Gambaran Umum Responden 1 Analisa Data

a. Hari Sabtu, 21 Maret 2009; Pukul 11.00 – 11.25 WIB. b. Hari Kamis, 9 April 2009; Pukul 11.00 – 11.25 WIB. c. Hari Jumat, 8 Mei 2009; Pukul 19.30 – 20.10 WIB. 3. Responden III a. Tanggal Wawancara Proses wawancara dilakukan di rumah responden sebanyak tiga kali, dengan rincian sebagai berikut: a. Hari Kamis, 23 April 2009; Pukul 18.00 – 18.30 WIB. b. Hari Senin, 27 April 2009; Pukul 18.30 – 17.00 WIB. c. Hari Kamis, 14Mei 2009; Pukul 19.30 – 19.50 WIB.

B. Analisa Data

1. Gambaran Umum Responden 1

Nama : Putri bukan nama sebenarnya Usia : 27 tahun Urutan kelahiran : 1 dari 3 Masa Pacaran : - tidak melewati masa pacaran Usia menikah : 24 tahun Jumlah anak : 1 orang Suku : Batak Jawa Pendidikan : S-1 Pekerjaan : Pegawai Negeri Lama Commuter marriage : 2,5 tahun Universitas Sumatera Utara Putri bukan nama sebenarnya berusia 27 tahun, ia adalah anak sulung dari 3 bersaudara dari keluarga berdarah Batak dan Jawa. Putri menamatkan pendidikannya S1-nya dengan mengambil jurusan Komunikasi di Univeritas Sumatera Utara dan saat ini Putri bekerja sebagai Pegawai Negeri di Kantor BAPPEDA wilayah Stabat. Putri berusia 24 tahun ketika menikah dengan suaminya. Putri dan pasangannya tidak menjalani masa pacaran, tetapi ia mengaku memang sudah lama mengenal pasangannya sebelum menikah. Putri dan pasangannya adalah tetangga dan merupakan teman sekolah ketika SMP sampai dengan SMA. Saat itu Putri yang baru putus dengan pacar lamanya bertemu kembali dengan pasangannya yang saat itu baru selesai menamatkan pendidikannya. Putri dan pasangannya bertemu kembali dan pada saat itulah mereka merasakan adanya saling ketertarikan antara satu sama lain. Pasangan responden menanyakan dengan serius kepada Putri untuk menikah dengannya. Putri dan pasangannya membahas masalah yang mungkin akan mereka hadapi kelak setelah menikah, karena pada saat itu, pasangannya memang sudah bekerja di luar kota sebagai PNS dan tidak memungkinkan untuk pindah ke Medan dalam waktu dekat. Putri merasa sudah mengenal pasangannya dan dengan beberapa nilai plus yang dimiliki pasangannya seperti telah menamatkan pendidikannya, telah mempunyai pekerjaan yang mapan dan Putri sendiri sudah lama mengenal pasangannya, maka akhirnya ia pun menerima lamaran pasangannya itu. Universitas Sumatera Utara Selang beberapa bulan kemudian, tepatnya pada bulan Mei tahun 2006 keluarga pasangannya datang melamar Putri. Orang tua Putri yang juga telah mengenal baik keluarga pasangannya pun merestui pernikahan Putri dan pasangannya dan akhirnya pada bulan November 2006 Putri dan pasangannya menikah. Hari kedua setelah Putri dan pasangannya menikah, mereka menghabiskan bulan madu di Meulaboh, tempat pasangannya bekerja dan menghabiskan waktu bersama-sama selama 2 bulan. Setelah dua bulan menikah, Putri langsung dikarunia dengan seorang calon bayi dalam kandungannya. Mengandung anak pertama setelah menikah memang merupakan keinginan Putri, pasangannya dan keluarga, namun pada saat itu pula ia harus kembali ke Binjai karena harus melanjutkan pekerjaannya. Ia menangis ketika diantar pasangannya ke terminal bus. Bus pun hendak berangkat, sambil menangis, Putri mengucapkan salam perpisahan kepada pasangannya. Ia merasa manisnya masa bulan madu yang terlalu cepat berlalu dan mereka harus dipisahkan oleh jarak yang jauh. Ia berusaha menguatkan diri karena pada saat itu dirinya tidak lagi sendirian. Putri merasa meskipun calon bayinya belum ada, namun dirinya bisa merasakan bahwa ada orang lain yang bersamanya. Dirinya tidak lagi sendirian, pada waktu inilah ia bertekat untuk menjaga diri dan calon bayinya dengan baik dengan tidak terus bersedih. 2. Masa Commuter Marriage Putri dan calon bayinya terus melanjutkan hidup tanpa kehadiran pasangannya. Ia tinggal bersama orang tuanya di hari kerja dan di akhir pekan Universitas Sumatera Utara Putri pindah ke rumah mertuanya yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumah orang tuanya. Seluruh keluarga bahagia dengan kehamilan Putri dan turut menjaganya. Ia merasa sangat berat melewati masa-masa kehamilannya tanpa kehadiran pasangannya. Kadang-kadang Putri juga merasa cemburu melihat wanita hamil lain yang sangat dijaga dan disayang suami wanita tersebut sedangkan tidak bisa bermanja-manja dengan pasangannya, karena alasan itulah, ia mengaku tidak ingin hamil