mulut @ Rp 30.000,00 x 5 = Rp 150.000,00 b. Masker @ 1 kotak = Rp 50.000,00 c. Tisu @ 1 kotak = Rp 15.000,00 d. Antiseptik dan disinfektan = Rp 40.000,00 4. Biaya alal tulis kantor

a. Kertas kuarto 2 rim @ Rp 29.000,00 = Rp 58.000,00 b. Biaya fotokopi lembar kuesioner, lembar

pemeriksaan dan informed consent

(460 lembar) x Rp 125 = Rp 57.500,00 c. Tinta printer = Rp 33.000,00

5. Biaya laporan

a. Penjilidan skripsi = Rp 150.000,00 b. Penggandaan skripsi = Rp 200.000,00


(43)

6. Biaya seminar proposal dan laporan akhir penelitian = Rp 300.000,00

7. Biaya lain-lain = Rp 150.000,00


(44)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di desa Ujung Rambung Kecamatan Pantai Cermin pada anak usia 3-5 tahun dengan penjaganya masing-masing sebanyak 49 orang. Berdasarkan hasil kuesioner, semua anak-anak dijaga oleh ibu mereka (100%). Sampel terdiri dari anak dengan karies tinggi sebanyak 25 orang dengan nilai dmft ≥ 9, dan anak dengan karies rendah sebanyak 24 orang dengan nilai dmft ≤ 4 (anak bebas karies sebanyak 4 orang). Mayoritas tingkat pendidikan ibu adalah SD (44,9%) diikuti dengan SMA (40,8%), SMP (12,2%) dan Perguruan Tinggi (2%). Berdasarkan jumlah penghasilan keluarga, 97,96% anak berasal dari kelompok miskin sedangkan 2,04% anak adalah kelompok tidak miskin.

4.1 Efek Psikososial karena Kondisi Gigi berdasarkan Tingkat Karies Gigi Anak

Sebanyak 22 orang (88%) anak dengan karies tinggi pernah mengalami sakit gigi sedangkan hanya 6 orang (25%) anak dengan karies rendah yang mengalami sakit gigi. Dari hasil uji statistik ditemukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengalaman sakit gigi dengan tingkat karies gigi (p = 0,000). Terdapat perbedaan bermakna antara tingkat karies gigi anak dengan sakit gigi sewaktu makan, gangguan fonetik, diejek oleh teman / keluarga, kesulitan tidur waktu malam serta orang tua tidak masuk kerja karena kondisi gigi anak (Tabel 3).


(45)

Tabel 3. UJI STATISTIK ANTARA EFEK PSIKOSOSIAL DENGAN TINGKAT KARIES GIGI ANAK

PERTANYAAN KARIES TINGGI KARIES RENDAH JUMLAH p N % N % N %

Pengalaman sakit gigi : - Ya

- Tidak

22 3 88,0 12,0 6 18 25 75 28 21 57,1 42,9 0,000

Sakit gigi sewaktu makan/ minum dingin/ panas:

- Ya - Tidak

17 8 68 32 0 24 0 100 17 32 34,7 65,3 0,000

Sakit gigi sewaktu makan makanan keras (keripik, daging) :

- Ya - Tidak

18 7 72 28 2 22 8,3 91,7 20 29 40,8 59,2 0,000

Sakit gigi sewaktu makan makanan manis :

- Ya - Tidak

9 16 36 64 0 24 0 100 9 40 18,4 81,6 0,002

Kesulitan berbicara / terganggu fonetik :

- Ya - Tidak

13 12 52 48 3 21 12,5 87,5 16 33 32,7 67,3 0,003

Perasaan malu untuk senyum : - Ya

- Tidak

5 20 20 80 2 22 8,3 91,7 7 42 14,3 85,7 0,417

Diejek oleh teman / keluarga : - Ya

- Tidak

13 12 52 48 3 21 12,5 87,5 16 33 32,7 67,3 0,003

Kurang / berhenti main : - Ya

- Tidak

18 7 72 28 3 21 12,5 87,5 21 42,9 42,9 57,1 0,000

Kesulitan tidur waktu malam : - Ya

- Tidak

10 15 40 60 1 23 4,2 95,8 11 22,4 22,4 77,6 0,003

Orang tua tidak masuk kerja : - Ya

- Tidak

11 14 44 56 2 22 8,3 91,7 13 36 26,5 73,5 0,005

4.2 Persepsi dan Tindakan Orang Tua terhadap Kondisi Gigi Anak

Berdasarkan pengaruh kondisi gigi terhadap kehidupan anak sehari-hari dengan tingkat karies gigi anak yang tinggi dan rendah ternyata tidak ada hubungan bermakna (p = 0,094). Perbedaan bermakna hanya didapat pada persepsi orang tua terhadap kesehatan


(46)

mulut anak secara keseluruhan dan persepsi mengenai perasaan anak terhadap kondisi gigi anak (Tabel 4).

