KERANGKA TEORI Motivasi konsumsi Berita Politik Lokal Sumatera utara Di Media Massa Dan Pemuasan Kebutuhan khalayak ( Studi Korelasional Tentang Motivasi Konsumsi Berita Kontroversi Pengangkatan Rudolf M. Pardede Sebagai Gubernur Sumatera Utara di Media M

mengenai acara-acara televisi terhadap pengetahuan politik Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan.

I.5 KERANGKA TEORI

Setiap penelitian memerlukan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu di susun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan di soroti Nawawi,1993:39-40 Dalam penelitian ini, hal-hal yang akan dibahas adalah komunikasi dan komunikasi massa, berita, berita politik, minat, dan teori Agenda Setting.

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi merupakan unsur yang penting bagi kehidupan manusia. Menurut Astrid S.Susanto, Komunikasi adalah kegiatan pengoperan kegiatan lambang yang mengandung arti atau makna Arifin,1988:25. Menurut Harold Lasswell, Komuniaksi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Dari defenisi tersebut menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur, yakni: a. Pesan messege b. Komunikator comunicator, source,sender c. Media channel,media d. Komunikan comunicant, comunicate,receiver,recipient e. Efek effect, impact,influence Effendy, 1992:10 Universitas Sumatera Utara Dari berbagai macam cara komunikasi yang dilakukan di dalam masyarakat manusia, salah satu bentuknya adalah komunikasi massa dapat diartikan dalam dua cara yakni, Pertama, Komunikasi oleh media, dan Kedua, Komunikasi untuk massa. Namun ini tidak berarti, komunikasi massa adalah komunikasi untuk setiap orang. Media tetap cenderung memilih khalayak, dan demikian pula sebaliknya memilih-memilih media. Rivers, 2003:18. Seseorang yang akan menggunakan media massa sebagai alat untuk melakukan kegiatan komunikasi perlu mengetahui bahwa terdapat empat karakteristik komunikasi massa, yakni Effendi, 1993: 81-83. a. Komunikasi massa bersifat umum Pesan yang di sampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. b. Komunikasi bersifat heterogen Massa dalam komunikasi massa terjadi dari orang-orang yang heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang sangat berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis, maka oleh karena itu mereka berbeda pula dalam kepentingan, standart hidup dan derajat kehormatan, kekuasaan dan pengaruh. c. Media massa menimbulkan keserempakan Yang di maksud dengan keserempakan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak jauh dari komunikator, dan penduduk tersebut satu sama lainnya berbeda dalam keadaan terpisah. Universitas Sumatera Utara d. Hubungan Komunikator-komunikan bersifat non pribadi Dalam komunikasi massa, hubungan antara komunikator dan komunikan bersifat non-pribadi, karena komunikasi yang anonim dicapai oleh orang-orang yang di kenal hanya dalam peranannya yang bersifat umum sebagai komunikator.