lagi kalau pasangannya belum tinggal bersamanya meskipun sebenarnya pasangannya sebenarnya merencanakan untuk menambah jumlah keluarga ketika anak mereka berusia 2 tahun. Putri biasanya akan menghubungi pasangannya dengan menggunakan telepon ketika merasa cemburu dan membutuhkan kehadiran pasanganya. “Ee berat sih, berat kali kan. Apalagi kalau tiba-tiba sakit kan” R1W1k. 187-189hal. 5 “Iya, cemburu, liat orang lain disayang gitu kan, dimanja, diiniin diituin, sementara kita mo manja ama sapa gitu kan. Paling telfon jadinya. Telfon dia: bang gini- gini gini... ya yang sabar katanya.” R1W1k. 211-217hal. 5 “Cuma ga mo lagi hamil ga ada suami.” R1W1k. 205-206hal. 5 “Kalo untuk anak pertama memang begitu nikah kami pengen punya momongan, Cuma kalo untuk yang ke dua kakak maunya setelah dia pindah, karna hamil dan melahirkan sendiri sangat tidak enak, jadi ga mau lagi.” R1W3k. 442-429 hal. 40 “Dia si pengennya si adek nanti umur 2 taun itu kan hamil lagi, jadi nanti kalo dia umur 3 tahun dia punya dedek gitu kan. Tapi kakak bilang sebelum ayahnya pulang kakak ga mau. Ya uda katanya ga apa-apa.” R1W3k. 431-437hal. 40 Universitas Sumatera Utara Ketidakhadiran pasangan di sisinya kadang-kadang juga bisa menimbulkan rasa cemburu ketika melihat pasangan suami istri lain ataupun keluarga lain berkumpul bersama ketika dirnya berinteraksi dengan teman maupun keluarga. Keluarga dan teman-temannya sebenarnya juga sudah mengetahui keadaannya yang tidak tinggal bersama pasangannya, namun Putri yang sendirian saat itu kadang-kadang merasakan kesedihan dan kecemburuan karena harus sendiri. “Kalo misalnya kita ketemunya sendiri-sendiri si ga ada masalah, kadang- kadang liat orang lain bawa pasangan gitu kan, berpasang-pasangan baru muncul di sini. Aku sendirian gitu kan, ga enak kali gitu. Orang bisa sama suaminya canda-candaan, apalagi kalo ada acara di kantor, masing-masing bawa suami kita sendiri. sedih juga.” R1W3k. 244-255hal. 36 “Kalo kebetulan teman dan keluarga uda tau aja keadaannya kayak gitu kan, jadi kayaknya ga pernah ada masalah juga gitu.” R1W3k. 259-263hal. 36 Orang tua dan mertua Putri selalu berada di sampingnya ketika dia sedang sakit maupun sedang bersedih karena ketidakhadiran pasangannya. Orang tua dan mertuanya selalu menasehatinya untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Adik ipar Putri sendiri merupakan seorang bidan, sehingga adik iparnya yang selalu memeriksa kehamilan pertama Putri itu. “Ee... mertua kakak kan dekat, ee mertua, mamak gitu kan. Emang selalu dibilang, jangan sedih, jangan nangis, nanti anaknya jadi cengeng dia bilang. Dari awal uda tau suaminya jauh jangan ini itu, kalo pengen minta apa-apa, minta sama kami aja. Jangan minta sama suami.” R1W1k. 189-198hal. 5 “Alhamdullilah si, kebetulan adik ipar kakak bidan. Jadi sering dikontrol ama dia, jadi alhamdullilah juga si, ga ada masalah selama kehamilan juga.” R1W1k. 199-204hal. 5 Universitas Sumatera Utara Hubungan keluarga Putri dengan keluarga pasangannya sangat dekat, selain karena telah bertetangga dalam waktu yang lama, ibu dan ibu mertuanya juga mempunyai hubungan selayaknya kakak adik. Mertuanya telah menganggap Putri seperti anak sendiri yang menggantikan pasangannya ketika pasangannya tidak tinggal bersama orang tua pasangannya. Mertuanya juga turut menjaga Putri dengan menginap di rumah orang tua Putri selama 40 hari ketika Putri sehabis melahirkan anak. “Ee sebenarnya da kayak kakak adek si mertua kakak sama mamak kakak. Kayak mereka sudah ga saling sungkan gitu.” R1W2k. 230-233hal. 22 “Kalo bisa dibilang mertua kakak itu karna anaknya ga ada di sini, jadi kakaklah pengganti anaknya.” R1W2k. 60-63hal. 18 “Malahan waktu kakak melahirkan, mertua kakak empat puluh malam nginap di rumah.” R1W1k. 234-237hal. 22 Putri merasa ibu mertuanya sangat mengerti keadaan dirinya yang harus bekerja dan menjaga keluarga karena ibu mertuanya juga merupakan wanita bekerja, selain itu Putri juga merasa selama ini dirinya tidak pernah terlibat masalah dengan mertuanya. Hubungan baik antara dirinya dengan mertuanya tetap tidak menutup kemungkinan untuk membuat Putri merasa sungkan kepada mertuanya, ia merasa agak takut untuk memarahi anaknya di depan mertuanya karena ia merasa biasanya nenek itu lebih sayang kepada cucu daripada anak sendiri, berbeda dengan ibunya yang meskipun setiap hari menjaga