Tabel 4. UJI STATISTIK ANTARA PERSEPSI DAN TINDAKAN ORANG TUA TERHADAP KONDISI GIGI ANAK BERDASARKAN TINGKAT KARIES GIGI ANAK PERTANYAAN KARIES TINGGI KARIES RENDAH JUMLAH p N % N % N %

Pengaruh terhadap kehidupan anak sehari-hari :

- Tidak ada - Sedikit - Banyak

12 10 3 48 40 12 20 4 0 83,3 16,7 0 32 14 3 65,3 28,5 6,1 0,094

Kesehatan mulut anak secara keseluruhan :

- Tidak bagus - Bagus

25 0 100 0 8 16 33,3 66,7 33 16 67,3 32,7 0,000

Anak sedih dengan kondisi gigi : - Ya

- Tidak

11 14 44 56 2 22 8,3 91,7 13 36 26,5 73,5 0,005

Tindakan dilakukan jika anak sakit gigi :

- Tidak ada tindakan - Diberi obat sendiri - Dibawa ke dokter gigi

3 22 0 12 88 0 5 19 0 20,8 79,2 0 8 41 0 16,3 83,7 0 0,463

4.3 Perasaan Anak terhadap Kondisi Gigi Mereka

Hasil wawancara pada anak dengan menunjukkan gambar, didapati bahwa sebanyak 56% anak dengan karies tinggi didapati merasa gembira terhadap kondisi gigi mereka, sedangkan 70,8% anak karies rendah merasa gembira terhadap kondisi gigi mereka. Berdasarkan uji statistik didapati tidak ada hubungan bermakna (p = 0,282) ( Tabel 5 ).


(47)

Tabel 5. UJI STATISTIK ANTARA PERASAAN ANAK TERHADAP KONDISI GIGI MEREKA BERDASARKAN TINGKAT KARIES GIGI ANAK

4.4 Pengalaman Sakit Gigi Berdasarkan Frekuensi

Berdasarkan frekuensi anak mengalami sakit gigi diperoleh, anak dengan karies tinggi mengalami minimal sakit gigi sekali sebulan sebanyak 5 orang (22,7%), 3-6 kali sebulan sebanyak 14 orang (63,63%) dan sekali setahun sebanyak 3 orang (13,64%). Anak dengan karies rendah yang mengalami sakit gigi minimal sekali sebulan sebanyak 2 orang, 3-6 kali sebulan sebanyak 2 orang serta sekali setahun ada 2 orang (masing-masing 33,33%).

4.5 Berobat ke Dokter Gigi

Anak dengan karies tinggi yang pernah berobat ke dokter gigi sebesar 6 orang (24%) sedangkan anak dengan karies rendah sebesar 5 orang (20,8%) dan perbedaan ini tidak bermakna (p = 0,791). Dari 6 orang anak dengan karies tinggi yang berobat ke dokter gigi, alasan mereka antara lain karena gigi sakit sebanyak 2 orang (33,33%), gigi berlubang sebanyak 1 orang (16,67%) dan untuk memeriksakan gigi sebanyak 3 orang (50%). Anak dengan karies rendah, kelima-lima anak ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi (100%). Perawatan yang diterima dari dokter gigi pada anak dengan karies tinggi yaitu pemeriksaan gigi saja sebanyak 5 orang (83,33%) dan penambalan sebanyak 1 orang (16,67%). Pada anak dengan karies rendah, perawatan yang diterima kesemuanya hanya pemeriksaan gigi

PERTANYAAN KARIES TINGGI KARIES RENDAH JUMLAH p

N % N % N %

Perasaan terhadap kondisi gigi anak :

- Sedih - Gembira

11 14 44 56 7 17 29,2 70,8 18 28 36,7 63,3 0,282


(48)

saja (100%). Sikap anak selama dilakukan perawatan gigi yaitu pada anak dengan karies tinggi, 3 orang berhasil dirawat (50%) dan 3 orang anak senang hati selama dilakukan perawatan (50%). Anak dengan karies rendah, 2 orang yang berhasil dirawat (40%) dan 3 orang anak senang hati selama perawatan (60%).

Alasan orang tua untuk tidak membawa anak mereka ke dokter gigi pada anak dengan karies tinggi adalah tidak pernah merasa sakit sebanyak 11 orang (57,89%), anak sudah diobati sendiri sebanyak 4 orang (21,05%), perawatan mahal dan orang tua malas mengantar masing-masing sebanyak 2 orang (10,53%). Anak dengan karies rendah tidak dibawa ke dokter gigi karena tidak pernah sakit sebanyak 3 orang (15,79%), sudah diobati sendiri sebanyak 9 orang (47,39%), perawatan mahal sebanyak 3 orang (15,79), orang tua malas mengantar sebanyak 2 orang (10.52%) dan karena anak takut atau tidak mau sebanyak 2 orang (10,52%). Sesuai dengan hasil penelitian, didapat seluruh orang tua (100%) anak dengan karies tinggi dan karies rendah merasa perawatan gigi anak mereka tidak membebankan kondisi keuangan keluarga.

4.6 Distribusi Orang Tua yang Menyalahkan Anak jika Gigi Anak Tidak Bagus

Anak dengan karies tinggi, jumlah orang tua yang menyalahkan anak mereka jika giginya tidak bagus adalah sebanyak 17 orang (68%) dan yang tidak menyalahkan anak mereka sebanyak 8 orang (32%). Anak dengan karies rendah, sebanyak 9 orang tua (37,5%) yang menyalahkan anak jika gigi anaknya tidak bagus dan sebanyak 15 orang (62,5%) yang tidak menyalahkan anak mereka.


(49)

4.7 Hasil perhitungan Multivariate Logistic Regression untuk Efek Psikososial yang Paling Berpengaruh dari Tingkat Karies Gigi Anak

Uji Multivariate Logistic Regression menunjukkan hubungan antara 3 efek psokososial terhadap tingkat karies gigi anak (Tabel 6). Hasil yang diperoleh menyatakan bahwa pengalaman kurang / berhenti bermain karena kondisi gigi merupakan efek yang paling berpengaruh dibandingkan efek-efek yang lain. Efek ke dua yang berpengaruh adalah sakit gigi sewaktu makan makanan manis dan diikuti dengan sakit sewaktu makan atau minum yang dingin/panas.

TABEL 6. EFEK PSIKOSOSIAL YANG PALING BERPENGARUH DARI TINGKAT KARIES GIGI BERDASARKAN UJI MULTIVARIATE LOGISTIC REGRESSION

Efek Psikososial Nilai OR

Kurang / Berhenti Bermain

Sakit Sewaktu Makan Makanan Manis

Sakit Sewaktu Makan atau Minum yang Dingin / Panas

35,00 4,36 2,78


(50)

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persentase anak dengan karies tinggi yang mengalami sakit gigi sebanyak 88% sedangkan anak dengan karies rendah sebanyak 25% dan perbedaannya ada hubungan yang bermakna (p = 0,000; Tabel 3). Data penelitian ini lebih tinggi dari penelitian Feitosa di Brazil yaitu 72% anak dengan karies tinggi dan 7,1% anak dengan karies rendah mengalami sakit gigi.6 Menurut Acs dkk, sakit gigi bisa menjadi efek primer dari nursing caries.8 Persentase sakit gigi yang tinggi pada kelompok karies tinggi bisa disebabkan oleh karies yang dalam, abses, maupu n radiks.40 Pada penelitian ini, frekuensi anak yang mengalami sakit gigi pada anak dengan karies tinggi paling banyak adalah 3-6 kali sebulan (63,63%) diikuti dengan sebulan sekali (22,7%) dan sekali setahun (13,64%). Anak dengan karies rendah yang mengalami sakit gigi minimal sebulan sekali, 3-6 kali sebulan dan setahun sekali masing-masing ada 2 orang (33,33%).

Anak dengan karies tinggi yang mengalami sakit gigi akibat makanan atau minuman yang dingin / panas diderita oleh 68% orang anak sedangkan tidak ada anak dengan karies rendah yang mengalaminya (p = 0,000; Tabel 3). Hal ini dapat disebabkan karena kehilangan enamel menyebabkan gigi menjadi sensitif terhadap dingin, atau karena kavitas, karies dalam dan abses menyebabkan gigi menjadi sensitif terhadap panas.40 Pada penelitian ini, anak dengan karies tinggi banyak giginya yang mengalami karies dentin dan karies mencapai pulpa dibanding anak dengan karies rendah.

Berdasarkan sakit gigi sewaktu makan makanan yang keras, ditemukan anak dengan karies tinggi mengeluhkan hal tersebut sebanyak 72% sedangkan anak dengan karies rendah sebanyak 8,3% (p = 0,000; Tabel 3). Mengunyah dengan gigi yang memiliki


(51)

karies dalam sangat menyakitkan terutama oleh makanan keras, atau pada gigi dengan periodontitis apikal maupun abses.41 Sakit gigi sewaktu makan makanan yang manis hanya dilaporkan pada anak dengan karies tinggi sebanyak 36% dan tidak ada pada anak dengan karies rendah yang melaporkan hal tersebut (p = 0,002; Tabel 3). Hasil penelitian ini lebih rendah dari Filstrup yang menemukan jumlah anak mengalami sakit gigi akibat makanan manis sebanyak 74%.9

Dilihat dari hubungan tingkat karies gigi anak dengan kesulitan berbicara atau gangguan fonetik, ternyata ada hubungan yang bermakna (p = 0,003; Tabel 3). Jumlah anak dengan karies tinggi yang mengalami gangguan tersebut adalah sebanyak 13 orang (52%) dibanding dengan anak karies rendah sebanyak 3 orang (12,5%). Hasil ini berbeda dengan penelitian Leake di Kanada yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kesulitan berbicara dengan tingkat karies. Sebagian orang tua berpendapat tidak adanya gigi atau rusaknya gigi, tidak menyebabkan anak kesulitan berbicara tetapi menganggap bahwa anak-anak tersebut masih dalam proses untuk belajar berbicara.42

Berdasarkan pengalaman diejek oleh teman atau keluarga karena kondisi gigi yang jelek pada anak dengan karies tinggi lebih tinggi yaitu 52% dibanding anak dengan karies rendah sebesar 12,5% (p = 0,003; Tabel 3). Walaupun begitu, anak yang memiliki karies tinggi (80%) maupun karies rendah (91,7%) tidak malu terhadap kondisi gigi mereka (p = 0,417; Tabel 3). Hal ini mungkin karena anak-anak atau orang tua menganggap gigi ompong / rusaknya gigi merupakan hal yang biasa dialami oleh anak-anak dan dengan berjalannya waktu, gigi tersebut akan digantikan oleh gigi permanen setelah ia dewasa. Ejekan yang diberikan pada anak mungkin hanya merupakan simbol hukuman kesalahan


(52)

anak dalam penjagaan giginya, hal ini didukung dengan 53% ibu dari penelitian ini menyalahkan anak mereka karena kondisi gigi anak yang tidak bagus.

