Kelembagaan Bea Cukai, Tanggung Jawab dan Prinsip-Prinsip

5. Aspek Hukum Internasional Sebagai hukum yang sangat terkait dengan aktifitas perdagangan internasional, di dalam hukum pabean nasional juga banyak tercantum aspek hukum perjanjian internasional, atau beberapa ketentuan hukum yang direkomendasikan untuk tercantum dalam undang-undang nasional. Aspek-aspek tersebut terkait dengan aturan atau ketentuan terhadap pengendalian barang-barang hasil pelanggaran HaKI, nilai pabean, tarif bea masuk, dan lainnya. 60

C. Kelembagaan Bea Cukai, Tanggung Jawab dan Prinsip-Prinsip

Pelaksanaan Kepabeanan dan Cukai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC adalah instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas kementerian keuangan dibidang pemungutan pajak negara dalam bentuk bea cukai serta pungutan impor lainnya. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sebagai suatu lembaga pemerintah memiliki fungsi penting di dalam melaksakan kebijakan pemerintah. Bea Cukai terdiri dari dua suku kata, yaitu Bea dan Cukai. Bea berasal dari bahasa Sansakerta yang berarti ongkos atau biaya. 61 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 Sedangkan cukai merupakan bahasa Melayu dalam menyebut pungutan pajak atau upeti. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Bea Cukai dilindungi dengan dan Undang- Undang Nomor 17 tahun 2006 Tentang Kepabeanan serta Undang-Undang Nomor 11 tahun 1995 dan Undang-Undang Nomor 39 tahun 2007 Tentang Cukai. 60 Ibid, hal.40. 61 Adrian Sutedi, Op.Cit, hal.88. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC diberi tugas melalui Undang-undang serta peraturan pelaksananya untuk melakukan pengawasan terhadap barang-barang larangan danatau pembatasan impor dan ekspor. Kegiatan Impor atau Ekspor dipungut bea sebagai salah satu kewajiban pajak yang menjadi sumber penerimaan negara karena DJBC sebagai institusi negara dibawah Kementerian Keuangan yang bertugas menjaga keuangan negara. Bea Cukai mempunyai peran yang sangat penting dalam menggerakkan roda perekonomian nasional yang diwujudkan dalam pengumpulan penerimaan negara untuk membiayai pembangunan nasional, pemberian fasilitas perdagangan untuk menunjang efisiensi rantai pasokan perdagangan internasionla, pemberian insentif fiskal untuk meningkatkan pertumbuhan dan melindungi investasi dalam negeri, serta melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang berbahaya bagi kesehatan dan keamanan masyarakat. Peranan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC sebagai aparatur negara yang berada di gerbang pintu masuk negara dan juga sebagai instansi penegak hukum pabean dirumuskan dalam Fungsi Implementasi DJBC yaitu: Revenue Collector, Trade Facilitator, Industrial Assistance, dan Community Protector. Trade Facilitator adalah memberi fasilitas perdagangan antara lain peningkatan kelancaran arus barang dan perdagangan, sehingga dapat menekan ekonomi biaya tinggi yang pada akhirnya akan menciptakan iklim perdagangan yang kondusif. Industrial Assintance adalah memberi dukungan kepada industri dalam negeri sehingga memiliki keunggulan kompetitif dalam pasar internasional. Revenue Collector adalah mengoptimalkan penerimaan negara melalui penerimaan bea masuk, bea keluar dan cukai. Community Protector adalah melindungi masyarakat dari masuknya barang-barang yang dilarang atau dibatasi yang dapat menggangu kesehatan dan keamanan serta moralitas. 