pertemuan ilmiah lainnya, data-data dari internet, bahkan dokumen pribadi atau pendapat dari kalangan pakar hukum yang relevan dengan
objek telaahan penelitian ini;
62
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang memberi
petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal
ilmiah.
63
Surat kabar dan majalah mingguan juga menjadi bahan penunjang dalam penelitian ini sepanjang memuat informasi yang relevan.
3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi dokumen-dokumen yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan identifikasi data. Data
yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah guna memperoleh Pasal-Pasal yang berisi kaedah-kaedah hukum yang kemudian
dihubungkan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan penelitian ini.
Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif kualitatif
62
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982, hal. 24.
63
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : Rajawali Press, 1990, hal. 14-15.
Universitas Sumatera Utara
untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang ditelaah dalam penelitian ini akan dapat dijawab.
64
4. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif yakni pemilihan Pasal-Pasal terpenting yang berisi kaidah-kaidah hukum yang relevan dengan sistem pengelolaan
keuangan Badan Hukum Pendidikan akibat peralihan status hukumnya, kemudian membuat sistematika dari Pasal-Pasal tersebut sehingga akan menghasilkan
klasifikasi tertentu sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Data yang dianalisis secara kualitatif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara
sistematis pula dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya semua data diseleksi dan diolah kemudian dianalisis secara deskriptif sehingga selain
menggambarkan dan mengungkapkan dasar hukumnya, juga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang dimaksud.
64
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hal. 195-196.
Universitas Sumatera Utara
33
BAB II STATUS PTN DI INDONESIA SETELAH BERLAKUNYA UU BHP
A. Berbagai Status PTN di Indonesia Sebelum Berlakunya UU BHP 1. PTN Bersatus Unit Pelaksanaan Teknis UPT dari Ditjen Dikti
Sebagian besar PTN di Indonesia masih berstatus UPT dari Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Ditjen Dikti. Pengertian UPT menurut
Keputusan Menteri Pendayaan Aparatur Negara Nomor 62KEPM.PAN72003 tentang Pedoman Organisasi UPT di Lingkungan Departemen dan Lembaga
Pemerintah Non Departemen selanjutnya disebut Kepmenpan adalah satuan organisasi yang yang bersifat mandiri yang melaksanakan tugas teknis operasional
danatau tugas teknis penunjang dari organisasi induknya. Menurut Kepmenpan ini, UPT mempunyi tugas melaksanakan kegiatan teknis
operasional danatau kegiatan teknis penunjang dari organisasi induknya yang pada prinsipnya tidak bersifat pembinaan serta tidak berkaitan langsung dengan perumusan
dan penetapan kebijakan publik. Dari ketentuan Kepmenpan tersebut jelas PTN sebagai UPT dari Pemerintah
tunduk pada semua kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi induknya, dalam hal ini Ditjen Dikti. Menurut Pasal 1 angka 9 PP Nomor 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan
Tinggi, penyelenggara perguruan tinggi adalah departemen, departemen lain, atau pimpinan lembaga Pemerintah lain bagi perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
Universitas Sumatera Utara