Marissa dan pasangannya sama-sama menanggung peran keluarga yang sama, tanpa ada pembagian tugas ketika tinggal bersama, sehingga ketika tidak
tinggal bersama ia merasa agak berat dengan peran yang dijalaninya. Marissa juga mengatakan bahwa sebenarnya pasangannya bukan suami yang mengharuskan
istri untuk mengurus suami seperti pasangan suami istri pada umumnya, pasangannya tidak mengharuskan Marissa untuk masak di rumah jika Marissa
merasa lelah karena bekerja. “Kalo peran di keluarga itu sama-sama si, ga ada pembagian o ini tugas u.
Ini tugas gua gitu, pokoknya sapa yang merasa dia bisa lakukan ya dilakukan aja, sapa yang sanggup ya lakukan aja, tidak saling berebut juga
tidak saling menolak gitu lo, pokoknya sapa yang bisa sapa yang tangani gitu lo.”
R2W2k. 687-697hal. 77 “Ee untuk saat ini si ya, gua si merasa peran gua agak berat.”
R2W2k. 701-702hal. 77 “Gimana ya, gua sebenarnyakan peran gua sebelum dan sesudah menikah
tuh sama aja, gua juga ga pernah melayani suami gua sediain pakaiannya ininya itu, paling ya nyediain makanan mereka aja, pelayanan yang
married betul-betul istri ngurus suami tuh ga ada.” R2W3k. 391-400hal. 88
“Waktu baru married gua ga pernah masak, dia makan di rumah mamanya, atao paling makan berdua di luar, setelah punya anak pun gitu. Suami gua
ga pernah maksain jadi istri harus bisa masak seperti itu si ga. Justru dia bilang ngapain masak lagi kalo uda capek, paling kita makan di luar aja.
Jadi kalo suami gua ga ngeribet la ga repot, oh gua punya istri harus bisa masak, harus makan di rumah gitu ga. Dia malah sering bilang, orang ga
ada di rumah , ngapain masak lagi, bikin jorok rumah lagi.” R2W3k. 414-432hal. 89
3. Gambaran Umum Responden 3
Nama : Kristin bukan nama sebenarnya
Usia :
36 tahun
Universitas Sumatera Utara
Urutan kelahiran : 2 dari 4 bersaudara
Masa Pacaran : 2 tahun
Usia menikah : 26 tahun
Jumlah anak : 3 orang
Suku :
Batak Pendidikan
: S-1
Pekerjaan :
Pegawai Swasta
Lama Commuter marriage : 1,5 tahun
Responden bernama Kristin bukan nama sebenarnya berusia 36 tahun. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara pada keluarga keturuan Batak yang
menetap di Medan. Kristin menamatkan kuliahnya di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara pada tahun 1997 dan saat ini bekerja sebagai manager
di sebuah perusahaan konveksi milik keluarga yang saat ini dikelolanya bersama adik-adiknya.
Keluarganya merupakan
keluarga yang taat beragama dan selalu
mengikuti ibadah keagamaan di gereja. Kristin bertemu dengan keluarga pasangannya di gereja. Keluarga Kristin dan keluarga pasangannya merupakan
jemaat gereja yang sama. Orang tua pasangannya dan orang tuanya pun sudah saling mengenal. Orang tua pasangannya sangat senang melihat Kristin, menurut
mereka, Kristin itu pintar dan mempunyai pendidikan tinggi, perilakunya juga sangat baik. Orang tua pasangannya berencana untuk mengenalkan anak mereka
kepada Kristin. Ia mengatakan bahwa pasangannya selalu menolak setiap wanita
Universitas Sumatera Utara
yang ingin dikenalkan orang tua pasangannya kepada pasangannya bahkan sebelum sempat melihat atau berkenalan dengan wanita tersebut, namun tidak
tahu mengapa, saat orang tua pasangannya menceritakan tentang Kristin kepada anak mereka dan akhirnya tertarik untuk bertemu Kristin.
Pasangannya saat itu bekerja di salah satu perkebunan yang ada di Tebing Tinggi. Pasangannya yang telah menamatkan pendidikan S-1 di Fakultas
Pertanian USU mengatakan bahwa karena pekerjaan di kebun itulah yang membuat pasangannya susah mendapatkan wanita untuk dijadikan istri.
Pasangannya menyadari pekerjaannya membuat dirinya harus mencari istri yang juga dapat memahami kondisi pekerjaan suami yang mana mengharuskan
mengharuskan seorang istri yang juga betah tinggal di kebun dan dapat mengurus anak dan keluarga dengan baik.
Kristin dan pasangannya merasa cocok satu sama lain. Ia dan pasangannya akhirnya pun berpacaran selama 2 tahun, namun mereka tidak bisa bertemu setiap
hari karena pekerjaan pasangannya yang di kebun. Mereka hanya bisa bertemu setiap 2 minggu sekali di akhir pekan.
Kristin mengatakan bahwa dia melihat pasangannya sebagai orang yang pendiam dan tidak pintar bergaul, tetapi dia merasa pasangannya adalah orang
yang setia karena selama pacaran, pasangannya tidak pernah sekalipun membuat Kristin kecewa.
Kristin dan pasangannya membahas masalah pernikahan mereka sebelum mereka menikah. Beberapa masalah seperti Kristin yang tidak bisa bekerja karena
harus ikut pasangannya pindah ke perkebunan tempat pasangannya bekerja.
Universitas Sumatera Utara
Awalnya Kristin tidak begitu setuju jika tidak bekerja, namun pasangannya menjelaskan bahwa pasangannya menginginkan seorang istri sarjana yang pintar
untuk dapat mendidik anak dan bijaksana dalam membuat keputusan untuk keluarga. Pasangannya juga mengatakan bahwa Kristin tidak perlu khawatir soal
uang karena pasangannya akan menyerahkan segala penghasilannya untuk Kristin kelola.
Keluarga Kristin dan pasangannya berencana untuk menikahkan mereka setelah Kristin menamatkan kuliah. Tepat pada tahun 1998 Kristin dan
pasangannya menikah. Pasangannya menepati janjinya dengan menyerahkan seluruh tabungan dan penghasilannya kepada Kristin. Beberapa bulan setelah
pernikahan pasangannya memuji Kristin yang cakap mengurusi keuangan keluarga, tidak boros dan dapat dipercayai sehingga pasangannya benar-benar
mempercayakan masalah keuangan keluarga kepada Kristin. Tinggal di perkebunan awalnya membuat Kristin merasa kesulitan, namun
beberapa 3 bulan kemudian, ia mulai terbiasa dengan kehidupan perkebunan. Ia mengatakan bahwa di kebun banyak para istri dari pekerja kebun yang menjadi
temannya dan mereka juga sangat akrab. Ibu-ibu yang sudah lama tinggal di kebun membagi pengalaman kepada ibu-ibu yang baru datang untuk dapat
beradaptasi dengan baik. Kristin mengatakan tidak kesulitan mengurus rumah karena selain rumah
dan isinya telah disediakan oleh pihak perkebunan, juga terdapat kerani rumah tangga yang membantu memperbaiki barang-barang rumah tangga yang rusak,
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kerani perkebunan yang mengurusi kebun serta membunya bibi yang membantunya membersihkan rumah.
Ia merasa kehidupan pernikahannya di kebun cukup santai. Di akhir pekan, Kristin dan pasangannya biasanya sama-sama bermain tenis atau ke kota untuk
berekreasi atau sekedar makan di luar. Kristin mengaku sangat menikmati dan menyukasi saat-saat seperti itu.
Satu tahun pernikahannya dan pasangannya, akhirnya Kristin dikaruniai seorang putra yang diberi nama Koko bukan nama sebenarnya, satu tahun
kemudian lahirlah putra kedua mereka yang bernama Adi bukan nama sebenarnya dan selang 4 tahun mereka dikaruniai seorang putra bernama Niko
bukan nama sebenarnya. Anak-anaknya ikut berpindah kemanapun pasangannya ditempatkan dalam
pekerjaan pasangannya, sehingga anak-anak mereka beberapa kali pindah sekolah. Satu setengah tahun yang lalu pasangannya akan ditempatkan di Aceh. Keadaan
perkebunan di sana sangat terpencil dan dijaga ketat oleh pasukan militer. Kristin mengatakan juga kesulitan mencarikan sekolah yang baik di daerah perkebunan
karena tidak memungkinkan bagi anak-anaknya untuk sekolah di luar kebun. Ia dan pasangannya akhirnya menyadari harus melakukan perpisahan
untuk sementara waktu. Keluarga lain yang juga bekerja di kebun yang sama dengan pasangannya biasanya akan menempatkan keluarga mereka di Medan,
karena di Medan merupakan pusat dari perkebunan tersebut di pulau Sumatera. Kristin awalnya tidak mampu memikirkan bagaimana cara teman-
temannya yang melakukan perpisahan lebih dulu dibanding dirinya, namun
Universitas Sumatera Utara
teman-temannya mengatakan bahwa nanti Kristin juga akan mengalaminya dan akan terbiasa dengan hal itu.
a. Masa Commuter Marriage.
Kristin dan pasangannya sejak awal memang menerima bahwa suatu saat mereka juga akan melewati pernikahan jarak jauh, namun perpisahan mereka
dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu karena pihak perkebunan yang melakukan perpindahan. Ia mengaku kewalahan di awal perpisahan, karena
perpisahan yang tiba-tiba dan mereka belum melakukan persiapan apa-apa seperti mencari tempat tinggal baru di Medan, membeli barang-barang di rumah dan
masalah sekolah anak-anak. Semua itu diurus Kristin sendirian karena pasangannya sudah harus berangkat ke Aceh.
Ia dan pasangannya setiap harinya berkomunikasi dengan menggunakan telepon Kristin mengatakan bahwa dia selalu memberitahukan pasangannya
mengenai apa yang dilakukan dia dan anak-anak serta menanyakan tentang kesehatan pasangannya dan barang-barang kebutuhan pasangannya yang kurang.
Kritin biasanya mengirimkan barang-barang kebutuhan sehari-hari pasangannya karena daerah perkebunan tempat pasangannya bekerja yang cukup terpencil dan
tidak menyediakan barang-barang kebutuhan dengan begitu lengkap. “Seperti melalui telfon, paling tidak bertelfon tiap hari itu pasti.”
R3W1k. 52-54hal. 94 “Ya seperti itu juga la masalah tanya kesehatan, ya kan, trus anak-anak
gini, lagi ujian ini pa,ya saya juga nanya gimana kerjaan di sana? Sehat, ya gitu juga, terkadang kita tanya apa-apa aja yang perlu lagi dikirim.”
R3W1k. 67-74hal. 94
Universitas Sumatera Utara
“Jadi kesimpulanya meskipun kami jauh, tapi komunikasi kami tetap dan kebutuhan dia kita tetap bisa pantau gitu.”
R3W1k. 81-85hal. 94
Kristin mengatakan lebih menyukai komunikasi langsung karena berarti ia dapat berkumpul bersama dengan pasangannya dan anak-anaknya, selain itu juga
karena pasangannya dapat menjadi tempat berbagi mengenai anak mereka. Kristin merasa dirinya tetap harus siap menerima keadaan ini dan melihat dari sisi positif
supaya dirinya dapat lebih maju. Ia tetap menerima keadaan pernikahan jarak jauh meskipun bukan berarti ia senang karena bisa bebas ataupun sedih karena
pasangannya tidak tinggal bersamanya.
“Kita lebih suka kumpul sama-sama, bisa tiba-tiba pa liat dulu anakmu sana, apakan dulu dia, kita kan ga bisa gitu. Memang secara apanya
kadang pada saat anak-anak ribut ato apa mungkin terkadang perasaan kita duh kalo ada bapaknya ada di sini gitu kan”
R3W1k. 92-96 dan 100-104hal. 95 “Itupun kalo kita sudah dikondisikan dengan seperti ini kita pun harus bisa
berpikir positif, tidak bisa apa ga ngelongsor kan, kita harus bisa dengan kondisi seperti ini kita harus bisa lebih sigap dibandingkan ketika kita
bersama-sama.” R3W1k. 113-121hal. 95
“Ya itu la kita ga bisa mengambil kesimpulan satu item, sedih, senang, ga bisa kita bilang, di satu sisi kita bisa senang, di sisi lain kita bisa sedih,
tapi ga sedih semua, tapi tidak senang semua, jadi tidak bisa kita simpulkan saya senang dengan kondisi ini, tidak bisa kita bilang begitu.”
R3W1k. 124-134hal. 95 “Saya menerima, tapi kita ga bisa bilang ah aku senang berpisah gini, aku
bisa bebas ato aku sedih kali gitu, ga, saya ga sedikitpun merasakan gitu. Dengan kondisi seperti ini ya mungkin ini bagiannya saya harus bisa
benar-benar produktif dengan kondisi seperti ini gitu.” R3W1k. 136-145hal. 96
Universitas Sumatera Utara
Waktu senggang Kristin ia habiskan dengan membersihkan rumah, mengantar-jemput anak serta menghabiskan waktu bersama teman-teman dengan
berbelanja. Ia kadang-kadang menikmati aktivitas waktu senggangnya, namun kadang-kadang tetap bisa muncul keinginan untuk menghabiskan waktu bersama
pasangannya. Kristin berusahan untuk tetap kuat dan berusaha membuat anak- anaknya tidak sedih dengan keadaan seperti itu.
“Emm, ya itu tadi, ya kita bersi-bersi rumah, antar anak sekolah trus terkadang kita bantu-bantu si kakaknya baru sambil melihat usaha kita ya
sambil senam ya gitu la, kadang kita pigi shoping ma kawan-kawan kan. Ya gitu la.”
R2W1k. 160-167hal. 96 “Itu tadi la, makanya kita ga bisa bilang ga suka ato betul-betul suka, ada
kalanya kita enjoy terbiasa kan, tapi pada saat kalanya kita liat orang pergi sama dengan ini ya kan, ish enak kali ya kalo bapaknya dekat, gitu, bisa
rame-rame sama anak gitu.” R3W1k. 171-179hal. 96
“Kalo kita gimana ya, kalo kita juga down dengan keadaan kita itu ga akan membangun sedikitpun”
R3W1k. 181-184hal. 97 “Maka dengan seperti itu saya ajak anak-anak saya rasa dia jarang jumpa
bapak, ya saya bawa mereka jalan-jalan. Pulang nanti ga les, kita pigi ya nak ke timezone a gitu. Jadi mereka tetap merasakan tetap bisa ke
timezone walaupun bapaknya ga disini.” R3W1k. 185-193hal. 97
“Kalo misalnya saya liat anak saya liat anak orang lain sama bapaknya, ya kita ajak anak kita, yuk nak kita makan di sana yuk, jadi saya berusaha
membuat anak-anak ini tidak kecarian gitu.” R3W1k. 197-203hal. 97
Ia lebih menikmati dan menyukai waktu senggang yang dihabiskannya bersama pasangannya karena ada pasangannya yang membantu membereskan hal-
Universitas Sumatera Utara
hal yang kurang dikerjakannya. Ia dan pasangannya biasanya membawa anak- anak jalan-jalan ke mall, bahkan Kristin sengaja membuat acara makan bersama
keluarga di luar rumah karena kebetulan pasangannya pulang hanya untuk 2 sampai 3 hari saja ataupun ketika anak-anaknya sekolah. Ia dan pasangannya
biasanya nonton TV bersama atau menghadiri acara pesta keluarga. “Saya rasa lebih enjoy, kita lebih apa ya, lebih tenang, karna seperti itu la,
karna kita bisa merasa kalo ada yang kurang, o, nanti dia kok yang apakan.”
R3W1k. 240-245hal. 98 “Kalo sama anak-anak ya paling gitu la makan di luar, memang saya
fokuskan kalo dia datang pun, ketepatan kalo dia datang tuh 2 atau 3 hari saya bikin makan di luar, jadi banyak ke plaza atau kemana-mana la
memang, jadi hampir tidak ada la masak di rumah gitu. Karna dia juga dua hari tiga hari la gitu.”
R3W3k. 8-18hal. 118 “Ya gitu nonton, baca sama-sama seperti gini, Cuma ya itu , waktunya
singkat, ga pernah ini, paling cuti ya sebulan, paling ya untuk pesta ato ada apa gitu”
R3W3k. 22-27hal. 118
Kristin dan
keluarganya merupakan
keluarga yang taat beragama, ia berusaha mendekatkan anak mereka dengan Tuhan dengan cara mengajari anak
mereka berdoa, mengajak pasangannya untuk melakukan ibadah dan bersama- sama menyanyikan lagu rohani. Ia juga mengikuti beberapa kegiatan keagamaan
bersama-sama penduduk di komplek rumahnya. “Yang bersama gitu ya, kami saat teduh bersama, saat teduh, di sini sampe
sekarang pun saya saat teduh tiap pagi, jadi waktu sama pun gitu, walaupun tidak setiap hari. Kalo malam saya ajak anak doa.”
R3W1k. 296-303hal. 99 “Kadang ada juga dengar lagu rohani dari hp, nyanyi sama-sama ya gitu.
Sekarang pun kayak gitu, kalo pas saya pergi ke sana kami berdua nyanyi.”
Universitas Sumatera Utara
R3W1k. 354-355hal. 100 “Saya itu tadi saat teduh, trus ikut kegiatan kompleks ini, kebaktian. Ya
gereja, setiap minggu gereja gitu la.” R3W1k. 361-364hal. 100
Ia merasa dirinya menjadi lebih dekat ke agama dan menjadi memandang suatu masalah secara positif ketika berjauhan dengan pasangannya. Ia merasa
dengan membaca Firman dirinya menjadi lebih kuat dalam menghadapi masalah yang ada dan percaya bahwa pencobaan yang diberikan tidak akan melebih
kemampuannya. “Ya itu tadi, saya semakin positif memandang.ya seperti itulah.”
R3W1k. 312-314hal. 99 “Ya tapi saya percaya selalu kata orang kan, ibaratnya seperti kata firman
kan pencobaan itu tidak akan melebihi kemampuan kamu. Kamu diberikan itu karna kamu mampu.nah jadi saya seperti itu. Ketika baca firman, di
saat kamu lemah Tuhan ada, nah seperti itu. Saya larinya pasti ke sana” R3W1k. 324-335hal. 100
“Kalo dipikir-pikir, saya jadi lebih dekat kalo berjauhan, saya malah makin dikuatkan saat kami berjauhan. Ya. Terus terang aja gini, kadang kita
menghadapi anak gini la ribut, gini gitu kadang kita ga sabaran kan kita bisa marah kan gitu ya. Pada saat apa dulu, bisa dibantuin, pa bilangin dulu
orang itu gitu kan. Oh iya, di diamkannya, ayo jangan ribut. Sekarang kan kita ga bisa bilang gitu. Diam ato gimana, kadang stress bisa aja kita
pukul. Habis itu kita menyesal. Jadi aku harus lebih kuat, harus lebih kuat supaya anak-anak ku ga kena marah. Orang ini uda kasian dia ga bisa
jumpa bapaknya, kok aku jadi gitu. Saya akui saya jadi lebih dekat, gitu.” R3W1368-390hal. 101
Kristin merasa hal yang menjadi masalah dalam pernikahan jarak jauh adalah ketidak hadiran pasangannya di dalam menjalani kehidupannya. Ia merasa
dirinya tidak bisa melampiaskan kekesalan atau tidak bisa sama-sama menikmati hal yang menyenangkan bersama pasangannya. Ia merasa suatu hal tidak akan
Universitas Sumatera Utara
menyenangkan lagi jika diceritakan, akan lebih menyenangkan jika pasangannya juga bisa merasakan apa yang dirasakannya.
“Ya itu tadi la, kayak pada saat kita kesal kita ga bisa melampiaskan, tadi kok gitu, gini-gini. Biasanya gitu, kalo ada bapaknya kan bisa langsung.
Ato kalo kita ceritakan tidak akan bisa seenak kalo waktu kita bertelfon. Pada saat jumpa persoalan itu uda tidak begitu menyenangkan lagi gitu.”
R3W1k. 349-403hal. 101 “Karna kan itu tadi, ntah pada saat ada yang lucu ato ada anak-anak yang
bikin lucu ato apa kan kita mo menceritakan pun ga akan seenak langsung. Pa tadi si adek la pa gini gini”
R3W1k. 413-418hal. 102
Ia kadang-kadang puas dengan penyelesaian masalah yang dilakukkannya tapi kadang-kadang juga merasa tidak puas karena muncul hal lain yang menjadi
masalah bagi Kristin seperti ketika ia tidak bisa menangani anak mereka sendirian. Ia tidak menyangka bahwa perkembangan anak sulungnya menjadi
remaja begitu cepat sehingga kadang-kadang dia merasa kesulitan mendidik anaknya sendirian.
“Gimana ya, terkadang ya memuaskan la. Kita rasa kita mendidik anak bisa, tapi ada juga kadang kalanya kita rasa dia begini tiba-tiba dia uda lain
pikirannya.” R3W1k. 435-440hal. 101
“Apalagi anak yang besar kan, kita pikir dia uda patuh kali, rupanya dia uda mulai, kayaknya pikirannya ini ya. Liat-liat lawan jenis ato ntah kayak
mana, dia uda ihh-ih –ih ama kawannya sekarang gitu. Kok kayak gitu, terkadang belom sampe pikiran saya sampe ke situ orang itu da gitu.”
R3W1k. 440-449hal. 102 “Kemaren tuh pas antar kawannya pulang kerja-kerja kelompok kan pas
antar temannya pulang trus, ih itu cewe itu, ato pun dari lagu-lagu itu dia uda ess, ess ternyata uda mulai ke arah sana ya.gitu. di situ la terkadang
perlunya maunya ada bapaknya.” R3W1k. 450-458hal. 102
Universitas Sumatera Utara
Ia tetap menerima keadaan dimana ia tidak bisa saling berbagi dengan pasangannya karena ia merasa memang sudah begitu keadaan mereka dengan
berusaha tidak membahas masalahnya dan selain mereka juga masih banyak teman-teman mereka yang mengalami hal seperti itu. Ia berharap pasangannya
dapat membantunya, tetapi ia tahu bahwa ia hanya bisa menyelesaikannya sendiran. Kristin juga selalu menasehati anak sulungnya untuk selalu berlaku
sopan. “Ya gimana ya, ya itu tadi la, balek tadi, ya kita terima itu gitu.”
R3W1k. 411-413hal. 102 “Ya menyikapinya gimana ya, ya memang uda kayak gitu la jalanya. Gitu
aja saya. Jadi kalo makin kita bahas pun jadi sedih juga ya.” R3W1k. 418-423hal. 102
“Di situ la terkadang perlunya maunya ada bapaknya, tapi kita Cuma bisa menyelesaikan sendiri.”
R3W1k. 456-459hal. 102 “Bang,blom boleh gitu ya, ato gimana.”
R3W1k. 460-461hal. 102
Kristin merasa keadaan ekonomi keluarganya saat ini memuaskan meskipun ia mengatakan bahwa sebagai manusia pasti ada keinginan lain lagi.
Kristin mengatakan bahwa pasangannya menginginkan dirinya yang mengurus keuangan keluarga. Penghasilan pasangannya dan penghasilan tambahan
pasangannya biasanya akan dimasukkan ke dalam bank dan selanjutnya Kristin dan pasangannya sama-sama menentukan uang mereka akan diinvestasikan
kemana. “Mengelola... kalo saya dengan om, saya lebih dominan untuk masalah
investasi karna gini dek. Sebelum menikah pun dia uda bilang.” R3W1k. 503-507hal. 104
Universitas Sumatera Utara
“Jadi segala investasi kami seperti gaji, ketepatan kami tahunan juga ada bonus berupa kancin la, dan menurut saya lumayan besar gitu, jadi kalo dia
pas gajian, trus masuk ke rekening, kita mo apa ini gitu? Baru saya liat, ntah investasi ke tanah, ada apa pa di sana gini-gini.”
R3W1k. 572-582hal. 105
Kristin mengatakan bahwa dirinya mendominasi dalam mengurus keuangan keluarga, kemana pun mereka pergi, tetap Kristin yang membayar,
namun meskipun begitu bukan berarti pasangannya tidak mempunyai uang sama sekali.
“Jadi kan waktu kami sama dulu juga gitu kita pergi ke mana pun saya yang bayar, memang saya bendaharanya la gitu. Kemana kita, mo ke mana
kita ma? Ke sana yuk kita beli makan di sana.” R3W1k. 592-598hal. 106
“Jadi om tidak ada mendominasi sedikitpun uang. Tapi dia tetap punya uang dan saya juga ga mau kayak sebagian orang kalo dia uda kuasai uang
si suami udah ga bisa lagi ditatar ato gimana. Jadi untuk investasi gitu-gitu saya la yang dominan untuk apa.”
R3W1k. 601-609hal. 106
Kristin mengatakan ketika pasangannya berada di rumah, frekuensi aktivitas seksual mereka lebih sering dibandingkan ketika berpisah. Ia dan
pasangannya sama-sama menyakini bahwa kepuasan seksual bukan hanya dari sisi kuantitas, tetapi dari sisi kualitas juga.
“Selama sama? Ya frekuensinya bagus, frekuensinya lebih sering dibandingkan dengan ga sama kan gitu?”
R3W2k. 343-347hal. 114 “Tapi ya kembali lagi ke sisi lainya, terkadang tidak hanya dalam sisi
kuantitas, kualitas juga pada saat kita sebulan kita jumpa semingu kita campur beberapa kali dengan seperti itu kalo kualitasnya lebih apa
kayaknya ya sama aja gitu.” R3W2k. 359-367hal. 114
Universitas Sumatera Utara
Kadang-kadang Kristin dapat membayangkan betapa menyenangkanya jika dapat menonton bersama pasangannya sambil berpelukan.Ia merasa tidak
sama enaknya ketika bersama pasangannya tetapi ia berusaha membuat hari- harinya menyenangkan tanpa pasangan.
“Pada saat kita is kalo ada la bapaknya sekarang, bisa la kita nonton apa peluk-pelukan, na seperti itu, ga munafik kita bilangnya.”
R3W2k. 355-359hal. 114
“Tapi memang apapun ceritanya memang itu tadi balik lagi ke persoalan itu tadi, tidak akan sama enaknya dengan itu tadi antara bersama-sama dan
berjauhan itu tidak akan sama, itu ga usa munafik kita. Tapi dengan seperti itu pun kita bisa bikin sama baiknya dengan ketika kita masi sama? Ya
gitu aja lah.” R3W2k. 368-378hal. 115
Ia mengatakan saat ini ia dan pasangannya tidak berencana untuk menambah anak lagi. Kelahiran ketiga anaknya itu memang sudah direncanakan
dirinya dan pasangannya, ia menambahkan bahwa setelah melahirkan anak ke dua, ia dan pasangannya merencanakan untuk anak yang ketika agak dijauhkan
usia mereka sehingga antara anak kedua dan ketiga mempunyai beda usia 4 tahun. “Ya kita ketepatan gitu, ini tiga kayaknya ga ada lagi planing untuk
nambah.” R3W2k. 381-383hal. 115
“Ya seperti itu ya waktu yang pertama kan langsung, yang kedua, ya kalo dia uda setaun jalan, baru, kita bilang mumpung sekali apa ya dibiarkan
aja. Planing ya tetap ada, satu dua habis itu uda dulu, jarangkan dulu, makanya hampir 4 taun bedanya gitu.”
R3W2k. 383-392hal. 115
Kristin juga mengatakan bahwa dasar dari suatu pernikahan adalah karena adanya saling percaya, karena kepercayaannya itulah maka sampai sekarang ia
Universitas Sumatera Utara
percaya bahwa pasangannya setia padanya. Ia menambahkan sejak awal mengenal pasangannya, ia melihat bahwa pasangannya adalah orang yang sulit bergaul
dengan orang lain dan tidak playboy. Kristin selalu menyerahkan diri dan pernikahannya kepada Tuhan, dia meminta supaya dirinya dan pasangannya
diberikan kekuatan untuk menghadapi masalah ini. “Bagi saya dasar pernikahan itu karna adanya saling percaya, kita jaga
pun dia terus seperti ini” R3W2k. 396-399hal. 115
“Kalo dia uda punya minat ataupun sudah punya bakat, sudah punya keinginan, pasti akan terjadi. Terbukti dia tidak seperti ni.”
R3W2k. 399-403hal. 115 “Jadi kalo saya sampe saat ini betul-betul percaya 100 la gitu ya kalo dia
ga apa-apa. Karna saya liat dia orangnya ya apa, berkawan juga apa pun, pacaran juga ga pernah gitu. Ga ini kali la, kita bilang dalam kategori
orang yang sulit bergaul la gitu. Bukan playboy ato gimana itu ga” R3W2k. 403-413hal. 115
“Ya itu tadi la kita, satu itu kita berdoa la berilah Tuhan, kalo memang Kau berikan jalan seperti ini, Kau berilah kekuatan, ya kita pun ga
munafik, kita pun sering butuh, kan gitu.” R3W2k. 451-457hal. 117
Ia mengatakan bahwa dirinya mempunyai hubungan yang baik dengan keluarga pasangannya. Ia merasa bahwa mertuanya sangat baik dan
menganggapnya seperti anak sendiri. Keluarga tidak pernah menolak kehadirannya tanpa pasangan bahkan keluarganya dan keluarga Kristin dan
pasangannya juga sangat mendukungnya di saat berpisah dengan pasangannya, namun kadang-kadang Kristin merasa kecil hati karena saudara-saudaranya dapat
berkumpul dengan pasangan mereka sedangkan dirinya tidak bisa. Adik iparnya
Universitas Sumatera Utara
dan adik-adiknya merasa dia begitu hebat masih bisa bertahan dengan keadaan seperti itu dan sering memberikan dukungan kepadanya.
“Jadi antara saya mertua laki-laki dan perempuan saya seperti ini anak dengan orang tua.iya, syukur itunya begitu baik la, ga ada kata.
Menasehati kita juga gini kita dianggapnya kayak anak perempuan gitu.” R3W2k. 7-14hal. 107
“Baik. Ga ada pengaruhnya la gitu. Mereka sangat welcome.” R3W2k. 55-56hal. 108
“Iya, kayak mertua ato adik-adik ipar saya begitu mendukung gitu. Bahkan mereka liatnya kau hebat memang, sendiri bisa mengambil keputusan
begini begini ha.” R3W2k. 58-64hal. 108
“Mendukung, mendukung, malah kadang saya kalo pas menelpon apa gitu kan kayak nya. Adek saya kan nelpon di Bali dengan suaminya, pigi rame-
rame gitu. Is enak kali ya kalian ya begini-begini. Alah udalah tenang- tenang aja lah, nanti adanya waktunya bisa sama, na gitu. Jadi mereka
mendukung la untuk ke situ.” R3W2k. 67-78hal. 108
Kristin mengaku hubungannya dengan teman-temannya sangat baik, namun ia tidak pernah menceritakan masalahnya kepada teman-temannya karena
ia merupakan orang yang tidak biasa menceritakan masalah kepada orang lain. Ia dan teman-temannya biasanya saling menemani dan bersama-sama melakukan
kegiatan keagamaan. “Sangat baik-sangat baik dengan teman.”
R3W3k. 97-98hal. 120 “Ya itu tadi, terkadng kita jalan-jalan , eh temani la saya ke sana bentar,
kayak tadi gitu kan, karna ada perlu ya pergi tengok gitu la selain kegiatan keagamaan kan gitu kan, sama kawan-kawan ya gitu. Yuk pergi ke sana
bentar kawani aku. Ya ayuk rame-rame ikut refreshing gitu la, tapi ya tetap ke hal-hal yang positif.”
R3W3k. 84-94hal. 119
Universitas Sumatera Utara
“Ga, saya ga termasuk orang yang tertutup untuk hal-hal seperti itu, dan saya cemana ya, tidak pernah mempersoalkan sesuatu, seperti itu ya seperti
itu aja. Saya termasuk orang yang ga pernah cerita apapun sama orang.” R3W3k. 101-109hal. 120
“Walaupun kita mengerutu dalam hati tapi kita ga pernah sampaikan sama orang, karena lebih kurang itu dia tetap juga nanti dibalekkan ke saya
gitu.” R3W3k. 124-129hal. 120
Saat ini, Kristin-lah yang mendominasi dalam pengasuhan ketiga anaknya,
namun meskipun demikian, ia tetap meminta pendapat pasangannya ketika hendak mengambil keputusan mengenai anak mereka.
“Kayaknya kita bisa bilang ini la, dengan saya la, itu dominan saya.” R3W2k. 82-84hal. 108
“Tapi saya juga meminta pendapat suami, misalkan pa si Koko yang paling besar dia bilang mo ikut pramuka, nanti capek kali dia begini-
begini, ya uda ga apa-apa, liat aja, nanti kalo ada masalah baru diberhentikan.”
R3W2k. 84-91hal. 108
Ia kadang-kadang merasa stress ketika anak-anak mereka bertengkar satu sama lain sehingga ia selalu memberitahukan apa yang terjadi mengenai anak
mereka kepada pasangannya dan pasangannya kadang-kadang membantunya menasehati anak-anak mereka. Ia merasa sampai saat ini anak-anak mereka tidak
pernah menjadi masalah yang membuat ia dan pasangannya bertengkar, karena ia merasa selama ini anak mereka juga hanya melakukan kenalan-kenakalan seperti
anak pada umunnya. Kristin kadang-kadang merasa siap menangani anak mereka, tetapi kadang-kadang merasa kelelahan mengurusi anak mereka.
“Masalanya gitu? Ya itu tadi la, terkadang kan anak-anak masa apanya apalagi tiga laki-laki ntah berantem terkadang kita stress juga gitu. Iya,
terkadang satu merajuk ato apa berkelahi dengan yang satu,satu lagi ntah apain, kan bertiga, laki-laki pula itu, ya harus seperti itu la.”
Universitas Sumatera Utara
R3W2k. 109-118hal. 109 “Iya, dan saya pun gitu, nanti mama kasi tau papa ya. Selalu saya telfon,
ntah lagi belajar ato lagi apa kan, pa tadi si Koko gini, ato Pa tadi di sekolah orang itu gini, kena setrap Pa, ke belakang orang itu main-main,
da bel blom masuk. Ko, jangan gitu ya. Pasti saya kasi tau.” R3W2k. 159-167hal. 110
“Untuk saat ini ya ga ada masalah. Ya mungkin kan kadang anak yang bikin berkelahi kan gitu maksudnya. Ya sampe saat ini ga ada gitu. Karna
ya mereka pun termasuk dalam kategori sampe saat ini blom ada masalah ato bikin ulah di sekolah ntah gimana-gimana belom.”
