Pengertian dan Pengaturan Barang Ekspor dan Impor

f. Melakukan penyegelan, penguncian dan pelengketan tanda pengaman yang diperlukan terhadap yang ada di atasnya yang belum sesuai kewajiban pabeannya dan barang lainnya yang harus diawali menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila hal tersebut dilanggar maka diancam Pasal 102 sampai dengan Pasal 105 UU No.17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.

B. Pengertian dan Pengaturan Barang Ekspor dan Impor

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sebagai suatu lembaga pemerintah memiliki peranan yang sangat penting, yaitu untuk melindungi masyarakat dari berbagai hal yang memiliki kemungkinan untuk menciptakan kerusakan maupun membahayakan lingkungan masyarakat Indonesia pada khususnya. Sebagai gerbang pertama dari masuknya barang-barang yang berasal dari luar negeri, pegawai Bea dan Cukai memiliki kewajiban untuk memberlakukan peraturan perundang-undangan yang sesuai terhadap jenis barang yang akan memasuki daerah pabean Indonesia. Selain itu sebagai fasilitator perdagangan internasional, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menempatkan posisinya sebagai suatu organisasi yang memegang andil yang menuntut sikap profesional dalam diri setiap pegawainya. Lancar tidaknya perdagangan atau lalulintas barang tergantung pada keahlian yang dimiliki oleh setiap pegawai Bea dan Cukai. Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Pembiayaan Ekspor Indonesia, dijelaskan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia, danatau jasa dari wilayah Negara Republik Indonesia. Kementerian Perdagangan mendefinisikan, ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah Pabean. Eksportir merupakan perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan ekspor. Mengenai transaksi ekspor impor ini tidak diatur secara khusus, baik dalam KUH Perdata maupun dalam KUH Dagang. Akan tetapi, secara umum ketentuan KUH Perdata dalam Bab V Buku III dan ketentuan KUH Dagang tetap berlaku bagi perdagangan ekspor impor Indonesia. Secara harfiah, barang dikatakan telah diekspor jika barang tersebut telah diangkut keluar melalui batas daerah pabean untuk dibawa ke luar daerah pabean. Jadi secara nyata, ekspor terjadi pada saat barang ekspor melintasi daerah pabean, namun mengingat dari segi pelayanan dan pengamanan tidak mungkin menempatkan pejabat bea dan cukai di sepanjang garis perbatasan untuk memberikan pelayanan dan melakukan pengawasan barang ekspor. Maka timbulah anggapan didalam hukum atau fiksi hukum dimana dinyatakan bahwa barang yang telah dimuat di sarana pengangkut untuk dikeluarkan dari daerah pabean dianggap telah diekspor dan diperlakukan sebagai barang ekspor sesuai yang tertera pada pasal 2 ayat 2 UU Kepabeanan, kemudian pasal 2 ayat 3 menyatakan barang yang dimaksud bukan merupakan barang ekspor dalam hal dapat dibuktikan bahwa barang tersebut ditujukan untuk dibongkar di suatu tempat dalam daerah pabean. 75 Sesuai pasal 2A ayat 1-2 Undang-undang Kepabeanan dinyatakan bahwa: Terhadap barang ekspor dapat dikenakan bea keluar. Pada ayat berikutnya dinyatakan bahwa: Bea keluar dikenakan terhadap barang ekspor dengan tujuan untuk: 75 AhmadDimyati, Widyaswara Pusdiklat Bea Cukai, Modul Teknis Kepabeanan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea dan Cukai, Jakarta, 2014. Hal.110. a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri; b. Melindungi kelestarian sumber daya alam; c. Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional; atau d. Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri. Bea Keluar dikenakan berdasarkan Tarif Bea Keluar. Untuk penetapan Bea Keluar, barang ekspor dikelompokkan berdasarkan sistem klasifikasi barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Tarif Bea Keluar sesuai dengan Pasal 3 Peraturan PemerintahNo.35 Tahun 2005 Tentang Pungutan Ekspor atas Barang Ekspor Tertentu yakni: a. Paling tinggi 60 dari harga ekspor, dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan berdasarkan persentase dari Harga Ekspor atau Advatorium; b. Nominal tertentu yang besarnya equivalent dengan 60 enam puluh persen sebagaimana dimaksud pada huruf a diatas, dalam hal Tarif Bea Keluar ditetapkan secara spesifik. Tarif Bea Keluar ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapatkan pertimbangan danusul menteri yang tugas dan tanggungjawabnya dibidang perdagangan danatau menteri kepala lembaga pemerintah non kementeriankepala badan teknis terkait. Sedangkan Harga Ekspor untuk