1.5.2 Berita

Menurut Simbolon 1997:88-89, secara tekhnis berita muncul hanya setelah dilaporkan. segala hal yang diperoleh dilapangan dan masih akan dilaporakan, belum meruapakan berita. hasil lapangan itu masih merupakan peristiwa itu sendiri, peristiwa yang disaksikan oleh reporter atau wartawan. berita tidak lain adalah peristiwa yang dilaporakan. Terjadinya suatu peristiwa tidak dengan sendirinya menjamin tersedianya fakta yang di perlukan untuk berita yang akan di tulis wartawan. apalagi wartawan tidak menyaksikan sendiri atau berada di tempat kejadian peristiwa TKP.Dalam pemahaman berita politik, dengan demikian tidak hanya merupakan sekumpulan pesan dalam satu format tertentu, tetapi telah menjadi sebuah drama kemanusiaan, membentuk lakon- lakon sosial, membangun satu fenomena politik sehingga kegiatan politik bukan lagi sekadar mekanisme abstrak yang mengolah masukan input menjadi keluaran output, tetapi telah menjadi kisah pertarungan manusia dalam memberikan pemahaman tertentu pada publik. Berita yang baik dan benar dipercaya dan obyektif hanya dapat di tulis apabila di dukung fakta dan data yang akurat. Adapun keberhasilan mengumpulkan data dan data yang akurat sangat tergantung pada bagaimana fakta dikumpulkan secara benar. Universitas Sumatera Utara Berbicara mengenai politik, demikian lazimnya anggapan orang, adalah berbicara mengenai naluri kekuasaan yang dibenarkan secara sosial. Politik dalam arti yang seluas-luasnya adalah dimensi kekuasaan yang mengatur dan mengarahkan kehidupan sosial secara keseluruhan. Seperti ungkapan Hardiman 1990, persoalan yang terus muncul mengenai kehidupan sosial itu adalah siapa yang berhak mengatur dan mengarahkannya serta bagaimana pengaturan dan pengarahan itu dapat dilaksanakan. Secara lebih sederhana persoalannya adalah manakah figur politik yang dapat diterima semua pihak. ini adalah soal legitimasi. Sebuah kekuasaan kuasa-eksistensi harus dilegitimasikan agar efektif pada semua pihak. kekuasaan itu sekurang-kurangnya harus tampak benar di hadapan khalayak. dalam konteks inilah media massa dengan kuasa beritanya menemukan perannya. Ini karena, seperti asumsi teori agenda setting media, jika media dengan kuasa beritanya memberikan penekanan tertentu pada sebuah peristiwa, khalayak juga cenderung akan menganggapnya penting. berita media dengan demikian memiliki arti yang sangat penting bagi para capres untuk kepentingan konstruksi legitimasi dengan memancarkan satu preferensi citra atau bahkan ideologi tertentu. Sejumlah perangkat citra dan ideologi diangkat dan diperkukuh oleh sebuah berita, diberikan legitimasi oleh para narasumbernya untuk kemudian diedarkan secara persuasif, yang sering kali dengan cara yang sangat mencolok kepada publik. dalam proses ini konstelasi-konstelasi citra atau gambaran tertentu memperoleh arti penting dan terus-menerus meningkat. Dalam komunikasi pemasaran, hal itu disebut strategi citra multi-level image dengan strategi total segment. Sebab, menjual capres memang berbeda dengan menjual Universitas Sumatera Utara barang, seperti yang dilakukan Amien Rais, demikian juga halnya yang ingin dilakukan capres-capres lain. Kekuatan dan kelemahan berita untuk mendistribusikan preferensi-preferensi citra tertentu sang capres demi mendapatkan legitimasi-legitimasi tertentu pula, dalam bahasa Rakhmat 1997, hal itu disebut sebagai sebuah video-politik. Sebuah drama, di mana seorang capres harus lihai betul, kapan ia harus menjadi Ronaldo, kapan menjadi Ki Narto Sabdo, kapan menjadi Brad Pitt, kapan pula menjadi Gandhi.

1.5.3 Berita Politik

Kehidupan politik dan kenegaraan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan rakyat, karena itu setiap orang akan tertarik akan dengan berita-berita politik. Pengertian politik disini adalah dalam arti yang luas, yakni sebagai ilmu pemerintahan negara, jadi tidak hanya terbatas kepada pengertian partai dan kegiatannya. Jadi politik dalam arti yang luas yang dimaksudkan itu akan mencakupi tidak saja masalah-masalah kenegaraan, sejak dari diplomasi internasional, pemilihan umum dan kerisis-kerisis kabinet, akan tetapi juga sampai kepada masalah-masalah politik yang timbul didaerah-daerah. Kalau kita memperhatikan harian-harian yang terbit di ibu kota sepintas lalu, maka dapat diambil kesimpulan bahwa halaman satu harian-harian tersebut boleh dikatakan dipenuhi oleh berta-berita politik. Pada masa sebelum orde baru pemberitaan politik yang seru yang tercermin diharian-harian ibukota disebabkan karena hampir semua harian-harian yang ada sikuasai atau dikontrol oleh partai-partai politik, sehingga harian-harian itu lalu menjadi Universitas Sumatera Utara terompet partai, yang memperjuangkan kepentingan-kepentingan partai politik yang menguasainya. Demikianlah misalnya, sering terlihat pada masa itu terjadinya polemik- polimik antara berbagai harian mengenai masalah-masalah politik, yang kadang-kadang demikian berlarut-larut sehingga membahayakan kesatuan dan ketentraman umum, sehingga pihak pemerintah terpaksa mengambil tindakan untuk menertipkannya. Polemik yang hangat pada bagian kedua tahun 1964 terjadi antara Harian Rakyat, Bintang Timur Cs melawan harian Merdeka dan Berita Indonesia cs, tentang soal-soal politik seperti misalnya tentang aksi sepihak, aksi pemboikotan film, pidato D.N Aidit tentang pancasila dan lain sebagainya. Pemberitaan politik ini mengalami pasang,naiknya pada saat-saat akan terjadinya reshuffle kabinet, sidang-sidang MPR, DPR-RI, Kongres-Kongres Partai, dan pada waktu menghadapi Pemilihan Umum. Dalam alam liberal, dimana pemerintah ada dalam stelsel demokrasi parlementer, pasang naiknya pemberitaan politik adalah pada saat-saat terjadinya kerisis kabinet, pemilihan umum baik untuk DPR-RI atau badan-badan legislatif lainnya, maupun pemilihan presiden. Berita-berita politik selalu menarik perhatian pembaca, karen politik pada abad ke-20 dan abad demokrasi dalam berbgai manifestasinya sekarang, akan sangat mempengaruhi kepentingan pribadi-pribadinya didalam suatu negara. Dalam hubungan ini tidak hanya berita-berita politik internasional menarik perhatian pembaca. Kemenangan partai buruh labour party di Inggris pada tahun 1964 dan meninggalnya Breshnev dijatuhkan Nikita Chruschov dari pimpinan kenegaraan Soviet Uni, akan mempengaruhi situasi politik internasional dibagian negara lainnya. Jadi teranglah Universitas Sumatera Utara berita-berita politik memegang atau memainkan peranan yang penting dalam peberitaan surat-surat kabar. Sebagaimana telah dikemukakan mengenai harian-harian di ibukota yang banyak disponsori atau dikuasai oleh partai-partai politik, kita dapat melihat cara atau kecondongan politik sesuatu surat kabar, sebagaimana dikatakan oleh Warren, dalam buku modern news reporting: “Politik surat kabar nampak dengan tegas dan nyata didalam pemerintahan politik dari pada pemberitaan-pemberitaan lainnya, karena alasan-alasan yang nyata bahwa politik tidak dapat dipisahakan dengan masalah-masalah umum publik.” Pemikiran isi media pada dasarnya suatu proses konstruksi realitas secara subjektif oleh pengolahan media. Isi berita politik tidak sepenuhnya menggunakan apa sesungguhnya yang terjadi melainkan cendrung subjektif dalam penulisannya. Berita politik yang di sampaikan adalah hasil dari konstruksi dari realitas itu sendiri. Oleh karena itu berita politik merupakan dalam posisi orentasi bisnis atau kekuatan politik kekuasaan tertentu. Maka biasanya takkan terelakkan sehingga realitas berita politik adalah konstruksi yang syarat dengan kepentingan. Shoemaker dan Reese 1996:34 membagi peran media dalam berita politik kedalam suatu katagori, media dan berita politik bisa secara aktif dan pasif. Berita politik dalam media adalah, media yang berperan aktif dalam memberitakan berita politik kepada khalayak banyak dalam menentukan isi berita politik dan mengskonstrusikannya. Secara sadar dan memiliki tujun tertentu untuk mengarahkan pendugaan dalam hal ini sifat media dalam memberitakan politik tidak netral dan berpihak konsep media pasif. Sebaliknya, menanggapi media hanyalah menyampaikan pesan politik atau sebuah peristiwa apaadanya. Menurutnya, berita politik yang di Universitas Sumatera Utara sampaikannya, yaitu berita yang di sampaikan media tidak sengaja untuk mempengaruhi khalayak. Sehingga jika terjadi efek pengaruh tergantung dari konstruksi khalayak, bukan pada medianya. Tidaklah muda menentukan apakah tayangan media televisi itu mempunyai realitas sosial atau telah direkayasa oleh televisi. sebab teknologi telah mendekatkan kondisi yang sebenarnya. Dramatisasi tayangan-tayangan baik berita politik maupun iklan politik begitu alami sehingga bagi masyarakat akan hal ini di anggap sebagai kebenaran. Karena itu kepentingan politik yang sanggup membayar untuk sport tayangan. Bias ekonomi politik media dalam hal ini tidak bisa di hindari.

1.5.4 Minat

Minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat desire untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan komunikator. Minat terbentuk melalui empat tahapan, yaitu melalui proses memperhatikan, ketertarikan, memahami, dan mengingat. Minat dapat di katakana sebagai sikap yang menimbulkan perhatian, rasa ingin tahu dan hasrat untuk melakukan sesuatu dalam diri seseorang akibat adanya objek tertentu.

I.5.5 Teori Agenda Setting

Pendekatam teori Agenda Setting sebenarnya bukanlah merupakan hal yang baru dalam penelitian Komunikasi. hal yang bertahan dan berkembang dewasa ini menganggap bahwa media massa memberikan perhatian pada issu tertentu. Maka beberapa penelitian telah memberi perhatian untuk mengkaji “mengapa” orang terlibat Universitas Sumatera Utara dalam perilaku Komunikasi. Hermando Gonzales diterjamahkan oleh Amri Jahi, 1990:17 . Para pakar telah lama mengenal bahwa media mempunyai potensi untuk menyusun isu-isu bagi publik. Walter Lippman, berpandangan bahwa publik menanggapi sesuatu tidak dari peristiwa-peristiwa aktual di lingkungannya. Melainkan pada suatu pseudoenvironment atau, sebagaimana digambarkannya, “gambaran di kepala “ Lippman, dalam Littlejohn, 1992:360 . Teori Agenda Setting telah banyak digambarkan oleh Donald Shaw, Maxwell McCombs , dan kolega-kolega mereka Shaw dan McCombs, 1971. Dalam karya mereka mengenai hal ini, Shaw dan McCombs menulis tentang fungsi agenda setting “Bukti yang dipertimbangkan telah terkumpul bahwa para editor dan penyiar memainkan bagian penting dalam membentuk realitas sosial kita sebagaimana mereka mengerjakan tugas sehari-hari mereka dalam pemilihan dan penayangan berita.Dampak media massa ini kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif di antara individu-individu, untuk menyusun pemikiran mereka. Telah di beri label dari agenda setting dari komunikasi massa. Disini mungkin terletak sebagian besar pengaruh yang penting dari komunikasi massa. Kemampuannya untuk secara mental menata dan mengorganisasikan dunia kita untuk kita. Ringkasnya, media massa mungkin tidak berhasil dalam memberitahu kita apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka dengan menarik berhasil mengatakan apa yang harus dipikirkan, tetapi mereka dengan menarik berhasil mengatakan apa yang harus dipikirkan secara mendalam Shaw dan McCombs, 1977:5”. Dengan kata lain, agenda setting mengembangkan isu-isu atau citra-citra yang mencolok dalam pikiran publik. Universitas Sumatera Utara Agenda setting terjadi karena pers harus selektif dalam melaporka berita. Saluran berita, sebagai penjaga garbang informasi, membuat pilihan-pilihan mengenai apa yang dilaporkan dan bagaimana melaporkannya. Karena itu apa yang diketahui publik mengenai keadaan pokok persoalan pada setiap waktu yang ada secara luas merupakan produk dari penjagaan gerbang media. Fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian Rogers dan Dearing dalam Anderson, 1988:555-593. Pertama, agenda media itu sendiri harus disusun. Proses ini memunculkan isu-isu mengenai bagaimana agenda media ditempatkan pada tempat yang pertama. Kedua, agenda media dalam beberapa hal mempengaruhi atau berintraksi dengan agenda publik, atau naluri publik terhadap pentingnya isu. Proses ini memunculkan pertanyaan bagaimana kekuasaan dimana media mempengaruhi agenda publik,dan bagaimana media melakukannya.Agenda kebijakan adalah apa yang dipikirkan para pembuatan kebijakan publik dan privat penting. Dalam versinya yang paling sederhana dan paling langsung, teori agenda setting meramalkan bahwa agenda media mempengaruhi agenda publik dan pada gilirannya,agenda publik mempengaruhi agenda kebijakan . agenda setting di sini, bermaksud bahwa apa yang diberitakan oleh media massa tertentu, misalnya surat kabar adalah media, dimana agenda media tersebut yang mampu mempengaruhi khalayak pembaca berita tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung dan akhirnya membentuk tindakan baik dari khalayaknya secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun sejumlah studi menunjukkan bahwa media dapat mempengaruhi secara kuat agenda media itu sendiri. Hubungan itu mungkinkan menjadi salah satu penyebab yang saling mempengaruhi atau penyebab yang linear saja. Universitas Sumatera Utara Opini yang berlaku kini di antara para peneliti tampaknya adalah bahwa media dapat mempunyai pengaruhi yang kuat terhadap agenda publik, tetapi tidak selalu. Kekuasaan media bergantung pada faktor-faktor seperti kredibilitas media terhadap isu- isu tertentu pada saat tertentu, tingkat konfling fakta seperti yang diterima oleh anggota