43
Hasil yang tidak signifikan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor perancu, yaitu kurangnya sampel yang diambil, dan faktor-faktor yang lain
yang dapat mempengaruhi penelitian.
4.2.2. Hubungan Kadar GDP dengan Kadar Kolesterol HDL
Hasil analisis tabel 4.13. antara GDP dan kolesterol HDL menunjukkan pola negatif, artinya semakin tinggi kadar GDP, maka kadar kolesterol HDL
DM tipe 2 semakin rendah. Hasil statistik menunjukkan p = 0.272 yang berarti p 0.05, sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna
antara kadar GDP dan kolesterol HDL pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon.
Berdasarkan teori, karakteristik dislipidemia pada penderita DM tipe 2 seringkali ditemukan penurunan kadar HDL. Penurunnan kadar HDL juga
berpengaruh penting terhadap terjadinya faktor risiko PJK.
2-7, 14
Penurunan kolesterol HDL pada DM tipe 2 dapat disebabkan oleh meningkatnya pertukaran antara kolesterol dari HDL ke lipoprotein kaya
trigliserida dan sebaliknya terjadi pertukaran antara trigliserida dari lipoprotein kaya trigliserid ke HDL. Penurunan HDL yang spesifik adalah penurunan sub
klas HDL 2b dan peningkatan relatif atau mutlak HDL 3b dan HDL 3c padat kecil.
Salah satu kemungkinan penyebab penurunan kolesterol HDL lainnya adalah meningkatnya CETP serta gangguan protein yang berperan dalam
transporter HDL, yaitu : ATP-Binding Cassette Transporter A1 ABCA 1 atau scavenger reseptor B1 SR-B1.
Hasil ini dapat dikibatkan oleh beberapa perancu, seperti aktivitas fisik pada penderita DM tipe 2. RSUD Kota Cilegon selalu melaksanakan program
senam diabetes setiap hari minggu.
44
4.2.3. Hubungan Kadar GDP dengan Kadar Kolesterol LDL
Dari uji kemaknaan statistik pada penelitian ini tabel 4.14 didapat nilai
p = 0.935 p 0.05, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kadar GDP dengan kadar kolesterol LDL pada pasien DM
tipe 2 di RSUD Kota Cilegon. Berdasarkan teori, kontrol glikemik yang baik akan mempengaruhi
kadar kolesterol LDL yang normal pula, begitu juga sebaliknya.
31
Faktor yang berperan adalah ketidakmampuan insulin dalam menginhibisi lipoprotein
lipase, sehingga tidak ada hambatan dalam pengeluaran VLDL dari hati.
28
Terjadinya hiperkolesterolemia pada DM tipe 2 disebabkan oleh overproduksi VLDL yang dapat meningkatkan produksi IDL dan LDL, dan
berkurangnya afinitas reseptor LDL. Berkurangnya aktivitas kolesterol adalah kompensasi dari penurunan aktivitas insulin. Hal ini menyebabkan penurunan
klirens LDL dan VLDL remnan, dan menyebabkan peningkatan konsentrasi LDL.
Peranan kadar GDP terhadap kadar koleserol LDL pada penderita DM tipe 2 terjadi melalui proses glikosilasi, yang kemudian menyebabkan
penurunan internalisasi kolesterol LDL ke dalam sel. Peningkatan kolesterol LDL tidak terjadi akibat peningkatan sintesis, sehingga, walaupun GDP dapat
meningkatkan kadar kolesterol LDL tetap tidak berkontribusi banyak.
4.2.4. Hubungan Kadar GDP dengan Kadar Trigliserida
Dari uji kemaknaan statistik pada penelitian ini tabel 4.15 didapat nilai p = 0.040 p 0.05, menunjukan bahwa terdapat hubungan yang tidak
signifikan antara kadar GDP dengan kadar trigliserida pada pasien DM tipe 2 di RSUD Kota Cilegon.
Pada DM tipe 2, terjadi dua abnormalitas metabolisme trigliserida, yaitu over produksi VLDL dan lipolisis viceral adipose tissue yang tidak efektif oleh
LPL. Keduanya dapat menyebabkan hipertrigliseridemia.
31
Yeria, Rayanti. Setelah melakukan penelitian pada 53 penderita DM tipe 2 di Moh. Ridwan Meuraksa, menyimpulkan adanya hubungan antara
GDP terhadap kadar trigliserida pada penderita DM. Hal ini sesuai dengan
45
teori, pada penderita DM tipe 2, bahwa terjadi resistensi insulin yang mengakibatkan tidak terhambatnya kerja lipoprotein lipase. Fungsi lipoprotein
lipase ini adalah menghidrolisis trigliserida, sehingga apabila hormon ini tidak dihambat maka akan terjadi peningkatan kadar trigliserida dalam darah.
28
Peranan kadar GDP dapat mempengaruhi kadar trigliserida dalam penderita DM tipe 2 terjadi secara tidak langsung, namun melalui inhibisi
lipogenesis, aktivasi LPL, serta aktivasi intraseluler hormon sensitif lipase, asumsinya bahwa tidak selalu peningkatan kadar glukosa darah puasa dapat
mempengaruhi profil lipid pada penderita DM.
4.3.Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan, antara lain : 1.
Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional yang meneliti
variabel terikat dan variabel bebas pada waktu yang sama sehingga tidak bisa memberikan penjelasan yang pasti tentang adanya
hubungan antar variabel. Hasil yang didapatkan hanya menunjukan variabel dalam satu waktu tertentu. Hal ini dikarenakan oleh
ketidakmungkinan peneliti untuk mengikuti jangka waktu penelitian jika peneliti melakukan studi prospektif cohort maupun case-control
seperti halnya yang sering digunakan pada penelitian jurnal-jurnal internasional.
2. Asal Populasi
Peneliti hanya mengambil sampel dari satu rumah sakit saja, sehingga ada kemungkinan yang tidak bisa terhindarkan untuk
terjadinya bias saat pemilihan, informasi yang didapat, dan faktor perancu.
3. Tidak dapat meneliti faktor lain
Selain menggunakan GDP, dapat digunakan pula kadar HbA1c sebagai indikator dalam mengukur derajat keparahan resistensi insulin.
HbA1c adalah hemoglobin glikat, yaitu suatu fraksi hemoglobin yang berikatan secara enzimatik dengan glukosa, sehingga kadar HbA1c
dapat mencerminkan kadar gukosa pada waktu 3 bulan yang lalu.