Patofisiologi Gagal Ginjal Kronik
akan memperlihatkan gejala dan tanda uremia yang nyata seperti anemia, peningkatan darah, gangguan metabolisme fosfor dan kalsium. Terjadi juga keadaan mudah
terkena infeksi seperti infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kemih dan infeksi saluran cerna. Selain itu juga terjadi gangguan keseimbangan air seperti hipo atau
hipervolemia, terjadi gangguan keseimbangan elektrolit antara kalium dan natrium Sudoyo dkk, 2006. Menurut Dipiro et al 2008 komplikasi sekunder yang dapat
dialami oleh pasien gagal ginjal kronik ialah
anemia, asidosis metabolik, abnormalitas jumlah cairan dan elektrolit dalam tubuh, hiperparatiroid dan
osteodistropi renal serta penyebab terjadinya penyakit kardiovaskuler.
a. Anemia Pada kondisi anemia yang terjadi pada pasien gagal ginjal sekitar 80-90 dan
ini disebabkan oleh defisiensi eritropoitin. Selain itu terjadi defisiensi besi, kehilangan darah, masa hidup eritrosit yang pendek akibat hemolisis, defisiensi asam
folat, penekanan sumsum tulang oleh substansi uremik, proses inflamasi akut maupun kronik. Pada kondisi anemia ini yang dibutuhkan ialah pemberian eritropoitin.
Sasaran hemoglobin menurut berbagai studi klinik ialah 11-12 g dl Sudoyo dkk, 2006.
b.
Hiperparatiroid sekunder dan Osteodistrofi renal
Hiperparatiroid sekunder ialah keadaan ketidakseimbangan homeostatis antara fosfor dan kalsium. Keadaan ketidakseimbangan ini bila terjadi dalam jangka waktu
yang lama akan terjadi keadaan osteodistrofi renal Dipiro et al, 2008.
Pengatasan masalah ini ialah dengan mengatasi hiperfosfatemia dan pemberian kalsitriol. Pada pemberian kalsitriol ini pemakaiannya tidak luas
dikarenakan dapat meningkatkan absorbsi fosfat dan kalsium di saluran cerna sehingga dikhawatirkan dapat mengakibatkan penumpukan garam kalsium karbonat
di jaringan. Pemakaian dibatasi pada pasien dengan kadar fosfat darah normal dan kadar hormon paratiroid PTH 2,5 kali normal. Sedangkan untuk mengatasi
hiperfosfatemia meliputi pembatasan asupan fosfat 600-800 mghari, pemberian