anaknya ketika dia sedang bekerja, namun ibunya mengajarkan untuk mendidik anak Universitas Sumatera Utara sesuai kemauan Putri dan ibunya tidak pernah membela anak Putri ketika dirinya sedang mendidik anak. “Dia orangnya si maksudnya karna dia juga kerja kan. Mertua kakak dua- duanya kerja juga, Cuma yang satu sudah pensiun, yang perempuan masih kerja. Dia ngerti gitu perempuan kerja itu gimana gitu kan... pulang kerja harus momong anak lagi gitukan. Selama ini kayaknya ga ada masalah juga si sama mertua yang sampe ada yang kadang-kadang kan ada yang ga cocokan gitu misalnya... kalo kakak sama mertua Alhamdullilah ga ada masalah.” R1W2k. 65-79hal. 18 “Eee.. perasaan di sini kan ga mungkin sama, kayak kita di rumah sendiri gitu kan, pasti ada kecanggungan-kecanggungan, pasti canggung lah. Cuma kalo di rumah mertua kan kayaknya ga bisa gitu. Mau marahin anak aja kan kita takut... ya kan. Karna cucunya baru dua. Biasanya nenek itu lebih sayang sama cucu daripada sama anak sendiri ya kan.” R1W2k. 141-146 dan 148-155hal. 20 “Eee. gini mamak kakak selalu bilang, “anak anak kakak gitu kan, anak- anakmu, yang harus mendidik itu kau” kan, kalo kakak pun marahin Putra, nenek pun ga pernah bela.” R1W2k. 254-260hal. 22 Putri sendiri tidak mau terlalu memanjakan anak semata wayangnya itu. Ia memperbolehkan anaknya melakukan apapun namun tetap memantau dan menjaga anaknya dari hal-hal yang membahayakan. Ia kadang-kadang merasa berat ketika harus menjaga anaknya seorang diri tanpa kehadiran pasangan karena dia harus menjalankan peran ganda, sebagai ibu dan sebagai ayah sekaligus, namun Putri merasa tidak lelah menjalankan peran tersebut dan tetap ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya. “Malah kakak biar-biarkan dia gitu ya. Kalo jatuh ya ga langsung ditangkap yang apa gitu kan.” R1W2k. 281-284hal. 23 “Iya dijaga, semua ga boleh, kalo sama kakak nga, semua boleh.” R1W2k. 300-302hal. 23 Universitas Sumatera Utara “Dia tetap di pantau gitu kan, diliatin. Barat kata kalo terlalu berbahaya kali juga kita ga kasi la gitu kan.” R1W2k. 305-308hal. 23 “Ya terasa berat juga, tapi yang namanya anak sendiri kita ya pokoknya tetap pengen kasi yang terbaik ajalah untuk anak kita walaupun ga ada suami di samping kita.” R1W3k. 283-366hal. 37 “Ya sekarang ya double-double, ya ibu, ya ayah, ya teman gitu kan.” R1W3k. 364-366hal. 39 “Sebetulnya malah.... eee kalo orang bilang capek kerja di kantor, pulang capeknya ilang... ee.. seharusnya yang ditanya itu sama abang malahan...” R1W2k. 178-183hal. 21 Putri kadang-kadang memang bisa merasa seperti orang tua tunggal, namun ia juga selalu meminta pendapat pasangannya mengenai anak mereka. Pasangannya memberikan kebebasan kepada Putri untuk mengambil keputusan mengenai anak mereka karena diri Putri-lah yang langsung menghadapi anak mereka. Membuat keputusan mengenai anak apalagi ketika anak sakit merupakan hal yang menjadi masalah bagi Putri ketika tinggal sendirian tanpa pasangan. Ia juga merasa kekurangan dukungan dari pasangan dan bahkan merasa pihak keluarga menyalahkan dirinya ketika anak responden sakit. Putri akhirnya meminta pasangannya untuk pulang dan membantu menyelesaikan masalah anak mereka yang sakit parah. “Ya kayaknya kalo masi jauh gini ya ditangan kakak semuanya, paling ya kadang-kadang ya bertukar pikiran juga, dia sekarang kayak gini, kira-kira gimana ya bang, via telfon kan, Cuma karna keadaannya jauh gini ya dia serahinnya ke kakak la, keputusan ada di tangan kakak kan, karna kakak yang hadapin langsung.” R1W3k. 267-278hal. 36 Universitas Sumatera Utara “Ee yang paling terasa itu sebetulnya waktu si adek sakit itu. Ee...masalah anak gitu kan, karna dia ga ada di dekat kita, sedangkan kita semuanya sendirian gitu. Keputusan harus kita buat sendiri. si adek mo diapain, mo di iniin gitu kan.” R1W1k. 495-503hal. 11 “Ee. Itu asli gitu kan.. sementara semua orang yang nyalahin kita, kirainnya kita ga bisa jaga dia, ga bisa ini, gitu kan, suami ga ada di samping, mertua ikut-ikutan memvonis gitu kan. Di situ emang benar- benar itu la.sampe ga tau harus gimana mau apa. Terakhir kakak suru dia pulang, itu dipaksa, mo ga mau harus pulang, karena si adek tuh da lemes...” R1W1k. 506-518hal. 12 Pasangannya menunjukkan kasih sayang dan perhatian kepada anaknya hanya dengan pesan-pesan kepada responden melalui telepon. Putri dan pasangannya