penghitungan Bea Keluar ditetapkan oleh Menteri Keuangan sesuai harga patokan ekspor yang ditetapkan secara periodik oleh Pejabat Negara tersebut. Dalam hal harga ekspor periode berikutnya belum ditetapkan oleh Menteri Keuangan, berlaku ketentuan harga ekspor periode sebelumnya. Eksportir bertanggung jawab terhadap Bea Keluar, yang dihitung berdasarkan Tarif Bea Keluar danatau Harga ekspor yang berlaku pada tanggal pemberitahuan pabean Ekspor disampaikan ke Kantor Pabean. Bea keluar harus dibayar dalam mata uang rupiah. Nilai tukar yang digunakan untuk perhitungan dan pembayaran Bea Keluar adalah nilai tukar mata uang yang berlaku pada saat pembayaran. Tata laksana Kepabeanan di bidang Ekspor adalah sebagai berikut: a. Pemberitahuan Pabean Ekspor Pemberitahuan Pabean Ekspor adalah penyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka melaksanakan Kewajiban Pabean Ekspor dalam bentuk dan syarat yang ditetapkan oleh Undang-undang Kepabeanan. Pemberitahuan Pabean Ekspor terdiri atas: 1 Pemberitahuan Ekspor Barang PEB Pengurusan PEB di kantor pabean dapat dilakukan sendiri oleh eksportir atau dikuasakan kepada Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan atau disingkat dengan PPJK; 2 Pemberitahuan Pembawaan Uang Tunai Ke Luar Daerah Pabean Pemberitahuan tersebut harus diisi secara lengkap dengan menggunakan bahasa Indonesia, huruf latin dan angka arab namun pengisian dapat menggunakan bahasa Inggris. Pembawaan uang tunai senilai Rp.100.000.000 seratus juta rupiah atau lebih harus mendapatkan izin BI; 3 Pemeriksaan Pabean Pemeriksaan tersebut meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik atas barang; 4 Konsolidasi dan Penggabungan Barang Ekspor Terhadap barang ekspor dapat dilakukan konsolidasi, yakni mengumpulkan barang ekspor dalam dua atau lebih PEB dengan menggunakan satu peti kemas sebelum barang ekspor tersebut dimasukkan ke ke kawasan pabean untuk dimuat ke atas sarana pengangkut.Penggabungan dilaksakan dengan ketentuan atas permintaan pembeli diluar negeri dibuktikan dengan perjanjian jual beli antara pembeli diluar negeri dengan perusahaan penerima serta perusahaan pengirim barang. Barang ekspor yang digabungkan tidak menjadi satu kesatuan unit, artinya barang yang digabung menjadi satu kesatuan yang utuh tetapi masing-masing barang masih dapat dipisahkan; 5 Ekspor Bahan Baku Asal Impor Yang Mendapat Fasilitas KITE Komoditas Impor Tujuan Ekspor Ekspor bahan baku asal impor yang mendapat fasilitas KITE tanpa melalui proses pengolahan dapat dilakukan setelah eksportir mendapatkan persetujuan dari kepala kantor pabean dimana barang tersebut dimuat; 6 Pemasukan Barang Ekspor Ke Kawasan Pabean di Pelabuhan Muat; 7 Pemuatan Barang Ekspor dan Rekonsiliasi Pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut dilakukan di Kawasan Pabeanatau dalam keadaan tertentu dapat dilakukan ditempat lain atas persetujuan kepala kantor pemuatan. Persetujuan dimaksud dapat ditangguhkan pelaksanaannya dalam hal barang ekspor terkena Nota Hasil Intelijen atau disingkat dengan NHI; 8 Pembatalan Ekspor dan Pembetulan PEB Barang yang telah diberitahukan untuk diekspor dan telah mendapatkan nomor pendaftaran PEB, dapat dibatalkan ekspornya dengan pelaporan oleh eksportir kepada Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor di kantor pabean pemuatan. Eksportir dapat melakukan pembetulan data PEB yang tela disampaikan ke kantor pabean pemuatan apabila terjadi kesalahan data PEB. Dalam hal barang ekspor dikenai Bea Keluar, eksportir dapat melakukan pembetulan data PEB sepanjang kesalahan tersebut terjadi karena suatu kekhilafan yang nyata; 9 Barang Yang Akan Diekspor Yang Diangkut Dengan Sarana Pengangkut Laut dan ataupun Udara Dalam Negeri Yang Bukan Merupakan Bagian Dari Angkutan Multimoda Terhadap barang tersebut, PEB dapat disampaikan di kantor pabean pemuatan di pelabuhan muat asal. Terhadap barang tersebut diperiksa fisik dilakukan penyegelan oleh kantor pabean pemuatan atau kantor pabean pemeriksaan di pelabuhan muat. Kepala kantor pabean pemuatan di pelabuhan muat asal memberitahukan kepada kepala kantor pabean pemuatan dipelabuhan muat ekspor paling lambat pada hari kerja berkutnya sejak keberangkatan sarana pengangkut kemudia kantor pabean di pelabuhan muat ekspor melakukan pengawasan pemuatan sarana pengangkut yang akan berangkat menuju ke luar daerah pabean ke luar negeri; 10 Penatausahaan PEB Data PEB dismpan secara elektronik pada kantor wilayah dan Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai; 11 Penerbitan dan pembetulan Laporan Pemeriksaan Ekspor; 12 Pembatalan dan Pembetulan Data PKBE; 13 Pengawasan Di Bidang Ekspor. 