bersumber dari bantuan pihak asing. Padahal pasal 31 UUD 1945 ditegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa dan untuk itu negara memprioritaskan
anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari APBN. Jika alokasi anggaran sebesar dua puluh persen benar-benar dipenuhi,
seyogianya potret buram dunia pendidikan kita seperti mahalnya untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, rendahnya kualitas lulusan perguruan tinggi di
Indonesia dan kurangnya jumlah tenaga dosen yang setingkat Doktor dan banyaknya anak yang putus sekolah di Indonesia sebenarnya tidak perlu terjadi. Peraturan yang
tegas dan aparatur pemerintah di jajaran Kementerian Pendidikan yang berintegritas serta konsisten dalam melaksanakan amanah UUD 1945 kiranya dapat menjawab
berbagai permasalahan di atas.
3. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Badan Hukum Pendidikan
PTN BHPP sebagai suatu lembaga pendidikan tinggi membutuhkan dana dalam pelaksanaannya. Jika ditinjau dari jenis pembiayaannya, maka jenis pendanaan
pada PTN BHPP terdiri atas biaya investasi, beasiswa, dan bantuan biaya pendidikan dan biaya operasional, sebagai berikut :
1. Pemerintah dan BHPP menanggung seluruh biaya investasi, beasiswa, dan
bantuan biaya pendidikan pada BHPP; b biaya operasional pada BHPP ditanggung oleh Pemerintah dan BHPP paling sedikit 12 seperdua sedangkan
Universitas Sumatera Utara
peserta didik menanggung paling banyak 13 sepertiga dari biaya operasional BHPP Pasal 36 ayat 5, 6 dan 9
2. Alokasi beasiswa: BHP wajib mengalokasikan beasiswa atau bantuan biaya
pendidikan bagi peserta didik Warga Negara Indonesia yang kurang mampu secara ekonomi danatau peserta didik yang memiliki potensi akademik tinggi
paling sedikit 20 dua puluh persen dari jumlah seluruh peserta didik; beasiswa tersebut ditanggung oleh pemerintah bersam-sama dengan BHPP Pasal 46 ayat 2
dan 4 Jika dilihat dari sumbernya, maka pendanaan PTN BHPP dapat dibagi dalam
3 sumber, yaitu : 1. dana yang bersumber dari pemerintah,
2. dana yang bersumber dari investasi yang dilakukan oleh BHPP, 3. dana yang bersumber dari masyarakat.
Ad. 1. Dana Yang Bersumber Dari Pemerintah
Pada Pasal 41 ayat 5 disebutkan bahwa pemerintah bersama-sama dengan BHPP menanggung seluruh biaya investasi, beasiswa, dan bantuan biaya pendidikan
pada BHPP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi berdasarkan standar pelayanan minimal untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan. Dan pada ayat 6 disebutkan
bahwa pemerintah bersama-sama dengan BHPP menanggung paling sedikit ½ seperdua biaya operasional, pada BHPP yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
berdasarkan standar pelayanan minimal untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan. Ayat 10 mengatur bahwa dana pendidikan dari pemerintah dan
Universitas Sumatera Utara
pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya pada BHP diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dana pemerintah diberikan kepada PTN BHPP dalam bentuk hibah karena model hibah ini yang dianggap paling tepat dengan alasan :
1 Bagi PTN BHPP, hibah ini lebih efisien karena tidak melalui proses pencairan
dana ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara KPPN sebagaimana halnya dengan mekanisme pencairan dana APBN. Hibah dapat diberikan langsung
kepada penerima hibah PTN BHPP, walau tetap melalui Direktorat Pembinaan Kas Negara Ditjen Perbendaharaan sebab dana hibah adalah dana APBN, namun
pengalokasiannya dapat langsung ditujukan ke rekening penerima hibah tanpa harus melalui KPPN. Hal ini sangat menguntungkan bagi PTN BHPP sehingga
PTN BHPP tidak perlu melakukan rekonsiliasi pencocokan data laporan keuangannya tiap bulan ke KPPN, melainkan cukup ke Mendiknas sebagai
organisasi induknya. Mendiknas yang akan menyampaikan Laporan Keuangan Tahunannya kepada Menkeu.
2 Bagi Pemerintah hibah dianggap yang paling tepat karena pemerintah
berkepentingan agar dana yang dialokasikannya pada PTN BHPP pengelolaannya dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan pemeriksaannya tetap
merupakan kewenangan BPK sebagai auditor pemerintah.
Universitas Sumatera Utara
Ad. 2. Dana Yang Bersumber Dari Investasi Yang Dilakukan Oleh BHPP
Investasi yang dilakukan oleh BHPP dapat dalam bentuk portofolio dan investasi dalam bentuk pendirian badan usaha berbadan hukum. Investasi dalam
bentuk portofolio diatur dalam Pasal 42, sebagai berikut : a.
menyebutkan bahwa badan hukum pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dapat melakukan investasi dalam bentuk portofolio.
