BAB III MEKANISME KEPABEANAN SERTA PERANAN DIREKTORAT
JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM ARUS LALU LINTAS BARANG EKSPOR DAN IMPOR
A. Tugas dan Wewenang Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Tugas dan wewenang Bea dan Cukai dalam Pengawasan Ekspor dan Impor barang di Pelabuhan akan dibahas lebih lanjut. Tugas adalah
sesuatu yang wajib dikerjakan atau ditentukan dan untuk dilakukan. Wewenang adalah hak dan kekuasaan untuk melakukan
sesuatu.
71
Tugas Direktorat Bea dan Cukai yang utama adalah melaksanakan sebagian tugas pokok daripada Kementerian Keuangan Keuangan
Republik Indonesia di bidang Kepabeanan dan Cukai, berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan RI dan
mengamankan kebijaksanaan pemerintah yang berkaitan dengan lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan memungut Bea Masuk
dan Cukai serta pungutan negara lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam arti kata tugas Direktorat
Jenderal Bea dan Cukai DJBC adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis dibidang kepabeanan dan cukai sesuai
Pengawasan adalah penilikan penjagaan atas ekspor dan impor; dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah salah satu instansi
pemerintah yang melaksanakan kegiatan operasional dalam hal pemungutan bea masuk maupun cukai terhadap barang ekspor atau impor.
71
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Balai Pustaka, Jakarta, 1990, hal. 964.24.
dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tugas dan fungsi DJBC sesuai uraian diatas adalah tugas-tugas yang berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan negara, antara lain
memungut bea masuk berikut pajak dalam rangka impor PDRI meliputi : PPN Pajak Pertambahan Nilai Impor, PPh Pajak Penghasilan Pasal 22,
PPnBM Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dan Cukai. Sebagaimana diketahui bahwa pemasukan terbesar ke dalam kas negara adalah dari
sektor pajak dan termasuk didalamnya adalah bea masuk dan cukai yang dikelola oleh DJBC.
Selain itu, tugas dan fungsi DJBC adalah mengawasi kegiatan ekspor dan impor, mengawasi peredaran minuman yang mengandung
alkohol atau etil alkohol, dan peredaran rokok atau barang hasil pengolahan tembakau lainnya. Seiring perkembangan zaman, DJBC
bertambah fungsi dan tugasnya sebagai fasilitator perdagangan, DJBC memberikan kemudahan mekanismedan berwenang melakukan penundaan
atau bahkan pembebasan pajak dengan syarat-syarat tertentu. Sebagaimana dikemukakan dalam pengertian, tugas, fungsi DJBC
bahwa untuk menjamin kepentingan Nasional dari perdagangan luar negeri diberlakukan fungsi kepabeanan yang meliputi segala urusan, kegiatan dan
tindakan yang harus dilakukan dalam rangka pelaksanaan tugas Pengawasan atas lalu-lintas barang dan tugas Pemungutan Keuangan
negara yang berkaitan dengan pemasukan dan pengeluaran dari dan ke daerah pabean.
Fungsi kepabeanan itu meliputi tugas-tugas dengan rincian kepentingan sebagai berikut:
1. Tugas pemungutan keuangan negara atas barang yang dimasukkan
ke dalam daerah pabean dan dikeluarkan dari daerah pabean berupa bea masuk, cukai, pajak dalam rangka impor dan bea keluar, yang
diperlukan untuk membiayai pelaksanaan tugas-tugas pemerintah dan alat-alat perlengkapan negara sebagaimana termaktub dalam
Pembukaan UUD 1945 serta pengadaan sarana dan prasarana yang diperlukan dan digunakan secara sama atau bersamaan oleh orang
banyak.
2. Tugas pengawasan atas lalu lintas barang dengan tujuan untuk
identifikasi jenis dan jumlah barang untuk kepentingan berikut: a.
Penghitungan dan perhitungan besarnya pungutan keuangan negara atas barang yang dimasukkan dan dikeluarkan ke dan
dari daerah pabean.
b. Kompilasi statistik perdagangan luar negeri yang disusun atas
dasar dokumen pemberitahuan impor dan ekspor barang yang menyangkut elemen data jenis dan jumlah barang, nilai
barang, negara asal dan tujuan, mengingat data perdagangan yang diambil dari sumber-sumber institusi pabean cenderung
lebih akurat dan komprehensif bila dibandingkan dengan data yang diambil dari sumber yang lain. Pengamanan atas
penguasaan data-data impor dan ekspor ini diperlukan untuk menghindarkan terjadinya penguasaan data oleh pihak yang
tidak berhak yang dapat merugikan atau membahayakan kondisi perekonomian nasional yang sehat. Dalam pasal
115C UU Kepabeanan juga diatur ketentuan larangan bagi pegawai DJBC untuk memberitahukan segala sesuatu yang
diketahui dalam rangka pelaksanaan pekerjaannya berdasarkan UU Kepabeanan kepada pihak yang lain yang
tidak berhak.
c. Pencegahan atau penegahan pemasukan barang-barang yang
secara teknis dapat mengganggu dan membahayakan keamanan dan keselamatan penduduk, seperti senjata api,
amunisi, bahan peledak dan sebagainya.
d. Pencegahan atau penegahan pemasukan barang-barang cetak
yang mengandung pandangan, paham dan ajaran yang dapat mengganggu dan membahayakan kehidupan ideologi negara
dan stabilitas politik dalam negeri.
e. Pencegahan atau penegahan pemasukan barang-barang cetak,
audio atau visual bersifat pornografis yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan akhlak dan kehidupan
seksual masyarakat dan generasi muda.
f. Pencegahan atau penegahan pemasukan bahan dan barang-
barang narkoba atau psikotropika yang dapat membahayakan dan merusak mental kehidupan dan orientasi masyarakat
yang pada gilirannya dapat menurunkan produktivitas
kehidupan masyarakat dan meningkatkkan jumlah dan intensitas pristiwa kriminal di masyarakat.
g. Pencegahan atau penegahan pemasukan bahan dan barang-
barang makanan dan minuman serta obat-obatan yang dapat mengganggu atau merusak kesehatan jiwa dan jasmani
masyarakat.
h. Pencegahan atau penegahan pemasukan bahan dan barang-
barang yang merupakan limbah industri yang dapat merusak atau mengganggu lingkungan hidup yang sehat.
i. Pencegahan atau penegahan pemasukan flora dan fauna yang
membawa wabah penyakit bagi kehidupan dan perkembangan flora dan fauna yang ada dalam lingkungan
kehidupan alam.
j. Pencegahan atau penegahan pengeluaran benda-benda yang
merupakan pelestarian warisan benda-benda purbakala. k.
Pencegahan atau penegahan pemasukan atau pengeluaran bahan dan barang-barang yang tidak sesuai dengan kebijakan
untuk melindungi pengembangan dan pertumbuhan industri dalam negeri.
72
DJBC mempunyai unit kantor pabean yakni Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang tersebar di daerah pabean Indonesia.
Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2006
Tentang Organiasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen Keuangan, KantorPengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai
mempunyai tugas melaksanakan Pengawasan dan Pelayanan di bidang Tugas lain DJBC adalah menjalankan peraturan terkait ekspor dan
impor yang diterbitkan oleh departemen atau instansi pemerintahan yang lain, seperti dari Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian,
Departemen Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan, Departemen Pertahanan dan peraturan lembaga lainya.
72
Adrian Sutedi, Op.Cit, hal.7.
Kepabeanan dan Cukai dalam daerah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Ketentuan Pasal 26 Perpres No.22 Tahun 2007 menyatakan : Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai menyelenggarakan fungsi : a.
pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai; b.
pelaksanaan pemberian perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai;
c. pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk,
cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal;
d. pelaksanaan intelijen, patroli, penindakan, dan penyidikan di
bidang kepabeanan dan cukai; e.
penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai;
f. pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi dan laporan
kepabeanan dan cukai; g.
pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api;
h. pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kerja;
i. pelaksanaan administrasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea
dan Cukai. Kewenangan DJBC dalam menangani proses impor ekspor di
pelabuhan adalah mutlak terhadap barang impor sebagaimana termaktub
dalam penjelasan pasal 2 ayat 2 UU Kepabeanan yang menjadi dasar yuridis pengawasan barang impor.
Kewenangan dibidang imporyang menjadi salah satu tugas Bea Cukai adalah melakukan penelitian terhadap kebenaran pemberitahuan
nilai pabean oleh Importir pada dokumen pemberitahuan impor dan kelengkapannya. Pasal 16 Undang-undang No. 10 Tahun 1995 tentang
Kepabeanan sebagaimana telah diubah atau ditambah dengan Undang- undang No. 17 Tahun 2006 , menyebutkan bahwa Pejabat Bea dan Cukai
berwenang menetapakan tarif dan nilai pabean untuk penghitungan bea masuk sebelum diajukan pemberitahuan pabean atau dalam jangka waktu
tiga puluh hari sejak pemberitahuan pabean. Sedangkan terhadap barang ekspor berdasarkan pasal 1 ayat 1 UU
nomor 17 termasuk ruang lingkup kepabeanan yaitu pengawasan atas lalu lintas barang keluar daerah pabean, tetapi secara filosofis yaitu dalam
rangka mendorong ekspor Indonesia dan untuk meningkatkan daya saingnya di pasar dunia dibutuhkan suatu kecepatan dan kepastian bagi
eksportir dengan demikian pemeriksaan pabean dalam bentuk pemeriksaan fisik atas barang ekspor harus diupayakan seminimal mungkian sesuai
pada penjelasan Pasal 4 UU nomor 10 tahun 1995 kecuali terhadap barang barang tertentu misalnya:
a. Barang Reekspor; b. Barang Reimpor;
c. Barang yang terkena Bea Keluar; d. Berdasarkan Nota Hasil Intelijen.
73
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC berwenang mengawasi pemasukan atau pengeluaran barang yang termasuk kategori barang
Larangan dan PembatasanLartas, sesuai kewenangan yang diberikan Kementerian Keuangan. DJBC berwenang melakukan penegahan terhadap
barang yang termasuk kategori Lartas yang tidak dilengkapi perijinan dari
73
Wawancara pada Kantor Pelayanan dan Pengawasan Bea dan Cukai pada 13 Maret 2015.
Instansi Teknis Terkait. DJBC berwenang melakukan penegahan dan penyitaan terhadap barang yang menimbulkan perbedaan penafsiran
apakah termasuk kategori Lartas atau tidak. DJBC berwenang melakukan penegahan terhadap barang yang termasuk kategori Lartas yang tidak
dilengkapi perijinan dari Instansi Teknis Terkait. Disamping Lartas, diatur juga mengenai penangguhan impor atau
ekspor barang hasil pelanggaran Hak atas Kekayaan Intelektual, dan penindakan atas barang yang terkait dengan terorisme danatau kejahatan
lintas negara diatur pada pasal 54 s.d. 64 UU Kepabeanan. Pengawasan pabean adalah salah satu cara untuk mencegah dan
mendeteksi adanya pelanggaran. Pengawasan yang efektif memungkinkan Bea dan Cukai mengurangi terjadinya pelanggaran. Menurut WCO World
Customs Organization Handbook for Comercial Fraud Investigators ada bermacam-macam tipe pelanggaran utama di Bidang kepabeanan yaitu
sebagai berikut : 1
Penyelundupan Yang dimaksud dengan penyelundupan disini adalah
mengimpor atau mengekspor di luar tempat kedudukan Bea dan Cukai Kawasan Pabean dengan cara memasukan barang impor
atau mengeluarkan barang untuk diekspor melalui pelabuhandermaga kecil dan tidak resmi yang banyak terdapat di
pinggiran sungai atau di bibir pantai, atau mengimpormengekspor di tempat kedudukan Bea dan Cukai tetapi dengan cara
menyembunyikan barang dalam alas atau dinding dinding palsu concealment pada sarana pengangkut atau pada peti kemas atau
di badan penumpang.
2 Uraian Barang Tidak Benar
Uraian Barang Tidak Benar yaitu Invoice daripada barang yang diberitahukan tidak sesuai dengan barang yang ada dilakukan
untuk tujuan memperoleh keuntungan dari bea masuk ataupun pungutan fiskal lainnya yang rendah atau menghindari peraturan
larangan dan pembatasan.
3 Pelanggaran Nilai Barang
Dapat terjadi nilai barang sengaja dibuat lebih rendah untuk menghindari bea masuk atau sengaja dibuat lebih tinggi untuk
memperoleh restitusi draw-back yang lebih besar. 4
Pelanggaran Negara Asal Barang
Memberitahukan negara asal barang dengan tidak benar misalkan negara asal Jepang diberitahukan Thailand dengan
maksud memperoleh preferensi tarif sesuai negara tujuan. 5
Pelanggaran Fasilitas Keringanan Bea Masuk Atas Barang Yang Diolah Kemudahan Impor Tujuan EksporKITE
Yaitu pelanggaran dengan tidak mengekspor barang yang diolah dari bahan impor yang memperoleh keringanan bea masuk.
6 Pelanggaran Impor Sementara.
Pelanggaran dengan tidak mengekspor barang seperti dalam keadaan sediakala, sebagaimana keadaan ketika barang tersebut
mendapatkan izin impor sementara 7
Pelanggaran Perizinan Impor atau Ekspor Misalnya memperoleh izin mengimpor bibit bawang putih
ternyata dijual ke pasaran bebas sabagai barang konsumsi. 8
Pelanggaran Transit Barang Barang yang diberitahukan transit ternyata di impor untuk
menghindari bea. 9
Pemberitahuan Jumlah Muatan Barang Tidak Benar Tujuannya agar dapat membayar bea masuk lebih rendah
atau untuk menghindari kuota. 10
Pelanggaran Tujuan Pemakaian Misalnya izin yang didapatkan pada barang impor tersebut
memperoleh pembebasan bea masuk dalam rangka Penanaman Modal Asing PMA tetapi kemudian dijual untuk pihak lain.
11 Pelanggaran Spesifikasi Barang Dan Perlindungan Konsumen
Yaitu pemberitahuaninformasi barang yang menyesatkan untuk menghindari persyaratan dalam peraturan spesifikasi barang
atau peraturan-peraturan perlindungan konsumen. 12
Barang Melanggar Hak Atas Kekayaan Intelektual Yaitu barang palsu atau bajakan yang diimpor disuatu
negara atau diekspor dari suatu negara. 13
Transaksi Gelap Transaksi yang tidak dicatat dalam pembukuan perusahaan
untuk menyembunyikan kegiatan ilegal. Pelanggaran ini dapat diketahui dengan mengadakan audit ke perusahaan yang
bersangkutan.
14 Pelanggaran Pengembalian Bea
Klaim palsu untuk memperoleh pengembalian beapajak dengan mengajukan dokumen ekspor yang tidak benar.
15 Usaha Fiktif
Usaha fiktif diciptakan untuk mendapatkan keringanan pajak secara tidak sah. Contohnya adalah perusahaan yang
melakukan ekspor fiktif yang ternyata tidak mempunyai pabrik dan alamat kantornya tidak dapat ditemukan.
16 Likuidasi Palsu
Perusahaan beroperasi dalam periode singkat untuk meningkatkan pendapatan dengan cara tidak membayar pajak.
Kalau pajak terhutang sudah menumpuk kemudian menyatakan
bangkrut untuk menghindari pembayaran. Pemiliknya kemudian mendirikan perusahaan baru. Di Indonesia praktek ini dipakai oleh
Importir yang sudah sering dikenakan tambah bayar supaya bisa memperoleh jalur hijau maka ia mendirikan perusahaan baru.
74
Dalam organisasi dan tata kerja yang baru kegiatan intelijen pengumpulan dan pengolahan informasi secara umum tidak
dimungkinkan di Kantor Pelayanan. Yang dimungkinkan hanya pengumpulan informasi muatan kapal yang tercantum pada manifest.
Tetapi fungsi patroli ada juga di Kantor Pelayanan dan untuk melaksanakan kegiatan ini diperlukan pengumpulan informasi. Tanpa
informasi yang diperoleh dengan baik, akan terjadi patroli tidak terarah dan tidak tahu daerah rawan yang beresiko tinggi yang membahayakan
petugas dan mengakibatkan ketidakefisienan suatu kegiatan patroli.Mengenai kegiatan patroli dapat dilihat pada Pasal 75 Undang-
undang Nomor 17 Tahun 2006 yang menerangkan bahwa kegiatan patroli Dari berbagai tipe pelanggaran di atas justru sebagian besar
pelanggaran terjadi ketika pengimporan atau pengeksporan di pelabuhan tempat pengawasan Bea dan Cukai. Untuk tipe pelanggaran ini
informasinya lebih banyak dan lebih mudah diperoleh dari dokumen- dokumen yang diajukan pada Kantor Pelayanan Bea dan Cukai, tetapi
untuk penyelundupan yang terjadi di luar tempat kedudukan Bea dan Cukai informasinya harus dicari langsung di lapangan. Informasi untuk
penyelundupan di luar tempat kedudukan Bea dan Cukai diperoleh melalui Surveillance yaitu penghimpunan informasi yang dapat dilakukan oleh
petugas di Kantor Pelayanan kalau diberi wewenang untuk itu.