76 76 Ibid. Untuk menunjang peningkatan ekspor Indonesia, barang yang hendak diekspor dilakukan pemeriksaan seminimal mungkin kecuali terhadap barang yang berstatus Reekspor ekspor kembali, Reimpor pengimporan kembali dan barang yang terkena pembebanan pungutan bea keluar, namun untuk keperluan pengawasan, unit pengawasan pada Kantor Pabean melakukan kegiatan intelijen di bidang ekspor. Atas hasil kegiatan intelijen tersebut, pejabat bea cukai yang bertangungjawab dibidang penindakan pada kantor pabean dapat melakukan kegiatan patroli, penerbitan NHI Nota Hasil Intelijen bila terdapat indikasi pelanggaran kepabeanan dibidang ekspor, dapat melakukan penindakan bila terdapat dasar bukti permulaan yang cukup. Didalam melakukan pengawasan, Unit Pengawasan dapat melakukan scanning dengan menggunakan mesin pemindai Gamma Ray, Hi CO Scan bila sarana tersebut tersedia. Walaupun suatu barang ekspor dapat dikenakan Bea Keluar namun terdapat juga suatu pengecualian Atas Pengenaan Bea Keluar yakni: a. Barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia berdasarkan azas timbal balik b. Barang untuk keperluan museum, kebun binatang dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum serta barang untuk konservasi alam; c. Barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; d. Barang contoh yang tidak diperdagangkan; e. Barang pindahan; f. Barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas dan barang kiriman sampai batas nilai pabean ekspor danjumlah tertentu, apabila nilai pabean ekspor tidak melebihi Rp. 2.500.000 dua juta lima ratus ribu rupiah. g. Barang asal impor yang kemudian diekspor kembali; atau barang ekspor yang akan diimpor kembali. 77 Untuk mendapatkan pengecualian atas pengenaan Bea Keluar sebagaimana huruf a sampai dengan huruf e diatas, eksportir harus memberitahukan secara tertulis kepada Kepala Kantor Pabean. Dan untuk mendapatkan pengecualian sebagaimana dimaksud huruf g dan h diatas, eksportir harus mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Pabean dengan melampirkan bukti-bukti pendukung. Impor adalah kegiatan memasukkan barang ke dalam daerah pabean. Perusahaan atau perorangan yang melakukan kegiatan impor tersebut importir. Sesuai prinsip kepabeanan yang berlaku secara internasional suatu barang diakui sebagai barang impor bilamana telah dimasukkan ke dalam daerah pabean suatu negara. Barang yang telah masuk suatu daerah pabean ini secara hukum terutang bea masuk, namun belum ada kewajiban membayar bea masuk hingga diketahui bahwa suatu barang benar-benar diimpor untuk dipakai. Arti dipakai disini adalah dimiliki, dikuasai, ataupun digunakan oleh orang yang berada di daerah pabean. Suatu barang dapat diimpor untuk dipakai dengan alternatif penyelesaian sebagai berikut: a. Yang bersangkutan menyerahkan pemberitahuan pabean dan membayar bea masuk, atau b. Yang bersangkutan menyerahkan pemberitahuan pabean dan menyerahkan jaminan, atau 77 Ahmad Dimyati Widyaswara Pusdiklat Bea Cukai, Op.Cit, hal. 147. c. Yang bersangkutan menyerahkan dokumen pelengkap pabean dan menyerahkan jaminan. Barang yang dimasukan ke daerah pabean untuk selanjutnya diekspor kembali disebut dengan impor sementara. Impor sementara merupakan salah satu jenis kemudahan impor yang diberikan untuk jenis dan tujuan tertentu yang ketentuan detilnya diatur oleh Menteri Keuangan. Jangka waktu impor sementara sesuai ketentuan kepabeanan selama- lamanya tiga tahun. Impor sementara dapat diberikan dengan ketentuan kewajiban atas pungutan impornya diserahkan jaminan. Hal ini untuk menjamin hak-hak negara. Contoh barang impor yang dapat diberikan izin impor sementara adalah barang-barang yang digunakan untuk pameran, seminar, perlombaan dan penelitian serta mesin yang digunakan untuk keperluan konstruksi juga dapat diberikan impor sementara. Menurut pasal 1 ayat 2 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan menyebutkan: Daerah pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, ruang udara diatasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen.Landas kontinen yang terdapat kegiatan tertentu di dalam Wilayah Republik Indonesia ditentukan dengan cara mengukur sejauh 12 mil dari garis pangkal laut wilayah Indonesia. ZEE adalah daerah diluar laut teritorial Indonesia yang meliputi dasar laut, tanah dibawahnya dan air diatasnya dengan batas terluar paling jauh 200 mil laut diukur dari garis