Penelitian mengenai anak berkurang atau berhenti bermain karena kondisi giginya didapat bahwa, anak dengan karies tinggi sebanyak 18 orang (72%) sedangkan hanya 3 orang (12,5%) anak dengan karies rendah dan perbedaan tersebut bermakna (p = 0,000; Tabel 3). Hal ini menyatakan aktifitas sosial anak dapat terganggu karena anak mengalami sakit gigi.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan ada hubungan bermakna antara kesulitan tidur waktu malam dengan tingkat karies gigi anak (p = 0,003); Tabel 3). Sebanyak 10 orang (40%) anak dengan karies tinggi yang mengalami kesulitan tidur sedangkan hanya 1 orang (4,2%) anak dengan karies rendah. Data ini lebih rendah dari penelitian Filstrup yang mengatakan sebanyak 53% anak dengan karies tinggi yang mengalami gangguan tidur waktu malam. Rasa sakit yang timbul dapat disebabkan karena tekanan pada gigi yang terinfeksi atau abses dan tekanan ini akan meningkat saat baring.40

Karies tinggi yang dimiliki anak ternyata bukan saja dapat mempengaruhi kualitas hidup anak tetapi orang tua juga.14 Hal ini dibuktikan dengan orang tua yang tidak masuk kerja karena sakit atau mengantar anak untuk perawatan gigi pada anak dengan karies tinggi sebanyak 11 orang (44%) sedangkan hanya 2 orang (8,3%) anak dengan karies rendah. Hasil uji statistik menemukan hubungan yang bermakna (p = 0,005; Tabel 3).

Identifikasi karies dini terutama pada anak kecil sangat penting agar tindakan preventif dapat dilakukan. Namun berdasarkan penelitian, jumlah anak dengan karies tinggi yang pernah dibawa ke dokter gigi hanya sebanyak 6 orang (24%) sedangkan anak dengan karies rendah sebanyak 5 orang (20,8%) dan perbedaan ini tidak bermakna (p = 0,791;


(53)

Tabel 3). Alasan paling banyak orang tua tidak membawa anak ke dokter gigi pada anak dengan karies tinggi adalah anak tidak mengeluh sakit (57,89%), sedangkan pada anak dengan karies rendah karena sudah diobati sendiri (47,39%). Selain itu, karena perawatan yang mahal, orang tua malas mengantar dan anak tidak mau diajak ke dokter gigi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan 100% orang tua menjawab bahwa kondisi gigi anak tidak membebani kondisi keuangan keluarga. Hal ini merupakan tantangan bagi dokter gigi dalam mengedukasi mengenai kesehatan gigi dan kontrol secara dini atau berkala pada penduduk setempat sehingga tindakan preventif dapat dilakukan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian di Inggris, sejumlah anak-anak usia 5 tahun didapati tidak pernah ke dokter gigi dan sering karies yang tidak dirawat terdeteksi pada kunjungan pertama tersebut.43

Pada penelitian ini, anak yang pernah dirawat giginya oleh dokter gigi bersikap kooperatif dan tidak ada yang menolak perawatan. Hal ini mungkin karena 10 orang anak (90,9%) hanya dilakukan pemeriksaan gigi saja dan hanya 1 orang anak (9,1%) yang menerima penambalan. Penelitian Klingberg dkk menemukan bahwa anak yang pernah dilakukan perawatan restoratif kurang merasa takut terhadap perawatan dental karena, pengalaman positif dari perawatan tersebut mengurangi risiko perkembangan dental fear. Tetapi, pengalaman dental yang negatif seperti nyeri, ketidaknyamanan atau perilaku negatif dari dokter gigi telah dilaporkan menjadi faktor utama dalam perkembangan dental fear atau dental anxiety pada anak.39

Berdasarkan persepsi orang tua mengenai pengaruh kondisi gigi anak terhadap kehidupan sehari-hari, mayoritas kehidupan anak-anak tidak terpengaruh akibat kondisi gigi mereka (p = 0,094; Tabel 4). Sebanyak 48% orang tua anak dengan karies tinggi


(54)

menyatakan kehidupan anak mereka tidak terpengaruh oleh kondisi gigi sedangkan 83,3% anak dengan karies rendah. Data ini berbeda dengan penelitian Feitosa yang mengatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pengaruh kehidupan anak sehari-hari dengan tingkat karies gigi anak.6

Dilihat dari hubungan antara pendapat orang tua terhadap kesehatan mulut anak secara keseluruhan dengan tingkat karies gigi, ternyata ada hubungan bermakna (p = 0,000; Tabel 4). Semua orang tua anak dengan karies tinggi (100%) menyatakan kesehatan mulut anak mereka tidak bagus sedangkan hanya 8 orang tua (33,3%) anak dengan karies rendah. Data ini lebih tinggi dari penelitian Leake yang mengatakan bahwa, sebanyak 68% orang tua anak dengan karies sedang dan tinggi merasa kesehatan mulut anak mereka tidak bagus. Orang tua anak dengan karies rendah merasa kesehatan mulut anak mereka tidak bagus disebabkan diskolorasi atau penampilan yang tidak estetis akibat karies tersebut.42 Hasil penelitian ini tidak didukung oleh pernyataan anak sendiri mengenai kondisi gigi mereka menurut dirinya, didapat hanya 44% anak dengan karies tinggi dan 29,2% anak dengan karies rendah yang menyatakan perasaan sedih akibat kondisi giginya, dan perbedaan ini tidak bermakna (p = 0,282; Tabel 5). Data penelitian ini berbeda dengan penelitian Feitosa yang mengatakan bahwa anak dengan karies tinggi lebih merasa sedih dibanding gembira dan ditemukan hubungan yang bermakna.6 Namun, bila berdasarkan persepsi orang tua, didapat sebanyak 44% orang tua anak dengan karies tinggi yang menganggap anak sedih dengan kondisi gigi anak sedangkan sebanyak 8,3% pada orang tua anak dengan karies rendah dan hubungan tersebut bermakna (p = 0,005; Tabel 3).

