KESIMPULAN KESIMPULAN DAN SARAN

125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan uraian dan pembahasan terhadap 3 tiga permasalahan di atas, akhirnya diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Saat ini ada beberapa status PTN di Indonesia, yaitu : a PTN berstatus sebagai UPT Pemerintah, sebagai pelaksana tugas teknis operasional danatau tugas teknis penunjang dari Ditjen Dikti di mana semua penerimaan sah PTN seperti uang sekolah, penerimaan dari pelayanan kesehatan, sewa lahan PTN, sumbangan masyarakat dan penerimaan PTN lainnya merupakan PNBP dan wajib disetorkan ke Kas Negara dan sebaliknya segala kebutuhan PTN ditanggung sepenuhnya oleh pemerintah. Segala kebijakan yang diambil, seperti membuka kelas baru, menetapkan biaya kuliah dan kurikulum sepenuhnya merupakan kebijakan dari Ditjen Dikti. PTN berstatus UPT Pemerintah ini sangat jauh dari semangat otonomi dan kemandirian sehingga cita-cita untuk mewujudkan world class university sangat sulit dicapai. b PTN berstatus sebagai BHMN dengan kekayaan awal berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. PP Nomor 61 Tahun 1999 tentang Penetapan PTN sebagai Badan Hukum menjadi tonggak baru dalam sejarah otonomi kampus. Universitas Sumatera Utara Pada awal pembentukannya, ada 4 empat PTN yang berstatus BHMN yaitu UI, UGM, IPB dan ITB. Lalu disusul oleh 3 tiga PTN, yaitu USU, Universitas Pembangunan Indonesia, dan Unair. Dengan status BHMN, semua penerimaan sah PTN BHMN seperti uang sekolah, penerimaan dari pelayanan kesehatan, sewa lahan, hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain dan penerimaan lainnya, bukan merupakan PNBP sehingga dapat dipergunakan langsung oleh PTN BHMN. PTN BHMN juga memiliki kemandirian dan otonomi dalam membuat kebijakan yang dianggap dapat memajukan BHMN, seperti membuka kelas baru, menetapkan biaya kuliah dan kebijakan lainnya sesuai dengan visi dan misi PTN BHMN karena itu banyak menuai protes, terutama kecurigaan akan komersialisasi dan liberalisasi PTN sebab rektor PTN BHMN menyikapi otonomi dan kemandirian ini dengan menaikkan biaya pendidikan. Keinginan untuk memberikan otonomi dan kemandirian yang lebih luas kepada PTN ternyata tidak didukung oleh peraturan yang memadai karena dasar hukumnya yang ‘hanya’ berupa Peraturan Pemerintah dianggap bertentangan dengan UU Keuangan Negara, UU Perbendaharaan Negara, dan UU PNBP yang kedudukannya lebih tinggi. Kenyatannya setelah 10 sepuluh tahun, hanya ada 7 tujuh PTN yang berstatus BHMN. Para rektor PTN tidak tertarik menjadi BHMN mengingat keadaan dilematis yang dihadapi rektor PTN BHMN mengenai PNBP. Universitas Sumatera Utara c PTN berstatus sebagai BLU, berkedudukan sebagai lembaga pemerintah yang menghasilkan barang danatau jasa yang diperlukan masyarakat dengan kekayaan yang tidak dipisahkan dari kekayaan negara serta dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk menyelenggarakan kegiatan BLU yang bersangkutan. BLU tidak bertujuan mencari laba dan dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala korporasi. Pendapatan BLU sehubungan dengan jasa layanan yang diberikan maupun hibah atau sumbangan dari masyarakat, tetap dianggap sebagai PNBP namun dapat digunakan secara langsung. Namun demikian BLU wajib membuat rencana kerja dan anggaran tahunan yang pertanggungjawabannya dikonsolidasikan pada instansi induk dan membuat laporan keuangan dan kinerja BLU yang disusun sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Rencana Kerja Anggaran serta laporan keuangan dan laporan kinerja kementerian negaralembagapemerintah daerah. Menurut UU Nomor 36 tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan BLU bukanlah merupakan subjek pajak. Saat ini ada 28 PTN di Indonesia yang berstatus BLU. d Setelah berlakunya UU BHP, maka seluruh PTN harus berstatus BHPP dengan masa transisi 3 tiga tahun bagi PTN yang saat ini sudah berstatus BHMN, dan 4 empat tahun bagi PTN yang berstatus UPT Pemerintah maupun BLU. PTN BHPP berkedudukan sebagai BHPP dengan kekayaan awal berasal dari kekayaan negara tidak termasuk tanah yang terdapat pada PTN yang dipisahkan dari APBN. Semua penerimaan sah PTN BHPP seperti Universitas Sumatera Utara uang sekolah, penerimaan dari pelayanan kesehatan, sewa lahan, investasi dan hibah atau sumbangan dari masyarakat atau badan lain dan penerimaan lainnya, bukan merupakan PNBP sehingga dapat dipergunakan langsung oleh PTN BHPP. Pengelolaan PTN BHPP didasarkan pada prinsip nirlaba, otonomi, akuntabilitas, transparansi, penjaminan