pangkal laut wilayah Indonesia. Daerah pabean tersebut berlaku ketentuan Undang-undang Kepabeanan, dimana setiap barang yang dimasukan ke dalam daerah ini diperlakukan sebagai barang impor terhutang bea masuk. Barang impor wajib dibayar bea masuk bilamana barang tersebut diberitahukan sebagai barang yang diimpor untuk dipakai. Kewajiban membayar bea masuk ini sesuai dengan azas domisili, dimana pungutan pajak yang termasuk pungutan bea masuk dikenakan kepada setiap orang yang berdomisili di suatu wilayah negara tertentu. Barang impor yang padanya terhutang bea masuk merupakan obyek pengawasan aparat pabean. Pemasukanya ke daerah pabean harus diberitahukan dan dibawa menuju kantor pabean. Pembongkaran barang impor harus dilakukan di kawasan pabean. Pergerakan barang impor dari satu tempat ke tempat lain di daerah pabean juga dalam pengawasan aparat pabean, hingga dipenuhinya kewajiban pabean atas barang impor bersangkutan. 78 Untuk menjamin dipenuhinya kewajiban pabean, maka ditetapkan tempat-tempat tertentu yang digunakan aparat pabean untuk melakukan pengawasan atas barang-barang yang masih terutang bea masuk. Tempat- tempat khusus tertentu itu diantaranya meliputi kawasan pabean, pos pengawasan pabean, kawasan berikat dan kawasan bebas. Perlu kita ketahui bahwa meskipun secara hukum barang impor sudah terutang bea masuk saat memasuki daerah pabean namun karena pada saat pemasukan barang tersebut tidak mungkin dilakukan pemberitahuan pabean ditengah laut atau di wilayah udara Indonesia maka barang impor harus dibawa pengangkutnya ke kantor pabean dan dibongkar di kawasan pabean. 79 1. Kawasan Pabean Berikut penjelasan daripada kawasan pabean, pos pengawasan pabean dan kawasan berikat dan kawasan bebas: Kawasan pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut, bandar udara atau tempat lain yang ditetapkan untuk 78 Mohamad Jafar Widyaswara Pusdiklat Bea Cukai. Op.Cit. hal.7. 79 Ibid. lalu-lintas barang yang sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Setiap barang impor yang masuk daerah pabean, maka barang tersebut harus dibongkar di kawasan pabean. Pengecualian dapat diberikan oleh Kepala Kantor Pabean tempat pemasukan barang impor tersebut bilamana suatu barang tidak dapat dibongkar di kawasan pabean karena alasan-alasan tertentu. Pembongkaran barang impor di luar kawasan pabean tanpa izin merupakan pelanggaran yang pelakunya diancam dengan ancaman kurungan danatau denda karena melakukan pelanggaran pidana penyelundupan impor. Mengingat kawasan pabean merupakan kawasan yang digunakan untuk lalu-lintas barang impor dan ekspor, maka di kawasan ini ditetapkan keberadaan Tempat Penimbunan Sementara TPS yang berfungsi untuk menimbun sementara atas barang akan dikeluarkan ke peredaran bebas atau akan dimuat untuk diekspor. 2. Pos Pengawasan Pabean Pos Pengawasan Pabean adalah tempat yang digunakan oleh Pejabat Bea dan Cukai untuk melakukan npengawasan terhadap lalu- lintas impor dan ekspor. Pada pos pengawasan ini tidak dilakukan pemenuhan kewajiban pabean. Tempat ini semata-mata untuk kegiatan pengawasan atas lalu lintas barang impor agar sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. Kawasan Berikat Kawasan berikat adalah kawasan untuk menimbun barang impor guna diolah atau atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk diekspor. Kawasan Berikat adalah salah satu jenis Tempat Penimbunan Berikat TPB, dimana barang yang ditimbun dikawasan ini mendapatkan penangguhan bea masuk, artinya kewajiban membayar bea masuk atas barang yang diimpor ditangguhkan hingga dapat dipastikan apakah atas barang tersebut diimpor untuk dipakai atau diekspor setelah dilakukan pengolahan, pada kawasan berikat diperkenankan adanya kegiatan pengolahan, namun rumah tinggal tidak diperbolehkan berada di kawasan ini. 4. Kawasan Bebas Kawasan bebas adalah kawasan khusus yang ditetapkan pemerintah untuk kegiatan memproduksi barang impor, yang hasilnya terutama untuk diekspor dengan membebaskan bea masuk. Kewajiban membayar bea masuk di kawasan ini ditiadakan mengingat kawasan ini adalah kawasan khusus yang ditetapkan dengan undang-undang untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah tertentu. 