62 Banyak orang lebih senang menyebut lembaga maupun pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC dengan singkat yaitu Bea Dengan adanya perubahan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006, beberapa pasal dan substansi yang terdapat dalam undang-undang lama mengalami perubahan dan penambahan. Sebanyak 101 butir perubahan, menunjukan adanya upaya dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk mengadakan perbaikan dan meningkatkan kinerjanya menuju kesetaraan dengan kinerja kepabeanan di negara-negara Asia khususnya dan dunia pada umumnya. Undang-undang Pabean pada Pasal 6 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 beserta penjelasannya yang sebagai hukum positif telah mengamanatkan bahwa lembaga yang melakasanakan penegakan hukum yang berkaitan dengan penyelesaian kewajiban pabean atas barang impor atau ekspor adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Selanjutnya, berdasarkan amanat undang-undang lembaga pabean yang dalam hal ini Direktorat Jenderal Bea dan Cukai berkewajiban melaksanakan tugas hukum di bidang kepabeanan, yakni tugas hukum untuk melaksanakan pemungutan bea dan pajak dalam rangka ekspor-impor sesuai dengan ketentuan undang-undang dan tugas hukum untuk melaksanakan pengawasan lalu-lintas barang yang dimasukkan ke atau dikeluarkan dari daerah pabean. 62 http:elearning.upnjatim.ac.idcoursesHKK6004documentGambaran_umum_kepa beanan_dan_cukai.pdf?cidRehttp:elearning.upnjatim.ac.idcoursesHKK6004documentGamb aran_umum_kepabeanan_dan_cukai.pdf?cq=HKK6004 Cukai. Di forum Internasional institusi Bea Cukai digunakan sebutan Administrasi Pabean Customs Administration yang ruang lingkup tugasnya hanya meliputi kepabeanan dan cukai atau hanya bidang kepabeanan saja. 63 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai suatu lembaga memiliki peranan yang sangat penting yang mungkin kurang disadari oleh masyarakat, yaitu berperan melindungi masyarakat itu sendiri dari berbagai hal yang memungkinan untuk menciptakan kerusakan maupun membahayakan bagi lingkungan masyarakat Indonesia. Sebagai gerbang pertama dari masuknya barang-barang yang berasal dari luar negeri, pegawai Bea dan Cukai memiliki kewajiban untuk memberlakukan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai lembaga pabean serta cukai beserta seluruh aparatnya pada kapasitasnya mengemban tugas hukum, disiplin ilmu utamanya yaitu ilmu hukum didukung oleh disiplin- disiplin ilmu lainnya yakni ilmu ekonomi, sosial, politik serta disiplin ilmu yang berkaitan dengan pertahanan dan keamanan serta budaya. Semua disiplin ilmu tersebut digunakan secara terpadu dengan tujuan dipatuhinya seluruh ketentuan perundang-undangan di bidang kepabeanan.Selain itu, dalam peranannya sebagai fasilitator perdagangan internasional trade facilitator, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menempatkan posisinya sebagai suatu organisasi yang memegang andil yang menuntut sikap profesional dalam diri setiap pegawainya. Hubungan hukum yang timbul dalam pemenuhan formalitas pabean, yakni hubungan hukum yang dibuat oleh masyarakat pengguna jasa kepabeanan dengan pemegang otoritas pabean haruslah didasari atas keseimbangan kepentingan, kejujuran dan kepercayaan sehingga ketentuan perundang-undangan kepabeanan selain dapat memberikan keadilan, kepastian hukum juga bermanfaat. 63 Ibid, hal.84. peraturan perundang-undangan yang sesuai terhadap jenis barang yang akan meninggalkan dan memasuki daerah pabean Indonesia. 64 Dalam UU Kepabeanan, ditetapkan bahwa dalam rangka untuk kepentingan pengawasan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC terhadap pelaksanaan ketentuan dan larangan dan pembatasan Lartas, maka instansi teknis yang menetapkan larangan dan atau pembatasan atas impor atau ekspor barang tertentu wajib untuk memberitahukan kepada Menteri Keuangan, sebagai atasan DJBC untuk ditetapkan dan dilaksanakan oleh DJBC. Barang-barang yang keluar dan masuk tersebut akan dipungut bea masuk dan cukainya sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagai sumber fiskal atau pendapatan negara. Contoh implementasi peraturan terkait ekspor dan impor yang diterbitkan oleh departemen atau instansi pemerintahan lainnya ialah pengaturan tentang Larangan dan Pembatasan Lartas. 