publik secara individual, tingkat nilai-nilai media yang dimiliki bersama secara individual pada saat tertentu, dan kebutuhan publik terhadap bimbingan . bila kredibilitas media tinggi, konflik fakta rendah, nilai-nilai media yang dimiliki bersam, dan mereka mempunyai kebutuhan terhadap bimbingan tinggi, maka mungkin media kuat dalam membentuk agenda publik Heru Puji Winarso, 2005: 101-103. Misalnya berita politik yang sangat hangat mencuat kepermukaan yaitu mengenai calon Independen untuk kandidat Gubernur dan Bupati. Bagi khalayak pengguna media massa yang belum mengetahui jelas bagaimana sebenarnya perkembangan politik di negara kita ini mengenai tata cara pencalonan untuk menjabat sebagai Bupati dan Gubernur di indonesia, dan bila masyarakat menonton televisi atau membaca media massa maka khalayak akan mengetahui perkembangannya. Media massa dalam hal ini sering memberikan berita secara intens. Maka masyarakat yang sebelumnya belum mengetahui Daerah Tapanuli Selatan yang sudah menjadi otonomi daearah yaitu menjadi tiga Kabupaten pada bulan juli 2007 yang lalu, Akhirnya mengetahui setelah menonton dan membaca media massa dan khalayk bisa untuk merencanakan tindakan atau rencana kedepan dan menambah pengetahuan politik dari reaksi berita yang di konsumsinya menjadi yang sangat berharga. Begitu besar pengaruh media terhadap publik, sehingga mampu mempengaruhi kehidupan publik itu sendiri. Publik tidak akan memberikan perhatian kepada berita-berita yang disajikan media, bila berita yang disajikan tersebut Universitas Sumatera Utara tidak menarik dan tidak pula mempengaruhi hidup publik sebagai khalayak penerima berita. Untuk lebih memperjelas tentang tiga agenda Agenda media, Agenda khalayak, dan Agenda kebijakan dalam teori agenda setting ini ada beberapa dimensi yang berkaitan seperti yang dikemukakan oleh Mannheim Severin da Tankard, 1992, sebagai berikut : 1. Untuk Agenda Media, dimensi-dimensi : a. Visibility visibilitas, yakni jumlah dan tingkat menonjol berita. Misalnya, seberapa sering berita politik di siarkan di Metro TV. b.Audence Salience tingkat menonjol bagi khalayak, yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak. Artinya, kita bisa mengetahui sejauh mana berita politik mampu memenuhi kebutuhan kognitif informasipengetahuan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan terhadap berita politik. Apakah masyarakat sudah puas akan informasi yang di dapatnya atau tidak. c. Valence valensi, yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu peristiwa. Artinya, berita politik tentu akan menyenangkan bagi pihak-pihak tertentu misalnya, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan yang sebelumnya tidak tahu, pemerintahan yang hari-harinya berhubungan dengan orang banyak maka segala sesuatunya ilmu pengetahuan dan perkembangan politik khususnya di lingkungannya dan umumya di Indonesia harus diketahuinya, maka mereka akan merasa senang atau puas akan kebutuhan informasinya telah terpenuhi dan bila pula merugikan bagi pihak-pihak tertentu misalnya, anggota Dewan Universitas Sumatera Utara Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan akan merasa rugi jika khalayak mengetahui keburukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, khususnya mengenai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme KKN , yang sering terjadi di instansi pemerintahan kita sekarang ini, dan sebagainya . 2. Untuk agenda Khalayak, dimensi-dimensi : a. Familiarity keakraban, yakni derajat kesadaran anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan akan topik tertentu. Contohnya, apakah dengan mengetahui berita politik di Metro TV, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan akan bekerja dengan baik sesuai dengan amanah rakyat dan UUD 1945? Semua kembali kepada keputusan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. b. Personal salience penonjolan pribadi, yakni relevansi kepentingan individu dengan ciri pribadi. Misalnya, dengan berita politik ada pihak yang memberi tanggapan mengenai kinerja anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan, misalnya dari LSM, Organisasi Kemahasiswaan, dan lain sebagainya. c. Favorability kesenangan, yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topik berita. Adanya pihak yang menerima atau menolak pemberitaan berita yang disajikan media massa tertentu. Misalnya dalam hal biaya Anggran Pendapan Belanja Daerah APBD dan biaya-biaya lainnya. anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan ada yang setuju di beritakan dan ada juga yang tidak setuju dengan pemberitaan mengenai Anggran Pendapan Belanja Daerah dan anggaran lainnya. Universitas Sumatera Utara 3. Untuk agenda kebijakan, dimensi-dimensi : a. Support dukungan, yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi sesuatu berita tertentu. misalnya, dengan maraknya berita Korupsi, Kolusi Nepotisme KKN di media massa, banyak anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan yang bersiap-siapa dan mencari payung hukum serta ada yang mendekat dengan tiba-tiba kepada masyarakat dikarenakan banyaknya tuntutan atau adanya dari pihak masyarakat dan mahasiswa yang berunjuk rasa menuntuk transparansi anggaran-anggaran di daearah Tapanuli Selatan, demi terwujutnya daearah tersebut bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. b. Likelihood of action kemungkinan kegiatan, yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan. Misalnya, memberikan pengarahan atau penjelasan kepada masyarakat dan mahasiswa tentang anggaran-anggaran yang masuk ke kas daerah dan anggaran-anggaran yang dikeluarkan dari kas daerah, agar terlaksananya transparansi di daerah Tapanuli Selatan. c. Freedom of action kebebasan bertindak, yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan oleh anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan. Misalnya, sangsi atau hukuman yang di berikan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan jika melakukan Korupsi,Kolusi dan Nepotisme. Walaupun dia masih tersangka atau belum terbukti. Orang akan cendrung mengetahui hal-hal yang di beritakan media massa dan menerima susunan perioditas yang di berikan oleh media massa terhadap isu-isu yang berbeda. pada penelitian komunikai massa yang menganggap bahwa media massa Universitas Sumatera Utara memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi yang berkaitan dengan proses belajar dan perubahan sikap dan pendapat. studi empiris terhadap komunikasi massa telah mengkonfirmasikan bahwa efek yang cendrung terjadi adalah dalam informasi. Teori Agenda Setting menawarkan suatu cara untuk menghubungkan temuan ini dengan kemungkinan terjadinya efek terhadap pendapat, karena pada dasarnya yang di tawarkan adalah suatu fungsi belajar dari media massa. orang belajar dari isu-isu tersebut disusun berdasarkan tingkat kepentingan. Teoritisi utama Agenda Setting adalah Maxwell Mc Combs dan Donal Shaw, mereka menuliskan bahwa audensi atau khalayak tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa arti penting diberikannya suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. Misalnya Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan masih kurang pengetahuan politik dan masih kurang untuk memahami kondisi suatu Rapat atau Forum dan belum bisa menghormati pendapat orang lain, dimana mereka hanya menonjolkan Ego maising-masing. Maka oleh sebab itu jika seorang anggota DPRD Tidak dapat bertindak seperti seorang pemimpin maka segala sesuatu agenda pemerintahan dan aspirasi masyarakat tidak akan tercapai. Kemampuan untuk mempengaruhi perubahan kognitif ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa. Bahayanya jika seorang pemerintah tidak bisa menghormati pendapat orang lain dan keputusan suatu sidang maka akan terjadi anarkis dan ego masing-masing, hal ini mengasumsikan jika seorang pemimpin tidak peduli dengan pendapat orang lain dan keputusan suatu forum maka agenda atau kinerja pemerintah tidak akan terwujut dan akan mandek. Maka hal ini sangat penting untuk di angkat sebagai isu atau permasalahan besar. Universitas Sumatera Utara Asumsi Agenda Setting memiliki kelebihan karena mudah di pahami dan relatif mudah untuk di uji. Dasar pemikirannya adalah di antara berbagai topik yang di muat di media massa. Topik yang lebih banyak mendapat perhatian dari media massa akan menjadi lebih akrab bagi pembacanya karena di anggap penting dalam suatu periode tertentu atau waktu tertentu. Masyarakat yang memiliki berita-berita lokal sebagai fokus perhatian mereka cenderung menjadi pemimpin opini opinion leaders dalam masyarakatnya. Hal ini di sebabkan masyarakat akan mencari pembenaran kepada orang-orang yang di anggap lebih mengetahui tentang permasalahan di lingkungannya. Sedangkan masyarakat yang memusatkan perhatian pada peristiwa-peristiwa di luar masyarakat pada umumnya menjadi tokoh komplit cosmopolitan influentals. Yang berarti mereka akan lebih mengetahui masalah yang lebih global dan akan di terima dari seluruh lapisan masyarakat Wright, 1986. untuk memposisikan diri sebagai opinion leaders ataupun cosmopolitan influentals maka masyarakat berusaha tetap tertutup kemungkinan untuk mencari sumber-sumber berita yang di gemari melalui berbagai media yang di anggap mampu memenuhi kebutuhannya.