Pada penelitian ini, efek psikososial yang paling berpengaruh terhadap tingkat keparahan karies gigi anak berdasarkan uji Multivariate Logistic Regression adalah anak


(55)

berkurang atau berhenti bermain. Selain itu, pengalaman sakit sewaktu makan makanan manis, dan sakit sewaktu makan atau minum yang dingin / panas merupakan efek yang turut terpengaruh akibat tingkat karies gigi anak 3-5 tahun (Tabel 6). Melihat dari kesimpulan tersebut, dapat dinyatakan bahwa efek dari karies pada anak dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan terutama pada aktivitas sosial maupun aktivitas sehari-hari.


(56)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Efek psikososial yang berhubungan secara bermakna berdasarkan tingkat karies gigi anak adalah pengalaman sakit gigi (p = 0,000), merasa sakit gigi sewaktu makan/ minum yang dingin atau panas (p = 0,000), merasa sakit gigi sewaktu makan makanan yang keras (p = 0,000), merasa sakit gigi sewaktu makan makanan yang manis (p = 0,002), mengalami kesulitan berbicara atau terganggu fonetik (p = 0,003), pengalaman diejek akibat kondisi gigi (p = 0,003), anak kurang atau berhenti bermain (p = 0,000), mengalami kesulitan tidur waktu malam (p = 0,003) dan juga pada orang tua, tidak masuk kerja karena masalah gigi yang dialami anak (p = 0,005). Namun, tidak ada hubungan yang bermakna pada efek psikososial perasaan malu untuk senyum akibat kondisi gigi dengan tingkat karies gigi anak. Maka, dapat disimpulkan bahwa efek psikososial lebih cenderung terjadi pada anak yang memiliki karies tinggi dibanding anak dengan karies rendah.

Berdasarkan hasil uji Multivariate Logistic Regression, anak kurang atau berhenti bermain merupakan efek psikososial yang paling berpengaruh dari tingkat karies gigi pada anak-anak usia 3-5 tahun di Desa Ujung Rambung.


(57)

6.2 Saran

1. Diharapkan dokter gigi dan tenaga kesehatan masyarakat agar lebih memperhatikan upaya penyuluhan, pendidikan dan pencegahan serta melakukan perawatan sedini mungkin terhadap karies yang terjadi pada gigi geligi anak, khususnya balita mengingat banyaknya efek psikososial yang terjadi pada anak.

2. Untuk mengetahui akibat lain yang ditimbulkan karies terhadap kualitas hidup anak seperti Body Mass Index (BMI) dan pemilihan diet, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut.

3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih luas dan akurat, perlu dilakukan penambahan jumlah sampel.


(58)

DAFTAR PUSTAKA

1. Angela A. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj Ked Gigi 2005; 38(3): 130-134.

2. Livny A, Assali R, Sgan-Cohan HD. Early Childhood Caries among a Bedouin community residing in the eastern of Jerusalem. BMC Public Health 2007; 7(167). <http://www.biomedcentral.com/1471-2458/7/167> ( 13 Oktober 2009)

3. Chu S. Review-Early Childhood Caries: Risk and prevention in undeserved populations. The Journal Of Young Investigators 2006; 14(5). research/re.php?id=717 > (20 September 2009)

4. Sugito FS, Djohanrnas H, Darwita RR. Relationship between breastfeeding and early childhood caries (ECC) severity of children under three years old in DKI Jakarta. Makara Kesehatan, 2008; 12(2): 87-92.

5. Fitriani. Faktor risiko karies gigi sulung anak ( study kasus anak Tk Islam Pangeran Diponegoro Semarang ). Tesis. Semarang : Universitas Diponegoro, 2007 (abstrak). 2009).

6. Sheiham A. Oral health, general health and quality of life. Bull World Health Organ. 2005; 83(9): 644.

7. Feitosa S, Colares V, Pinkham J. The psychosocial effects of severe caries in 4-years old children in Recife, Pernambuco, Brazil. Cad Saúde Pública 2005; 21(5): 1550-1556.

8.


(59)

9. Filstrup S.L, Briskie D, Fonseca M, et al. Early childhood caries and quality of life: child and parent perspectives. Pediatr Dent 2003; 25(4): 431–440.

10. Tinanoff N, Reisine S. Update on Early Childhood Caries Since the Surgeon General’s Report. Academic Pediatrics 2009; 9(6): 396-403.

11. Situmorang N. Dampak karies gigi dan penyakit periodontal terhadap kualitas hidup. Dentika Dent J 2001; 6(1): 184-8.

12. Anonymous. Cegah penyakit gigi dan mulut, FKG USU miliki Desa Binaan. <

13. Axelsson P. An introduction to risk prediction and preventive dentistry. Karlstad: Quintessence Publising Co,1999; 1-2.

14. Sedgwick County Health Department. Nursing/Baby bottle tooth decay. Fast Facts. ( 7 April 2010 )

15. Jacobs TK. The prevalence of early childhood caries in the southern cape karoo region. Tesis. Cape: University of Western Cape, 2005; 3-27. (2 Febuari 2010 )

16. Losso EM, Travares MC, da Silva J, Urban C. Severe early childhood caries: an integral approach. J Pediatr 2009; 85(4): 295-300.

17. Douglas Manning. Early Childhood Caries and Prevention in Florida. (10 Januari 2010)

18. Poureslami HR, Amerongen W. Early Childhood Caries (ECC): An Infectious Transmissible Oral Disease. Indian J Pediatr 2009; 76(2):191-4.


(60)

19. College of Registered Dentist Hygienist of Alberta. Early Childhood Caries: A Public Health Epidemic. In Touch. 2008.

20. Vadiakas G. Case definition, aetiology and risk assessment of early childhood caries (ECC): a revisited review. Eur Arch Paediatr Dent 2008; 9(3): 114-25.

21. Pinkham JR, Casamassimo P, McTigue D, Fields H, Nowak A. Pediatric Dentistry:

Infancy through asolescene. 4th ed. New Delhi: Elsevier, 2005: 203-283.

22. Zafar S, Harnekar Y, Siddiqi A. Early childhood caries: etiology, clinical considerations, consequences and management. Int Dent South Africa 2006; 11 (4);24-32.

23. Aine L, Backstrom MC, Maki R, Kuusela AL, Koivisto AM, Ikonen RS et al. Enamel defects in primary and permanent teeth of children born prematurely. Oral Pathol Med J 2000; 29(8): 403-9. (abstrak)

24.

caries in Brazilian preschool children. (abstrak)

25. Peterson D. Baby Bottle Decay. 26. US Department of Health and Human Services. Oral Health in America: A Report of

the Surgeon General.

27. Lo ECM, Loo KY, Lee CK. Dental health status of Hong Kong preschool children. Hong Kong Dent J 2009; 6: 6-12.


(61)

28. Bimstein E, Wilson J, Guelmann M, Primosch RE. The Relationship Between Oral and Demographic Characteristics of Children with Asthma. J Clin Ped Dent 2006; 31(2). (abstrak).

29. Ezer M, Swoboda N, Farkouh D. Early Childhood Caries: The Dental Disease of Infants. Oral Health J. 2010; 10(1): 1-5.

30. Msefer S. Importance of Early Diagnosis of Early Childhood Caries. Quebec Dent J

2006; April (suppl): 6-8.

31. Bingaman J, Cardin BL. Preventing Decay, Preventing Tragedy.

32. Anonymous. Extraction of Baby Teeth.

20 Februari 2010 ).

33. Anonymous. Early tooth loss in children. < http://www.intelligentdental.com /2009/

34. Goran K, Poulsen S. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach.2nd ed. Copenhagen: Wiley-Blackwell, 2009: 61-4.

35. Little J. Causes of malocclusion.

010-causes-of-malocclusion.htm> (3 Maret 2010).

36. Ru ST, Shun TH, Meng CH, Fu HC, Horng SC. The nutritional status of young children with S-ECC in southern Taiwan. Hong Kong Dent J. 2008; 6: 5-10.


(62)

37. Casamassimo PS, Thikkurissy S, Edelstein BL, Maiorini E. Beyond dmft: The human and economicly childhood caries cost of early childhood caries. J Am Dent Assoc 2009;140;650-657.

38. Rimawati H. Pencegahan Penyakit Gigi. <

39. Jensen C. Does serial extraction of primary canines trigger dental fear reactions? Tesis. Stockholm: Karolinska Institute. 2007.

40. Anonymous. A guide to toothache and how to deal with it.

41.

42. Leake J.,Jozzy S., Uswak G. Severe Dental Caries, Impats And Determinatas Among Children 2-6 Years Of Age In Inuvik Region, Northwest Territories, Canada. J Canada Dent Ass 2008; 74(6): 519-519g.

43. Welbury R., Duggal M., Hosey MT. Paediatric Dentistry 3rd ed. New York: Oxford University Press,2005; 134.

44. Wong-Baker Faces Foundation. Wong-Baker FACES Pain Rating Scale©. < http://

(25


(63)

KUESIONER ORANG TUA

EFEK PSIKOSOSIAL PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN YANG MEMILIKI KARIES TINGGI DAN KARIES RENDAH

Tanggal Pemeriksaan :

Nama Anak : ……… Jenis Kelamin : LK / PR Tanggal Lahir : ………... ( tgl/bln/thn ) Usia : ………. tahun

Anak ke : ……… Jumlah Anak : ………….

Jumlah tanggungan dalam keluarga : ………... Nama orang tua : ……….. Hubungan dengan anak : ………..