65 Sesuai tugas dan fungsinya DJBC dituntut untuk bertanggung jawab atas pengamanan penerimaan negara dan berbagai ketentuan atau peraturan nasional lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan ekspor, impor dan cukai, semua peraturan ini menjadi kewajiban bagi DJBC untuk melaksanakannya karena DJBC adalah instansi yang bertanggung jawab mengatur keluar-masuknya barang di wilayah Indonesia. Pada dasarnya institusi DJBC merupakan institusi kepabeanan di dalamnya terdapat peraturan atau kebijakan masing-masing Departemen teknis. Kepabeanan atau Customs inggris atau Douane Perancis adalah instansi yang bertanggung jawab atas pengawasan pelaksanaan administrasi penerimaan 64 Wawancara Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan pada 13 Maret 2015. 65 Mohammad Jafar Widyaswara Pusdiklat Bea dan Cukai, Modul Pengantar Kepabeanan, Op.Cit, hal. 52. atau pendapatan negara dalam bentuk bea masuk, cukai, pajak pertambahan nilai value added tax, pajak barang mewah dan pajak pengahasilan dalam rangka impor Pasal 22 Undang-undang Kepabeanan serta bea keluar yang mengatur mengenai pentarifan atas barang sesuai dengan klasifikasinya. Esensi dari pelaksanaan peraturan-peraturan terkait tersebut adalah demi terwujudnya efisiensi dan efektivitas dalam pengawasan dan pelayanan, karena tidak mungkin jika setiap instansi yang berwenang tersebut melaksanakan sendiri setiap peraturan yang berkaitan dengan hal ekspor dan impor, tujuan utama dari pelaksanaan tersebut adalah untuk menghidari birokrasi panjang yang harus dilewati oleh setiap pengekspor dan pengimpor dalam beraktivitas. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai pihak yang mengawasi lalu lintas barang yang keluar atau masuk daerah dan melakukan pemungutan terhadap Bea masuk, Cukai, PDRI serta mengawasi barang- barang yang dilarang dan dibatasi sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan yang tidak kalah pentingnya Bea dan Cukai bertanggung jawab atas kelancaran dan lalu lintas barang tersebut.Oleh karena itu terdapat beberapa prinsip-prinsip yang berkaitan dari kepabeanan yakni : 1. Prinsip Paradigma Kepercayaan Semula prinsip pengawasan bea cukai berpijak bahwa pengawasan bea cukai telah direncanakan atas atas dasar hipotesis bahwa semua semua orang tidak jujur, sebagaimana disebutkan dalam deklarasi Colombus customs controls have therefore been devised on the basic hypothesis that all people are dishonest. Artinya hipotesis prasangka buruk su’uzhan dikedepankan. Oleh karena itu, dalam kegiatan pengawasan berpijak pada mekanisme pemeriksaan dan pemeriksaan. Namun, saat ini prinsip pengawasan bea cukai berpijak pada hipotesis bahwa pada dasarnya setiap orang itu jujur. Artinya hipotesis prasangka baik husnuzzan dikedepankan sehingga mekanisme pemeriksa menggunakan manajemen risiko dan pemeriksaan selektif. 66 2. Prinsip Self Assessment dan Official Assessment Secara harafiah self assessment diterjemahkan sebagai ‘menetapkan sendiri’. Ketentuan perundang-undangan kepabeanan nasional Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan secara implisit menyatakan bahwa prinsip self assessment menjadi prinsip dasar dalam melaakukan kegiatan kepabeanan. Artinya,prinsip yang melimpahkan kepercayaan sepenuhnya kepada masyarakat pengguna jasa kepabeanan,keaktifan pelaksanaan admistrasi usahanya yang berkaitan dengan kepabeanan terletak pada penanggung bea. Hal ini mengandung arti bahwa pelimpahan kepercayaan sepenuhnya kepada masyarakat mempunyai konsekuensi yaitu penngung bea cukai bertanggung jawab langsung kepada negara atas pemenuhan kewajiban dan pelaksanaan ketentuan kepabeanan. Pada prinsip self assessment terdapat kandungan kejujuran dan etika melakukan kebenaran yang sangat berfokus dalam pelaksanaan pemungutan bea masuk dan pumungatan lainnya yang berkaitan dengan impor ekspor. 