Dampak Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap Perjanjian Kredit Yang Sedang Berjalan (Studi Pada Bank BNI)

(1)

TESIS

Oleh

ADAM

107011043/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ADAM

107011043/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Nomor Pokok : 107011043

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Prof.Dr.Muhammad Yamin,SH,MS,CN)(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH. MS, CN 2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum


(5)

Nim : 107011043

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : DAMPAK PERUBAHAN STATUS BADAN USAHA CV

MENJADI BADAN HUKUM PT TERHADAP

PERJANJIAN KREDIT YANG SEDANG BERJALAN (STUDI PADA BANK BNI)

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :ADAM Nim :107011043


(6)

i

keberhasilan pengembangan perusahaan itu sendiri.

Kegiatan bisnis/usaha merupakan kegiatan dengan jangkauan perkembangan yang tanpa batas dan akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Dalam perkembangan kegiatan usaha/bisnis tersebut, badan usaha yang menaunginya juga turut pula mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kegiatan usaha/bisnis itu sendiri. Dimulai dari usaha perseorangan, berubah menjadi badan usaha firma, perseroan komanditer (CV) sampai badan usaha yang berbadan hukum seperti perseroan terbatas (PT). Dalam perkembangan kegiatan usaha/bisnis yang dijalankan tersebut, para persero senantiasa membutuhkan tambahan modal untuk mengembangkan/memperluas jaringan usaha/bisnisnya. Pada umumnya para pelaku usaha akan mengajukan permohonan tambahan modal usaha berupa fasilitas kredit dari lembaga keuangan dalam hal ini adalah bank. Untuk dapat memperoleh fasilitas kredit dari bank dibutuhkan persyaratan dan ketentuan administratif tertentu agar permohonan kredit tersebut dapat dikabulkan. Apabila permohonan kredit yang diajukan pelaku usaha cukup besar, maka pihak bank akan meminta barang jaminan baik bergerak maupun tidak bergerak dalam jumlah tertentu untuk dapat memenuhi persyaratan pengajuan kredit tersebut, disamping itu dapat pula mengubah bentuk badan usaha dari badan usaha yang tidak berbadan hukum menjadi badan usaha yang berbadan hukum.

Jenis penelitian tesis ini adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis, maksudnya adalah suatu analisa data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum, diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain. Dari pendekatannya penelitian ini bersifat memaparkan dan menganalisa permasalahan yang ada, kemudian ditarik kesimpulan yang menjadi inti dari solusi permasalahan tersebut. Analisa data dilakukan dengan mengumpulkan data primer, sekunder dan tertier yang selanjutnya dilakukan evaluasi dan analisa secara kualitatif untuk membahas permasalahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlakun dibidang perbankan dan hukum perjanjian dengan metode deduktif. Uraian hasil analisa dideskripsikan secara kualitatif dengan menggunakan interpretasi dan logika hukum sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dalam menjawab permasalahan dan membuat kesimpulan serta saran yang bermanfaat.


(7)

ii

dialihkan atas nama PT sebagai debitur baru melalui suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).


(8)

iii

of the business itself should be paid attention to.

Business activity is the one without limited development and will keep developing from time to time. In the development of the business, the entity supporting and sponsoring the business also makes progress in line with the velopment of the business activity itself. Commencing from individual company, the business changes into a firm, comanditer company (CV), and then a legal business entity such as limiuted liability company (PT). In the development the business activitiy, the companies always need supplementary capital to develop/extend their business networks. In general, the businessmen will apply for supplementary working 0capital in the forms of credit facilities from the financial institution such as the bank. To get the credit from a bank, certain administrative provision and requirement is needed. If the credit applied by the businessmen is big enough, the bank will ask for a certain amount of movable or unmovable collateral to meet the requirements for the credit extension, besides it can also change the form of business entity from unincorporated into incorporated enterprises.

The data for this descriptive analytical study with normative juridical approach were in the forms of primary, secondary and tertiary legal materials. The data obtained were then evaluated and qualitatively analyzed to deductively discuss the problems nased on the existing regulations of legislation in banking and the law of agreement. The result of analysis was qualitatively described through legal interpretation and logic to obtain anew description or to strengthen the existing description in asnwering the problems and to dranw a conclusion and to make a useful suggestion.

The change from comanditer company (CV) into a legal business entity such as limiuted liability company (PT) against the ongoing credit agreement shall begin with the renewal of credit agreement from previous debtor (CV) to current debtor (PT) resulting in a novation (debt renewal) with a number of additional requirements such as the addition of the collateral previously given. The collateral previously given on behalf of CV shall be cancelled with the agreement of Bank BNI and is transfered on behalf of PT as current/new debtor through a General Meeting of Stockholders.


(9)

iv

karena hanya dengan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini tepat pada waktunya. Adapun judul tesis ini adalah “DAMPAK PERUBAHAN STATUS BADAN USAHA CV MENJADI BADAN HUKUM PT TERHADAP PERJANJIAN KREDIT YANG SEDANG BERJALAN, STUDI PADA BANK BNI”. Penulisan tesis ini merupakan suatu persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Kenotariatan (M.Kn) Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan baik berupa masukan maupun saran, sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Oleh sebab itu, ucapan terima kasih yang mendalam penulis sampaikan secara khusus kepada yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH. MHum, selaku Pembimbing utama penulis, Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Pembimbing II penulis, IbuDr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, M.Hum, selaku Pembimbing III penulis yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bimbingan dan arahan untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Kemudian juga, kepada komisi penguji yang terhormat dan amat terpelajar Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH. MHum, dan Bapak Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn,


(10)

v

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor Universitas Sumatra Utara yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.

2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara, yang telah memberi kesempatan dan fasilitas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tesis ini.

3. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN, selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta saran yang membangun kepada penulis Tesis ini.

4. Ibu Dr. T. Keizerina Devi A, SH.CN, M.Hum, selaku Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara sekaligus pembimbing yang telah memberikan bimbingan serta saran yang membangun kepada penulis Tesis ini

5. Bapak dan Ibu Guru Besar juga Dosen Pengajar pada Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing penulis sampai kepada tingkat Magister Kenotariatan.


(11)

vi

Sungguh rasanya suatu kebanggaan tersendiri dalam kesempatan ini penulis juga turut menghaturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada Ayahanda Drs H. Sahibul Anwar Situmeang dan Ibunda Hj. M.S Aminah Traigan, yang telah melahirkan, mengasuh, mendidik dan membesarkan penulis, serta kepada Isteri tercinta Syarifah Fatimah, SH, beserta kakanda tercinta Dra. Nurlina Sari, M.AP,dan adik adik-adikku tersayangAswita Agustini, S.Sos, MA,dan

Putera Ramadhan Situmeang, S.STP dan Abangda DR. Martin Roestamy, SH, MH

yang semuanya selalu memberikan motivasi, cinta dan kasih sayang kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini tepat pada waktunya.

Teristimewa penulis mengucapkan terima kasih kepada para sahabat sayaDes Alwi, Agus Suprianto, Togi Siregar, Deny, Samuel Iskandar, Sudiman Sihotang, Wahyudi Kurnia, Ardi Fitra, Ramadhan Siregar, Notaris Eko Evidolo, SH, Notaris Halim, SH, Notais Martua Simanjuntak, SH juga kepada Staf bagian Pendidikan Magister Kenotariatan USU,Sari, Bu Fatimah, Lisa, Afni, Bang Iken, Bang Aldydan

Bang Rizal, yang selama ini telah memberikan semangat dan doa restu serta kesempatan untuk menimba ilmu di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(12)

vii

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, namun tak ada salahnya jika penulis berharap kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak.

Medan, Januari 2013 Penulis,


(13)

viii

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/23 Februari 1970 Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Jalan Helvetia Raya Nomor 187 Medan

II. KELUARGA

Nama Ayah : H. Drs. Sahibul Anwar Situmeang

Nama Ibu : Hj. M.S Aminah Tarigan

Nama Isteri : Syarifah Fatimah, SH Nama Anak : Indhira Siti Fatimah III. PENDIDIKAN

SD : Tahun 1976 s/d 1982

SD Negeri 06 Jakarta Selatan

SMP : Tahun 1982 s/d 1985

SMP Negeri 17 Medan

SMA : Tahun 1985 s/d 1988

SMA Negeri 4 Medan Perguruan Tinggi/S1 : Tahun 1988 s/d 1994

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

Perguruan Tinggi/S2 : Tahun 2010 s/d 2013

Fakultas Hukum Program Studi Magister


(14)

ix

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP... viii

DAFTAR ISI... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penelitian ... 12

D. Manfaat Penelitian ... 12

E. Keaslian Penelitian... 13

F. Kerangka Teori dan Konsepsi... 14

G. Metode Penelitian... 23

BAB II PROSEDUR HUKUM PERUBAHAN STATUS DARI BADAN USAHA CV MENJADI BADAN HUKUM PT... 26

A. PengertianCommanditaire Vennootschap(CV) Sebagai Badan Usaha ... 26

B. Perseroan Terbatas (PT) Sebagai Perusahaan Berbadan Hukum... 35

C. Prosedur Hukum Perubahan Badan Usaha CV. menjadi PT .... 58

BAB III AKIBAT HUKUM PERUBAHAN STATUS BADAN USAHA CV MENJADI BADAN HUKUM PT TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK YANG TELAH DIIKAT OLEH CV ... 80

A. Perjanjian Kredit Bank... 80

B. Akibat Hukum Perubahan CV. Menjadi PT. terhadap Perjanjian Kredit Bank yang telah diikat oleh CV... 87

C. Akta Novasi Sebagai Dasar Pembaharuan Hutang Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk ... 97


(15)

x LAMPIRAN


(16)

i

keberhasilan pengembangan perusahaan itu sendiri.

Kegiatan bisnis/usaha merupakan kegiatan dengan jangkauan perkembangan yang tanpa batas dan akan senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Dalam perkembangan kegiatan usaha/bisnis tersebut, badan usaha yang menaunginya juga turut pula mengalami perkembangan sejalan dengan perkembangan kegiatan usaha/bisnis itu sendiri. Dimulai dari usaha perseorangan, berubah menjadi badan usaha firma, perseroan komanditer (CV) sampai badan usaha yang berbadan hukum seperti perseroan terbatas (PT). Dalam perkembangan kegiatan usaha/bisnis yang dijalankan tersebut, para persero senantiasa membutuhkan tambahan modal untuk mengembangkan/memperluas jaringan usaha/bisnisnya. Pada umumnya para pelaku usaha akan mengajukan permohonan tambahan modal usaha berupa fasilitas kredit dari lembaga keuangan dalam hal ini adalah bank. Untuk dapat memperoleh fasilitas kredit dari bank dibutuhkan persyaratan dan ketentuan administratif tertentu agar permohonan kredit tersebut dapat dikabulkan. Apabila permohonan kredit yang diajukan pelaku usaha cukup besar, maka pihak bank akan meminta barang jaminan baik bergerak maupun tidak bergerak dalam jumlah tertentu untuk dapat memenuhi persyaratan pengajuan kredit tersebut, disamping itu dapat pula mengubah bentuk badan usaha dari badan usaha yang tidak berbadan hukum menjadi badan usaha yang berbadan hukum.

