PEMBAHASAN Efek Psikososial pada Anak Usia 3-5 Tahun yang Memiliki Karies Tinggi dan Rendah

BAB 5 PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh persentase anak dengan karies tinggi yang mengalami sakit gigi sebanyak 88 sedangkan anak dengan karies rendah sebanyak 25 dan perbedaannya ada hubungan yang bermakna p = 0,000; Tabel 3. Data penelitian ini lebih tinggi dari penelitian Feitosa di Brazil yaitu 72 anak dengan karies tinggi dan 7,1 anak dengan karies rendah mengalami sakit gigi. 6 Menurut Acs dkk, sakit gigi bisa menjadi efek primer dari nursing caries. 8 Persentase sakit gigi yang tinggi pada kelompok karies tinggi bisa disebabkan oleh karies yang dalam, abses, maupu n radiks. 40 Pada penelitian ini, frekuensi anak yang mengalami sakit gigi pada anak dengan karies tinggi paling banyak adalah 3-6 kali sebulan 63,63 diikuti dengan sebulan sekali 22,7 dan sekali setahun 13,64. Anak dengan karies rendah yang mengalami sakit gigi minimal sebulan sekali, 3-6 kali sebulan dan setahun sekali masing-masing ada 2 orang 33,33. Anak dengan karies tinggi yang mengalami sakit gigi akibat makanan atau minuman yang dingin panas diderita oleh 68 orang anak sedangkan tidak ada anak dengan karies rendah yang mengalaminya p = 0,000; Tabel 3. Hal ini dapat disebabkan karena kehilangan enamel menyebabkan gigi menjadi sensitif terhadap dingin, atau karena kavitas, karies dalam dan abses menyebabkan gigi menjadi sensitif terhadap panas. 40 Pada penelitian ini, anak dengan karies tinggi banyak giginya yang mengalami karies dentin dan karies mencapai pulpa dibanding anak dengan karies rendah. Berdasarkan sakit gigi sewaktu makan makanan yang keras, ditemukan anak dengan karies tinggi mengeluhkan hal tersebut sebanyak 72 sedangkan anak dengan karies rendah sebanyak 8,3 p = 0,000; Tabel 3. Mengunyah dengan gigi yang memiliki Universitas Sumatera Utara karies dalam sangat menyakitkan terutama oleh makanan keras, atau pada gigi dengan periodontitis apikal maupun abses. 41 Sakit gigi sewaktu makan makanan yang manis hanya dilaporkan pada anak dengan karies tinggi sebanyak 36 dan tidak ada pada anak dengan karies rendah yang melaporkan hal tersebut p = 0,002; Tabel 3. Hasil penelitian ini lebih rendah dari Filstrup yang menemukan jumlah anak mengalami sakit gigi akibat makanan manis sebanyak 74. 9 Dilihat dari hubungan tingkat karies gigi anak dengan kesulitan berbicara atau gangguan fonetik, ternyata ada hubungan yang bermakna p = 0,003; Tabel 3. Jumlah anak dengan karies tinggi yang mengalami gangguan tersebut adalah sebanyak 13 orang 52 dibanding dengan anak karies rendah sebanyak 3 orang 12,5. Hasil ini berbeda dengan penelitian Leake di Kanada yang mengatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara kesulitan berbicara dengan tingkat karies. Sebagian orang tua berpendapat tidak adanya gigi atau rusaknya gigi, tidak menyebabkan anak kesulitan berbicara tetapi menganggap bahwa anak-anak tersebut masih dalam proses untuk belajar berbicara. 42 Berdasarkan pengalaman diejek oleh teman atau keluarga karena kondisi gigi yang jelek pada anak dengan karies tinggi lebih tinggi yaitu 52 dibanding anak dengan karies rendah sebesar 12,5 p = 0,003; Tabel 3. Walaupun begitu, anak yang memiliki karies tinggi 80 maupun karies rendah 91,7 tidak malu terhadap kondisi gigi mereka p = 0,417; Tabel 3. Hal ini mungkin karena anak-anak atau orang tua menganggap gigi ompong rusaknya gigi merupakan hal yang biasa dialami oleh anak-anak dan dengan berjalannya waktu, gigi tersebut akan digantikan oleh gigi permanen setelah ia dewasa. Ejekan yang diberikan pada anak mungkin hanya merupakan simbol hukuman kesalahan Universitas Sumatera Utara anak dalam penjagaan giginya, hal ini didukung dengan 53 ibu dari penelitian ini menyalahkan anak mereka karena kondisi gigi anak yang tidak bagus. Penelitian mengenai anak berkurang atau berhenti bermain karena kondisi giginya didapat bahwa, anak dengan karies tinggi sebanyak 18 orang 72 sedangkan hanya 3 orang 12,5 anak dengan karies rendah dan perbedaan tersebut bermakna p = 0,000; Tabel 3. Hal ini menyatakan aktifitas sosial anak dapat terganggu karena anak mengalami sakit gigi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan ada hubungan bermakna antara kesulitan tidur waktu malam dengan tingkat karies gigi anak p = 0,003; Tabel 3. Sebanyak 10 orang 40 anak dengan karies tinggi yang mengalami kesulitan tidur sedangkan hanya 1 orang 4,2 anak dengan karies rendah. Data ini lebih rendah dari penelitian Filstrup yang mengatakan sebanyak 53 anak dengan karies tinggi yang mengalami gangguan tidur waktu malam. Rasa sakit yang timbul dapat disebabkan karena tekanan pada gigi yang terinfeksi atau abses dan tekanan ini akan meningkat saat baring. 