80 Persamaan kawasan bebas dengan kawasan berikat adalah di dua kawasan ini terdapat kegiatan pengolahan barang eks impor untuk selanjutnya hasilnya diekspor kembali. Keduanya juga mendapatkan 80 Wawancara pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan pada 13 Maret 2015. fasiltas berupa kemudahan atas kewajiban membayar bea masuk, namun dikawasan berikat diberikan penangguhan bea masuk dan dikawasan bebas diberikan pembebasan bea masuk dan pada kawasan bebas diperkenankan adanya rumah tinggal untuk warga yang bekerja mendukung kegiatan produksi tujuan ekspor. Tata Laksana Kepabeanan Dibidang Impor adalah sebagai berikut: a. Kedatangan sarana pengangkut, pembongkaran dan penimbunan barang impor. 1 Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut RKSP dan Jadwal Kedatangan Sarana Pengangut JKSP Pengangkut yang sarana pengangkut akan datang dari luar daerah pabean; atau dalam Daerah Pabean yang diangkut ke dalam Daerah Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean wajib menyerahkan pemberitahuan berupa Rencana Kedatangan Sareana Pengangkut RKSP kepada pejabat disetiap Kantor Pabean yang akan disinggahi. RKSP wajib disampaikan sebelum kedatangan sarana pengangkut, kecuali sarana pengangkutan darat lintas batas. Pejabat Bea Cukai dapat melakukan pemeriksaan sarana pengangkut yang datang dari luar Daerah Pabean. 2 Kedatangan Sarana Pengangkut Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari luar Daerah Pabean; atau dalam Daerah Pabean dengan mengangkut barang impor, barang ekspor danatau barang asal Daerah Pabean yang diangkut ke dalam dalam Daerah Pabean lainnya melalui luar Daerah Pabean wajib menyerahkan pemberitahuan berupa manifest kedatangan sarana pengangkut Inward Manifest dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris kepaa Pejabat di Kantor Pabean sebelum melakukan pembongkaran. 3 Pembongkaran dan Penimbunan Barang Impor Pada dasarnya pemeriksaan pabean dilakukan di dalam daerah pabean secara selektif dengan mempertimbangkan risiko yang melekat pada barang dan importir. Namun dengan mempertimbangkan kelancaran arus barang danatau pengamanan penerimaan negara, dapat ditetapkan pelaksanaan pemeriksaan pabean diluar daerah pabean sesuai mekanisme yang diatur pada penjelasan Pasal 3 ayat 3 UU.No.17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Pembongkaran barang impor dilaksanakan di Kawasan Pabean atau tempat lain setelah mendapat izin dari Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan P2 atau pejabat lain yang ditunjuknya. Penimbunan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya dapat dilaksakan di Tempat Penimbunan Sementara TPS atau Gudang atau lapangan penimbunan milik importir setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor Pabean yang mengawasi tempat tersebut. Pengusaha tempat penimbunan yang tidak dapat mempertanggungjawabkan barang yang seharusnya berada di tempat penimbunannya wajib melunasi Bea Masuk, Cukai, dan Pajak dalam rangka impor yang seharusnya dibayar berikut sanksi administrasi berupa denda sebagaimana diatur dalam pasal 43 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 17 Tahun 2006. 81 b. Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai diatur oleh Peraturan Direktur Jenderal P-42bc2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor untuk dipakai terkait penjaluran merah kuning hijau P- 11bc2005 tentang Jalur Prioritas. Terkait penjaluran prioritas, Pengeluaran Barang Impor dari Kawasan Pabean, atau tempat lain yang diperlakukan sama dengan Tempat Penimbunan Sementara TPS dengan tujuan diimpor untuk dipakai wajib diberitahukan dengan Pemberitahuan Impor Barang PIB yang wajib disampaikan ke Kantor Pabean. Ketentuan mengenai PIB diatur oleh Pasal 2 sampai dengan Pasal 7 Peraturan Direktur Jenderal P- 42bc2008. Importir wajib memenuhi ketentuan larangan danatau pembatasan Lartas impor yang ditetapkan oleh instansi teknis. Pengurusan PIB dimaksud tidak dilakukan sendiri, importir menguasakan kepada Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan PPJK . Penelitian pemenuhan ketentuan barang larangan dan atau pembatasan Lartas dimaksud dilakukan oleh portal Indonesia National Single Window INSW atau Pejabat yang menangani penelitian barang larangan dan atau pembatasan. PIB dilayani setelah Importir memenuhi ketentuan larangan dan atau pembatasan. Nilai Pabean harus diberitahukan oleh Importir dalam suatu pemberitahuan pabean dengan jujur sesuai pasal 9 Peraturan Direktur Jenderal P-42bc2008.Nilai Pabean adalah nilai yang digunakan sebagai dasar menghitung jumlah Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor PDRI pada sistem self asessment, Importir yang nakal cenderung untuk memanipulasi pemberitahuan nilai pabean ini dengan maksud ia dapat membayar Bea Masuk dan Pajak dalam rangka impor yang rendah .Caranya ialah dengan