Fungsi Konsultan danatau Lembaga Konsultan Siklus Kerja Konsultan danatau Lembaga Konsultan

terminologi untuk menunjukkan pihak yang karena profesinya mampu memenuhi kebutuhan, dan karenanya dapat mengerjakan prospek Layanan Jasa Konsultansi yang diterimanya dari pihak yang membutuhkan prospek itu, berdasarkan lingkup tugas yang disepakati bersama 5 . Sementara secara khusus lembaga konsultan Syariah sebagai lembaga bisnis yang bergerak dalam bidang jasa konsultasi Syariah, Karim Business Consulting contohnya, adalah lembaga yang memberikan jasa konsultasi berupa Jasa pendampingan dalam proses pendirian Bank Umum Syariah, Asuransi UmumJiwa Syariah, Unit Usaha Syariah Bank, Asuransi dan lembaga bisnis lain, pembuatan dan pengembangan produk, business plan, riset desk research dan field research, pelatihan dan simulasi, rekrutmen dan assessment 6 .

2. Fungsi Konsultan danatau Lembaga Konsultan

Fungsi dari konsultan danatau lembaga konsultan dapat dilihat dari 10 alasan mengapa pengguna jasa memerlukan bantuan seorang konsultan yaitu; a. Memberikan bantuan berkala kepada manajemen b. Memberikan pandangan yang objektif dan tidak memihak c. Membantu memecahkan masalah staf intern d. Memberi bantuan kepada eksekutif 5 Rissard Pehiadang, Konsultan Indonesia dalam Perspektif, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997, h.4. 6 Wawancara Pribadi dengan Farida, “Gambaran Umum KARIM Business Consulting KBC” , data wawancara diakses pada 08 November 2010 dari faridakarimconsulting.com. e. Membantu merekrut tenaga staf f. Membantu bidang kepegawaian g. Memberikan pelatihan h. Membantu dalam perolehan dana i. Menganalisis krisis dalam perusahaan, dan j. Memberikan gagasan atau perubahan 7 .

3. Tugas atau Sasaran Konsultan danatau Lembaga Konsultan

Menurut Turner, secara umum ada 8 dasar tugas atau sasaran seorang konsultan : a. Memberikan informasi yang dibutuhkan oleh Pengguna Jasa b. Membantu memecahkan masalah yang dihadapi Pengguna Jasa c. Membuat diagnosis, bila perlu merubah dan mendefinisi kembali permasalahan yang ada d. Membuat rekomendasi berdasarkan diagnosis yang dilakukan e. Membantu pelaksanaan rekomendasi yang diinginkan f. Membina suatu konsensus dan komitmen pada suatu perbaikan perlakuan yang telah diputuskan g. Memberikan fasilitas kepada Pengguna Jasa bagaimana mengatasi masalah yang serupa dimasa mendatang h. Terus memperbaiki secara efektif sistem organisasinya secara permanen 8 . 7 Renville Siagian, Peran Konsultan Manajemen di Bidang Perkebunan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997, h.36-39. Dengan menggunakan pendekatan kategorikal, Tugas Layanan Jasa Konsultansi dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok tugas yang bersifat makro dan kelompok tugas yang bersifat mikro.

a. Kelompok tugas makro adalah kelompok tugas yang memuat jenis dan bentuk

Layanan Jasa Konsultansi yang sifatnya berkelanjutan dalam suatu skema keseluruhan kebutuhan Layanan Jasa Konsultansi. Contohnya adalah studi kelayakan feasibility study. Ia tidak senantiasa bersifat berkelanjutan, karena dalam hal-hal khusus ia bersifat final.

b. Kelompok tugas mikro adalah kelompok tugas yang memuat jenis dan bentuk

Layanan Jasa Konsultansi yang bersifat final. Kalaupun terjadi tindak lanjut, hal itu lebih bersifat insidental kausalistik, yang menurut jenisnya terbagi atas: i proyek fisik, ii proyek non fisik, dan iii program pendidikan dan bimbingan penyuluhan 9 .