Investasi dalam bentuk portofolio, yaitu penempatan investasi di berbagai bidang industribisnis. Untuk investasi yang menghasilkan pendapatan tetap
seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia, obligasi, reksadana, dan produk keuangan lain yang resikonya terukur dan rendah, cukup dikelola melalui suatu
unit manajemen aset di bawah Majelis Wali Amanat, dan tidak diperlukan badan hukum tersendiri di dalam PTN BHPP.
b. Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan Pasal 37 ayat 6 huruf d, yaitu kekayaan dan pendapatan badan hukum pendidikan digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk penggunaan lain
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. c.
Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dan investasi tambahan setiap tahunnya tidak melampaui 10 sepuluh persen dari volume
pendapatan dalam anggaran tahunan badan hukum pendidikan. d.
Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilaksanakan atas dasar prinsip kehati-hatian untuk membatasi resiko yang ditanggung badan hukum pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
e. Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikelola dan dibukukan secara
profesional oleh pimpinan organ pengelola pendidikan, terpisah dari pengelolaan kekayaan dan pendapatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 1 sampai
dengan ayat 4, yaitu 1 kekayaan awal BHPP, BHPPD dan BHPM berasal dari kekayaan pendiri yang dipisahkan, 4 kekayaan dan pendapatan BHPP, BHPPD,
dan BHPM dikelola secara mandiri, transparan, dan akuntabel oleh pimpinan organ pengelola pendidikan.
f. Seluruh keuntungan dari investasi sebagaimana dimaksud pada ayat 1
digunakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat 6, yaitu kekayaan dan pendapatan badan hukum pendidikan digunakan secara
langsung atau tidak langsung untuk : a. Kepentingan peserta didik dalam proses pembelajaran; b. Pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat dalam hal badan hukum pendidikan memiliki satuan pendidikan tinggi; c. Peningkatan pelayanan pendidikan; dan d. penggunaan lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. g.
Perusahaan yang dikuasai badan hukum pendidikan melalui investasi portofolio sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dimanfaatkan untuk sarana
pembelajaran peserta didik. Investasi dengan mendirikan badan usaha diatur dalam Pasal 43, yaitu
1 Badan hukum pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi dapat
melakukan investasi dengan mendirikan badan usaha berbadan hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan untuk memenuhi pendanaan pendidikan.
Universitas Sumatera Utara
Investasi pada kegiatan usaha yang resikonya dapat membahayakan keberlanjutan BHP, harus dijalankan dengan mendirikan badan hukum dengan
tanggung renteng sebatas penyertaan modal PTN BHPP ke dalam badan hukum tersebut. Selain itu Pemerintah juga memberikan kemudahan atau insentif
perpajakan kepada masyarakat yang memberikan sumbangan atau bantuan kepada PTN BHPP
2 Investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat 3 dan investasi tambahan
setiap tahunnya paling banyak 10 sepuluh persen dari volume pendapatan dalam anggaran tahunan badan hukum pendidikan.
3 Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dikelola secara profesional
oleh dewan komisaris, dewan direksi beserta seluruh jajaran karyawan badan usaha yang tidak berasal dari badan hukum pendidikan.
4 Seluruh deviden yang diperoleh dari badan usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 setelah dikurangi pajak penghasilan yang bersangkutan digunakan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 37 ayat 6, yaitu kekayaan
dan pendapatan badan hukum pendidikan digunakan secara langsung atau tidak langsung untuk a. Kepentingan peserta didik dalam proses pembelajaran; b.
Pelaksanaan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat dalam hal badan hukum pendidikan memiliki satuan pendidikan tinggi; c. Peningkatan
pelayanan pendidikan; dan d. penggunaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Universitas Sumatera Utara
5 Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dimanfatkan untuk
sarana pembelajaran peserta didik. Hal yang patut disayangkan dalam ketentuan Pasal 42 dan Pasal 43 ini adalah
tidak adanya sanksi yang tegas yang diatur di dalam UU BHP apabila ada pihak- pihak yang melanggar ketentuan Pasal ini. Ketentuan mengenai sanksi hanya
diatur di dalam Pasal 60 RUUUU BHP di mana sanksi yang dijatuhkan hanya berupa pembatalan keputusan dan pembatalan izin satuan pendidikan, kemudian
kewenangan untuk menjatuhkan atau tidak sanksi tersebut ada di Menteri.