saling berkomunikasi menggunakan telepon meskipun kadang- kadang mereka juga saling mengirim email. Anaknya pun kadang-kadang ikut mendengarkan suara pasangannya, hal ini dilakukan Putri supaya anak mereka mengenali ayahnya dan tidak takut kalau nanti ayahnya pulang. Ia merasa anak semata wayangnya itu menjadi perekat hubungannya dan pasangannya, meskipun ia mengaku ada bertengkar kecil-kecilan tapi jarang sekali sampai bertengkar hebat. “meskipun dia ga ada...Kayaknya si iya, malah mungkin ya sisi tanggung jawabnya cuma bisa lewat kata-kata ga bisa lewat perbuatan kalo dia pulang gitu kan. Cuma di selalu bilang”jangan lupa beli vitaminya, ee buahnya, sayurnya. Putra itu makannya ini ini gitukan. Bang beliin ini ya bang mainan untuk ini gitu kan. Ya uda kalo memang untuk menambah kemampuan dia ya ga apa-apa beliin aja gitu. Kalo kakak rasa si gitu bentuk tanggung jawabnya paling lewat perhatian, kata-kata.” R1W2k. 361-378hal. 24 Universitas Sumatera Utara “Iya, dari bayi, didengerin gitu kalo ayahnya telfon, di speaker-in kan, yah.Dia pun ini sama ayahnya, tanda gitu kan, ga apa-apa, ga takut ama ayahnya.” R1W1k. 271-376hal. 7 “Ya kayak si adek juga kan, jarang jumpa ayahnya tapi kalo jumpa ayahnya tuh tanda, jadi ga merasa ga kenal, ga merasa apa gitu. Ya mungkin karena tiap hari ditelfon kan ama ayahnya, jadi dia uda tanda.” R1W1k. 262-269hal. 6 “Malah apa ya? Malah ada anak, kalo kakak bilang kalo bertengkar pun ada yang mendamaikan, kayak gitu. Jadinya masalah itu jadinya ga berlarut-larut karna ada dia gitu.” R1W3k. 292-298hal. 37 Masalah yang sering dihadapi Putri dan pasangannya yang kadang-kadang memicu pertengkaran adalah ketika Putri tidak memberitahukan pasangannya bahwa anak mereka sedang sakit. Ia tidak memberitahukan pasangannya karena tidak ingin pasangannya merasa cemas, namun karena selalu menyela pembicaraan untuk melihat keadaan anak, akhirnya pasangannya marah dan Putri pun akhirnya memberitahukan pasangannya mengenai keadaan anak mereka. Ia merasa alasan pasangannya marah karena mungkin merasa bertanggung jawab tapi tidak bisa berbuat apa-apa. “Biasanya kalo anak sakit malahan, seringnya berantem kan. kadang kalo si adek sakit kakak jarang kasi tau dia, karna ntar dia jadi pikiran di sana kan, toh dia juga ga bisa pulang gitu kan, jadi kan nanti suka itu kan... kalo dia telfon, iya bentar ya, iya bentar ya... gtu kan, dia jadinya marah, nah ntar baru terakhir bilang si adek sakit. Trus katanya kenapa ga bilang... gitu.” R1W1k. 329-341hal. 8 “Dinomor duakan kan... kali ya.bukan dinomorduakan lah, mungkin karena merasa bertanggung jawab tapi ga bisa apa-apa.” R1W1k. 349-353hal. 8 Universitas Sumatera Utara Masalah selain masalah anak yang kadang-kadang juga memicu pertengkaran adalah ketika Putri yang kadang-kadang tidak mau mendengarkan nasehat pasangannya untuk sarapan, ataupun ketika Putri yang suka bercanda menggoda-goda pasangannya tentang hubungan pasangannya dengan mantan pacar pasangannya yang saat ini bekerja di tempat yang sama dengan Putri. Ia sebenarnya hanya cemburu yang tidak beralasan yang akhirnya menimbulkan kemarahan pasangannya. “Kayaknya ya gitu-gitu aja. Karna memang pun kadang masalahnya misalnya dia nyuruh sarapan, kakak ga mo sarapan gitu kan, ntar dia marah.” R1W1k. 625-629hal. 14 “Padahal mereka ga ada hubungan gitu kan, memang ga ada ini. Cuma kakak memang suka goda-godainnya, ga ditelfon? Abang suka marah- marah kalo digituin... “ adek ini, ngapain kayak gitu-gitu...” katanya... ga apa-apa, ditelfon aja la, orang mantan kok mantan. Nah dia pasti marah kalo uda digituin.” R1W1k. 587-597hal. 13 Pasangannya satu sampai dua bulan sekali pulang ke rumah keluarga, namun Putri merasa komunikasi dengan pasangannya tetap berjalan dengan lancar meskipun dirinya dan pasangan jarang bertemu. Putri dan pasangannya saling berkomunikasi setiap hari dan setiap saat, bahkan saling menelepon berkali-kali pada hari libur ketika mereka tidak bekerja. Cara komunikasi yang secara kualitas dan kuantitas baik ini kadang-kadang membuat Putri merasa masih seperti pacaran serta membuat dirinya dan pasangan tidak pernah saling curiga satu sama lain. Ia dan pasangan biasanya membicarakan mengenai apa yang sedang dilakukan masing-masing pihak ketika mereka tidak tinggal bersama. Universitas Sumatera Utara “Ya via telfon, Cuma kakak rasa memang ga pernah