67 a Untuk kegiatan pengangkutan, menyampaikan inward manifest atau outward manifest; Self assessment dilakukan dengan cara menyiapkan mengisi pemberitahuan pabean : b Untuk kegiatan impor, importir atau kuasanya menghitung sendiri bea masuk, cukai pajak dalam rangka impor dan membayar ke bank devisi persepsi atau kantor pabean tempat pengeluaran barang dengan pembayaran biasa atau pembayaran berkala; c Untuk kegiatan ekspor, eksportir atau kuasanya menghitung sendiri pajak ekspor dalam hal yang diekspor adalah komoditas tertentu yang terkena pajak ekspor. 66 Eddhi Sutarto, Op.Cit, hal. 27. 67 Ibid, hal 28. Selain prinsip self assessment, juga dikenal prinsip official assessment yang merupakan pengecualian terhadap prinsip self assessment. Prinsip official assessment dilakukan dalam bentuk penetapan yang dulakukan oleh pejabat pabean berupa penetapan tarif dan nilai pabean atas deklarasi pabean. Prinsip official assessment pernah menjadi prinsip dasar sejak berlakunya ordonasi bea, ordonasi tarif dan berakhir pada berlakunya undang undang kepabeanan Nasional Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan, prinsip ini masih berlaku sampai sekarang terbatas terhadap omportasi barang yang melalui jasa pos, barang penumpang, dan barang pindahan. 3. Prinsip Pengawasan Semua barang yang diabawa kedalam daerah pabean, terlepas apakah akan dikenakanbea masuk dan pajak atau tidak, harus tetap diawasi oleh instasi pabean all goods which are introduced into the customs territory, regardless of whether they are liable to import duties and taxes, shall be subject to customs control.Pengawasan merupakan suatu tindakan atau kegiatan secara sistematis untuk dapat diketahuinya kepatuhan terhadap Undang-undang dan peraturan pelaksananya dengan menggunakan segala tendakan terhadap barang untuk kepentingan pengamanan keuangan Negara dan kelancaran arus penumpang, barang dan arus dokumen. 4. Prinsip Penggunaan Teknologi Informasi Pergeseran era konvensional yang beralih ke era modern rasional menuntut semua pihak baik pengguna jasa kepabeanan maupun institusi pabean sendiri, untuk melakukan kegiatan yang terkait dengan kepabeanan dengan lebih efesien dan efektif. Untuk itu, pengunaan teknologi informasi sangat mendukung maksud tersebut. Konstribusi yang paling besar yang mungkin dapat lebih mempermudah pelaksanaan prosedur kepabeanan adalah digunakan teknologi informasi, sebagaimana disebutkan pada deklarasi Columbus perhaps the biggest contribution to facilitate Customs procedures can be made through the paper application of information technology. Teknologi informasi sangat mendukung mekanisme kerja reformasi. Bahkan teknologi informasi di samping lebih mempercepat penyelesaian pemenuhan kewajiban pabean, juga dapat digunakan sebagai katalis untuk melakukan reformasi terhadap prosedur yang tidak efisien. Penggabungan teknologi komputer dengan teknologi komunikasi memberikan peluang untuk mempercepat transaksi perdagangan internasional The merging of computer technology with communication technology an opportunity to speed up the international trade transaction. 5. Prinsip Teknik Manajemen Risiko Teknik manajemen risiko adalah suatu teknik yang dapat digunakan pada lingkungan yang sudah menerapkan otomatisasi dalam pemrosesan kegiatan kepabeanan dengan menggunakan komputer yang dapat digunakan untuk menilai risiko yang ada pada barang tertentu untuk diteruskan kepada aparat pabean agar dapat diambil tindakan yang lebih tepat. Teknik ini lebih menjamin keefektifan penggunaan sumber daya manusia yang terbatas dengan cara menggunakan teknik-teknik penilaian risiko, profil, selektivitas, dan penetapan target untuk mengenali adanya pengiriman barang yang beresiko tinggi agar dilakukan pemeriksaan fisik. Deklarasi Colombus menyatakan bahwa “The implementation of risk management techniques has focused attetion on more productive targets for intervention”. Pelaksanaan teknik manajemen risiko telah menyebabkan dipusatkannya perhatian intervensi hanya pada sasaran-sasaran yang produktif. 68 Keberhasilan Bea Cukai dalam melaksanakan fungsitugasnya tergantung pada empat faktor yang menentukan yakni peraturan perundang-undangan, sistem dan prosedur, sumber daya manusia dan sarana serta dana fasilitas. 69 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC dalam implementasi kebijakan dibantu oleh Kantor Pusat, Kantor Wilayah di bidang pengawasan dan Kantor Pelayanan Bea dan Cukai di bidang pelayanan. Dari segi kelembagaan, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dipimpin oleh seorang Direktur Jenderal yang setara dengan unit eselon 1 yang berada di bawah Kementerian Keuangan Indonesia, sebagaimana juga Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, dan lain-lain. 68 Ibid. 69 Warta Bea Cukai Edisi Bulan Januari 2005. Berdasar Peraturan Menteri Keuangan nomor 184PMK.012010 disebutkan susunan organisasi tingkat pusat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terdiri dari: a. Sekretariat Direktorat Jenderal; b. Direktorat Teknis Kepabeanan; c. Direktorat Fasilitas Kepabeanan; d. Direktorat Cukai; e. Direktorat Penindakan dan Penyidikan; f. Direktorat Audit; g. Direktorat Kepabeanan Internasional; h. Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kepabeanaan dan Cukai; i. Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai. Untuk unit vertikal, berdasar Peraturan Menteri Keuangan nomor 168PMK.012012 disebutkan susunanan unit vertikal pada Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terdiri dari 2 dua unit Kantor Pelayanan Umum KPU dan 16 enam belas unit Kantor Wilayah Kanwil yaitu: a. Kantor Pelayanan Utama Bea Dan Cukai Tipe A Tanjung Priok; b. Kantor Pelayanan Utama Bea Dan Cukai Tipe B Batam; c. Kantor Wilayah DJBC Aceh di Banda Aceh; d. Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara di Medan; e. Kantor Wilayah DJBC Riau Dan Sumatera Barat di Pekanbaru; f. Kantor Wilayah DJBC Khusus Kepulauan Riau di Tanjung Balai Karimun; g. Kantor Wilayah DJBC Sumatera Bagian Selatan di Palembang; h. Kantor Wilayah DJBC Banten di Tangerang; i. Kantor Wilayah DJBC Jakarta di Jakarta Pusat; j. Kantor Wilayah DJBC Jawa Barat di Bandung; k. Kantor Wilayah DJBC Jawa Tengah Dan D.I. Yogyakarta di Semarang; l. Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur I di Surabaya; m. Kantor Wilayah DJBC Jawa Timur II di Malang; n. Kantor Wilayah DJBC Bali, NTB Dan NTT di Denpasar; o. Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Barat di Pontianak; p. Kantor Wilayah DJBC Kalimantan Bagian Timur di Balikpapan; q. Kantor Wilayah DJBC Sulawesi di Makassar; r. Kantor Wilayah DJBC Maluku, Papua Dan Papua Barat di Ambon. 70 70 http:id.wikipedia.orgwikiDirektorat_Jenderal_Bea_dan_Cukai_Kementerian_Keuang an_Indonesia. Diakses Pada Tanggal 27 April 2015.

BAB III MEKANISME KEPABEANAN SERTA PERANAN DIREKTORAT

Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Penerimaan Kas Atas Bea Masuk Barang Impor pada Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tipe A

6 84 129

Audit Kepatuhan Atas Nilai Pabean Barang Impor Pada Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai

1 31 128

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN (STUDI DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B BANDAR LAMPUNG )

4 22 59

SENJATA API DINAS DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

0 0 15

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

0 0 6

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPABEANAN - Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabea

0 1 42

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan)

0 3 19

Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan)

0 1 10

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

0 0 11

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN BARANG IMPOR (STUDI KASUS DI KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JAWA TENGAH DAN DIY)

0 2 13