Jenis penelitian tesis ini adalah penelitian yuridis normatif yang bersifat deskriptif analitis, maksudnya adalah suatu analisa data yang berdasarkan pada teori hukum yang bersifat umum, diaplikasikan untuk menjelaskan tentang seperangkat data yang lain. Dari pendekatannya penelitian ini bersifat memaparkan dan menganalisa permasalahan yang ada, kemudian ditarik kesimpulan yang menjadi inti dari solusi permasalahan tersebut. Analisa data dilakukan dengan mengumpulkan data primer, sekunder dan tertier yang selanjutnya dilakukan evaluasi dan analisa secara kualitatif untuk membahas permasalahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlakun dibidang perbankan dan hukum perjanjian dengan metode deduktif. Uraian hasil analisa dideskripsikan secara kualitatif dengan menggunakan interpretasi dan logika hukum sehingga memperoleh gambaran baru atau menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dalam menjawab permasalahan dan membuat kesimpulan serta saran yang bermanfaat.


(17)

ii

dialihkan atas nama PT sebagai debitur baru melalui suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).


(18)

iii

of the business itself should be paid attention to.

Business activity is the one without limited development and will keep developing from time to time. In the development of the business, the entity supporting and sponsoring the business also makes progress in line with the velopment of the business activity itself. Commencing from individual company, the business changes into a firm, comanditer company (CV), and then a legal business entity such as limiuted liability company (PT). In the development the business activitiy, the companies always need supplementary capital to develop/extend their business networks. In general, the businessmen will apply for supplementary working 0capital in the forms of credit facilities from the financial institution such as the bank. To get the credit from a bank, certain administrative provision and requirement is needed. If the credit applied by the businessmen is big enough, the bank will ask for a certain amount of movable or unmovable collateral to meet the requirements for the credit extension, besides it can also change the form of business entity from unincorporated into incorporated enterprises.

The data for this descriptive analytical study with normative juridical approach were in the forms of primary, secondary and tertiary legal materials. The data obtained were then evaluated and qualitatively analyzed to deductively discuss the problems nased on the existing regulations of legislation in banking and the law of agreement. The result of analysis was qualitatively described through legal interpretation and logic to obtain anew description or to strengthen the existing description in asnwering the problems and to dranw a conclusion and to make a useful suggestion.

The change from comanditer company (CV) into a legal business entity such as limiuted liability company (PT) against the ongoing credit agreement shall begin with the renewal of credit agreement from previous debtor (CV) to current debtor (PT) resulting in a novation (debt renewal) with a number of additional requirements such as the addition of the collateral previously given. The collateral previously given on behalf of CV shall be cancelled with the agreement of Bank BNI and is transfered on behalf of PT as current/new debtor through a General Meeting of Stockholders.


(19)

A. Latar Belakang

Setiap pengusaha pasti menginginkan perusahaannya bergerak maju, namun demikian sebelum memutuskan untuk melakukan pengembangan sebuah perusahaan hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang nantinya dapat mempengaruhi keberhasilan pengembangan perusahaan itu sendiri.

Kegiatan bisnis sejatinya merupakan bidang usaha dengan jangkauan yang (hampir) tanpa batas, semua kesempatan dapat diolah menjadi peluang bisnis. Dari aspek hukum mereka yang akan melakukan kegiatan bisnis, harus memilih bentuk usaha yang tersedia berdasarkan kerangka hukum yang ada. Dari perspektip ini, kegiatan bisnis dapat memilih wadah yaitu Perusahaan Perseorangan, Persekutuan Perdata, Persekutan dengan Firma, Perseroan Komanditer, Perseroan Terbatas, Perusahaan Umum atau Perusahaan Daerah.

Secara kategorial, bentuk usaha tersebut dapat dipilah menjadi 2 (dua) kategori, yaitu bentuk usaha yang memiliki status sebagai badan hukum (legal entity) dan bentuk usaha yang tidak berstatus sebagai badan hukum. Pemilahan ini berimplikasi juga pada kedudukan subjek hukum. Bentuk usaha yang berstatus sebagailegal entity, berkedudukan sebagai subjek hukum dengan segala akibatnya.1

1Tri Budiono,Hukum Dagang, Bentuk Usaha Tidak Bebadan Hukum, Griya Media, Salatiga,


(20)

Sebelum memilih bentuk usaha yang tersedia berdasarkan kerangka hukum yang ada para calon pebisnis terlebih dahulu merencanakan pengelolaan usahanya seperti menganalisa potensi pasar dan menganalisa kebutuhan lingkungan usaha dan menganalisa aspek aspek organisasi usaha dan administrasi usaha. Aspek organisasi Usaha meliputi tujuan dan sasaran usaha, bentuk-bentuk dan usaha dan struktur orgainisasi usaha. Sedangkan, aspek administrasi Usaha meliputi perizinan usaha dan surat menyurat, serta dokumen untuk keperluan usaha. Pemilihan bentuk badan usaha merupakan masalah yang timbul pada saat perusahan dibentuk atau bahkan sebelumnya.

“Pemilihan bentuk perusahaan perlu dilakukan dengan pertimbangan matang untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan dikemudian hari. Dengan bentuk yang jelas menurut hukum, dapat diharapkan bahwa perusahaan akan dapat dengan tegas menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan demi mencapai tujuan yang diidamkan.”2

Dalam memilih bentuk perusahaan perlu dipertimbangkan berbagai hal berikut :

a. Jenis usaha yang dijalankan (perdagangan, industri, dan sebagainya) b. Ruang lingkup usaha.

c. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha.

d. Batas-batas pertanggungjawaban terhadap utang-utang perusahaan. e. Besarnya investasi yang ditanamkan.

f. Cara pembagian keuntungan.

2M. Fuad, Christine H, Lurlela, Sugiarto, Paulus, Y.E.F,Pengantar Bisnis, Gramedia Pustaka


(21)

g. Jangka waktu berdirinya perusahaan. h. Peraturuan-peraturan pemerintah3

Pemilihan bentuk badan usaha harus disesuaikan dengan modal yang tersedia. Misalnya perusahaan perorangan pada umumnya memiliki kegiatan bersekala kecil sampai menengah, sehingga perusahaan jenis ini kurang mendapat kepercayaan dari penyedia modal, sebagai akibatnya, kemungkinan untuk memperoleh dana juga terbatas. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan yang memiliki modal besar biasanya mempunyai pilihan dan penggunaan dana yang tepat. Setelah mengetahui kelemahan dan kelebihan serta seluk beluk dari berbagai bentuk badan usaha tersebut, dapat dipilih badan usaha yang tepat dan sesuai apabila ingin membentuk suatu kegiatan usaha.

Dalam perjalanan usahanya setelah pebisnis memilih bentuk badan usaha yang tepat sesuai dengan keinginannya mengalami kemajuan usaha sesuai dengan yang diharapkannya dan berkeinginan untuk memperluas/mengembangkan usahanya kearah yang lebih maju. Akan tetapi untuk memperluas usahanya tersebut pebisnis dengan menggunakan badan usaha yang telah dipilihnya sejak awal terbentur oleh regulasi/peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dunia bisnis selalu penuh dengan perkembangan yang memerlukan respon dan pengambilan keputusan yang segera sehingga dapat mengantisipasi perubahan itu.

Perkembangan perekonomian dan perdagangan di Indonesia mengakibatkan makin banyak persoalan yang timbul di masyarakat, karena setiap orang memerlukan


(22)

uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, begitupun dengan badan usaha memerlukan uang untuk membiayai kegiatan usahanya, namun adakalanya mereka tidak mempunyai cukup uang untuk memenuhi kebutuhannya maupun untuk membiayai kegiatan usahanya tersebut. Bentuk-bentuk badan usaha (business organization) yang dapat dijumpai di Indonesia sekarang ini demikian beragam jumlahnya.

Bentuk badan usaha dimaksud dan yang merupakan topik dari pembahasan penelitian ini adalah badan usaha berbentuk Commanditair Venotschap (CV) yang dalam membiayai kegiatan usahanya telah memanfaatkan jasa Perbankan berupa fasilitas Kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., yang telah didudukkan di dalam perjanjian kredit. Status hukum persekutuan komanditer bukan perusahaan berbadan hukum.

“Walaupun persekutuan komanditer dalam pendiriannya memiliki unsur-unsur dan persyaratan menjadi badan hukum, persekutuan komanditer belum bisa dikatakan perusahaan berbadan hukum. Ini disebabkan tata cara pendirian persekutuan komanditer tidak ada pengakuan atau pengesahan dari pemerintah, atau lembaga institusi pemerintah yang berwenang.”4

Dalam sistem hukum Indonesia, Perseroan Terbatas, Koperasi, Yayasan, Perusahaan Umum (Perum), Perusahaan Perseroan (Persero) dan Perusahaan Daerah merupakan badan hukum dan karenanya (rechtsperson/legal entity).5 Upaya perubahan status badan usaha CV menjadi badan hukum PT merupakan salah satu strategi pengembangan usaha yang sering kali digunakan oleh pelaku bisnis untuk 4 Engga Prayogi & RN Suparman, Tanya Jawab Seputar Hukum Bisnis, Pustaka Yustisia,

Yokyakarta, 2011, hal 43.


(23)

mengembangkan usaha dalam skala yang lebih luas. Tuntutan kreatifitas ini sering kali kurang direspon oleh peraturan yang memadai. Hingga saat ini, kerangka hukum CV tidak pernah mengalami perubahan sementara itu, tuntutan aktivitas CV sudah berkembang sedemikian jauh. Akibatnya dalam praktek tidak saja menimbulkan kelemahan yuridis tetapi juga kelemahan ekonomis.6

CV Sejahtera yang berkedudukan dan berkantor pusat di Desa Pasir Jae Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan salah satu contoh nyata suatu badan usaha yang dalam tuntutan bisnisnya yang semakin berkembang akhirnya memutuskan untuk mengubah status badan usahanya dari CV menjadi PT, PT adalah salah satu bentuk perusahaan yang berbadan hukum.

Dalam ketentuan umum Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 disebutkan bahwa Perseroan Terbatas yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

“Dari bunyi Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT) Nomor 40 Tahun 2007 tersebut di atas dapat dikatakan bahwa Perseroan Terbatas adalah bentuk perusahaan yang berbadan hukum, persekutuan modal dan didirikan berdasarkan perjanjian. Modal seluruhnya terbagi dalam saham dan para pemegang saham disebut dengan istilah persero. Berbeda dengan PT, CV adalah perusahaan yang tidak berbadan hukum yang didalam KUHD dikenal

6Wawancara dengan Relationship Manager, Sdr. Des Alwi Ginting, Sentra Kredit Menengah


(24)

dengan istilah Perseroan Komaditer atau Commanditaire Vennoatschap atau

Partenership With Sleeping Partners.”7

Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa Perseroan Komaditer (CV) adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldschuter) pada pihak yang lain. Adapun dasar pikiran dari pembentukan Perseroan Komanditer (CV) tersebut ialah seorang atau lebih mempercayakan uang atau barang untuk digunakan didalam perniagaan atau lain perusahaan kepada seorang lainnya atau lebih yang menjalankan perusahaan itu sejalan yang pada umumnya berhubungan dengan pihak ketiga. Karena itu pula si pengusaha bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga dan tidak semua anggotanya yang bertindak keluar. Perseroan Komanditer adalah suatu perseroan yang tidak bertindak di muka umum. Dalam Perseroan Komanditer (CV) seorang atau lebih dan anggota-anggota CV tersebut/si pemberi uang telah menjadi pimpinan perusahaan maupun bertindak terhadap pihak ketiga. Mereka hanya sekedar menyediakan sejumlah modal bagi anggota atau anggota-anggota lainnya menjalankan perseroan komanditer tersebut. Para persero sebagai pemberi uang yang terdiri di belakang layar dari badan usaha CV juga turut memperoleh bagian dalam keuntungan dan turut pula memikul kerugian yang diderita CV seperti para persero biasa, akan tetapi tanggung jawabnya terbatas dalam CV, mereka tidak akan memikul 7CST Kansil, Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum dalam Ekonomi), Pradinya


(25)

kerugian yang melebihi dari modal yang disetorkan. Persero di belakang layar itu disebut anggota pasif atau komanditaris, yang disebut sleeping part news (still venoot), sedangkan para anggota yang memimpin CV dan bertindak keluar adalah anggota-anggota aktif yang disebut persero pengurus atau persero pemimpin atau juga disebut komplementaris.

Perubahan status badan usaha dari CV Sejahtera menjadi PT Sinar Halomoan yang berkedudukan di Pasir Jae Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan tersebut sehubungan dengan adanya pengembangan jenis usaha yang membutuhkan perusahaan yang berbadan hukum untuk dapat merealisasikannya. Pengembangan jenis usaha yang dimaksud adalah pengajuan permohonan Hak Guna Usaha (HGU) atas lahan seluas 196 Ha yang akan dijadikan area bertanam kelapa sawit. Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960 pasal 28 ayat (1) berbunyi : “Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan.

Pasal 28 ayat (2) UUPA Nomor 5 Tahun 1960 berbunyi : “Hak guna usaha diberikan atas tanah yang hasilnya paling sedikit 5 (lima) hektar, dengan ketentuan jika hasilnya 25 (dua puluh lima) hektar atau lebih, harus memakai investasi modal yang layak dan teknik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan zaman. Pasal 30 ayat (1) UUPA Nomor 5 Tahun 1960 berbunyi, “Yang dapat mempunyai hak guna usaha ialah :


(26)

b. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia”.

Dengan adanya ketentuan dari Pasal 30 ayat (1) UUPA Nomor 5 Tahun 1960 tersebut di atas maka CV Sejahtera sebagai perusahaan yang tidak berbadan hukum tidak dapat memiliki HGU. Oleh karena itulah diambil suatu keputusan oleh para persero tersebut untuk meningkatkan status badan usaha CV. Sejahtera, yang sebelumnya telah didirikan badan hukum PT, dimana kedudukan dari kantor perusahaan sama-sama terletak di Desa pasir Jae Kecamatan Sosa Kabupaten Tapanuli Selatan. Kepentingan pengembangan dan perluasan bisnis yang dilakukan oleh CV Sejahtera, mewajibkan para persero mengubah status badan usahanya dan CV menjadi PT, sehingga perluasan bisnis dalam bidang usaha pertanian (pertanian kelapa sawit) dengan memohon lahan HGU seluas 196 Ha dapat terealisasikan.

Sebagai pengusaha terkadang terbentur permasalahan modal usaha, problem ini adalah masalah khas semua pengusaha bahkan pengusaha besar sekalipun. Pengajuan kredit adalah salah satu jalan yang dapat ditempuh demi mengembangkan usaha bahkan menyelamatkan usaha. Pada dasarnya fungsi pokok dari kredit adalah untuk pemenuhan jasa pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat (to service the society) dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, pruduksi dan jasa-jasa bahkan konsumsi yang kesemuanya itu ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup manusia.

Kredit merupakan suatu fasilitas keuangan yang memungkinkan seseorang atau badan usaha untuk meminjam uang untuk membeli produk dan membayarnya


(27)

kembali dalam jangka waktu yang ditentukan. UU No. 10 Tahun 1998 Pasal 1 ayat (11) menyebutkan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk meluna si utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Dalam memberikan jasanya kepada masyarakat, Bank senantiasa mendasarkan kepada perikatan yang dilakukan antara Bank dengan nasabahnya. Perikatan ini pada umumnya berupa perjanjian yang dibuat secara tertulis, misalnya Perjanjian Kredit.8 Perjanjian kredit merupakan perjanjian antara Bank dengan debitur untuk memberikan pinjaman sejumlah dana kepada debitur. Perjanjian Kredit ini merupakan suatu dasar hukum dalam hal penyaluran kredit perbankan, perjanjian kredit juga merupakan bentuk pengamanan yang sangat penting guna mencegah resiko kerugian yang mungkin timbul dari penyaluran kredit.

Dari pengertian kredit seperti tersebut di atas, maka dapat dilihat terdapatnya beberapa unsur kredit sebagai berikut :

a. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan nasabah debitur yang disebut dengan perjanjian kredit;

b. Adanya para pihak yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan pinjaman, seperti bank, dan pihak nasabah debitur, yang merupakan pihak yang membutuhkan uang pinjaman/barang atau jasa.

8PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Divisi Pelatihan dan Pengembangan Jakarta, Hukum Perjanjian, Jakarta 1994, hal 1.


(28)

c. Adanya unsur kepercayaan dan kreditur bahwa pihak nasabah debitur mau dan mampu membayar/mencicil kreditnya;

d. Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak nasabah debitur; e. Adanya pemberian sejumlah/barang/jasa oleh pihak kreditur kepada pihak

debitur;

f. Adanya pembayaran kembali sejumlah uang/barang atau jasa oleh pihak nasabah debitur kepada kreditur bank disertai dengan pemberian imbalan/bunga atau pembagian keuntungan;

g. Adanya perbedaan waktu antara pemberian kredit oleh kreditur dengan pengembalian kredit oleh nasabah debitur;

h. Adanya resiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu tadi. Semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar resiko tidak terlaksananya pembayaran kembali suatu kredit.9

Berdasarkan pengertian kredit dan unsur-unsur kredit di atas, maka pada hakikatnya bahwa perjanjian kredit adalah perjanjian pinjam pakai habis yang tunduk kepada Pasal 1754 KUH Perdata, juga merupakan kelompok perjanjian khusus (bernama), perjanjian kredit merupakan perjanjian pendahuluan terhadap perjanjian pinjam pakai.10

9Munir Fuady,Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998,Buku

Kesatu, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal 7.

10Mariam Darus Badrul Zaman,Perjanjian Kredit Bank,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991,


(29)

Perubahan status badan usaha CV menjadi badan hukum PT adalah merupakan suatu fakta hukum. Fakta hukum adalah kejadian-kejadian, perbuatan/tindakan, atau keadaan yang menimbulkan, beralihnya, berubahnya atau berakhirnya suatu hak. Singkatnya fakta hukum adalah fakta yang menimbulkan akibat hukum.11 Commanditair Venotschap (CV) melalui organnya sebagai subjek hukum dalam perjanjian kredit bank oleh karena itu perjanjian kredit yang telah berlangsung dan didalam perjalanan kredit tersebut salah satu pihak (subjek hukum) berubah menjadi subjek hukum yang lain atau berbeda dalam hal ini badan hukum Perseroan terbatas (PT) tentunya akan membawa konsekwensi berupa fakta hukum yang menimbulkan akibat hukum terhadap perjanjian kredit yang sedang berlangsung.

Tanggung jawab terhadap kredit tersebut jika debiturnya adalah badan usaha CV dan didalam jangka waktu kredit yang sedang berjalan merubah statusnya menjadi badan hukum PT hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap kredit yang sedang berjalan.

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menyusun penelitian dalam bentuk Tesis dengan judul “Dampak Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap Perjanjian Kredit Yang Sedang Berjalan, Studi Pada Bank BNI”.

11Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerpannya di Bidang Kenotariatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2009, hal 3.


(30)

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana prosedur hukum perubahan status badan usaha CV menjadi PT? 2. Bagaimana akibat hukum perubahan status badan usaha CV menjadi PT terhadap

perjanjian kredit bank yang telah diikat oleh CV?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan bagian pokok ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk lebih mendalami segala aspek kehidupan, disamping itu juga merupakan sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, baik dari segi teoritis maupun praktis.12Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosedur hukum perubahan status badan usaha dari CV menjadi PT.

2. Untuk mengetahui bagaimana akibat hukum perubahan status badan usaha CV menjadi PT terhadap perjanjian kredit bank yang telah diikat oleh CV.

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini kegunaan utama dari penelitian ini diharapkan tercapai, yaitu:

1. Kegunaan secara teoritis.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai refrensi tambahan pada program studi


(31)

Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara Medan, khususnya mengenai perjanjian kredit Bank.

2. Kegunaan secara praktis.

Manfaat penelitian yang bersifat praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan masukan bagi kalangan akademisi, praktisi maupun masyarakat umumnya serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang ingin melakukan penelitian di bidang yang sama.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan, baik berdasarkan penelitian sebelumnya, khususnya pada Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara, dan sejauh yang telah diketahui bahwa belum ditemui adanya penelitian yang berkaitan dengan judul tesis ini yaitu “Kajian Yuridis Dampak Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap Perjanjian Kredit Yang Sedang Berjalan, Studi Kasus di Bank BNI” belum pernah diteliti oleh para Mahasiswa Kenotariatan yang lain, oleh karena itu penelitian ini adalah asli dan aktual sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara akademis ilmiah.