memalsukan dokumen pelengkap pabean berupa invoice atau merubah uraian barang atau spesifikasi teknis barang yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Ketika petugas menemukan bahwa terjadi manipulasi data pemberitahuan pabean maka petugas melakukan official 81 Ahmad Dimyati Widyaswara Pusdiklat Bea Cukai, Op.Cit, hal. 4. asessment, yaitu petugas menghitung berapa jumlah kekurangan bea masuk yang kurang daripada yang sebenarnya. Kemudian pembayaran Bea Masuk, Cukai dan Pajak Dalam Rangka Impor PDRI dapat dilakukan dengan cara pembayaran tunai; atau pembayaran berkala, pembayaran berkala hanya dapat dilakukan oleh Importir yang tergolong dalam jalur MITA Prioritas dan importir yang diberikan kemudahan PIB berkala. Pembayaran dapat dilakukan di Bank Devisa Persepsi atau Pos Persepsi.Mengenai pengaturan klasifikasi barang untuk penghitungan tarif sesuai dengan Pasal 11 Peraturan Direktur Jenderal P-42bc2008, klasifikasi dan pembebanan barang impor untuk penghitungan bea masuk dan PDRI berpedoman pada Buku Tarif Bea Masuk Indonesia BTBMI.Contoh jenis-jenis tarif bea masuk untuk menghindari terjadinya kerugian industri dalam negeri akibat persaingan dengan industri asing adalah bea masuk anti dumping, bea masuk imbalan dan bea masuk pembalasan terhadap barang impor. Bea masuk anti dumping dimaksudkan supaya industri dalam negeri tidak merugi karena lebih murahnya harga barang impor dalam suatu komuditas yang sama, bea masuk imbalan dan pembalasan adalah bea masuk sebagai imbalan ataupun pembalasan terhadap barang dari negara tertentu yang memperlakukan tarif komuditas dari barang ekspor asal Indonesia. Terhadap barang impor yang telah diajukan PIB dilakukan pemeriksaan pabean secara selektif berdasarkan manajemen risiko, meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang. Dalam rangka pemeriksaan pabean secara selektif sesuai ketentuan diatas kemudian ditetapkan jalur pengeluaran sebagai berikut: 1. Jalur Merah, merupakan proses pengeluaran barang impor melalui pemeriksaan fisik barang dan penelitian dokumen sebelum penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang SPPB 2. Jalur Kuning, merupakan proses pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik tetapi dilakukan penelitian dokumen sebelum diterbitkannya SPPB Surat Persetujuan Pengeluaran Barang atau Customs Clearance. 3. Jalur Hijau, merupakan proses pengeluaran barang impor dengan tidak dilakukan pemeriksaan fisik tetapi dilakukan penelitian dokumen setelah diterbitkannya SPPB. 4. Jalur MITA Non-Prioritas yaitu proses pengeluaran barang impor dengan langsung diterbitkan SPPB tanpa dilakukan pemeriksaan fisik dan penelitian dokumen kecuali dalam hal barang ekspor yang diimpor kembali, barang yang terkena pemeriksaan acak serta barang impor sementara, maka diterbitkan SPPB setelah selesainya penelitian dokumenpemeriksaan fisik barang. 5. Jalur MITA Prioritas adalah proses pengeluaran barang dengan langsung diterbitkannya SPPB tanpa pemeriksaan barang dan penelitian dokumen. 82 82 Wawancara pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan pada 13 Maret 2015. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 188pmk.042010 Tentang Impor Barang Yang Dibawa Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas dan Barang Kiriman yaitu Pengaturan impor terhadap barang tersebut pada batas nilai pabean danatau jumlah tertentu diberikan: 1. Pembebasan bea masuk; dan 2. Tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku. Barang pribadi penumpang dimaksud merupakan barang yang tiba bersama penumpang. Barang pribadi penumpang yang tiba sebelum atau stelah kedatangan penumpang dianggap barang yang tiba bersama penumpang yang bersangkutan. Sepanjang memenuhi ketentuan sebagai berikut: 1. Paling lama 60 enam puluh hari setelah kedatangan penumpang untuk penumpang yang menggunakan sarana pengangkut laut; atau 2. Paling lama 15 lima belas hari setelah penumpang tiba untuk penumpang yang menggunakan sarana pengangkut udara. 83 Mengenai pembebasan bea masuk atas impor tertera pada pasal 25 Undang-undang No.17 Tahun 2006 diantaranya barang perwakilan negara asing yang bertugas di Indonesia dengan azas timbal balik, obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan anggaran pemerintah yang diperuntukkan bagi kepentingan masyarakat serta persenjataan dan perlengkapan militer dan kepolisian untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara. Selain pembebasan bea masuk terhadap barang sebagaimana dimaksud, terhadap barang pribadi penumpang yang merupakan barang kena cukai juga diberikan pembebasan cukai untuk setiap orang dewasa paling banyak: 83 Ahmad Dimyati Widyaswara Pusdiklat Bea Cukai, Op.Cit, hal. 52. 1. 200 dua ratus batang rokok sigaret, 25 dua puluh lima batang rokok cerutu, atau 100 seratus gram tembakau irishasil tembakau lainnya; 2. 1 satu liter minuman mengandung etil alkhohol. Dalam hal hasil tembakau sebagaimana dimaksud lebih dari satu jenis, pembebasan cukai diberikan setara dengan perbandingan jumlah per jenis hasil tembakau tersebut, dan atas kelebihan barang kena cukai, langsung dimusnahkan dengan atau tanpa disaksikan penumpang yang bersangkutan. 84 1. Jalur Merah, dalam hal penumpang membawa barang impor: Barang pribadi penumpang yang tiba bersama penumpang, wajib diberitahukan kepada pejabat bea dan cukai dengan menggunakan Customs Declaration yang wajib diisi dengan lengkap dan benar.Pemberitahuan dimaksud dapat dilakukan secara lisan, pada tempat-tempat tertentu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal.Berdasarkan pemberitahuan dimaksud penumpang dapat memilih mengeluarkan barang impor melalui : a. Dengan nilai pabean melebihi batas pembebasan bea masuk yang diberikan danatau jumlah barang kena cukai melebihi ketentuan pembebasan cukai; b. Berupa hewan, ikan dan tumbuhan termasuk produk yang berasal daripadanya; c. Berupa narkotika, psikotropika, obat-obatan, senjata api, senjata angin, senjata tajam, amunisi, bahan peledak, bendapublikasi pornografi; d. Berupa film sinematografi, pita video berisi rekaman, video laser disc atau piringan hitam; e. Berupa uang dalam Rupiah atau dalam mata uang asing senilai Rp.100.000.000 seratus juta rupiah atau lebih. 2. Jalur Hijau, dalam hal penumpang tidak membawa barang impor sebagaimana dimaksud pada ketentuan jalur merah. Setelah menerima pemberitahuan sebagaimana dimaksud, pejabat bea dan cukai memberikan persetujuan pengeluaran barang, dalam hal penumpang melalui jalur hijau; atau melakukan pemeriksaan fisik, dalam hal penumpang melalui jalur merah. Dalam hal terdapat kecurigaan, pejabat bea dan cukai berwenang melakukan pemeriksaan fisik atas barang penumpang yang melalui jalur hijau, apabila dari hasil pemeriksaan fisik tersebut ditemukan kelebihan barang kena cukai dari jumlah yang ditentukan, terhadap kelebihan barang kena cukai tersebut langsung dimusnahkan dengan atau tanpa disaksikan penumpang bersangkutan, barang yang terkena larangan atau pembatasan impor, pejabat bea dan cukai melakukan penindakan sesuai ketentuan yang berlaku, barang pribadi penumpang 84 Ibid, hal.53. dengan nilai pabean melebihi batas pembebasan bea masuk akan dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor, dan apabila barang pribadi penumpang dengan nilai pabean tidak melebihi batas pembebasan bea masuk, maka terhadap barang pribadi penumpang tersebut diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Barang awak sarana pengangkut dengan nilai pabean tidak melebihi USD 50.00 lima puluh US Dollar per orang untuk setiap kedatangan diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku, namun jika barang yang dibawa oleh awak sarana pengangkut melebihi batas nilai pabean tersebut maka akan dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Selain itu, awak sarana pengangkut diberikan pembebasan cukai dengan ketentuan: 1. Paling banyak 40 empat puluh batang sigaret, 10 sepuluh batang cerutu atau 40 gram tembakau iris atau hasil tembakau lainya. 2. Paling banyak 350 tiga ratus lima puluh mililiter minuman mengandung etil alkohol. Barang pelintas batas diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku, dengan ketentuan nilai pabean sebagai berikut: 1. Indonesia dengan Papua New Guinea paling banyak USD 300 tiga ratus US dollar perorang untuk jangka waktu satu bulan; 2. Indonesia dengan Malaysia : a. Paling banyak MYR 600.00 enam ratus ringgit Malaysia per orang untuk jangka waktu satu bulan, apabila melewati batas daratan; b. Paling banyak FOB MYR 600.00 enam ratus ringgit Malaysia setiap perahu untuk setiap trip, apabila melalui batas lautan sea border; 3. Indonesia dengan Filipina paling banyak FOB USD 250.00 dua ratus lima puluh US dollar per orang untuk jangka waktu satu bulan. 