Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Pada PTN BHPP

C. Pengelolaan Penyertaan Modal Negara Pada PTN BHPP

Menurut angka 1 Lampiran X Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96PMK.062007 Tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, Dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara, Penyertaan Modal Negara adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara yang semula merupakan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menjadi kekayaan negara yang dipisahkan untuk diperhitungkan sebagai modalsaham negara pada Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki NegaraDaerah . Tujuan dilakukannya Penyertaan Modal Negara PMN berupa Barang Milik Negara BMN adalah dalam rangka pendirian, pengembangan, dan peningkatan kinerja BUMND atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki NegaraDaerah. Dan yang menjadi pertimbangan dilakukannya PMN adalah agar BMN yang dari awal pengadaannya sesuai dokumen penganggaran diperuntukkan bagi BUMND atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki NegaraDaerah dalam rangka penugasan pemerintah dengan pertimbangan BMN tersebut akan lebih optimal apabila dikelola oleh BUMND atau Badan Hukum lainnya yang dimiliki NegaraDaerah, baik yang sudah ada maupun yang akan dibentuk. Berdasarkan Pasal 37 ayat 1 UU BHP maka kekayaan awal PTN BHPP berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Menurut penjelasan Pasal 37 ayat 1 Universitas Sumatera Utara ini yang dimaksud dengan ’pemisahan kekayaan’ adalah peralihan hak milik atas kekayaan pendiri kepada PTN BHPP. Ini berarti semua kekayaanaset kecuali tanah menurut Pasal 38 ayat 2, terhadap tanah tidak terjadi peralihan kepemilikan, melainkan hanya diserahkan penggunannya kepada PTN BHPP, bangunan, kendaraan, dan saranaprasarana lainnya yang dapat dinilai dengan uang, begitu PTN menjadi BHPP maka semua aset tersebut beralih status kepemilikannya menjadi kekayaan BHPP. Lalu di mana posisi pemerintah dalam hal kepemilikan? Pemerintah yang diwakili Mendiknas berada di dalam organ representasi pemangku kepentingan sebagai pendiri PTN BHPP yang salah satu tugasnyanya adalah melakukan pengawasan umum terhadap pengelolaan BHP Pasal 22, huruf g. Tanah tidak termasuk pada kekayaan negara yang dipisahkan, karena berdasarkan Pasal 49 ayat 1 UU Perbendaharaan Negara disebutkan bahwa barang milik negaradaerah yang berupa tanah yang dikuasai Pemerintah PusatDaerah harus disertifikatkan atas nama pemerintah Republik Indonesiapemerintah daerah yang bersangkutan. Pada ayat 3 dinyatakan bahwa tanah milik negaradaerah yang tidak dimanfaatkan untuk tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Menkeugubernurbupatiwalikota untuk penyelenggaraan tugas pemerintahan negaradaerah. Dan pada ayat 5 diatur bahwa barang milik negaradaerah dilarang digadaikan atau dijadikan jaminan untuk mendapatkan pinjaman. Ketentuan mengenai dimungkinkannya suatu PTN BHPP bubar yaitu karena keteriban umum dan peraturan perundang-undangan atau karena dinyatakan pailit Universitas Sumatera Utara atau karena asetnya tidak cukup untuk melunasi utang setelah pernyataan pailit dicabut, juga menjadi alasan mengapa tanah tidak termasuk pada kekayaan negara yang dipisahkan. Sehingga sekalipun suatu PTN BHPP dinyatakan bubar karena pailit, maka tanah tidak dapat dijadikan pelunasan hutang ataupun kewajiban PTN BHPP. Jadi, terhadap tanah hanya penggunaannya yang diserahkan kepada PTN BHPP, itupun harus sesuai dengan tujuan pokok dan fungsi PTN BHPP berkenaan. Pasal 49 ayat 3 UU Perbendaharaan Negara. Selanjutnya pada Pasal 38 1 dinyatakan bahwa semua bentuk pendapatan dan sisa hasil kegiatan PTN BHPP yang diperoleh dari penggunaan kekayaan negara yang telah dipisahkan sebagai kekayaan PTN BHPP, tidak termasuk PNBP dan pada ayat 2 nya disyaratkan bahwa semua bentuk pendapatan PTN BHPP yang diperoleh dari penggunaan tanah negara yang telah diserahkan penggunaannya kepada PTN BHPP, tidak termasuk PNBP. Sedangkan sisa hasil kegiatan harus digunakan untuk kepentingan pendidikan, tetapi jika dalam waktu paling lambat 4 empat tahun sisa hasil kegiatan tersebut tidak ditanamkan kembali ke dalam PTN BHPP, maka sisa hasil kegiatan dimaksud menjadi objek pajak penghasilan Pasal 38 ayat 3 dan 4. Ketentuan Pasal 38 ayat 3 dan 4 sejalan dengan ketentuan Pasal 4 Ayat 3 huruf m UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan yang mengatur bahwa hal yang dikecualikan sebagai objek pajak adalah sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana Universitas Sumatera Utara kegiatan pendidikan danatau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 empat tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut. Sangat jelas sekali pada isi Pasal tersebut setidaknya ada dua unsur yang harus dipenuhi sehingga sisa lebih tersebut masuk dalam kategori bukan objek pajak. Pertama, unsur penggunaan kembali atau penanaman kembali ke bidang usahanya pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan. Kedua, unsur jangka waktu paling lambat 4 empat tahun. Ini berarti kalau salah satu atau kedua unsur tersebut tidak dipenuhi, otomatis sisa lebih terebut masuk sebagai objek pajak. 101 Selanjutnya dalam hal pengalihan kekayaannya, pengelola PTN BHPP tidak diperkenankan mengalihkan kekayaan baik berupa uang, barang, atau bentuk lain yang dapat dinilai dengan uang kepada siapa pun, baik langsung maupun tidak langsung, kecuali untuk kepentingan sebagaimana diatur pada Pasal 37, ayat 6 yakni untuk tridhama perguruan tinggi dan penggunaan lain yang sesuai dengan ketenuan perundang-undangan Pasal 39. Pasal 39 ini tidak secara tegas melakukan pelarangan, karena ada kata “kecuali” yang masih membuka kemungkinan jika dibutuhkan untuk tujuan sesuai Pasal 37 ayat 6. Karena asetnya dari kekayaan negara yang dipisahkan, maka perlu peraturan yang tegas mengenai mekanisme pengalihannya secara detil agar tidak membuka ’celah’ bagi penyalahgunaan wewenang oleh organ representatif pemangku kepntingan pada PTN BHPP. Pasal 63 UU BHP mengatur bahwa setiap orang yang menyalahgunakan kekayaan dan 101 Perlakuan-pajak-dalam uubhp.php, http:hananta.comwhypublishedpublic. Universitas Sumatera Utara pendapatan PTN BHPP seperti mengambil keuntungan dari kegiatan pendidikan, maka akan dikenakan sanksi dengan pidana penjara paling lama 5 lima tahun dan dapat ditambah dengan denda paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah. Universitas Sumatera Utara 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN