5
yang siap yang mutafaqih fiddin, berwawasan luas dan dapat berkiprah didunia Internasional berdakwah degan metode bahasa Dunia serta
mengimplementasikan fungsi khalifah Allah Swt dimuka bumi yang tercermin dalam sikap proaktif, inovatif dan kreatif.
Adapun pondok pesantren salaf Al-Musayyadah adalah pondok pesantren salaf yang hanya mengkaji al-
Qur‟an dan kitab-kitab kuning. Dan bukan suatu lembaga pendidikan yang formal. Akan tetapi tujuannya sama
dengan lembaga pendidikan lainnya yaitu untuk mempersiapkan kader-kader ulama dan pemimpin umat yang mutafaqih fiddin serta berwawasan luas.
Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk mengetahui dan membandingkan pembelajaran fiqih pada dua pesantren yaitu di pesantren
modern Daarul Ahsan dan pondok pesantren salaf al-Musayyadah. dan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah berupa skripsi dengan judul:
“Perbandingan Pembelajaran Fiqih Di Pondok Pesantren Modern Dengan Pondok Pesantren Salaf Dalam Persepsi Santri. Studi Kasus di
Pondok Pesantren
Daarul Ahsan
dan Pondok
Pesantren al-
Musayyadah”.
B. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pembelajaran fiqih di pondok pesantren modern Daarul Ahsan dan pondok
pesantren salaf al-Musayyadah. Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Untuk memenuhi syarat dalam mencapai sarjana Strata I di Universitas
Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2.
Diharapkan dapat memberi informasi kepada pihak sekolah khususnya dan dapat menjadi bahan bacaan untuk kalangan umum yang menggeluti dunia
pendidikan. 3.
Sebagai bahan masukan dalam upaya mencerdaskan santri pondok pesantren modern Daarul Ahsan dan pondok pesantren salaf al-
Musayyadah Banten.
6
C. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka timbullah beberapa petanyaan yang diidentifikasikan antara lain sebagai
berikut: 1.
Adakah perbedaan yang signifikan pembelajaran fiqih di pondok pesantren modern dengan pondok pesantren salaf?
2. Bagaimana pembelajaran fiqih di pondok pesantren modern dan pondok
pesantren salaf? 3.
Metode apakah yang digunakan pada pembelajaran fiqih di pondok pesantren modern dan pondok pesantren salaf?
D. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Mengingat keterbatasan yang ada pada penulis serta untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka masalah hanya dibatasi pada pembelajaran
fiqih yang ada di pondok pesantren modern dan pondok pesantren salaf yang penelitiannya penulis tujukan kepada santri karena santri yang ada di pondok
pesantren modern Daarul Ahsan dan pondok pesantren salaf al-Musayyadah sama-sama memiliki pengalaman belajar.
Berdasarkan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang diajukan adalah: “Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pembelajaran
fiqih” di pondok pesantren modern Daarul Ahsan dengan pondok pesantren
salaf al-Musayyadah.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pondok pesantren memang telah sejak lama dilakukan. Hal ini menyangkut keterkaitan dengan masuknya Islam di
Nusantara maupun keterkaitannya proses islamisasi yang terjadi sehingga Islam menjadi agama mayoritas. Penelitian yang terdahulu mengenai pondok
pesantren misalnya.
7
Zamkhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Study tentang pandangan hidup kiai. Yang di terbitkan oleh LP3ES Jakarta, merupakan karya tulis
tentang pesantren yang biasa dikatakan sebagai karya klasik tentang pesantren dan cukup representative sehingga menjadi rujukan yang penting bagi
penelitian tentang pondok pesantren Indonesia. Dalam tulisannya Zamakhsyari banyak mengupas bangunan dasar
pesantren yang termasuk di dalamnya kurikulum, model pendidikan, kitab-kitab yang diajarkan, jaringan yang dikembangkan pesantren
serta tradisi keilmuan yang dikembangkan. Pemaparan mengenai sejarah sebuah pesantren biasanya lahir dari sebuah pengajian di
musholla masjid yang cukup sederhana hingga tumbuh dan berkembang menjadi institusi yang maju dan bahkan menjadi modern
juga menjadi perhatian dalam tulisan tersebut.
5
Menurut Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo pendidikan pesantren ini semula merupakan pendidikan agama Islam yang
dimulai sejak munculnya Masyarakat Islam di Nusantara. Beberapa abad kemudian penyelenggaraan pendidikan Islam ini semakin teratur
dengan munculnya tempat-tempat pengajian
“nggon ngaji”. Bentuk ini kemudian berkembang dengan pendirian tempat-tempat menginap
bagi para pelajara Santri, yang disebut pesantren meskipun bentuknya masih sangat sederhana, pada waktu itu pendidikan
pesantren merupakan satu-satunya lembaga pendidikan yang terstruktur, sehingga pendidikan ini dianggap sangat bergengsi. Di
lembaga pendidikan Islam ini kaum muslimin Indonesia mendalami doktrin dasar Islam, khususnya menyangkut praktek kehidupan
keagamaan.
6
Tulisan lain yang juga penting disebutkan dalam kesempatan ini adalah karya Karel A Steenbrink berjudul Pesantren, madrasah,
sekolah-sekolah pendidikan Islam dalam kurun modern, dalam tulisannya memaparkan bahwa kesejarahan awal sejarah pesantren
khususnya di Jawa dan umumnya di wilayah Nusantara kabur, hal ini seperti yang diungkapkan Steenbrink ketika mempertanyakan tentang
pesantren mana yang dianggap pertama kali ada karena dalam karya sastra jawa kuno
“serat Centini” tidak pernah disinggung-singgung istilah pesantren, dan belum ditemukan sebuah literatur yang secara
tegas menyebutkan kapan mulai ada istilah pesantren. Kendati
5
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Study Tentang Pandangan Hidup Kiyai, Jakarta: LP3ES, 1982 h. 12
6
M. Sulthon Masyhud dan Moh. Khusnurdilo, Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Diva Pustaka, 2003, cet ke-1, hal. 1
8
Steenbrink juga setuju kalau pesantren merupakan pendidikan yang berakar tempat agama Islam lahir.
7
Dalam penelitian yang penulis lakukan ini mengenai pembelajaran fiqih yang ada di dua pesantren yaitu pondok pesantren modern Daarul Ahsan
dan pondok pesantren salaf al-Musayyadah. Penulis ingin mengetahui lalu membandingkan pembelajaran fiqih di dua pesantren tersebut, penulis
mengambil penelitian pada pesantren modern dan pesantren salaf. Karena pesantren modern adalah pesantren yang mengadopsi sistem pembelajaran
dari pesantren salaf namun pesantren modern juga memakai kurikulum Departemen Agama. Maka dari itu penulis tertarik dan ingin mengetahui
apakah ada perbedaan atau tidak pembelajarn fiqih yang ada di dua pesantren tersebut.
7
Karel A Steenbrink, Pesantren, Madrasah, Sekolah Pendidikan Islam dalam Kurun Modern, Jakarta: LP3ES, 1986h. 60
8
BAB II KAJIAN TEORI