40 Karies tinggi yang dimiliki anak ternyata bukan saja dapat mempengaruhi kualitas hidup anak tetapi orang tua juga. 14 Hal ini dibuktikan dengan orang tua yang tidak masuk kerja karena sakit atau mengantar anak untuk perawatan gigi pada anak dengan karies tinggi sebanyak 11 orang 44 sedangkan hanya 2 orang 8,3 anak dengan karies rendah. Hasil uji statistik menemukan hubungan yang bermakna p = 0,005; Tabel 3. Identifikasi karies dini terutama pada anak kecil sangat penting agar tindakan preventif dapat dilakukan. Namun berdasarkan penelitian, jumlah anak dengan karies tinggi yang pernah dibawa ke dokter gigi hanya sebanyak 6 orang 24 sedangkan anak dengan karies rendah sebanyak 5 orang 20,8 dan perbedaan ini tidak bermakna p = 0,791; Universitas Sumatera Utara Tabel 3. Alasan paling banyak orang tua tidak membawa anak ke dokter gigi pada anak dengan karies tinggi adalah anak tidak mengeluh sakit 57,89, sedangkan pada anak dengan karies rendah karena sudah diobati sendiri 47,39. Selain itu, karena perawatan yang mahal, orang tua malas mengantar dan anak tidak mau diajak ke dokter gigi. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang menyatakan 100 orang tua menjawab bahwa kondisi gigi anak tidak membebani kondisi keuangan keluarga. Hal ini merupakan tantangan bagi dokter gigi dalam mengedukasi mengenai kesehatan gigi dan kontrol secara dini atau berkala pada penduduk setempat sehingga tindakan preventif dapat dilakukan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian di Inggris, sejumlah anak-anak usia 5 tahun didapati tidak pernah ke dokter gigi dan sering karies yang tidak dirawat terdeteksi pada kunjungan pertama tersebut. 43 Pada penelitian ini, anak yang pernah dirawat giginya oleh dokter gigi bersikap kooperatif dan tidak ada yang menolak perawatan. Hal ini mungkin karena 10 orang anak 90,9 hanya dilakukan pemeriksaan gigi saja dan hanya 1 orang anak 9,1 yang menerima penambalan. Penelitian Klingberg dkk menemukan bahwa anak yang pernah dilakukan perawatan restoratif kurang merasa takut terhadap perawatan dental karena, pengalaman positif dari perawatan tersebut mengurangi risiko perkembangan dental fear. Tetapi, pengalaman dental yang negatif seperti nyeri, ketidaknyamanan atau perilaku negatif dari dokter gigi telah dilaporkan menjadi faktor utama dalam perkembangan dental fear atau dental anxiety pada anak. 39 Berdasarkan persepsi orang tua mengenai pengaruh kondisi gigi anak terhadap kehidupan sehari-hari, mayoritas kehidupan anak-anak tidak terpengaruh akibat kondisi gigi mereka p = 0,094; Tabel 4. Sebanyak 48 orang tua anak dengan karies tinggi Universitas Sumatera Utara menyatakan kehidupan anak mereka tidak terpengaruh oleh kondisi gigi sedangkan 83,3 anak dengan karies rendah. Data ini berbeda dengan penelitian Feitosa yang mengatakan bahwa ada hubungan bermakna antara pengaruh kehidupan anak sehari-hari dengan tingkat karies gigi anak. 6 Dilihat dari hubungan antara pendapat orang tua terhadap kesehatan mulut anak secara keseluruhan dengan tingkat karies gigi, ternyata ada hubungan bermakna p = 0,000; Tabel 4. Semua orang tua anak dengan karies tinggi 100 menyatakan kesehatan mulut anak mereka tidak bagus sedangkan hanya 8 orang tua 33,3 anak dengan karies rendah. Data ini lebih tinggi dari penelitian Leake yang mengatakan bahwa, sebanyak 68 orang tua anak dengan karies sedang dan tinggi merasa kesehatan mulut anak mereka tidak bagus. Orang tua anak dengan karies rendah merasa kesehatan mulut anak mereka tidak bagus disebabkan diskolorasi atau penampilan yang tidak estetis akibat karies tersebut. 42 Hasil penelitian ini tidak didukung oleh pernyataan anak sendiri mengenai kondisi gigi mereka menurut dirinya, didapat hanya 44 anak dengan karies tinggi dan 29,2 anak dengan karies rendah yang menyatakan perasaan sedih akibat kondisi giginya, dan perbedaan ini tidak bermakna p = 0,282; Tabel 5. Data penelitian ini berbeda dengan penelitian Feitosa yang mengatakan bahwa anak dengan karies tinggi lebih merasa sedih dibanding gembira dan ditemukan hubungan yang bermakna. 6 Namun, bila berdasarkan persepsi orang tua, didapat sebanyak 44 orang tua anak dengan karies tinggi yang menganggap anak sedih dengan kondisi gigi anak sedangkan sebanyak 8,3 pada orang tua anak dengan karies rendah dan hubungan tersebut bermakna p = 0,005; Tabel 3. Pada penelitian ini, efek psikososial yang paling berpengaruh terhadap tingkat keparahan karies gigi anak berdasarkan uji Multivariate Logistic Regression adalah anak Universitas Sumatera Utara berkurang atau berhenti bermain. Selain itu, pengalaman sakit sewaktu makan makanan manis, dan sakit sewaktu makan atau minum yang dingin panas merupakan efek yang turut terpengaruh akibat tingkat karies gigi anak 3-5 tahun Tabel 6. Melihat dari kesimpulan tersebut, dapat dinyatakan bahwa efek dari karies pada anak dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam kehidupan terutama pada aktivitas sosial maupun aktivitas sehari-hari. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN