Faktor-Faktor Penghambat Kelancaran Lalu-lintas Barang Ekspor dan

dibangunnya INSW mampu meningkatkan kinerja penanganan atas lalu lintas barang antar negara, serta mendorong percepatan proses customs clearance dan cargo release portal INSW, 16-05-2013. Informasi mengenai perijinan dan juga larangan dan pembatasan atau Lartas tersebut dapat mengunjungi website INSW pada laman http:eservice.insw.go.id pada Menu “Lartas Information”.

C. Faktor-Faktor Penghambat Kelancaran Lalu-lintas Barang Ekspor dan

Impor Berbicara mengenai faktor penghambat kelancaran arus barang yang terjadi pada ekspor dan impor tidak terlepas pada faktor-faktor penghambat perdagangan Internasional. Seringkali terdapat banyak hambatan dalam melakukan perdagangan internasional. Hambatan itu ada yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Adapun hambatan tersebut antara lain, sebagai berikut: a. Tidak Amannya Suatu Negara Jika suatu negara tidak aman, para pedagangnya beralih ke negara lain yang lebih aman. Semakin aman keadaan, semakin mendorong para pedagang untuk melakukan perdagangan internasional. b. Kebijakan Ekonomi Internasional oleh Pemerintah Ada kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara yang merupakan hambatan bagi kelancaran perdagangan internasional. Misalnya, pembatasan jumlah impor, pungutan biaya imporekspor yang tinggi, perijinan yang berbelit-belit. c. Tidak Stabilnya Kurs Mata Uang Asing Kurs mata uang asing yang tidak stabil membuat para eksportir maupun importir mengalami kesulitan dalam menentukan harga valuta asing. Kesulitan tersebut berdampak pula terhadap harga penawaran maupun permintaan dalam perdagangan. Hal ini membuat para pedagang internasional enggan melakukan kegiatan ekspor dan impor. 87 87 Wawancara pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Madya Pabean Belawan pada 13 Maret 2015. Dari ketiga faktor penghambat perdagangan internasional diatas dapat disimpulkan bahwa keamanan, kestabilan kurs valuta asing serta kebijakan ekonomi internasional suatu negara amat sangat mempengaruhi kelancaran perdagangan internasional pada negara tersebut. Kemudian lebih rinci lagi, ketika berbicara kelancaran dan hambatan yang terjadi pada pedagangan internasional maka perlu juga mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi terhambatnya kegiatan ekspor-impor. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya ekspor dan impor yakni kondisi kinerja pelayanan ekspor-impor yang masih perlu ditingkatkan, yaitu : 1. Lead Timeatau Dwelling Timeyaituwaktu penanganan dan waktu tunggu yang mencakup seluruh mekanisme barang impor danekspor yang masih cukup tinggi, sehingga perlu ditingkatkan kecepatannya. 2. Masih ada biaya-biaya dalam penanganan barang ekspor-impor, sehingga berpotensi menimbulkan ekonomi biaya tinggi high cost economy. 3. Validitas dan akurasi data ekspor-impor yang belum memadai, terutama terkait dengan data perijinan ekspor-impor. 4. Kepentingan nasional untuk mengontrol lalu-lintas barang antar negaracrossborder control, terutama yang terkait dengan isu : Terorisme, trans-national crime atau kejahatan antar negara, perdagangan narkoba atau drug trafficking, perdagangan gelap illegal trading, Hak Kekayaan Intelektual atau Intelectual Property Right, perlindungan konsumen dan aktivitas lainnya yang melawan hukum. 5. Kinerja sistem pelayanan publik yang perlu ditingkatkan perlu dilakukan peningkatan kinerja sistem pelayanan publik dengan menerapkan prinsip-prinsip good-governance melalui pembangunan otomasi sistem pelayanan yang terintegrasi, sehingga diharapkan akan mampu meningkatkan daya saing perekonomian nasional. 88 Untuk mengkoordinir serta mendukung peningkatan penegakkan hukum terhadap pelanggaran ketentuan perundang-undangan secara terpadu Presiden membentuk tim. Tim ini dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2002 dan terakhir diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2005 tentang perubahan atas 88 http:hairunisamanda.blogspot.com201012tugas-kepabeanan-insw.html.diakses pada 7 maret 2015. Keputusan Presiden Nomor 54 Tahun 2002 tentang Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus Barang Ekspor dan Impor. 