ada hambatan si, karna ya itu tadi, kalo berantam ya pasti la ya kan? Cuma alhamdullilah ga pernah pula ga pernah ada curiga-curiga dia di sana gimana... dia pun ga kayaknya ga pernah curiga kakak di sini gimana gitu kan, ya lancar-lancar aja...” R1W1.k. 222-232hal. 6 “Ya, sesekali kirim-kiriman surat via email, mungkin supaya terasa seperti pacaran aja.” R1W1k. 235-236hal. 6 “Tapi pun rasanya masi pacaran ampe sekarang. Karna jauh-jauhan kan. Jadi kayak pacaran aja.” R1W1k. 240-243hal. 6 “Eem iya, biasanya pagi bangun tidur, nanti siang malam sebelum tidur.” R1W1k. 245-247hal. 6 “Iya kalo hari libur malah berkali-kali.” R1W1k. 250-251hal. 6 “Iya, kan apa yang kakak kerjakan di sini, dek kakak cerita, dia pun misalnya mo tugas ke lapangan ato ee sore misalnya di jalan ama sapa gitu kan, dia cerita.” R1W1k. 284-289hal 7 Ia mengaku lebih menyukai berbicara langsung dengan pasangannya ketika pasangannya tinggal bersamanya, hal ini disebabkan karena ia bisa melihat ekspresi wajah pasangannya ketika berbicara. Putri merasa komunikasi tidak langsung kadang-kadang dapat menimbulkan masalah seperti menggunakan telepon kadang-kadang dapat menimbulkan masalah salah paham dalam berkomunikasi, misalnya ketika Putri berpikir ini tapi pasangannya berpikir itu, namun biasanya pasangannya yang mengalah jika terjadi kesalahpahaman dalam komunikasi. “Ya pasti kalo via telfon ya kalo dibilang cukup ya ga si sebetulnya kan. Pengennya kayak orang lain juga si ada deket sama-sama kita.” R1W3k. 27-31hal. 31 “Ya beda aja la via telfon. Istilahnya kan ini kita bisa liat ekspresi wajahnya kalo via telfon kan Cuma bisa dengar suaranya apa gitu.” Universitas Sumatera Utara R1W3k. 36-48hal. 31 Putri merasa pasangannya adalah orang yang tidak memendam rasa marah, sehingga ketika terjadi pertengkaran kecil dan ia merasa pasangannya marah, ternyata beberapa saat kemudian pasangannya sudah tidak marah lagi dan kembali seperti semula. Mereka sama-sama berkomitmen untuk menyelesaikan masalah bersama-sama tanpa membawa masalah ke pihak lain. Putri mengatakan selama ini selalu ada dari dirinya maupun pasangannya yang duluan mengalah, namun kebanyakan pasangannya yang lebih dulu mengajak baikan. Ia merasa pasangannya merupakan orang yang tidak egois, dewasa dan tidak berlarut-larut dalam kemarahan. “suka ntah selisih pendapat gitu kan... nanti uda dia matiin kan telfonnya, kakak pikir dia masi marah gitu kan, nanti tiba-tiba di SMS lagi :” uda makan yang?” lho uda ga marah lagi. Dia orangnya ga lama memendam amarah gitu nga ya... udah ya udah... sejam lagi ya uda kayak biasa lagi. Orangnya si kayak gitu.” R1W1k. 609-620hal. 14 “Kayaknya ya gitu-gitu aja. Karna memang pun kadang masalahnya misalnya dia nyuruh sarapan, kakak ga mo sarapan gitu kan, ntar dia marah, nanti tiba-tiba ya uda baik lagi sendiri. gitu, kayak gitu si.” R1W1k. 624-631hal. 14 “Biasanya ya kalo kami ada masalah itu ntah kenapa, selama ini pasti ada salah satu dari kami yang ngalah, pasti ada salah satu yang ajak baikan duluan gitu kan, si abang kayaknya orangnya tipe-tipe orang yang ga egoisan, mungkin karena suda dewasa kali ya, tapi usia kami pun beda setaun lebih aja, tapi dia kalo kami berantam gitu kan, satu jam kemudian dia bisa sms uda makan yang? Ya udalah kita pun uda disms gitu kan uda baikan lagi gitu kan.” R1W3k. 306-311hal. 34 “Dia tuh orangnya ga suka kalo kita misalnya jalan-jalan ke Petisah tapi ga tau apa yang mau di beli gitu. Mo beli ini gitu, sampe sana habis beli trus pulang. Tapi kalo kita perempuan kan ga bisa gitu. Jadi kadang- kadang kalo mo ke Medan, ngakunya ga ke Petisah tapi ke rumah sakit Universitas Sumatera Utara jenguk orang sakit, hahahah. Trus habis dari rumah sakit trus ke Petisah. Hahahha. Harus gini la, pintar-pintar, kan namanya kita tau dia orangnya gimana, pokoknya pande-pande kita la apanya, yang penting kita ga boong pigi ke sini tapi ga gitu.” R1W3k. 314-331hal. 38 Putri merasa pasangannya memang tidak pernah memaksa maupun melarang apa yang ingin dilakukan Putri, namun ia merasa dirinya tetap harus meminta izin pasanganya sebelum melakukan apa-apa. Perbedaan sifat antara Putri dan pasanganya kadang-kadang memang menghasilkan pertengkaran, namun meskipun begitu ia tetap menerima kekurangan dan kelebihan pasanganya serta merasa puas dengan cara penyelesaian masalah yang dilakukan dirinya dan