Adapun beberapa judul penelitian yang mendekati yang pernah dilakukan sebelumnya dengan judul penelitian tesis ini adalah:

1. Tesis saudara Binsar Hutabarat dengan judul “Perubahan status Perusahaan Listrik Negara dari Perum menjadi Perseroan dalam kaitannya dengan public service obligation (PSO)”.


(32)

2. Tesis saudara Frianata Felix Ginting, dengan judul: “Status Perbuatan Hukum Yang Dilakukan Organ Perseroan Terbatas Sebelum dan Sesudah Memperoleh Status Badan Hukum.”.

3. Tesis saudara Muhammad Arwan Ananda dengan judul: “Perjanjian Kredit Pada BNI Dengan Jaminan Hak Tanggungan dan Upaya penyelesaian Kredit Macet pada PT. Bank Negara Indonesia Tbk, Cabang Kabanjahe.

4. Tesis saudara Haposan Siahaan dengan judul: “Analisa Hukum Atas Klausula Pelarangan Penggantian Direksi Dan Komisaris Perseroan Terbatas Sebagai Debitur dalam Perjanjian Kredit Pada Bank.

Dari beberapa penelitian yang disebutkan diatas atau yang ada tidak ada menyebutkan objek yang diteliti adalah Subjek hukum yang berubah dalam suatu perjanjian yang telah diadakan sebelumnya, serta dampak akibat hukum dari perjanjian yang telah diadakan disebabkan perubahan atas perubahan subjek hukum, serta tempat dari penelitian yang dilakukan.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Menurut M. Solly Lubis yang menyatakan konsep teori merupakan “Kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, mengenai suatu kasus ataupun permasalahan (problem) yang bagi si pembaca menjadi bahan perbandingan, pegangan teori, yang


(33)

mungkin ia setuju ataupun tidak disetujuinya merupakan masukan eksternal bagi peneliti”.13

Kerangka teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya yang tertinggi.14 Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang demikian itulah kita merekonstruksikan kehadiran teori hukum secara jelas.15

Sebagai kerangka teori yang akan dibahas dalam tulisan ini dengan aliran hukum positif yang analistis dari Jhon Austin, Jhon Austin dengan analytical legal positivism-nya menjadi penganut utama aliran positivisme yuridis. Austin bertolak dari kenyataan bahwa terdapat suatu kekuasaan yang memberikan perintah-perintah, dan ada orang yang pada umumnya mentaati perintah-perintah itu. Tidak penting mengapa orang mentaati perintah perintah itu. Bahwa mereka mentaati karena takut, atau karena rasa hormat, atau karena merasa dipaksa, sama saja. Yang penting, faktanya adalah ada orang yang mentaati aturan itu. Kalau tidak, dijatuhkan sanksi, maka untuk dapat disebut hukum menurut Austin diperlukan adanya unsur-unsur yang berikut :

a. Adanya seorang penguasa (souvereighnity), b. Suatu perintah (command),

c. Kewajiban untuk mentaati (duty),

13M. Solly Lubis (I),Filsafat Ilmu dan Penelitian, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hal 80 14Satjipto Rahardjo,llmu Hukum,P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991, hal 254.


(34)

d. Sanksi bagi mereka yang tidak taat (sanction).16

Kedudukan Badan Usaha Commanditair Venotschap (CV) maupun Badan Hukum Perseroan Terbatas didalam Perjanjian Kredit adalah sebagai debitur sedangkan Bank kedudukannya sebagai kreditur, yang mana debitur dan kredit merupakan subjek hukum didalam suatu perjanajian kredit bank.

Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap Perjanjian Kredit yang sedang berjalan merupakan suatu peralihan debitur disebabkan Badan Usaha CV dengan Badan Hukum PT adalah merupakan subjek hukum yang berbeda.

Konsekwensi dari Perubahan Status Badan Usaha CV Menjadi Badan Hukum PT Terhadap Perjanjian Kredit yang sedang berjalan diperlukan suatu Perjanjian berupa Pembaharuan hutang, hal ini diatur Pada Buku ke III Bab ke Empat, Bagian Ketiga tentang Pembaharuan Hutang dari Pasal 1413 sampai dengan pasal 1424 KUH Perdata.

Pembaharuan hutang adalah suatu perjanjian dengan mana perikatan yang sudah ada dihapuskan dan sekaligus diadakan suatu perikatan baru.17

Karena dalam pembaruan hutang (novasi) perikatan yang lama hapus, maka pokok perikatan yang baru dapat berbeda dari pokok perikatan yang lama. Misalnya hubungan hukum antara penjual dan pembeli dalam perjanjian jual beli dirubah

16Lihat Satjipto Rahardjo,Teori Hukum,Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hal 120. 17 Mariam Darus Badrulzaman, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Soepraptomo, Faturrahman

Djamil, Taryana Soenandar,Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal 133.


(35)

menjadi perjanjian pinjam meminjam uang, artinya disini sisa pembayaran harga yang belum dibayar oleh pembeli diakui sebagai hutang dalam perjanjian pinjam meminjam uang. Namun ada kemungkinan sifat hubungan hukum antara perikatan lama yang sudah dihapus dengan perikatan baru adalah sama. Misalnya suatu perjanjian kredit dihapuskan dengan perjanjian restrukturisasi hutang. Kedua perjanjian tersebut disensusnya sama yaitu pinjam meminjam uang. Novasi yang yang disebutkan diatas adalah novasi objektif, karena perikatannya yang diperbaharui. Selanjutnya dikenal pula novasi novasi subjektif dimana terjadi kesepakatan tiga pihak antara kreditur, debitur dari pihak ketiga untuk melakukan pembaharuan hutang. Novasi subjektif dibagi atas novasi subjektif aktif dan subjektif pasif. Novasi subjektif aktif terjadi jika kreditur dalam perikatan yang lama diganti dengan pihak ketiga selaku kreditur dalam perikatan yang baru. Sedangkan dalam novasi subjektif pasif justru debitur dalam perikatan yang lama diganti oleh pihak ketiga sebagai debitur dalam perikatan baru. Dalam novasi kreditur baru tidak menempati posisi kreditur lama, demikian pula debitur baru tidak menempati posisi debitur lama, karena perikatan yang lama sudah dihapus. Pasal 1413 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) menyebutkan tiga cara untuk melaksanakan novasi yaitu :

1. Apabila seorang debitur membuat suatu perikatan utang baru bagi kreditur untuk menggantikan perikatan yang lama dihapuskan karenanya hal inilah yang disebut novasi objektif.


(36)

2. Apabila seseorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan seseorang debitur lama yang dibebaskan dari perikatannya. Hal ini disebut novasi subjektif pasif. 3. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, ditunjuk seorangkreditur baru,

untuk menggantikan kreditur lama terhadap siapa debitur dibebaskan dari perikatannya. Hal ini disebut novasi subjektif aktif.

Seandainya KUH Perdata tidak mengatur novasi, novasi tetap diperolehkan atas dasar doktrin kebebasan berkontrak, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum dan kesusilaan. Namun demikian karena dalam novasi, perikatan yang lama hapus, maka dalam perikatan baru tidak dapat diperjanjikan hak-hak istimewa yang melihat pada perjanjian yang lama, apalagi perikatan yang baru tidak selalu sama dengan perikatan yang lama.

Antara Debitur dan Kreditur didalam melakukan Perjanjian Kredit mematuhi Pasal 1320 Kitab Undang-undang Hukum Perdata disebutkan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian harus memenuhi 4 (empat) syarat yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; b. Kecakapan untuk membuat suatu pengikatan; c. Suatu hal tertentu;

d. Suatu sebab yang halal.

Kedua syarat yang pertama dinamakan syarat subjektif karena kedua syarat tersebut mengenai subjek perjanjian. sedangkan kedua syarat terakhir disebutkan


(37)

syarat objektif karena mengenai objek dari perjanjian.18Semua persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338 KUH Perdata).

Dengan istilah “secara sah” Pembentuk Undang-undang hendak menunjukkan bahwa pembuatan perjanjian harus menurut hukum. Semua persetujuan yang dibuat menurut hukum atau secara sah adalah mengikat. Yang dimaksud dengan secara sah di sini ialah bahwa perbuatan perjanjian harus mengikuti apa yang ditentukan oleh pasal 1320 KUH Perdata.19

Dalam hukum perdata, perjanjian kredit adalah termasuk dalam perjanjian tak bernama, karena tidak dikenal dalam KUH Perdata. Walaupun usianya sama dengan usia Bank, sampai saat ini belum ada ketentuan perundang undangan yang mengatur perjanjian kredit.20

Dalam praktek perbankan, yang mejadi dasar hukum perjanjian kredit adalah unsur kesepakatan (konsensualisme) yang tertuang dalam perjanjian antara bank dengan debitur. Azas kebebasan berkontrak (partij otonomos),azas itikad baik (good faith), azas setiap janji harus dipatuhi (pacta sun servanda) dan azas kehati- hatian

(prudential).21

18Mariam Darus Badrulzaman,Op.Cit, hal 23-24. 19Mariam Darus Badrulzaman,Op.Cit, hal 27.

20 Martin Roestamy, Hukum Jaminan Fidusia, PT. Percetakan Penebar Swadaya, Jakarta,

2009, hal 24.


(38)

2. Kerangka Konsepsi

Sejalan dengan landasan teori tersebut, maka dalam penulisan hukum diperlukan kerangka konsepsional. Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang ingin atau akan diteliti. Konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala itu sendiri dinamakan fakta, sedangkan konsep merupakan suatu uraian mengenai hubungan-hubungan dalam fakta tersebut.22 Kerangka konsep mengandung makna adanya stimulasi dan dorongan konseptualisasi untuk melahirkan suatu konsep baginya atau memperkuat keyakinannya akan konsepnya sendiri mengenai sesuatu permasalahan.23

Kerangka konsepsional dalam penelitian hukum, diperoleh dari peraturan perundang-undangan atau melalui usaha untuk merumuskan atau membentuk pengertian-pengertian hukum. Apabila kerangka konsepsional tersebut diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu, maka biasanya kerangka konsepsional tersebut sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu, yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisa dan konstruksi data.24

Oleh karena itu, untuk menghindarkan terjadinya perbedaan penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka dipandang perlu untuk mendefinisikan beberapa konsep penelitian agar secara operasional diperoleh

22Soerjono Soekanto,Op.Cit, hal 132. 23M. Solly Lubis (I),Op.Cit, hal 80. 24Soerjono Soekanto,Op.Cit, hal 137.