R3W2k. 137-147hal. 110 “Perasaan? Ya itu tadi, terkadang kita siap, terkadang kewalahan juga.
Secara fisik itu kayak mengurus kebutuhan mereka gitu. Ya itu tadi, ada kalanya siap, tapi kadang kalo lagi capek itu, bisa mikir coba kalo ada
bapaknya ya, kita bisa duduk di sebelah begini, kalo ngantuk bisa tidur gitu.”
R3W2k. 123-133hal. 109
Kristin merasa pasangannya merupakan orang yang penurut dan dirinya lebih keras. Ia merasa pasangannya merupakan orang yang baik dan mereka tidak
pernah saling mempertahankan pendapat masing-masing karena pasangannya lebih sering menerima pendapatnya.
“Terkadang persoalan itu gini, om itu lebih cenderung nurut gitu. Saya lebih keras dari dia.”
R3W2k. 207-210.hal. 111 “Karna dia pun orang baik jadi saya pun ga ini, jadi kami ga pernah
ngotot-ngototan, ga pernah kami temui gitu kan, dan dia lebih sering memang menerima, dan gini la pa, gini-gini, ya uda mana baiknya itu aja
bikin. R3W2k. 212-220hal. 111
“Dia ga keras, saya lebih keras untuk hal-hal apa gitu.” R3W2k. 224-225hal. 112
Ia merasa pasangannya sangat pendiam dan tidak mengikuti permintaan orang lain sehingga ketika keadaan memerlukan pasangannya untuk bertindak
Universitas Sumatera Utara
namun pasangannya tetap diam saja, namun meskipun begitu ia tetap menerima sifat dan kepribadian pasangannya karena ia tahu bahwa tidak ada orang yang
sempurna di dunia ini. Ia juga mengambil sisi positif dari sifat pasangannya itu. “Tapi pada sisi pada saat kita memang perlu keras kan, ko kok kayak tak
ada si, asyik diam aja.gitu la, apa komentar? Ya uda la kayak gitu aja. Nah gitu, ada kalanya kita memang kurang senang dengan dia, atau misalkan di
apa, di pekerjaan, om itu cenderung lebih pendiam” R3W2k. 229-239hal. 112
“Ya itu tadi. Trus saya langsung ambil kesimpulan kayak gitu, ga ada orang yang sempurna, dan yang saya liat lebih banyak sisi positif dia
daripada sisi negatifnya seperti itu.” R3W2k. 249-255hal. 112
“Terkadang pada saat kita liat suami orang kayaknya riang gitu heboh kan kau pun diam aja dari tadi gitu. Tapi ya pada saat dia apa, ya ternyata kita
liat suami orang yang keras kali mo main fisik harus ini dia harus begini atau uang dia ditatarnya, oh rupanya suamiku ini cukup beruntung saya
memiliki dia, seperti itula.” R3W2k. 262-272hal. 112
Ia juga merasa pasangannya adalah orang yang fleksibel, pasangannya tidak pernah menuntutnya harus melakukan ini itu. Pasangannya selalu memberitahu
Kristin untuk melakukan apa yang Kristin rasa baik. “Ga dia fleksibel, apa yang kau rasa baik menurutmu, itulah prinsip dia,”
R3W2k. 280-282hal. 113 “Bangun pagi kau harus ini, ini ga. Paling kalo nonton kutip ini semua kok
kotor kali, ayo. Kira-kira gitu, sapukan ini, gitu.” R3W2k. 312-316hal. 113
Ia berusaha menikmati keadaan pernikahannya saat ini karena ia paham
bahwa keadaan sekarang mengaruskan dirinya mengambil peran yang lebh besar daripada pasangannya. Kristin selalu berusaha melakukan semaksimal mungkin
Universitas Sumatera Utara
karena ia tahu saat ini ia bertanggung jawab menjaga anak-anak mereka dengan baik.
“Ya gimana ya, ya kita menikmati ajalah. Mana yang bisa kita buat, kita kerjakan, gitu.”
R3W2k. 320-323hal. 114 “Ya itu tadi la dek, ya memang gini kondisinya harus kita sikapi. Gimana
dengan kondisi ini harus kita sikapi dengan hasil yang maksimal gitu lah, xterutama dalam hal anak, nah gitu la yang paling berat itu ya anak itu
tadi.” R3W2k. 327-334hal. 114
“Kalo sampe ada yang ga ga sama anak-anak ini, aku pasti selalu yang disalahkan orang, karna bapaknya bisa dibilang orang itu jauh, untuk urus
anak itu, jadi kita benar-benar takut.” R3W2k. 335-340hal. 114
C. PEMBAHASAN 1. Gambaran Kepuasan Pernikahan Responden 1