Alamat rumah : ………

STATUS SOSIO-EKONOMI :

1. Pendidikan ibu : ( ) Tidak sekolah ( ) Tamat SD ( ) Tamat SMP ( ) Tamat SMA

( ) Akademik / Pendidikan Tinggi 2. Pendidikan ayah : ( ) Tidak sekolah

( ) Tamat SD ( ) Tamat SMP ( ) Tamat SMA

( ) Akademik / Pendidikan Tinggi 3. Pekerjaan Ayah : ……… 4. Pekerjaan Ibu : ……… 5. Jumlah Pendapatan Keluarga Per Bulan : ( ) < 2,2 juta

( ) > 2,2 juta

1 0


(64)

KESEHATAN ORAL ANAK DAN EFEK PSIKOSOSIAL :

1. Siapakah yang paling sering menjaga anak ? ( ) Ibu ( ) Nenek / Kakek ( ) Ayah ( ) dll: ………..

2. Apakah anak ibu / bapak / penjaga pernah mengalami sakit / nyeri gigi? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

3. Bila ya, berapa kalikah anak ibu/bapak mengalami sakit gigi?

a. Lebih dari 1 kali setiap bulannya, sebutkan ………. b. 1 kali sebulan.

c. 3 bulan sekali. d. 6 bulan sekali. e. 1 tahun sekali.

f. Lain-lain. Sebutkan : ……….

4. Apakah anak ibu / bapak pernah merasa sakit gigi sewaktu memakan makanan atau minuman dingin / panas ?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

5. Apakah anak ibu / bapak pernah merasa sakit gigi sewaktu memakan yang cukup keras seperti daging / keripik / kacang ?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

6 Apakah anak ibu/ bapak pernah merasa sakit gigi sewaktu memakan makanan yang manis ?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

7. Apakah anak ibu/ bapak ada kesulitan berbicara / pengucapannya tidak jelas seperti menyebut huruf s, f, v ?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

8. Apakah anak ibu/ bapak pernah merasa malu untuk senyum karena kondisi / keadaan giginya?


(65)

9. Apakah anak ibu/ bapak pernah diejek oleh teman karena kondisi giginya? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

10. Apakah anak ibu/bapak pernah berhenti atau kurang bermain karena sakit gigi ? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

11. Apakah anak ibu/bapak pernah terjaga / kesulitan tidur pada waktu malam hari karena sakit gigi?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

12. Apakah ibu/bapak pernah tidak masuk kerja karena sakit/perawatan gigi anak ? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

13. Apakah tindakan yang dilakukan jika anak ibu/bapak mengalami sakit gigi?

( ) Tidak ada tindakan ( ) Diberi obat penahan sakit / Beli obat sendiri ( ) Dibawa ke dokter gigi ( ) Lain-lain. Sebutkan: ………... 14. a. Apakah anak ibu/bapak pernah dibawa ke dokter gigi?

( ) Tidak pernah ( ) Pernah

b. Jika pernah, masalah apa yang dialami anak ? i ) Gigi sakit v ) Kontrol ii ) Gigi berlubang vi ) Gigi berjejal

iii ) Gusi bengkak vii) Lain-lain. Sebutkan : ………... iv ) Gusi berdarah

c. Perawatan apa yang diterima anak sewaktu ke dokter gigi? i ) Tambalan

ii ) Pencabutan

iii) Diberi obat makan / resep iv) Tidak diberi perawatan

v ) Lain-lain. Sebutkan : ……… d. Bagaimanakah sikap anak sewaktu dirawat oleh dokter gigi?

i ) Takut


(66)

iii) Berhasil Dirawat

iv) Senang hati selama perawatan

15. Apakah sakit / perawatan gigi anak ibu/bapak membebankan kondisi keuangan keluarga?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

16. Apakah anak ibu/bapak merasa sedih karena kondisi giginya menjadi tidak bagus? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

17. Apakah ibu/bapak pernah menyalahkan anak jika giginya tidak bagus ? ( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

18. Sejauh manakah pengaruh kondisi gigi/mulut anak ibu/bapak terhadap kehidupannya sehari-hari ?

( ) Tidak ada ( ) Sedikit ( ) Banyak

19. Apakah pendapat ibu/bapak tentang kesehatan mulut anak secara keseluruhannya? ( ) Bagus ( ) Tidak Bagus

** 20. Bagaimanakah perasaan adik apabila teringat tentang gigi kamu?


(67)

Lampiran 2

Nama Anak : ... Nama orang tua : ... Alamat : ...


(68)

Lampiran 3

INFORMASI KEPADA ORANG TUA / WALI SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak / Ibu / Sdr ... Orang tua/ Wali dari ... Alamat ...

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/ Sdr dapat mengijinkan ananda ... ... untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul :

Efek Psikososial pada Anak usia 3-5 Tahun yang Memiliki Karies Tinggi dan Rendah.

Dengan tujuan,

Mendata hubungan tingkat keparahan karies dengan efek psikososial pada anak usia 3-5 tahun.

Dalam penelitian tersebut anak akan dilakukan :

1. Pemeriksaan rongga mulut mengenai adanya gigi berlubang. 2. Ditanyakan soal berhubung perasaan mengenai giginya.

Adapun ketidaknyamanan yang dialami dalam prosedur penelitian yaitu :

Anak membuka mulut sedikit lebih lama untuk memeriksa keadaan tiap gigi dan keadaan rongga mulut.


(69)

Namun keuntungan menjadi subjek penelitian adalah :

Mendapat data kondisi rongga mulut anak, efek dari karies anak serta saran upaya pencegahan. Pemeriksaan yang dilakukan tidak dikenakan biaya apapun.

Diharapkan hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat membantu solusi pencegahan gigi berlubang pada anak-anak Indonesia dimasa yang akan datang.

Jika Bapak/ Ibu/ Sdr bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Peneliti harap ditandatangani dan dikirim kembali kepada peneliti.

Perlu Bapak/ Ibu/ Sdr ketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat Bapak/ Ibu/ Sdr untuk dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian berlangsung.