I.6 KERANGKA KONSEP

Dokumen yang terkait

Motivasi Konsumsi Berita Petualangan dan Tingkat Kepuasan (Studi Korelasional tentang Motivasi Konsumsi Berita Petualangan pada Buletin EAN dan Tingkat Kepuasan pada Anggota KOMPAS USU)

2 51 135

Media Massa Dan Tindakan Memilih ( Studi Deskriptif Peran Media Massa Terhadap Tindakan Memilih Masyarakat Dalam Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Karo Periode 2010-2015 Di Desa Ketaren Kecamatan Kabanjahe)

1 59 118

Motivasi Menonton Tayangan MTV Insomnia Dan Kebutuhan Pelepasan Ketegangan (Studi Korelasional Tentang Motivasi Konsumsi Tayangan MTV Insomnia Terhadap Kebutuhan Pelepasan Ketegangan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara)

0 47 157

Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Musik Dahsyat Di Rcti Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya (Studi Korelasional Tentang Motivasi Konsumsi Terhadap Tayangan Musik Dahsyat di RCTI dan Pemenuhan Kebutuhan Informasinya Di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ilmu

3 55 106

Motivasi konsumsi Berita Politik Lokal Sumatera utara Di Media Massa Dan Pemuasan Kebutuhan khalayak ( Studi Korelasional Tentang Motivasi Konsumsi Berita Kontroversi Pengangkatan Rudolf M. Pardede Sebagai Gubernur Sumatera Utara di Media Massa Terhadap P

0 28 143

Media Online Dan Pemenuhan Kebutuhan Informasi (Studi Korelasional Media Online www.medan.tribunnews.Com Terhadap Pemenuhan Kebutuhan Informasi Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara)

8 70 106

Representasi Pemberitaan Wanita Pelaku Kejahatan di Media Massa (Analisis Karikatur dan Konten Berita Malinda Dee di Majalah TEMPO)

1 65 128

Peran Media Massa Dalam Membentuk Rasionalitas Pemilih Dan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilahan Gubernur Sumatera Utara Tahun 2013 (Studi Kasus Di Kecamatan Medan Johor)

0 28 149

Komunikasi Politik Di Media Massa : Studi Analisis Wacana Terhadap Pemberitaan Partai Nasdem Di Harian Media Indonesia

2 30 124

Pengaruh Ideologi terhadap Wacana Berita dalam Media Massa

0 0 7