4. Indonesia dengan Timor Leste paling banyak FOB USD 50.00 lima puluh US dollar per orang per hari. Barang pelintas batas melebihi batas nilai pabean dimaksud diatas, maka atas kelebihan barang tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Setiap pelintas batas yang membawa barang wajib memiliki Kartu Identitas Lintas Batas KILB. KILB dikeluarkan oleh kepala kantor pabean yang mengawasi Pos Pengawas Lintas Batas PPLB. Atas permohonan pelintas batas yang diajukan kepada kepala kantor pabean dengan dilampiri fotokopi Kartu Tanda Penduduk KTP dan fotokopi Pas Lintas Batas PLB yang ditandasahkan oleh pejabat imigrasi setempat. Barang kiriman diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut pajak dalam rangka impor sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di bidang perpajakan yang berlaku, dengan nilai pabean paling banyak USD 50.00 lima puluh US dollar untuk setiap orang per kiriman. Nilai pabean barang kiriman melebihi batas pembebasan bea masuk, barang kiriman dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Impor barang kiriman dilakukan melalui pos atau Perusahaan Jasa Titipan PJT dan dilakukan pemeriksaan pabean oleh pejabat bea cukai meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik atas barang dengan selektif yang disaksikan petugas pos atau petugas PJT. 85 Salah satu peran Bea Cukaiyang telah dikemukakan diatas adalah melaksanakan tugas titipan dari instansi-instansi pemerintah setingkat kementerian yang berkepentingan dengan lalu lintas barang yang melampaui batas-batas negara. Tugas titipan dari instansi terkait ini sering dikenal dengan Larangan Pembatasan atau disingkat Lartas. Ketentuan Lartas sebagaimana yang dibahas pada BAB II diatas terkait dengan peranan atau fungsi implementasi Hukum Kepabeanan yakni Community Protector yaitu melindungi masyarakat dari barang-barang yang berbahaya yang dapat menggangu moralitas, kesehatan dan keamanan demi kelangsungan kehidupan bangsa dan negara. Ketentuan tentang pengecualian perijinan diatur masing-masing di dalam peraturan dari Instansi Teknis terkait, jika peraturan tersebut tidak secara tegas mengatur adanya pengecualian, maka DJBC tidak berwenang memberikan persetujuan pengeluaran barang. Dalam hal importir tidak melakukan pengurusan barang impor dalam waktu lebih dari 30 hari, maka status barang tersebut akan menjadi Barang Tidak Dikuasai. 86 Melihat perkembangannya Bea Cukai membangun sebuah sistem satu pintu dalam penanganan lartas tersebut. Bea Cukai mampu membangun sebuah portal yang dinamakan Indonesia National Single Window atau disingkat INSW. INSW diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2008, yaitu sistem Nasional Indonesia yang memungkinkan dilakukannya suatu penyampaian data dan informasi secara tunggal single submission of data and information, pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan sinkron single and synchronous processing of data and information, dan pembuatan keputusan secara tunggal untuk pemberian izin kepabeanan dan pengeluaran barang single decision making for customs clearance and release of cargoes. Sehingga dengan 85 Ahmad Dimyati Widyaswara Pusdiklat Bea Cukai, Op.Cit,hal. 55-60. 86 Wawancara pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Madya Pabean Belawan pada 13 Maret 2015. dibangunnya INSW mampu meningkatkan kinerja penanganan atas lalu lintas barang antar negara, serta mendorong percepatan proses customs clearance dan cargo release portal INSW, 16-05-2013. Informasi mengenai perijinan dan juga larangan dan pembatasan atau Lartas tersebut dapat mengunjungi website INSW pada laman http:eservice.insw.go.id pada Menu “Lartas Information”.

C. Faktor-Faktor Penghambat Kelancaran Lalu-lintas Barang Ekspor dan

Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Penerimaan Kas Atas Bea Masuk Barang Impor pada Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tipe A

6 84 129

Audit Kepatuhan Atas Nilai Pabean Barang Impor Pada Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai

1 31 128

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN (STUDI DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B BANDAR LAMPUNG )

4 22 59

SENJATA API DINAS DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

0 0 15

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

0 0 6

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPABEANAN - Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabea

0 1 42

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan)

0 3 19

Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan)

0 1 10

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

0 0 11

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN BARANG IMPOR (STUDI KASUS DI KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JAWA TENGAH DAN DIY)

0 2 13