mutu, layanan prima, akses yang berkeadilan, keberagaman, keberlanjutan, dan partisipasi atas tanggung jawab negara. Status baru PTN ini juga menimbulkan berbagai reaksi, ada yg pro dan ada yang kontra. Umumnya pemerintah dan pimpinan PTN setuju dengan alasan bahwa dengan status badan hukum maka peluang PTN untuk berkembang menjadi world class university dengan tetap mengedepankan tri darma PTN akan lebih besar karena adanya kemandirian dan otonomi yang luas namun dengan harapan bahwa pemerintah tetap bertanggung jawab penuh atas kebutuhan dana PTN BHPP mengingat pendidikan yang berkualitas tentu membutuhkan dana yang besar. Sedangkan yang tidak setuju umumnya berasal dari kalangan mahasiswa yang khawatir akan semakin mahalnya pendidikan tinggi di negara ini karena dengan UU BHP ini PTN BHPP mempunyai otonomi yang luas sehingga bebas menentukan besaran biaya kuliah dan dengan dalih biaya operasional PTN BHPP yang tentunya sangat besar, PTN BHPP dapat melakukan investasi dalam bentuk portofolio, juga dapat menerima modal bahkan dari investor asing sehingga membuka peluang bagi investor untuk mengendalikan PTN BHPP tersebut dengan Universitas Sumatera Utara ideologinya sehingga PTN BHPP akan cenderung bersikap pragmatis terhadap investornya karena ketergantungannya dari segi modal. 2. Sehubungan dengan semangat otonomi di mana PTN BHPP diberikan kemandirian dan kebebasan untuk mengatur rumah tangganya sendiri, tentu membutuhkan dana yang sangat besar. Untuk itu perlu diatur secara tegas mengenai pendanaan PTN BHPP. Pada saat ini belum ada peraturan yang secara spesifik mengatur pendanaan PTN BHPP. Beberapa pasal yang terdapat dalam UU BHP mengenai keuangan PTN BHPP dirasa masih jauh dari memadai, mengingat UU BHP ini bukan hanya mengatur PTN, melainkan mengatur semua satuan pendidikan formal di Indonesia mulai pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. PTN BHPP juga dimungkinkan untuk menerima sumbangan, hibah maupun penanaman modal dari swasta bahkan swasta asing, juga berinvestasi dalam bentuk portofolio, serta dapat mendirikan perusahaan yang berbadan hukum sehingga sebagai konsekuensinya PTN BHPP dapat dinyatakan pailit. Ketentuan bahwa PTN BHPP dapat dinyatakan pailit sangat ‘meresahkan’ bagi mahasiswa. Bisa dibayangkan jika sebelum menyelesaikan pendidikan, tiba-tiba PTN BHPP tersebut dinyatakan pailit tentu sebagaimana halnya suatu badan hukum yang pailit, stake holder terutama mahasiswa dan pegawai PTN BHPP akan sangat dirugikan. Kiranya pasal tentang pailit ini dihapuskan atau diatur secara rinci sehingga tidak semua PTN BHPP dapat mendirikan perusahaan, melainkan hanya PTN BHPP yang memenuhi syarat saja yang dapat mendirikan suatu perusahaan. Universitas Sumatera Utara 3. Pengelolaan Keuangan PTN BHPP sepanjang mengenai dana hibah yang berasal dari pemerintah, maka PTN BHPP membuat laporan keuangan yang merupakan CALK dan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan Kementerian Pendidikan Nasional, demikian juga dengan pengadaan barang dan jasa yang menggunakan dana APBN tunduk pada ketentuan Keppres 80 Tahun 2003 kecuali kelak diatur dengan ketentuan tersendiri. Mengenai kewajiban melakukan rekonsiliasi data keuangan ke KPPN masih menunggu ketentuan lebih lanjut mengenai penyaluran dana hibah tersebut. Jika dana hibah tersebut disalurkan melalui KPPN dengan menggunakan dokumen DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan dengan DIPA maka PTN BHPP wajib melakukan rekonsiliasi dengan KPPN. Hanya atas dana yang berasal dari APBN yang dapat diaudit oleh BPK, sehingga hanya penyalahgunaan terhadap penggunaan dana APBN saja yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan merugikan negara. Sedangkan jika terjadi penyalahgunaan dana yang bukan berasal dari APBN maka itu bukanlah perbuatan merugikan negara, melainkan merugikan PTN BHPP, yang mekanisme pertanggungjawabannya diatur dalam ADART PTN BHPP tersebut. Laporan Keuangan PTN BHPP atas dana yang berasal dari pemerintah dicantumkan dalam Catatan Atas laporan Keuangan CALK Kementerian Pendidikan Nasional dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan Kementerian Pendidikan Nasional yang tata caranya tunduk kepada mekanisme pengelolaan keuangan negara, sedangkan atas dana yang bukan berasal dari pemerintah, PTN BHPP membuat laporan keuangan yang tata Universitas Sumatera Utara caranya tunduk kepada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PTN BHPP.

B. SARAN