89 Bertolak dari tugas dan fungsinya, DJBC selain dituntut untuk bertanggung jawab atas pengamanan penerimaan negara dan berbagai ketentuan atau peraturan nasional lainnya yang mempunyai keterkaitan dengan ekspor, impor dan cukai, DJBC juga dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat pelaku usaha, Tim yang dibentuk Presiden atas Keputusan Presiden No. 54 Tahun 2002 jo. Keppres No. 24 Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Peningkatan Kelancaran Arus BarangEkspor dan Impor tersebutmenghasilkan tindak lanjut diciptakannya portal INSW yang ada sekarang sesuai dengan konsiderans landasan hukum INSW tersebut yakniPeraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008. Indonesia National Single Window INSW diciptakan untuk menunjang lancarnya arus barang ekspor dan impor oleh pemerintah sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia National Single Window yang mana dengan diluncurkannya satu sistem yang sangat penting tersebut, yaitu Sistem National Single Windowdiharapkan dapat mewujudkan terciptanya kelancaraan arus barang ekspor, impor, dan transit, dalam rangka meningkatkan daya saing nasional. 89 Eddhi Sutarto, Rekonstruksi Hukum Pabean Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, 2013, hal.47. karena Bea dan Cukai merupakan salah satu unsur yang menjadi fasilitator perdagangan internasional dan untuk meningkatkan industri dalam negeri. Untuk dapat menjalankan misinya secara optimal, setiap instansi kepabeanan, di setiap negara dituntut untuk memiliki suatu sistem dan prosedur pabean yang dapat menjamin terciptanya kondisi keseimbangan antara fasilitas kepabeanan di satu pihak dan pengawasan kepabeanan di lain pihak. Dengan kata lain kemudahan-kemudahan dan pengawasan pabean harus berjalan dalam irama yang sama. Salah satu usaha yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai DJBC untuk mendukung misi tersebut dan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat usaha adalah dengan mengembangkan sistem informasi kepabeanan dan cukai. Yang dimaksud dengan sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi dan perawatan komputer, perangkat lunak dan data. Jadi sistem informasi kepabeanan dan cukai adalah sistem informasi yang dikembangkan untuk mendukung kegiatan pelayanan maupun pengawasan dalam bidang kepabeanan dan cukai. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan informasi serta sesuai dengan arah kebijakan yang ditetapkan oleh Kementerian Keuangan yaitu integerasi perangkat TIK Teknologi Informasi dan Komunikasi dilingkungan Kementerian Keuangan yang tertuang dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 129KMK.012012 Tentang Integerasi Perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Kementerian Keuangan. Untuk itu DJBC melakukan langkah-langkah strategis dalam kebijakan TIK pada lingkungan DJBC. Sebagai tindak lanjut kebijakan TIK, DJBC menyususn cetak biru kebijakan pengembangan. TIK dalam jangka menengah dan jangka panjang serta rancangan pengembangan untuk periode tahun 2010 sampai dengan 2012. Sistem yang dikembangkan DJBC adalah CEISA Customs and Excise Integrated System and Automation dengan konsep pengembangan TIK di DJBC yang diterapkan adalah: 1. Centralized, yakni arsitektur sistem TIK yang sentralisasi; 2. Integrated, yakni sistem aplikasi yang terintegrasi dan terpadu; 3. Inter-Connected, yakni sistem aplikasi yang terhubung dengan entitas eksternal terkait; 4. Automated, sistem aplikasi yang full automation. Adapun sistem aplikasi pelayanan yang telah dikembangkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai meliputi 2 golongan basis pengembangan sistem yaitu: 1. Sistem aplikasi yang berbasis server terdiri dari: a. Aplikasi layanan berbasis client server yang infrastruktur hardware mesin server berada disetiap Kantor Wilayah KANWILKantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai KPPBC Kantor Pelayanan Utama KPU terdiri dari: a Sistem Komputerisasi Pelayanan Impor; b Sistem Komputerisasi Pelayanan Ekspor; c Sistem Komputerisasi Kemudahan Impor Tujuan Ekspor KITE; d Sistem Komputerisasi Pelayanan Manifes; e Sistem Komputerisasi Pelayanan BC 2.3. b. Aplikasi layanan centrelized yang berbasis web web-based dan berorientasi servis SOA Service Oriented Architecture : a Sistem Aplikasi Cukai; b CEISA Customs and Exise Integrated System and Automation BC 2.3; c CEISA Impor. d CEISA Manifes Inward dan Outward Ekspor; e CEISA Customs and Exise Integrated System and Automation Ekspor. 