pasangannya. “Karna si abang menanggap kalo perlakukan kakak masih biasa-biasa aja masih standard, dia tuh ga pernah marah. Ga pernah “jangan gini, jangan gitu.” Gitu.” R1W2k. 511-516hal. 28 “Iya... maksudnya pokoknya yang dia nilai apapun yang kakak lakukan harus izin sama dia. Kan dia tuh orangnya seperti itu. Misalnya mo pergi ke Medan. Kakak tuh tetap harus bilang.” R1W2k. 519-525hal. 28 “Kadang ya berantam juga, Cuma ya mungkin dia bawaanya kayak gitu gtu kan, pande-pande kita jawabnya. Kadang ya uda gitu kan, ya kayak gitu tadi caranya kalo memang pengen banget pergi ya bilang aja menjenguk orang sakit bis itu pergi. Kadang merasa bersalah juga si tapi kan pokoknya uda kasi tau aja mau ke Medan.” R1W3k. 336-347hal. 38 “Dia orangnya... kalo kakak bilang sih eee... kemauan kakak sama dia itu untuk menerima kekurangan masing-masing aja gitu. Kesel si sebenarnya kadang-kadang.” R1W2k. 552-558hal. 29 “Kadang kesel juga cuma Kadang-kadang kakak mikirnya ya udalah itulah suamiku, gitu kan. Jadi ya dinikmati aja yang seperti itu. Ada kekurangan kan ada juga kelebihan,ya uda.” Universitas Sumatera Utara R1W2k. 562-568hal. 29 “Sejauh ini si cukup memuaskan la penyelesaian masalahnya, ga ada yang, blom ada yang sampe bertengkar hebat tak termaafkan gitu.” R1W3k. 192-197hal. 35 Putri dan pasangannya saat itu bekerja sebagai pegawai negeri, ia bekerja sebagai staf di salah satu departemen pemerintahan di Kabupaten Langkat dan pasangannya bekerja di departemen Peternakan di Meulaboh. Ia merasa keadaan ekonomi keluarganya saat ini cukup stabil dan mapan karena baik responden dan pasangannya sudah mempunyai tabungan pribadi dan tabungan bersama. Mereka juga mulai menginvestasikan penghasilan mereka untuk asuransi pendidikan anak mereka dan asuransi Investasi. “Dua tahun kakak menikah Alhamdullilah kami sama-sama punya tabungan, tabungan bersama ada, tabungan pribadi masing-masing ada kan. Jadi kan kalo kakak pikir ekonomi kakak, bisa dikatakan cukup stabil la, mapan juga bisa dibilang, cukup mapan la. Si adek uda punya asuransi sendiri.” R1W1k. 679-689hal. 15 “Asuransi pendidikan, kakak kemaren juga masuk asuransi investasi... jadi kalo secara ekonomi tidak ada masalah si.” R1W1k. 691-694hal. 16 “Iya, untuk si adek uda gitu. Istilah kata kalo kakak si mikirnya dari SD sampe SMA kayaknya ga perlu banyak dana ya, yang perlu itu untuk kuliah nanti.” R1W1k. 698-703hal. 16 Ia dan pasangannya menyadari adanya pengeluaran tambahan karena pernikahan jarak jauh yang mereka jalani saat ini, yaitu dengan tinggal di dua rumah yang berbeda berarti mereka harus membayar dua biaya rumah tangga. “Karena dua jadi kan, biaya rumah tangganya jadi dua kan, kakak di sini juga, dia di sana juga ada.” R1W1k. 154-156hal. 4 Universitas Sumatera Utara “Iya, dia nyewa rumah, masak juga kan, makannya, listrik, air, semuanya kali dua biaya rumah tangganya.” R1W1k. 159-162hal. 4 Putri mengakui pasangannya mempunyai penghasilan yang lebh besar karena pasangannya mempunyai waktu kerja yang lebih banyak. Pasangannya berpikir daripada di rumah sendirian, lebih baik kalau dirinya bekerja di lapangan dan dari sanalah pasangannya mendapat penghasilan tambahan. Putri juga merasa pasangannya juga merupakan orang yang hemat karena pasangannya tidak merokok dan biaya-biaya pergaulan dengan teman-teman yang sedikit. “Kebetulan kalo kakak bilangnya si orangnya ga mo diam, jadi biasanya kalo dipanggil ke kantor kalo kerja gitukan dia mau, kadang-kadang kan kalo dari pagi itu dapat ini tambahan, apalagi kalo ke lapangan, itu kan biasanya ada uang masuknya ada uang tambahan, suntik sapi.” R1W2k 22-31k. 17 “Iya, karna ngapain juga dia di rumah, istri dan anak juga ga ada, pulang ke rumah juga suntuk dia kan, jadi ke sana kemari gitu. Kadang bantuin temannya apa gitu.” R1W2k. 34-39hal. 17 “Kebetulan banyak juga biaya yang ga dikikis, kayak dia tuh ga merokok, ee ga istilah kata biaya pergaulannya ga tinggi gitu.” R1W2k. 16-20hal. 17 Pengeluaran Putri di rumah juga hampir sama dengan pasangannya di sana, hanya berupa biaya rumah tangga dan biaya hidup sehari-hari. Putri biasanya menggunakan penghasilan sendiri untuk memenuhi kebutuhan sehari- hari. Tabungan bersama Putri dan pasangannya digunakan untuk keperluan mendadak seperti itu untuk investasi tapi Putri biasanya memberitahukan dan meminta persetujuan pasangannya terlebih dahulu