Ad.3. Dana Yang Bersumber Dari Masyarakat
Sumber dana BHPP yang berasal dari masyarakat diatur dalam Pasal 41 Ayat 7 dan ayat 9 yang menyebutkan peserta didik yang ikut menanggung biaya
penyelenggaraan pendidikan harus menanggung biaya tersebut sesuai dengan kemampuan peserta didik, orang tua, atau pihak yang bertanggung jawab
membiayainya dan biaya penyelenggaraan pendidikan yang ditanggung oleh seluruh
peserta didik dalam pendanaan pendidikan tinggi pada BHPP paling banyak 13 dari
biaya operasional. Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 ayat 7 dan ayat 9 ini, yaitu jika bagi BHP yang mengambil pungutan dari masyarakat lebih dari yang
dibatasi, ada sanksi administratif berupa teguran lisan, teguran tertulis, penghentian pelayanan dari Pemerintah atau pemerintah daerah, penghentian hibah, hingga
pencabutan izin Pasal 63 UU BHP. Kemudian pada Pasal 45 diatur hal-hal sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Masyarakat dapat memberikan dana pendidikan pada badan hukum pendidikan
yang tidak mengikat serta tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-undangan, untuk biaya investasi, biaya operasional,
beasiswa dan atau bantuan biaya pendidikan bagi peserta didik. 2
Dana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa sumbangan pendidikan, hibah, wakaf, zakat, pembayaran nadzar, pinjaman, sumbangan
perusahaan, danatau penerimaan lain yang sah. 3
Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya memberikan kemudahan atau insentif perpajakan kepada masyarakat yang memberikan dana
pendidikan pada badan hukum pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2.
Jika dilihat dari peraturan tentang pendanaan pendidikan, tidak ada peraturan yang secara khusus mengatur tentang pendanaan pendidikan tinggi, apalagi peraturan
yang khusus mengatur pendanaan PTN. Padahal PTN merupakan aset negara yang dapat menjadi kekuatan moral dalam menghadapi globalisasi dengan menghasilkan
lulusan yang berkualitas dan mempunyai keahlian sehingga mampu berkompetitif dalam menghadapi persaingan yang semakin tajam. Kebutuhan akan peraturan
pendanaan yang khusus mengatur PTN dirasa semakin mendesak dengan lahirnya UU BHP. Tuntutan status Badan Hukum untuk PTN tentu sejalan dengan kebutuhan
dana yang besar. Apalagi UU BHP membuka peluang bagi PTN untuk mengelola sendiri segala penerimaan sah PTN BHPP tanpa menyetorkan ke kas negara.
Universitas Sumatera Utara
PTN BHPP juga dapat berinvestasi dalam bentuk portofolio, mendirikan badan usaha berbentuk badan hukum, bahkan PTN BHPP dapat dibubarkan baik
karena dianggap melanggar ketertiban umum dan peraturan perundangan, karena pailit ataupun karena asetnya tidak mencukupi untuk membayar utang setelah
pernyataan pailit dicabut Pasal 57 UU BHP. Pembubaran seperti halnya suatu badan hukum wajib diikuti dengan likuidasi. PTN BHPP yang dibubarkan tidak dapat lagi
melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam rangka likuidasi dan bagi PTN BHPP yang bubar karena putusan pengadilan, maka pengadilan akan menunjuk likuidator
untuk menyelesaikan penanganan kekayaaan PTN BHPP sedangkan PTN BHPP yang bubar karena pailit, berlaku peraturan perudang-undangan di bidang kepailitan Pasal
58 UU BHP. Bagaimana nasib peserta didik dan tenaga kependidikan diatur dalam pasal 59
UU BHP. Kepada tenaga kependidikan yang berstatus Pegawai Negeri Sipil dikembalikan ke Instansi induk, tenaga kependidikan yang berstatus pegawai PTN
BHPP dibayar hak-haknya berdasarkan perjanjian kerja dan kepada peserta didik dipindahkan ke PTN BHPP lain dengan difasilitasi oleh pemerintah. Ketentuan ini
jelas sangat merugikan bagi peserta didik, terutama bagi peserta didik yang sedang menjalani masa-masa akhir perkuliahan. Dengan adanya ketentuan yang
memungkinkan suatu PTN BHPP dibubarkan sudah sepantasnya ada aturan khusus mengenai pendanaan dan tata cara investasi bagi PTN BHPP.
Universitas Sumatera Utara
104
BAB IV SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PTN BHPP DITINJAU DARI
HUKUM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
A. Pengelolaan Keuangan PTN BHPP Terhadap Dana Yang Bersumber Dari Pemerintah
Menurut Pasal 1 angka 6 UU Nomor 15 Tahun 2004, pengertian pengelolaan keuangan negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola
keuangan negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, penguasaan, penggunaan, pengawasan dan
pertanggungjawabannya. Ada empat prinsip dasar pengelolaan keuangan negara, yaitu:
97
1. Akuntabilitas berdasarkan hasil atau kinerja;
2. Keterbukaan dalam setiap transaksi pemerintah;
3. Pemberdayaan manajer profesional; dan
4. Adanya lembaga pemeriksa eksternal yang kuat, professional dan mandiri untuk
menghindari terjadinya duplikasi dalam pelaksanaan pemeriksaan. Dalam
rangka mendukung
terwujudnya good
governance dalam
penyelenggaraan negara, pengelolaan keuangan negara perlu diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah
97
Prinsip Pengelolaan Keuangan Negara, http:www.perbendaharaan.go.id
Universitas Sumatera Utara