(39)

hasil penelitian yang sesuai dengan makna variabel yang ditetapkan dalam topik, yaitu :

a. Perjanjian.

Suatu peristiwa di mana dua orang atau dua pihak saling berjanji untuk melakukan suatu hal atau suatu persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing masing bersepakat akan menaati apa yang tersebut dalam persetujuan itu.25

b. Perjanjian Kredit Bank.

Perjanjian antara bank selaku kreditor dengan nasabah selaku debitor, dalam hal ini, bank menyediakan sejumlah dana tertentu untuk keperluan usaha nasabah sebagai pinjaman dan nasabah memberikan jaminan tertentu dan membayar bunga yang ditentukan jangka waktu pengembaliannya kepada bank.26

c. Badan Usaha

Suatu Badan yang menjalankan usaha/kegiatan perusahaan /kegiatan perusahaan.27

d. Bank

Badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.28

25 Hermanyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Kencana Prenada Media Group,

Jakarta, 2008, hal 71.

26Martin Roestamy,Op.Cit, hal 24.

27Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia,PT.


(40)

e. Perseroan Tebatas (PT)

Badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasrkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan pelaksanaanya.29

f. Perseroan Komanditer /Commanditaire Vennootschap(CV).

Suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang pesero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada satu pihak, dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geldschieter) pada pihak yang lain.30

g. Kredit

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.31

h. Pembaruan Utang (Novasi)

Sebuah persetujuan dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus perikatan lain harus dihidupkan , yang ditempatkan di tempat yang asli (C.

28Pasal 1 butir 2 UU No. 10 Tahun 1998. 29Pasal 1 butir 1 UU No. 40 Tahun 2007. 30Pasal 19 KUH Dagang.


(41)

Asser’s 1991 : 552), Suatu Perjanjian karena dimana sebuah perjanjian yang akan dihapuskan, dan seketika itu juga timbul sebuah perjanjian baru (Vollmar, 1983:237)32

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Untuk membahas dan menjawab permasalahan dalam penelitian tesis ini, maka sifat penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitis, yang dimaksud adalah berusaha untuk menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis akibat hukum perubahan status badan usaha CV menjadi badan usaha PT, hambatan yang ditemui para persero dalam perubahan status badan usaha CV menjadi badan usaha PT dan bagaimana akibat hukum perubahan status badan usaha CV menjadai badan usaha PT terhadap jaminan yang telah diberikan dalam perjanjian kredit sebelumnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan masalah badan usaha. Perjanjian kredit, hak tanggungan dan jaminan fidusia.33

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normative, dimana pendekatannya terhadap permasalahan dilakukan dengan mengkaji ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai perjanjian kredit perbankan, badan usaha, hak tanggungan, jaminan fidusia dan bahan hukum lainnya yang mendukung pembaharuan permasalahan dalam penelitian ini.

32Salim HS,Hukum Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal 168.

33 Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993,


(42)

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini diperoleh dengan mengumpulkan data dari bahan hukum primer yang berupa norma/peraturan dasar dan peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini bahan hukum primer adalah KUH Perdata, KUH Dagang, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), peraturan tentang pemberian kredit perbankan yaitu Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Undang-Undang Hak Tanggungan (UUHT) Nomor 4 Tahun 1996, Undang Jaminan Fidusia (UUJF) Nomor 42 Tahun 1999 dan Undang-Undang Pokok Agraris (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960. Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang memberikan penjelasan pendukung dari bahan hukum primer yang berupa buku, hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah, buku tentang hukum perbankan dan perjanjian kredit perbankan khususnya. Dan bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, kamus umum, Ensiklopedia dan lain sebagainya.

3. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research). Alat pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan studi dokumen untuk memperolah data sekunder dengan membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi dan menganalisa data primer, sekunder maupun tertier yang berkaitan dengan penelitian ini. Disamping itu penelitian ini juga dilaksanakan dengan melakukan wawancara langsung dengan pimpinan kredit PT.


(43)

Bank Negara Indonesia Persero (Tbk) dan juga pimpinan Badan Usaha yang menjadi debitur (penerima fasilitas kredit) dan PT. Bank Negara Indonesia Persero (Tbk) yang dalam penelitian ini memiliki kapasitas sebagai informasi dan nara sumber.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan menggunakan data dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan suatu hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.34Di dalam penelitian hukum normative, maka maksud pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasiterhadap bahan-bahan hukum tertulis, sistematisasi yang berarti membuat klasifikasi terhadap bahan hukum tertulis tersebut untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.35Sebelum dilakukan analisis, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dan evaluasi terhadap semua data yang dikumpulkan untuk mengetahui validasinya. Setelah itu keseluruhan data tersebut akan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, dengan tujuan untuk memperoleh jawaban yang baik pula.

Dalam penelitian ini bahan-bahan hukum tertulis yang digunakan adalah akta perjanjian kredit (notaris), akta pendirian badan-badan usaha (notaris), akta pengalihan asset badan usaha CV kepada badan usaha PT (notaris), akta persetujuan dan kuasa (notaris) dan karya ilmiah yang diberi hubungan dengan dalam penelitian ini, yang dijadikan pedoman untuk menghasilkan jawaban selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

34Bambang Sunggono,Metode Penelitian Hukum,Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, Hal

106.


(44)

BAB II

PROSEDUR HUKUM PERUBAHAN STATUS DARI BADAN USAHA CV MENJADI BADAN HUKUM PT

A. PengertianCommanditaire Vennootschap(CV) sebagai Badan Usaha

Bentuk badan usaha commanditaire vennootschap (CV) tidak diatur secara tersendiri dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) melainkan di gabungkan bersama-sama dengan peraturan-peraturan mengenai Badan Usaha berbentuk Firma (Fa). Pasal 19 KUHD menyebutkan bahwa Perseroan Komanditer atau commanditaire vennootschap (CV) adalah suatu perseroan untuk menjalankan suatu perusahaan yang dibentuk antara satu orang atau beberapa orang persero yang secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya (tanggung jawab solider) pada satu pihak dan satu orang atau lebih sebagai pelepas uang (geld schieter)pada pihak yang lain. Adapun dasar pikiran dan pembentukan perseroan ini adalah seorang atau lebih mempercayakan uang atau barang untuk digunakan di dalam perniagaan atau lain perusahaan kepada seorang lainnya atau lebih yang menjalankan perusahaan itu saja yang pada umumnya berhubungan dengan pihak-pihak ketiga, karena itu pula si pengusaha bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pihak ketiga, dan tidak semua anggotanya yang bertindak keluar.

Perseroan Komanditer (CV) adalah suatu perseroan yang tidak bertindak di muka umum. Dalam CV, seorang atau lebih dari anggota-anggotanya (sipemberi uang) tidak menjadi pimpinan perusahaan maupun bertindak terhadap pihak ketiga. Mereka ini hanyalah sekedar menyediakan sejumlah modal bagi anggota atau


(45)

anggota-anggota lainnya yang menjalankan CV tersebut. Para persero yang memberi uang yang berdiri di belakang layar perseroan itu juga turut memperoleh bagian dalam keuntungan dan turut pula memikul kerugian yang diderita CV seperti para persero biasa, akan tetapi pertanggung jawabannya terbatas dalam CV. Mereka tidak akan memikul kerugian yang melebihi modal yang disetorkan. Persero di belakang layar tersebut disebut anggota pasif atau komanditaris yang disebutsleeping partners (still vennot), sedangkan para anggota yang memimpin perseroan dan bertindak keluar adalah anggota-anggota aktif yang disebut persero pengurus atau persero pemimpin atau juga disebut komplementaris.36 Apabila terdapat lebih dari satu persero pengurus, maka berhadapan dengan perseroan rangkap, yaitu suatu perseroan Firma antara persero-persero pengurus, dan perseroan komanditer antara peserta pengurus dan para komanditaris.

Pasal 19 ayat (1) KUHD menggunakan istilah geldschieters terhadap pesero pesero yang hanya memasukkan uang atau barang dan tidak ikut dalam pengurusan atau pesero komanditer dapat menimbulkan salah paham sehingga menimbulkan pembahasan khusus untuk memungkinkan mengadakan perbedaan antar istilah “commmanditaire dan istilah geldschiters, seperti apa yang dikemukan oleh undang-undang tersebut37

Pasal 1759 KUH Perdata berbunyi : “Orang yang meminjamkan tidak dapat meminta kembali apa yang telah dipinjamkannya sebelum lewatnya waktu yang ditentukan dalam perjanjian.” Pasal 1960 KUH Perdata berbunyi : “Mereka yang disebutkan dalam pasal yang lalu dapat memperoleh hak milik dengan jalan daluarsa, jika alas hak penguasaan mereka telah berganti, baik karena suatu sebab yang berasal

36Abdul R Salman,Hukum Bisnis Untuk Perusahaan,Prenada Media, Jakarta, 2005, hal 6. 37Said Natzir,HukumPerusahaan di Indonesia,Alumni, Bandung, 1987, hal 193.


(46)

dari seorang pihak ketiga, maupun karena pembantahan yang mereka lakukan terhadap haknya si pemilik”, yang dimaksud dengan pasal yang lalu dalam Pasal 1960 KUH Perdata tersebut adalah Pasal 1959 KUH perdata yang berbunyi : “Mereka yang menguasai sesuatu kebendaan untuk seorang lain, begitu pula ahli warisnya orang-orang itu”. Tak sekali-kali dapat memperoleh sesuatu dengan jalan daluwarsa meskipun dengan lewatnya waktu yang berapa saja lamanya. Demikian pun seorang penyewa, seorang penyimpan, seorang penikmat hasil, dan segala orang lain yang memegang suatu benda berdasarkan suatu perjanjian dengan si pemiliknya, tidak dapat memperoleh benda itu dengan jalan daluwarsa”.

Sukardono mempergunakan istilah mempercayakan uang untuk istilah

geldschiters, karena yang dimaksud oleh masing-masing ialah menyerahkan hak milik atas modal yang bersangkutan kepada pesero-pesero komplementer, jadi modal itu selama berjalannya CV tidak dapat ditarik kembali, melainkan baru debitur penyelesaian CV setelah pemecahannya, apabila ternyata ada sisa yang menguntungkannya. Persero selama berjalannya usaha CV tersebut hanya berhak atas penerimaan bagiannya dalam keuntungan yang diperoleh, tetapi ia mungkin juga dibebani pula dengan membayarkan bagiannya dalam kerugian yang diderita oleh CV. Hal ini tersimpul dalam asas pembiayaan bersama untuk menjalankan perusahaan yang dilakukan oleh anggota-anggota komplementer persero-persero pengurus.38


(47)

Mengingat hubungan dengan pihak ketiga dalam suatu badan usaha berbentuk CV, hanyalah persero-persero pengurus yang menjalankan perusahaan dan bertindak keluar, serta terikat kepada pihak ketiga, sebaliknya para komanditaris yang mempunyai hubungan dengan pihak ketiga, mereka yang menjalankan perusahaan mempunyai tangung jawab penuh dan dapat disamakan dengan kedudukan para peserta perseroan Firma (Fa).