Mudah-mudahan keterangan saya di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan ibu dan ananda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ... Peneliti,


(70)

Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Setelah membaca keterangan tentang risiko, keuntungan dan hak-hak saya/ anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Efek Psikososial pada Anak usia 3-5 Tahun yang Memiliki Karies Tinggi dan Rendah.

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengijinkan anak saya dan saya berpartisipasi dalam penelitian ini yang diketahui oleh Dalia Harun sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan, ... 2010 Tanda Tangan,

( ... )

Orang Tua Ananda : ...

Alamat : ... No. Telp/ Hp. : ...


(1)

9. Apakah anak ibu/ bapak pernah diejek oleh teman karena kondisi giginya?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

10. Apakah anak ibu/bapak pernah berhenti atau kurang bermain karena sakit gigi ?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

11. Apakah anak ibu/bapak pernah terjaga / kesulitan tidur pada waktu malam hari karena sakit gigi?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

12. Apakah ibu/bapak pernah tidak masuk kerja karena sakit/perawatan gigi anak ?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

13. Apakah tindakan yang dilakukan jika anak ibu/bapak mengalami sakit gigi?

( ) Tidak ada tindakan ( ) Diberi obat penahan sakit / Beli obat sendiri ( ) Dibawa ke dokter gigi ( ) Lain-lain. Sebutkan: ………...

14. a. Apakah anak ibu/bapak pernah dibawa ke dokter gigi? ( ) Tidak pernah ( ) Pernah

b. Jika pernah, masalah apa yang dialami anak ? i ) Gigi sakit v ) Kontrol ii ) Gigi berlubang vi ) Gigi berjejal

iii ) Gusi bengkak vii) Lain-lain. Sebutkan : ………... iv ) Gusi berdarah

c. Perawatan apa yang diterima anak sewaktu ke dokter gigi? i ) Tambalan

ii ) Pencabutan

iii) Diberi obat makan / resep iv) Tidak diberi perawatan

v ) Lain-lain. Sebutkan : ……… d. Bagaimanakah sikap anak sewaktu dirawat oleh dokter gigi?

i ) Takut


(2)

iii) Berhasil Dirawat

iv) Senang hati selama perawatan

15. Apakah sakit / perawatan gigi anak ibu/bapak membebankan kondisi keuangan keluarga?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

16. Apakah anak ibu/bapak merasa sedih karena kondisi giginya menjadi tidak bagus?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

17. Apakah ibu/bapak pernah menyalahkan anak jika giginya tidak bagus ?

( ) Ya ( ) Tidak ( ) Tidak tahu

18. Sejauh manakah pengaruh kondisi gigi/mulut anak ibu/bapak terhadap kehidupannya sehari-hari ?

( ) Tidak ada ( ) Sedikit ( ) Banyak

19. Apakah pendapat ibu/bapak tentang kesehatan mulut anak secara keseluruhannya? ( ) Bagus ( ) Tidak Bagus

** 20. Bagaimanakah perasaan adik apabila teringat tentang gigi kamu?


(3)

Lampiran 2

Nama Anak : ... Nama orang tua : ... Alamat : ...


(4)

Lampiran 3

INFORMASI KEPADA ORANG TUA / WALI SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak / Ibu / Sdr ... Orang tua/ Wali dari ... Alamat ...

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu/ Sdr dapat mengijinkan ananda ... ... untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul : Efek Psikososial pada Anak usia 3-5 Tahun yang Memiliki Karies Tinggi dan Rendah.

Dengan tujuan,

Mendata hubungan tingkat keparahan karies dengan efek psikososial pada anak usia 3-5 tahun.

Dalam penelitian tersebut anak akan dilakukan :

1. Pemeriksaan rongga mulut mengenai adanya gigi berlubang. 2. Ditanyakan soal berhubung perasaan mengenai giginya.

Adapun ketidaknyamanan yang dialami dalam prosedur penelitian yaitu :

Anak membuka mulut sedikit lebih lama untuk memeriksa keadaan tiap gigi dan keadaan rongga mulut.


(5)

Namun keuntungan menjadi subjek penelitian adalah :

Mendapat data kondisi rongga mulut anak, efek dari karies anak serta saran upaya pencegahan. Pemeriksaan yang dilakukan tidak dikenakan biaya apapun.

Diharapkan hasil penelitian ini secara keseluruhan dapat membantu solusi pencegahan gigi berlubang pada anak-anak Indonesia dimasa yang akan datang.

Jika Bapak/ Ibu/ Sdr bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan Menjadi Subjek Peneliti harap ditandatangani dan dikirim kembali kepada peneliti.

Perlu Bapak/ Ibu/ Sdr ketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat Bapak/ Ibu/ Sdr untuk dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian berlangsung.

Mudah-mudahan keterangan saya di atas dapat dimengerti dan atas kesediaan ibu dan ananda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan, ... Peneliti,


(6)

Lampiran 4

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Setelah membaca keterangan tentang risiko, keuntungan dan hak-hak saya/ anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Efek Psikososial pada Anak usia 3-5 Tahun yang Memiliki Karies Tinggi dan Rendah.

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengijinkan anak saya dan saya berpartisipasi dalam penelitian ini yang diketahui oleh Dalia Harun sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan, ... 2010 Tanda Tangan,

( ... )

Orang Tua Ananda : ...