8
2.1.5. Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM tidak dapat ditegakan hanya dari keadaan glukosuria saja, namun dapat ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah. Pemeriksaan
glukosa darah dapat menggunakan darah vena yang kemudian akan diuji secara enzimatik. Menurut WHO, diagnostik DM dapat menggunakan darah utuh
whole blood, darah vena, ataupun angka kriteria diagnostik sesuai dengan keadaan setempat. Sedangkan pengukuran glukosa darah kapiler dapat
dilakukan untuk pemantauan hasil pengobatan.
2, 15
Tabel 2.2. Parameter Diagnosis Diabetes Melitus
Sumber: PERKENI 2011.
2
Pada penderita DM dapat timbul berbagai gejala, diantaranya:
2
Gejala klasik, seperti: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya.
Gejala penyerta, seperti: tubuh mudah lemah dan lelah, kesemutan, gangguan penglihatan, dan gangguan ereksi pada
pria serta pruritus vulva pada wanita. Diagnosis DM dapat ditegakkan dengan 3 cara, yaitu:
2
1. Terdapat gejala klasik, dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu
GDS 200 mgdl. Pemeriksaan ini sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM.
2. Terdapat gejala klasik, dan pemeriksaan GDP 126 mgdl.
3. Tes toleransi glukosa oral TTGO menggunakan 75 g glukosa
oral.
Bukan DM Belum pasti DM
DM Kadar GDS
mgdl
Plasma vena 100
100 – 199
≥ 200 Darah kapiler
90 99
– 199 ≥ 200
Kadar GDP mgdl
Plasma vena 100
100 – 199
≥ 200 Darah kapiler
90 99
– 199 ≥ 200
9
Tabel 2.3. Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus
Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mgdl 11,1 mmolL
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
Atau Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa
≥ 126 mgdl 7,0 mmolL Puasa diartikan penderita tidak mendapat kalori tambahan minimal 8 jam
Atau Kadar glukosa plasma 2 jam pada TTGO
≥ 200 mgdl 11,1 mmolL TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan dalam air. Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 oleh ADA American Diabetes Assosiation
2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandarisasi dengan baik
Sumber: PERKENI 2011.
2
Untuk hasil pemeriksaan yang tidak normal atau DM, maka dapat dikelompokkan menjadi toleransi glukosa terganggu TGT atau GDP
terganggu GDPT, yaitu:
2
1. TGT: Diagnosis TGT dapat ditegakkan apabila setelah pemeriksaan
TTGO didapatkan glukosa plasma 2 jam post-prandial antara 140- 199 mgdl 7,8-11,0 mmolL
2. GDPT: Diagnosis GDPT dapat ditegakkan apabila sesudah
pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100-125 mgdl 5,6-6,9 mmolL dan pemeriksaan TTGO menunjukkan hasil 140
mgdl.