74
Eddhy Sutarto, Op.Cit, hal.103.
dilaut atau sungai menggunakan kapal patroli dan dilengkapi dengan senjata api yang jumlah dan jenisnya ditetapkan oleh peraturan
pemerintah. Penyelundupan narkotika dan psikotropika yang melalui pelabuhan laut ada yang informasinya diperoleh dari pihak luar negeri
melalui Kantor Pusat dan ada yang dideteksi dengan Profiling ataupun penggunaan pemindaian dari perangkat pemindai yang ada yaitu Hi Co
Scan dan Gamma Ray pada setiap petikemas. Dilihat dari persentasenya berdasarkan data yang tersedia lebih
banyak tangkapan yang diperoleh dari profilling dan deteksi pemindai dibandingkan yang berasal dari informasi yang sudah matang. Tipe
pelanggaran pemberitahuan yang tidak benar, penyalahgunaan fasilitas Kepabeanan, pelanggaran perizinan impor dan sebagainya lebih mudah
dideteksi melalui dokumen impor atau ekspor yang berada di Kantor Pelayanan Informasi tentang adanya pelanggaran-pelanggaran tersebut
bisa diperoleh jika kita mengolah informasi-informasi dalam Pemberitahuan Impor Barang PIB, Pemberitahuan Ekspor Barang PEB,
Manifest, Bill of Lading BL, Invoice, Packing List, data perusahaan, data kapal, data kontainer dan lain-lain. Informasi ini sebagian besar
berada di Kantor Pelayanan dan dapat digunakan setiap saat. Pada umumnya yang dianggap informasi bagi orang awam adalah
pemberitahuan dari seseorang atau badan secara tertulis atau lisan bahwa akan terjadi penyelundupan yang dilakukan oleh seseorang. Informasi
yang sudah matang ini di Bea Cukai lazim disebut hasil intelijen atau
intelijen positif. Yang dituangkan dalam NHI yaitu singkatan dari Nota Hasil Intelijen.
Sebenarnya informasi tidak hanya sebatas yang sudah matang saja tetapi banyak informasi yang masih mentah berserakan disana-sini dan
berada dalam dokumen Pabean maupun dokumen pelengkapnya, informasi ini kalau diolah juga akan menghasilkan informasi matang intelijen
positif yang dapat digunakan mendeteksi penyelundupan atau pelanggaran Kepabeanan.
Bea Cukai mempunyai kewenangan mengambil tindakan setelah memperoleh dan mengetahui informasi mengenai dugaan penyimpangan-
penyimpangan yang disebutkan di atas untuk menghindari terjadinya penyelundupan ataupun pelanggaran hukum lainnya. Kewenangan Bea
Cukai tersebut terdapat pada Pasal 78 sampai dengan Pasal 92 UU No.17 Tahun 2006 diantaranya yaitu :
a. Menghentikan dan memeriksa sarana pengangkut barang yang ada
di atasnya. b.
Memerintahkan agar sarana pengangkut dibawa ke kantor pabean atau ketempat lain yang sesuai untuk pemeriksaan;
c. Membongkar kendaraan yang mencurigakan atas biaya bersalah;
d. Memeriksa barang-barang ekspor-impor yang masuk kategori
larangan dan pembatasannya Lartas. e.
Memeriksa bangunan yang dicurigai untuk menyimpan barang- barang yang bertentangan melanggar peraturan-peraturan lapangan
f. Melakukan penyegelan, penguncian dan pelengketan tanda
pengaman yang diperlukan terhadap yang ada di atasnya yang belum sesuai kewajiban pabeannya dan barang lainnya yang harus
diawali menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila hal tersebut dilanggar maka diancam Pasal 102 sampai
dengan Pasal 105 UU No.17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan.
B. Pengertian dan Pengaturan Barang Ekspor dan Impor