sebelum menggunakan uang untuk pengeluaran yang lebih besar. Universitas Sumatera Utara “Kami punya, kakak punya rekening sendiri, si abang juga punya, trus ada satu rekening yang dia transfer misalnya uang bulanan apa gitu, walaupun kadang-kadang gaji dia ga penuh dia transfer kan, karna dia kan juga butuh biaya di sana gitu kan? Jadi ya uda gitu, kadang-kadang yang dia transfer itu ga kakak ambil, kayak untuk keperluan bulanan pake gaji sendiri, itu biar jadi tabungan aja, misalnya nanti ada keperluan mendadak baru diambil gitu.” R1W3k. 202-218hal. 35 “Iya, tanya dulu, mau beli apapun pengeluaran bulanan pun biasanya kakak tulis jadi kita auditnya jelas.” R1W3k. 236-239hal. 36 Jarak yang jauh antara Binjai ke Meulaboh membuat Putri dan pasangannya tidak bisa melakukan hubungan seksual seperti pasangan suami istri pada umumnya. Ia mengatakan bahwa masalah ini sudah menjadi resiko dari pernikahan jarak jauh dan hal ini telah dibicarakan sebelum dia dan pasangannya menikah. Putri hanya bisa memberitahukan pasangannya melalui telepon jika dirinya membutuhkan pasangannya. Meskipun hubungan seksual tidak bisa dilakukan seperti pasangan suami istri pada umumnya, namun hal ini justru membuat Putri merasa seperti pasangan pengantin baru. “Dari awal nikah kan memang sudah sama-sama tau resikonya gimana, kalo memang bener-bener itu biasanya lewat telfon aja. Lewat telfon ngomong...Iya, lagi gini gitu kan, oo iya sama di sini juga gitu-gitu la.” R1W3k. 411-418hal. 40 “Biasanya ya malah makin ini, karna uda lama ga ketemu kan.jadi ya malah serasa pengantin baru terus.” R1W3k. 401-404hal. 39 Ia juga menyadari kebutuhan seksual pasangannya ketika dirinya dan pasangannya tidak tinggal bersama namun ia tetap percaya kepada pasangannya dan juga percaya bahwa pasangannya mempunyai cara menyalurkan kebutuhan seksualnya dengan cara yang positif. Putri juga merasa sedih dan kasihan kepada Universitas Sumatera Utara pasangannya karena tidak bisa membantu pasangannya ketika pasangannya membutuhkannya untuk menyalurkan kebutuhan seksualnya, dia hanya bisa mencoba membuat pasangannya sabar menunggu sampai mereka tinggal bersama kembali. “Ya kadang suka kakak tanya juga kan, e jadi gimana bang kalo lagi itu?Cuma kan itu tadi kan ada penyaluran yang lain kan, laki-laki kan kayak bisa mastrusbasi gitu kan. Kadang-kadang kan namanya juga ini kan, kadang-kadang kebutuhan laki-laki kan lebih besar dari kebutuhan perempuan.” R1W3k. 443- 452hal. 40 “Kita ga bisa... ya sedih, ya kasihan juga tapi ya mo gimana, dia pun juga ngerti resikonya apa kan, ya paling kita Cuma bisa bilangin nanti kalo sudah pulang ya bang, paling ya bilang gitu aja.” R1W3k 456-462hal. 41 Ia yang tinggal sendiri tanpa pasangan biasanya menghabiskan waktu dengan bekerja dari hari Senin samapi hari Jumat, namun pada hari libur seperti hari Sabtu dan Minggu biasanya ia habiskan dengan membersihkan rumah, menyuci pakaian, mengunjungi rumah mertua atau membawa anak pergi bermain. Berbeda dengan aktivitas yang dilakukan ketika pasangan tinggal bersamanya. Putri dan pasangannya biasanya berekreasi bersama anak dan bersama-sama membersihkan rumah sambil bermain dengan anak, bahkan Putri kadang-kadang meminta cuti ketika pasangannya sedang tinggal bersamanya. “Di rumah bersih-bersih rumah, nyuci, ya gitu.. paling ya maenlah sama adek, kadang maen ke rumah mertua. Rumah mertua kakak jaraknya paling satu rumah dari rumah kakak. Kadang bawa si adek maen ke binjai ke mana gitu.” R1W1k. 359-367hal. 9 “Iya, suami kadang pergi gitu kan, jalan-jalan ntah kemana gitu. Kakak kan suka nanam-nanam bunga, dia suka bersih-bersih, nanti dia ngoret- ngoret rumput gitu kan, kakak nanti ngapain bunga, si adek maen batu. Lempar-lempar batu, kayak gitu la.” Universitas Sumatera Utara R1W1k. 371-380hal. 9 “Karna biasanya kalo dia pulang, misalnya kalo seminggu, banyak juga libur izin dari kantor.” R1W1k. 382-385hal. 9 Putri mengaku ketika tinggal sendiri segala hal dilakukannya sendirian, meskipun ia merasa dirinya merupakan orang yang mandiri, namun ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukannya tanpa pasangannya seperti memperbaiki barang- barang yang rusak dan membersihkan pekarangan yang biasanya dilakukan oleh pasangannya. Ketidakmampuannya dalam memperbaiki barang-barang yang rusak kadang-kadang membuat dirinya merasa sedih dan marah. “Ya... kayak