4. Pendekatan Konsultansi

Mengenai pendekatan dalam memberikan konsultansi, Bob Garratt membedakan tiga macam gaya dalam praktik memberikan konsultansi, yaitu:

a. Memberikan konsultansi keahlian, seseorang menggunakan pendekatan

memberikan konsultansi keahlian kalau keahlian yang diakui dalam bidang 8 Renville Siagian, Peran Konsultan Manajemen di Bidang Perkebunan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997, h.10. 9 Rissard Pehiadang, Konsultan Indonesia dalam Perspektif, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1997, h.7-8. tertentu diminta oleh suatu organisasi untuk memberikan pemecahan masalah yang sudah diidentifikasi. Misalnya, keperluan untuk mendesain dan memasang sistem pengolah kata word processing atau sistem akunting yang baru. Pendekatan ini mungkin juga dalam bentuk kursus, disitu orang yang mempunyai keahlian akan membagikan pengetahuan atau keterampilannya kepada sekelompok orang, baik khusus dalam sebuah perusahaan atau dalam program yang terbuka untuk publik.

b. Memberikan konsultansi proses, sebuah metode yang menyediakan

keseimbangan dari logika, rasional, dan sering kali gaya memberikan konsultansi keahlian yang menjaga jarak. Hal ini melibatkan orang lebih banyak dalam proses sosial, artinya perasaan dan tingkah laku yang berkaitan dengan jajaran proses pemecahan masalah manajerial. Mereka sering kali berpengalaman melepaskan energi yang sebelumnya tidak mereka kenal. Bekerja dengan emosi dalam cara ini mungkin mendalami lebih jauh daripada keterangan yang dipertimbangkan oleh klien semula serta meninggalkan peserta yang disulut dengan ide, serta dengan penuh percaya diri dan antusias bahwa organisasi tidak dapat mengendalikan atau mengakomodasi ditempat kerja. Hubungan antara konsultan dan pemilik masalah menjadi cukup erat selama mereka bekerja bersama.

c. Memberikan konsultansi kalau diperlukan, tujuan dari memberikan

konsultansi kalau diperlukan adalah membuat konsultan itu sendiri tidak diperlukan lagi secepat mungkin. Ini bertentangan dengan keyakinan yang dipegang oleh beberapa klien dan konsultan bahwa konsultan bekerja agar bayaran yang diterimanya akan sebesar mungkin. Memberikan konsultansi kalau diperlukan berusaha keras untuk mengoptimalkan penggunaan sumberdaya yang sudah ada dalam sebuah organisasi dalam bentuk karyawan dan pengalaman mereka. Pendekatan memberikan konsultansi kalau diperlukan juga menyajikan masalah kepada klien yang mengharapkan tenggapan tradisional dari konsultan mer eka yaitu ‘saya akan memberi tahu Anda apa yang harus dikerjakan, dan Anda dapat mulai melakukannya’ 10 . Sedangkan syarat utama berhasilnya sebuah kontrak kegiatan konsultan terdiri dari beberapa faktor, antara lain: 1. Calon Pengguna Jasa harus menyadari bahwa suatu masalah telah terjadi atau akan terjadi. 2. Harus ada kesungguhan dan kesediaan calon Pengguna Jasa untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai hasil penemuan konsultan mengenai kelemahan-kelemahan yang ada. 3. Calon Pengguna Jasa secara terbuka harus bersedia memberikan semua informasi penting yang diperlukan konsultan. 4. Sebagai tantangan untuk mewujudkan kerjasama yang baik, harus ada kesediaan Pengguna Jasa untuk membayar biaya yang mesti dikeluarkan. 5. Dapat tercapai keserasian antara Pengguna Jasa dan konsultan 11 . 10 Sally Garratt, Kiat Menjadi Seorang Konsultan Ulung, Jakarta : Binarupa Aksara, 1996, h.3-6. 11 Renville Siagian, Peran Konsultan Manajemen di Bidang Perkebunan, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997, h.42-43. Pola hubungan kerja yang bersifat sinergi akan terwujud apabila semua pihak yang terkait telah mempunyai cara berfikir dan bertindak yang seirama diantaranya: 1 Adanya rasa saling membutuhkan saling ketergantungan 2 Adanya komitmen bersama dalam hal pengembangan potensi nasional untuk bidang jasa konsultansi. 3 Bersikap dan berfikir secara menang-menang win-win, mau memahami terlebih dahulu kepentingan mitranya, sebelum menginginkan untuk dipahami juga kepentingannya. 4 Sukses kemitraan adalah sukses semua pihak yang terkait. 5 Secara komersil harus saling menguntungkan semua pihak. 6 Adanya kemandirian bersikap dan bertindak dalam pola kerja kemitraan yang didasarkan kepada sikap profesional, bukan bersikap seperti dalam hubungan antara Tuan dan Budak 12 .

5. Siklus Kerja Konsultan danatau Lembaga Konsultan

Secara umum, konsultan melakukan pekerjaan seperti pitching, riset, analisis, dan report writing. Siklus tersebut berjalan terus menerus dan berulang. 12 Sutoyo Martoha rdjono, ”Pola Kemitraan Antara Konsultan Dengan Pemberi Tugas”. Dalam Kristiya Kartika, Dimensi-dimensi Strategis Peran Konsultan, Jakarta : Dewan Pengurus Pusat INKINDO,1995, h. 78. a. Pitching, intinya adalah menjual dan menawarkan jasa. Kegiatan ini bisa berupa menyiapkan dokumen dan meriset klien yang prospektif, menulis proposal, atau melakukan presentasi sales pitch kepada calon klien. b. Research, menjalankan riset sekunder terhadap klien dan industri terkait dengan menggunakan sumberdaya internal maupun sumber-sumber luar. Melakukan interview mengenai kebutuhan klien dan mendapatkan pemahaman mengenai proses bisnis perusahaan. Memfasilitasi group discussion tentang isu bisnis yang dihadapi perusahaan klien. c. Analisis, membuat permodelan dalam Excel atau menggunakan permodelan keuangan lainnya. Melakukan analisis dari data yang telah diperoleh dan model yang telah disusun. Membantu menyusun rekomendasi yang diperlukan. d. Reporting menyiapkan presentasi final biasa disebut “deck“ dalam slide PowerPoint. Membantu klien dan menunjukkan temuan serta rekomendasi yang telah dibuat. e. Implementasi berperan sebagai project manager yang memastikan jalannya implementasi secara benar dalam setiap fase. Melakukan eksekusi dalam integrasi sistem dan menguji sistem yang direkomendasikan untuk IT consulting firm. Melakukan dokumentasi dan finalisasi setelah project terselesaikan. f. Administrasi, bekerja dalam tim riset internal perusahaan ketika tidak sedang terlibat dalam project. Mengisi form untuk time tracking dan expense reports. Menulis publikasi atau hasil temuan dalam bukujurnal. Di era persaingan bisnis yang sangat ketat, perusahaan dituntut untuk tetap kompetitif. Oleh karenanya, konsultan biasa di-hire untuk memberikan second opinion dan outsider perspective 13 . .

B. Perbankan Syariah

1. Kedudukan Bank Syariah dalam Sistem Perbankan Nasional

14

a. Sistem Perbankan di Indonesia

Menurut Emirzon sistem perbankan itu adalah ”suatu tatanan yang didalamnya terdapat berbagai jenis bank yang terkait satu sama lain dan merupakan suatu kesatuan dengan mengikuti suatu aturan tertentu. Sedangkan dalam redaksi lain, menurut Hermansyah sistem perbankan itu adalah ”suatu sistem yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses melaksanakan kegiatan usahanya secara keseluruhan”. Berbicara mengenai sistem perbankan di Indonesia tidak lain harus mengacu pada UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Mengacu pada UU Perbankan tersebut, salah satu aspek yang perlu dipahami dalam sistem perbankan di Indonesia adalah diakui adanya bank yang beroperasi berdasarkan prinsip Syariah di samping perbankan Konvensional, yang dikenal dengan istilah dual banking system. Saat ini eksistensi Bank Syariah di Indonesia sudah sedemikian kokoh dengan diterbitkannya UU No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 13 Konsultan Manajemen, diakses pada tanggal 18 November 2009 dari http:www.konsultan- manajemen.comkonsultanmanajemen.html. 14 Cik Basir, Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah di Pengadilan Agama dan Mahkamah Syari’yah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 36-44.