Jadi apabila CV mempunyai banyak utang sehingga jatuh pailit misalnya, dan apabila harta benda perseroan tidak mencukupi untuk pelunasan utang-utangnya, maka harta benda pribadi persero pengurus itu dapat pula dipertanggung jawabkan untuk melunaskan hutang CV. Sebaliknya para komanditaris paling tinggi hanya akan kehilangan jumlah uang yang disetorkan, sedangkan harta benda pribadinya tidak dapat diganggu gugat. Adapun tanggung jawab penuh yang dibebankan pada persero pengurus adalah berdasarkan pendapat bahwa baik buruknya, maju mundurnya perusahaan itu adalah bergantung pada usaha dan pimpinan mereka sendiri.

Keadaan demikian akan berubah, apabila seorang komanditer turut campur tangan dalam penyelenggaraan dan penyusutan perseroan ataupun apabila ia mengijinkan namanya dipakai dalam nama firma, yang dipakai sebagai nama firma oleh persero-persero pengurus. Dalam melakukan tindakan demikian itu akan menimbulkan kesan kepada pihak ketiga, seakan-akan ia juga menjadi anggota pengurus yang bertanggung jawab, untuk menghindarkan pihak ketiga akan mendirikan kewajiban oleh tindakan-tindakan demikian, maka dalam Pasal 21 KUHD ditentukan, bahwa tiap-tiap persero CV yang ikut melakukan perbuatan-perbuatan


(48)

pengurus atau bekerja dalam perusahaan CV ataupun mengizinkan pemakaian namanya dalam Firma adalah secara tanggung menanggung bertanggung jawab untuk seluruhnya atas segala utang dan segala perikatan dari CV tersebut (tanggung jawab solider).

“Dengan demikian seorang komanditaris yang bertingkah laku sebagai anggota pengurus mempunyai tanggung jawab seperti anggota pengurus terhadap pihak ketiga dan pertanggung jawaban ini diperluas juga terhadap persetujuan-persetujuan yang diadakan komanditaris dalam penyelenggaraan perusahaan CV tersebut, dan terhadap persetujuan-persetujuan yang masih akan diadakan.”39

Walaupun demikian komanditaris tanpa melepaskan kedudukannya dapat menuntut untuk mengawasi tindakan-tindakan para anggota pengurus ataupun mereka ini tidak boleh bertindak tanpa ijinnya. Bagi perusahaan CV juga adanya sleeping partners, ini adalah memberikan kemungkinan untuk mengumpulkan lebih banyak modal dari pada sistem perseroan Firma. Hal ini disebabkan ada orang yang mempunyai waktu ataupun tidak ada bakat untuk berusaha, tidak dapat turut aktif dalam sesuatu perusahaan, maka bentuk perusahaan CV lah yang memberi kemungkinan pada orang-orang tersebut untuk turut berusaha walaupun hanya pasif saja. Pembagian untung rugi diatur dalam peraturan CV, mengingat reaksi dari tanggungjawab yang dipikul pada peserta aktif, maka tidaklah mengherankan apabila pembagian untung rugi itu diatur sesuai serta sebanding dengan tanggungjawab tersebut.

Perusahaan CV mempunyai kekayakan tersendiri yang pada pembagian untung rugi dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk mendirikan 39Sentosa Sembiring,Hukum Dagang,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006, hal 9.


(49)

badan usaha berbentuk CV, tidaklah memerlukan suatu faslitas dan karenanya dapat dilakukan dengan lisan atau tulisan. Kalau dibuat secara tertulis dalam bentuk surat, maka hal tersebut dapat dibuat dalam bentuk akta otentik ataupun data di bawah tangan dalam mana diatur organisasi perusahaan CV itu begitu juga hak-hak dan kewajiban para anggotanya.40

Dalam praktek perniagaan di Indonesia saat ini, perjanjian untuk medirikan suatu perusahaan dengan bentuk CV dibuat dalam bentuk akta otentik notaris untuk lebih memperkuat kedudukan hukum para pihak yang mendirikan CV tersebut sekaligus pula untuk memperkuat kedudukan hukum dan Badan Usaha CV tersebut.

Persekutuan Komanditer (CV) berdasarkan jenisnya dapat dibagi kedalam 3 (tiga) jenis yaitu :

a. CV diam-diam yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang belum menyatakan diri secara terbuka sebagai CV, bagi pihak luar jenis usaha ini masih dianggap sebagai usaha dagang biasa. Akan tetapi secara intern diantara para pemilik modal dalam usaha dagang tersebut telah ada pembagian dan wewenang yang berkaitan dengan tanggungjawab hukum.

b. CV terang-terangan yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang telah menyatakan diri secara terang-terangan dan terbuka kepada pihak ketiga. Hal ini terlihat dengan dibuatnya akta pendirian CV oleh notaris dan akta pendirian tersebut didaftarkan di dalam daftar perusahaan.

c. CV dengan saham, yaitu suatu badan usaha berbentuk CV yang karena masalah kekuarngan modal usaha memasukkan para komanditaris (penanaman modal) pengurus pasif yang menanamkan modalya ke dalam CV tersebut yang


(50)

menjadikan penanaman modal tersebut memperoleh kepemilikan satu atau beberapa saham terhadap perusahaan CV tersebut.41

CV Sejahtera didirikan dengan akta Notaris Indra Syarif Halim pada Tanggal 18 Agustus 2004, berkedudukan dan berkantor pusat di Desa Pasar Jae, Kecamatan Sosa, Kabupaten Tapanuli Selatan, tujuan didirikanya CV adalah :

a. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha perdagangan minyak dan gas pada umumnya, SPBU temasuk import dan export interent sulair dan lokal, baik atas perhitungan sendiri maupun atas tanggungan pihak lain secara komisi serta bertindak sebagai komisioner dan perwakilan-perwakilan perusahaan lain dalam segala bidang usaha,

b. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha pemborongan (kontraktor), perencanaan bangunan kontraktor melaksanakan atau buruh melaksanakannya, pemasangan instalasi-instalasi, mesin-mesin, listrik, air leding, telekomunikasi, pembuatan jalan-jalan, jembatan-jembatan, irigasi, parit-parit dan segala sesuatu lainnya dalam bidang pembangunan,

c. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha perkebunan, pertanian, peternakan, perikanan dan pertambangan,

d. Berusaha dalam bidang transportasi angkutan, barang umum, penumpang di darat, sungai serta menjalankan ekspedisi satu dan lainnya dalam bidang pengangkutan,


(51)

e. Berusaha dalam bidang peternakan, pertanian, perkebunan rakyat, hasil laut dan industri serta segala sesuatu yang berkembang dengan itu,

f. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha di bidang perumahan (real estate), g. Berusaha dalam bidang jasa telekomunikasi,

h. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha industri pada umumnya dan industri ruangan(home industri)maupun industri berat dari segala jenis barang, i. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha percetakan, offset, penjilitan dan

alat-alat kantor,

j. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha perbengkelan, pembubutan,

doorsmer, serta usaha-usaha kerajinan tangan,

k. Mengusahakan dan menjalankan usaha-usaha pertamanan pengadaan/penyediaan tempat-tempat rekreasi.

Akta notaris pendirian CV bernomor 19 tersebut didirikan oleh Rajamin Hasibuan dan Putra Mahkota Alam Hasibuan. Dalam anggaran dasar CV dinyatakan bahwa perseroan CV hanya dapat dibubarkan sewaktu-waktu apabila para persero semuanya menghendaki pembubaran itu. Pembubaran perseroan CV tidak mengurangi hak dari masing-masing persero untuk keluar dari perseroan ini pada tiap-tiap akhir tahun buku, dengan ketentuan memberitahukan kehendak itu pada persero lainnya sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sebelum itu (surat tercatat tertulis), Rajamin Hasibuan dan Putra Mahkota Alam Hasibuan adalah pendiri sekaligus pula adalah para pesero pengurus yang bertanggungjawab sepenuhnya atas dan terhadap perseroan CV, sedangkan peseroan komanditer akan diangkat kemudian Perseroan


(52)

Komanditer hanya turut bertanggungjawab hingga jumlah pemasukkannya dalam perseroan. Modal dalam perseroan CV hanya dapat dimiliki oleh warga negara Indonesia dan tidak ditentukan besarnya dan setiap waktu harus ternyata dalam buku-buku perseroan.

Perseroan CV ini diurus dan dipimpin oleh para persero pengurus Rajamin Hasibuan sebagai Direktur dan Putra Mahkota Alam Hasibuan sebagai Direktur dan Wakil Direktur. Dalam anggaran dasar CV dinyatakan bahwa Direktur dan Wakil Direktur baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri berhak dan berkuasa mewakili perseroan dimanapun juga dan terhadap siapa saja, baik di dalam maupun di luar pengadilan, mengikat orang lain dengan perseroan atau perseroan dengan orang lain dari dan menjalankan pekerjaan itu ia berhak melakukan dan atas nama perseroan segala tindakan pemilikan dan segala tindakan pengurusan termasuk juga untuk meminjam uang atau menjalankan uang perseroan, memperolah, melepaskan dan atau membebani harta tidak bergerak dan/atau inventaris untuk dan/atau kepunyaan perseroan, mengikat perseroan sebagai penjamin, menggadaikan atau dengan cara lain mempertanggungkan (menyerahkan sebagai jaminan) kekayaan perseroan. Persero pengurus berhak mengangkat seorang kuasa atau lebih untuk mewakili perseroan dan memberikan kepada ia/mereka kuasa tertentu yang terpisah dari akta pendirian CV ini. Bilamana salah seorang persero meninggal dunia, maka perseroan tidak berakhir, akan tetapi dijalankan oleh para persero lainnya bersama-sama dengan para ahli waris dari persero yang meninggal dunia itu yang dalam perseroan ini diwakili oleh salah seorang dari mereka atau oleh seorang kuasanya, kecuali bila para


(53)

ahli waris itu menyatakan bahwa mereka tidak menghendaki meneruskan perseroan itu, perseroan CV berakhir bila salah seorang persero keluar/meninggal dunia dan para ahli waris persero yang meninggal tersebut menyatakan keinginannya untuk tidak meneruskan perseroan tersebut. Bila mana salah seorang persero dinyatakan pailit, berada di bawah pengawasan atau karena apapun juga tidak berhak lagi mengurus dan menguasai kekayaannya, maka persero tersebut telah dianggap keluar dari perseroan.