mana bilang nya ya, kalo ada dia biasanya dia ikut bantu- bantu, kalo ga ada dia ya dikerjain sendiri semuanya gitu kan, mau ga mau gitukan” R1W3k. 57-63hal. 32 “Misalnya tebas-tebas rumput, bersiin depan gitukan, misalnya apa ya? Kadang-kadang karna uda terlalu mandiri itu ya, jadi manjat-manjat sendiri ganti bola lampu pun uda sendiri. Mungkin kalo ada alat-alat yang rusak, kayak lampu, itu ga bisa dikerjain lagi kan, da ga ngerti.” R1W3k. 94-104hal. 33 “Sedih ya, palak ya gemes, tapi mo gimana? Terakhir ya panggila aja orang yang bisa diupahkan kan.” R1W3k. 108-111hal. 33 Putri jelas lebih menikmati menghabiskan waktu senggangnya bersama pasangannya, karena ia dan pasangannya dapat bersama-sama melihat perkembangan dan sama-sama mendidik anak mereka. Pasangannya biasanya juga menggantikannya menjaga anak mereka dan membantu mengerjakan beberapa pekerjaan rumah ketika mereka tinggal bersama. Putri merasa sedih Universitas Sumatera Utara ketika melakukan aktivitas di waktu senggang tanpa kehadiran pasangan karena baginya, pasangannya dapat dijadikan teman, abang dan suami. “Senang la, kan sama-sama bisa liat dia bisa ini bisa itu. Ya kan?Kalo dia ga ada Cuma bisa kasi taunya lewat telfon gitu, dia uda bisa ini bang, kalo ini kan bisa sama-sama liat, sama-sama ngajarin kan gitu.” R1W3k. 77-84hal. 32 “Ya sedih juga si, hehe, ya kan, karna jauh gitu kan, konsekuensi...” R1W3k. 67-69hal. 32 “Karna sama dia kalo sama-sama, gimana ya... dia tuh bisa jadi teman, abang, suami semuanya gitu, ya enak aja kalo ada dia, emmm...Bisa ada kawan berbagi la istilahnya.” R1W1k. 415-420hal. 10 “Ee kalo abang pulang tuh kakak bebas tugas. Mulai dari mandikan, hahaha, misalnya mandi, buat susu waktu malam kalo adek pup buang air gitu kan, sama ayahnya semua. Iya bebas tugas. Si adek pun kayaknya karna dia ayahnya pulang gitukan. Kalo bobo sama ayah : “Ayah aja, nda.” , Ayah aja? “Ayah aja ayunnya”dah yang ayun pun ayah, yang buat susu ayah, semuanya ayah,bobo sama ayah.” R1W2k. 391-401hal. 25 Pasangannya mempunyai latar belakang agama yang kuat, sehingga Putri merasa ada kemajuan dalam beribadah setelah menikah. Pasangannya selalu mengingatkan Putri untuk sholat, bahkan juga mengingatkannya untuk mengajari anak mereka mengaji dan membaca Qurán. Putri pun merasa dirinya menjadi lebih bertanggung jawab kepada keluarga. Putri setiap harinya tetap melakukan sholat mendoakan keluarga dan pasangannya supaya selalu diberkati oleh Tuhan. Ia dan pasangannya akan beribadah sholat berjamaan ketika tinggal bersama. Putri merasa dirinya menjadi lebih pasrah dan menyerahkan segalanya kepada Tuhan serta merasa lebih ikhlas, sabar dan tawakal. “Iya, kebetulan kuat juga agamanya si abang ni...” R1W1k. 441-442hal. 10 Universitas Sumatera Utara “Iya,, kayak sekarang aja, dia selalu ingatin, ajarin si adek ngaji, ya baca Qur`an gitu kan...eee yang kakak liat si, dia kan masi setahun setengah, tapi kakak sholat dia da ikutan sholat, gitu, kalo kakak pas sujud kan, dia juga ikut sujud, di samping gitu kan, trus dia bilang abam da, abam, Allahhu Akbar gitu kan? Kakak rasa si iya si, namanya orang nikah tuh kalo dalam Islam kan pengen keluarganya tuh keluarga sakinah, yang mawadha, warahmah... ya mudah-mudahan dapat sorga la dunia akhirat.” R1W1k. 454-471hal. 11 “Sholat sendiri, sendirian trus kadang malam-malam sering sholat tahajud? Ya, minta doa supaya dia sehat ga dikasi ini, ga ada apa-apa la di sana. ” R1W3k. 129-133hal. 33 “Kayak kakak, kalo mau pergi-pergi ya pergi aja, kalo sekarang kan harus izin suami gitu kan mau ke sini tanya dulu, izin dulu gitu. Ato mau ngapain ingat anak, ingat suami gitu kan? Ya gitulah mungkin ada apa ya istilahnya, kayak kita tetap bebas tapi satu kaki tetap terikat. Ada yang ngikat lah gitu.” R1W1k. 481-491hal. 11 “Ee kalo dalam agama kami kalo sholat berjamaah itu pahalanya berapa kali lipat kalo kita sholat sendirian, dan itu jadinya makin dekat aja gitu sama dia, habis sholat biasanya doanya doa bareng, minta keluarga kita gitu.” R1W3k. 118-125hal. 33 “Jadi apa ya? Rasanya ee, didalam sini ya penuh pasrah aja la, maksudnya dekat pun kalo kita jaga kalo ada sesuatu terjadi pasti terjadi. Jadi walaupun dia jauh di sana ya pasrah aja la sama yang di atas gitu.” R1W3k. 136-143hal. 34 “Lebih ikhlas, pasrah, sabar, tawakal.” R1W3k. 145-146hal. 34

2. Gambaran Umum Responden 2