2. Sistem aplikasi yang berbasis PC Personal Computer terdiri dari : a Sistem Komputerisasi Pelayanan Impor; b Sistem Komputerisasi Pelayanan Ekspor; c Sistem Komputerisasi BC 2.4; d Sistem Komputerisasi Pelayanan BC 2.3; e Inhouse AIDA, program aplikasi yang digunakan oleh perwakilan DJBC di Australia yang bertujuan untuk menerbitkan Surat Keterangan Pabean perwakilan DJBC di Australia. CEISA manifes di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai sudah dimulai pengembangannya sejak tahun 2001. Akan tetapi disebabkan karena peraturan pelaksananya belum ada maka pelaksanaan dan implementasikannya baru terlaksana pada tahun 2006 yaitu dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK- 39PMK.042006 tanggal 19 Mei 2006 Tentang Tatalaksana Pemberitahuan Kedatangan Sarana Pengangkut, Manifes Kedatangan Sarana Pengangkut dan Keberangkatan Sarana Pengangkut. 90 Penerapan aplikasi-aplikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi yang dikembangkan juga memiliki kelemahan yakni antara lain; adakalanyaterdapat informasi peraturan yang kurang updatingpada portal INSW dan kurangnya sosialisasi terhadap berbagai ketentuan-ketentuan baru baik Lartas maupun yang lainnya terkait dengan kegiatan ekspor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai fungsi fiskal yang memungut pemasukan negara seperti yang telah dibahas diatas serta mempunyai fungsi regulator pengatur. Sebagai regulator juga fasilitator perdagangan internasional dan industri dalam negeri maka Direktorat Jenderal Bea dan Cukai perlu untuk meningkatkan kecepatan, transparansi dan mutu pelayanannya kepada masyarakat. Karena itu pelayanan prima dengan sistem komputerisasi untuk saat ini harus dilakukan. Sistem komputerisasi yang dibangun pun harus selalu dikembangkan dan disesuaikan dengan perkembangan teknologi saat ini sehingga mutu pelayanan dapat selalu ditingkatkan. 90 Tim Penyusun Direktorat Informasi Kepabeanan dan Cukai. Sistem Aplikasi Kepabeanan dan Cukai., Kementerian Keuangan Republik Indonesia Badan Pendidikan Dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea Dan Cukai, Jakarta 2014, hal 5. maupun impor sehingga terjadinya ketidaktahuan pelaku bisnis ekspor dan impor maupun PPJK Pengusaha Penyedia Jasa Kepabeanan yang menyebabkan terhambatnya proses clearance dan tertahannya barang di kawasan pabean. Faktor penghambat lainnya diluar lembagainstitusi Bea Cukai yakni adanya kisruh persoalan kesejahteraan buruh yang acap kali terjadi pada Perusahaan Bongkar Muat PBM yang menyebabkan tertumpuknya barang dan juga faktor-faktor lainnya seperti kerusakan pada sarana pengangkut, kurangnya fasilitas-fasilitas yang dimiliki fasilitator dan administrator pelabuhan; sesuai dengan hasil temuan Lembaga Ombudsman RI pada tahun 2014 mengenai Dweling Time di pelabuhan- pelabuhan tama di seluruh Indonesia. 91 91 http:www.majalahdermaga.co.idpost35rekomendasi__perbaikan_pelayanan_publik_ di_pelabuhan_laut_utama__terkait_upaya__percepatan_dwelling_time, diakses pada 15 Maret 2015.

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERANAN DIREKTORAT JENDERAL

Dokumen yang terkait

Analisis Sistem Penerimaan Kas Atas Bea Masuk Barang Impor pada Kantor Pelayanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tipe A

6 84 129

Audit Kepatuhan Atas Nilai Pabean Barang Impor Pada Kantor Wilayah I Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai

1 31 128

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN (STUDI DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B BANDAR LAMPUNG )

4 22 59

SENJATA API DINAS DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

0 0 15

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

0 0 6

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPABEANAN - Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabea

0 1 42

BAB I PENDAHULUAN - Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan)

0 3 19

Tinjauan Yuridis Tentang Peranan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai Terhadap Kelancaran Lalu Lintas Barang Ekspor Dan Impor (Studi Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Direktorat Jenderal Bea Cukai Tipe Madya Pabean Belawan)

0 1 10

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

0 0 11

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN BARANG IMPOR (STUDI KASUS DI KANTOR WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI JAWA TENGAH DAN DIY)

0 2 13