Dalam hal tersebut di atas, maka perusahaan perseroan boleh diteruskan oleh persero lainnya dengan nama yang sama dan mengambil alih segala kekayaan dan beban-beban perseroan yang keluar kepada ahli waris persero yang meninggal atau kepada wakilnya menurut hukum dari perseroan yang dinyatakan pailit atau ditaruh dibawah pengampunan itu selama 3 (tiga) bulan, sesudahnya bagian perseroan yang bersangkutan dalam perseroan maupun karena laba yang belum dibagi atau karena apapun juga, akan tetapi dengan kewajiban membayar kepada wakil menurut hukum dari persero yang bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sesudahnya bagian persero itu dalam perseroan perhitungan bagian itu harus didasarkan atas angka-angka dari daftar perhitungan yang berakhir pada hari persero yang bersangkutan dianggap keluar dari perseroan.

B. Perseroan Terbatas (PT) Sebagai Perusahaan Berbadan Hukum

Tidak dapat dipungkiri pada saat sekarang ini sebagian besar badan usaha yang berdiri dan menjalankan usaha di Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas,


(54)

selanjutnya akan disingkat dengan istilah PT.42 Ada beberapa faktor atau alasan mengapa seorang pengusaha memilih perseroan terbatas untuk menjalankan usaha dibandingkan dengan bentuk perusahaan lain seperti Persekutuan Perdata, Koperasi, Firma maupun CV. Alasan tersebut antara lain :

a. Semata-mata untuk mengambil manfaat karakteristik pertanggung jawaban terbatas.

b. Manakala diperlukan kelak mudah melakukan transformasi perusahaan. c. Alasan fiskal.43

PT adalah perusahaan berbadan hukum yang barmakna bahwa perusahaan PT adalah subjek hukum, dimana PT sebagai sebuah badan usaha yang dapat dibebani hak dan kewajiban seperti halnya manusia pada umumnya. Badan hukum berarti orang (person) yang sengaja diciptakan oleh hukum sebagai badan hukum, PT mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan pengurusnya. Badan hukum sebagai subjek hukum mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana manusia, dapat mengingat dan dapat digugat serta mempunyai harta kekayaan sendiri, dalam melakukan kegiatan yang dilihat bukan perbuatan pengurus atau pejabatnya, tetapi yang harus dilihat adalah PT sebagai badan hukum, karena pertanggungjawaban adalah perusahaan PT sebagai badan hukum (legal entity). Dalam hal ini tanggungjawab PT diwakili oleh Direksinya sebagai suatu badan hukum, PT mempunyai unsur-unsur sebagai berkut :

42

Rudy Prasetio,Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas,Citra Aditya Bakt, Bandung, 2010, hal 15.

43


(55)

a. Organisasi yang teratur, b. Harta kekayaan tersendiri,

c. Melakukan hubungan hukum sendiri, d. Mempunyai tujuan sendiri.44

Unsur utama dari Badan Hukum yaitu memiliki harta sendiri yang terpisah dari pemegang saham sebagai pemilik, karakteristik yang kedua dari badan hukum adalah tanggungjawab terbatas dari pemegang saham sebagai pemilik perusahaan dan pengurus perusahaan. Prinsip tersebut melindungi asset perusahaan dari kreditur pemegang saham, sebaliknya tanggungjawab terbatas melindungi asset dari pemilik perusahaan yaitu pemegang saham perusahaan dari klaim para kreditur perusahaan yang bersangkutan.

Tanggungjawab terbatas artinya kreditur dalam melakukan klaim terbatas hanya kepada asset yang menjadi milik pemegang saham dan pengurus perseroan. Pembatasan tanggungjawab pemilik dan pengurus membedakan perseroan dari bentuk organisasi perusahaan lainnya yang tidak berbadan hukum.45

Ciri-ciri dari PT sebagai sebuah badan hukum adalah :

a. Memiliki kekayaan sendiri yang terpisah dari kekayaan orang-orang yang menjalankan kegiatan dari badan hukum tersebut.

b. Memiliki hak-hak dan kewajiban yang terpisah dari hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang-orang yang menjalankan kegiatan badan hukum tersebut.

c. Memiliki tujuan tertentu.

44Jamhur,Organisasi Perusahaan,Pustaka Ilmu, Jakarta, 2011, hal 6.

45 Erman Rajagukguk, Butir-butir Hukum Ekonomi,Lembaga Studi Hukum dari Ekonomi,


(56)

d. Berkesinambungan (memiliki kontinuitas) dalam arti keberadaannya tidak terikat pada orang-orang tertentu, karena hak-hak dan kewajiban-kewajibannya tetap ada meskipun orang-orang yang menjalankannya berganti.46

Kehadiran PT dalam kehidupan masyarakat Indonesia sudah dikenal jauh sebelum zaman kemerdekaan. Istilah PT yang digunakan sekarang ini, dulu dikenal dengan istilah Naamloze Vennotschap disingakat NV. Sebelumnya sudah ada ketentuan mengenai PT peninggalan zaman Hindia Belanda, sebagaimana yang termuat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (Wetboek Van Koop Handel) tahun 1847 Nomor 23 dalam buku satu artikel ketiga bagian ketiga, mulai dari Pasal 36 sampai dengan Pasal 56. Perubahan KUHD ini dilakukan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1971. Selain itu masih ada pula badan hukum lain sebagaimana diatur dalam Maskapai Andil Indonesia (ordonantis opde Indonesische Mattschappij op Andelin, staatsblaad 1939-569 jo 717). Kedua peraturan tersebut merupakan peraturan yang sudah lama dan sudah tidak sesuai dengan tuntutan perubahan, terutama dengan adanya berbagai perubahan dalam lalulintas perekonomian, baik itu dalam lalulintas perekonomian nasional maupun dalam lalulintas perekonomian antar negara (internasional). Hal ini antara lain dapat dilihat dari pertimbangan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang perseroan terbatas (PT).

Pertimbangan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 pada waktu itu ada 4 (empat) hal yaitu :


(57)

a. Bahwa peraturan tentang PT sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan ekonomi dan dunia usaha yang semakin pesat baik secara nasional maupun internasional.

b. Bahwa PT sebagaimana diatur dalam KUHD, hingga saat ini masih terdapat badan hukum lain dalam bentuk meskapai andil Indonesia.

c. Dalam rangka menetapkan kesatuan umum, untuk memenuhi kebutuhan hukum baru yang dapat lebih memacu pembangunan nasional, serta untuk menjamin kepastian dan penegakan hukum, dualisme pengaturan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu ditiadakan dengan mengadakan pembaharuan tentang PT. d. Bahwa pembaharuan pengaturan tentang PT sebagaimana dimaksud dalam huruf

c, harus merupakan penegakan asas kekeluargaan menurut dasar-dasar demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.47

Setelah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 berlaku selama kurang lebih 12 (dua belas) tahun, seiring dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha, kehadiran Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 dirasakan sudah tidak lagi sepenuhnya dapat memberikan pelayanan yang maksimal bagi para pelaku usaha dalam melakukan aktivitasnya, sejumlah pihak mengemukakan gagasan untuk mengadakan perubahan terhadap pasal-pasal tertentu dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995. Perlunya perubahan terhadap Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995

47Muhammad Indra, Perseroan Terbatas (Sejarah dan Perkembangannya), Media Citra


(58)

dapat dilihat dari pertimbangan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 huruf d yang menyebutkan bahwa Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang PT dipandang sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan hukum dan kebutuhan masyarakat, sehingga perlu diganti dengan Undang yang baru. Masih dari Undang-Undang Nomr 40 Tahun 2007 adalah :

a. Mempersingkat waktu, b. Menyederhanakan prosedur, c. Menyederhanakan syarat, d. Menyederhanakan biaya.48

Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 telah diakomodasi berbagai perkembangan yang terjadi dalam aktivitas usaha dengan cara baik berupa penambahan ketentuan baru, perbaikan, penyempurnaan maupun mempertahankan. Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 yang dinilai masih relevan dengan keadaan saat ini untuk lebih memperjelas hakekat perseroan, berikut ini adalah ketentuan-ketentuan baru yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, yang sebelumnya belum diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 yaitu :

1. Penyederhanaan Anggaran Dasar PT

Pada prinsipnya, anggaran dasar PT tidak “menyalin” apa yang sudah diatur dalam UUPT. Artinya, anggaran dasar PT hanya memuat hal-hal yang sudah

48 Harry Atmaja,Implementasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,Mitra Media Ilmu, Jakarta, 2011, hal 9.


(59)

merupakan aturan baku, tidak lagi dituangkan dalam Anggaran Dasar PT. Contohnya adalah kewajiban untuk mendapatkan persetujuan RUPS, dalam hal menjaminkan asset Perseroan yang jumlahnya merupakan sebagian besar harta kekayaan Perseroan dalam 1 (satu) tahun buku (Pasal 102).

Proses pengajuan pengesahan, pelaporan dan pemberitahuan melalui sistem elektronik yang diajukan pada Sistem Administrasi Badan Hukum (yang dalam istilah Departemen Hukum dan HAM. FIAN 1 (untuk pendirian), FIAN 2 (untuk perubahan anggaran dasar yang membutuhkan pelaporan, FIAN 3 (untuk perubahan anggaran dasar yang hanya membutuhkan pemberitahuan).

2. Batas Waktu Pengesahan Akta Pendirian PT

Menurut UU No. 40 tahun 2007 permohonan untuk memperoleh keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum, harus diajukan kepada Menteri Hukum dan HAM, paling lama 60 (enam puluh) hari terhitung sejak tanggal akta pendirian ditandatangani, dilengkapi dengan dokumen pendukung. Dalam hal perrnohonan untuk memperoleh keputusan Menteri tidak diajukan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari, akta pendirian menjadi batal dan perseroan yang belum menjadi badan hukum bubar karena hukum dan pemberesannya dilakukan oleh pendiri.

3. Pengesahan dan Perubahan Anggaran Dasar Secara Elektronik

Dalam rangka memberikan pelayanan yang cepat dan sederhana untuk menjamin kepastian hukum kepada masyarakat, maka diadakan perubahan terhadap tata cara permohonan dan pemberian pengesahan status badan hukum pendirian


(60)

perseroan terbatas, yang ditetapkan dengan menggunakan sistem elektronik.49 Tata cara yang sama juga berlaku untuk pengajuan permohonan persetujuan perubahan anggaran dasar dan keberatannya. Pengesahan secara elektronik ini sebelumnya tidak diatur dalam UU No. 1 tahun 1995.

UU No. 40 tahun 2007 memerintahkan supaya kemajuan teknoiogi dimanfaatkan sebagai upaya untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada masyarakat luas dalam mengesahkan status badan hukum maupun perubahan anggaran dasar.25 Dalam UU No. 1 tahun 1995 pengesahan maupun perubahan anggaran dasar dari perseroan terbatas adalah secara manual.

Namun bagi daerah tertentu yang belum mempunyai atau tidak menggunakan jaringan elektronik, tetap dapat menggunakan sistem manual. UU No. 40 tahun 2007 tidak mengabaikan keadaan dari suatu daerah tertentu yang belum terjangkau oleh kemajuan teknologi. Pengurusan anggaran dasar perseroan terbatas maupun perubahannya belum dapat dilaksanakan secara elektronik. Upaya yang dapat dilakukan masih tetap cara lama, yaitu secara manual. Ketentuan mengenai pendirian dan perubahan anggaran dasar diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri.

Mengenai format permohonan pengesahan status badan hukum perseroran, persyaratan permohonannya disederhanakan, yang sekurang-kurangnya memuat: 1. Nama dan tempat kedudukan perseroan terbatas

2. Jangka waktu berdirinya perseroan terbatas 3. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan


(61)

4. Jumlah modal dasar, modal ditempatkan dan modal disetor, dan 5. Alamat lengkap perseroan.

Dalam hal format dan keterangan mengenai dokumen pendukung untuk memperoleh Keputusan Menteri tentang Pengesahan Badan Hukum yang telah ditentukan, maka Menteri langsung memberitahu-kan penolakan beserta alasannya kepada Pemohon.

Penolakan oleh Menteri dilakukan melalui sistem elektronik dengan ketentuan:

a. Dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak tanggal pernyataan tidak berkeberatan, pemohon yang bersangkutan wajib menyampaikan secara fisik surat permohonan yang dilampiri dokumen pendukung.

b. Apabila semua persyaratan telah dipenuhi secara lengkap, paling lambat 14 (empat belas) hari, Menteri menerbitkan keputusan tentang pengesahan badan hukum Perseroan yang ditandatangani secara elektronik.

b. Apabila persyaratan tentang jangka waktu dan kelengkapan dokumen pendukung tidak dipenuhi, Menteri langsung memberitahukan hal tersebut kepada pemohon secara elektronik, dan pernyataan tidak berkeberatan menjadi gugur.

c. Dalam hal pernyataan tidak berkeberatan gugur, hal itu tidak berarti bahwa pemohon tidak punya kesempatan untuk mengajukan permohonan pengesahan Anggaran Dasar PT. Pemohon dapat mengajukan kembali permohonan untuk memperoleh Keputusan Menteri tentang Pengesahan Badan Hukum.


(1)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Prosedur hukum perubahan status badan usaha CV menjadi badan usaha PT terkait perjanjian kredit pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, adalah bahwa terjadi perubahan akta perjanjian kredit dari CV sebagai debitur menjadi PT. Dengan perubahan status badan usaha tersebut mengakibatkan terjadinya pembaharuan hutang (Novasi) dari debitur lama CV kepada debitur baru PT. Perubahan debitur tersebut juga diikuti dengan pengalihan asset-asset yang selama perjanjian kredit sebelumnya menjadi milik CV menjadi milik PT. Pengalihan asset dari CV kepada PT dilakukan melalui suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dari PT untuk memohon persetujuan dari pihak persero dalam mengalihkan asset-asset CV menjadi asset-asset PT. Dengan terjadinya Novasi (pembaharuan hutang) dari CV kepada PT, maka debitur lama CV dibebaskan dan tanggung jawab untuk menanggung utang yang dibuat dalam perjanjian kredit yang baru tersebut. Sebagai gantinya yang bertanggung jawab terhadap utang dan perjanjian kredit yang baru tersebut adalah PT.

2. Akibat hukum pembaharuan status badan usaha dari CV menjadi PT terhadap jaminan yang telah diberikan sebelumnya oleh CV adalah bahwa seluruh akta jaminan kredit yang telah dibuat sebelumnya atas nama CV harus di Roya/dibatalkan dengan Persetujuan Kreditur PT. Bank Negara Indonesia


(2)

(Persero) Tbk Sentra Kredit Menengah Medan dan juga perjanjian kredit sebelumnya atas nama CV.Sejahtera, keseluruhannya tersebut wajib diganti dengan akta perjanjian kredit yang baru atas nama PT dan pengikatan jaminan kredit wajib dialihnamakan dari CV. Sejahtera kepada PT. Pengalihan pengikatan jaminan kredit tersebut, terlebih dahulu wajib dilakukan pengalihan asset perasahaan dari CV kepada PT melalui suatu Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT.

B. Saran

1. Pengalihan CV menjadi asset PT untuk asset benda tidak bergerak hendaknya dilakukan berupa akta Pemasukan dalam Persero yang dibuat dihadapan PPAT yang berwenang dan atas pelaksanaan tersebut tunduk pada ketentuan Pasal 37 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran tanah menyebutkan Peralihan hak atas tanah dan hak milik atas satuan rumah susun melalui jual beli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum pemindahan hak lainnya, kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat didaftarkan jika dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan juga disertai dengan peningkatan modal dasar PT yang disesuaikan komposisi saham dengan komposisi Pengalihan asset CV menjadi asset PT yang telah dilakukan dengan Akta Pengalihan Hak Atas Asset CV.


(3)

Atas ekseksusi terhadap pemasukan dalam perusahaan tersebut dibuatkan Akta Jual beli dan kemudian balik nama menjadi atas nama PT, dan untuk asset yang selain benda tidak bergerak hendaknya dibuatkan dokumen transaksi bahwa aset aset lainnya telah diserahkan

2. Oleh karena akibat hukum dari Novasi adalah beralihnya tanggungjawab dari debitur lama kepada debitur baru dan termasuk juga beralihnya hak dan kewajiban, maka dalam suatu akta novasi hendaknya mencantumkan dengan tegas hak dan kewajiban berhutang lama dan hak kewajiban berhutang baru.


(4)

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU

Ali Chidar,Badan Hukum,Alumni Bandung, 1997.

Amanat, Arisitus, Perubahan Undang-Undang PT dan Penerapannya dalam Akta Notaris,Rajawali Press, Jakarta, 2009.

Atmaja, Harry, Implementasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,Mitra Media Ilmu, Jakarta, 2011.

Awar Muhammad,Hukum Perseroan Terbatas,Rajawali Press, Jakarta, 2002.

Badrul Zaman, Mariam Darus,Perjanjian Kredit Bank,Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991.

_______, Mariam Darus, Sutan Remy Sjahdeini, Heru Soepraptomo, Faturrahman Djamil, Taryana Soenandar, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Budiono, Herlien, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerpannya di Bidang Kenotariatan,PT. Citra Aditya Bakti, Bandung 2009.

Budiono, Tri,Hukum Dagang, Bentuk Usaha Tidak Berbadan Hukum, Griya Media, Salatiga, 2010.

Djumhana, Muhammad, Hukum Perbankan Indonesia,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000.

Engga Prayogi & RN Superteam, 233 Tanya Jawab Seputar Hukum Bisnis, Pustaka Yustisia, Yokyakarta, 2011.

Fuady, Munir,Hukum Bisnis dalam teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996.

_______, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998, Buku Kesatu, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999.

Hermansyah,Hukum Perusahaan Indonesia,Media Ilmu, Jakarta, 2007.

Indra, Muhammad, Perseroan Terbatas (Sejarah dan Perkembangannya), Media Citra Pustaka, Jakarta, 2010.


(5)

Jalis, Ahmad,Bentiik-Bentuk Usaha di Indonesia,Pustaka Ilmu, Jakarta, 2009. Jamhur,Organisasi Perusahaan,Pustaka Ilmu, Jakarta, 2011.

Kansil, CST, Hukum Perusahaan Indonesia (Aspek Hukum dalam Ekonomi), Pradinya Paramitha, Jakarta, 2005.

Komalasari, Yetty, Paradigma Bant Perseroan Terbata, Badan Penerbit FH-III, Jakarta, 2011.

Lubis (I), M. Solly,Filsafat Ilmu dan Penelitian,CV. Mandar Maju, Bandung, 1994. Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualilatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,

1993.

M. Fuad, Christine H, Lurlela, Sugiarto. Paulus, Y.E.F, Pengantar Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, 2000.

Nadapdap, Binoto,Hukum Perseroan Terbatas,Permata Aksara, Jakarta, 2012. Prasetio, Rudy, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Citra Aditya Bakt,

Bandung, 2010.

Purwosutjipto, Rudy, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2007

Rahman, Hasanuddin, Aspek-aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998

Rahardjo, Satjipto,Ilmu Hukum,P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1991. _______,Teori Hukian,Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hal 120.

Rajagukguk, Erman, Butir-butir Hukum Ekonomi, Lembaga Studi Hukum dari Ekonomi, FH-III, Jakarta, 2011.

Salman, Abdul R,Hukum Bisnis Untuk Perusahaan,Prenada Media, Jakarta, 2005. Sembiring, Sentosa,Hukum Dagang,Citra Aditya Bakti, Bandung, 2006. Soekanto, Soerjono,Pengantar Penelitian Hukum,UI Press, Jakarta, 1986. _______,Pengantar


(6)

Said Natzir,Hukum Perusahaan di Indonesia,Alumni, Bandung, 1987.

Sjahdeni Sutan Remy, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan Yang Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Institut Bankir Indonesia (IBI, Jakarta, 1993,

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafmdo Persada, Jakarta, 2002.

Subekti,Hukum Perjanjian,Intermasa, Jakarta, 1998.

Suyatno Thomas,Dasar-dasar Perkreditan, Media Ilmu, Jakarta, 2008 I.G Widjaya Rai,Hukum Perusahaan, Kesaint Blanc, Bekasi, 2000

PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Divisi Pelatihan dan Pengembangan Jakarta, Hukum Perjanjian,Jakarta 1994.

Divisi Hukum, PT. Bank Negara Indoneisa (Tbk), Hukum Perkreditan, Untuk kalangan sendiri, 2002.

B. PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Kitab Undang Undang Hukum Daang (KUHDagang)

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1980 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. B. WAWANCARA

Wawancara dengan Relationship Manager, Sdr. Des Alwi Ginting, Sentra Kredit Menengah Medan, PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.