BAB V PEMBAHASAN
5.1 Hubungan Pengetahuan dengan Kinerja Koordinator SP2TP
Hasil uji statistik korelasi peringkat spearman menunjukkan bahwa untuk korelasi variabel pengetahuan dengan kinerja koordinator SP2TP, pada taraf nyata
0,05 didapat angka probabilitas p 0,033 p 0,05. Ini berarti Ho ditolak, atau sebenarnya terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kinerja koordinator
SP2TP. Sementara itu koefisien korelasi r antara pengetahuan dengan kinerja menghasilkan angka 0,343. Angka tersebut menunjukkan bahwa kurang kuatnya
korelasi antara pengetahuan dengan kinerja dibawah 0,5 dan bernilai positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan koordinator SP2TP, akan semakin
tinggi kinerja koordinator SP2TP. Demikian sebaliknya, semakin rendah pengetahuan koordinator SP2TP, makin rendah pula kinerjanya.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Sunarto 2005, menyatakan bahwa dalam perekrutan seorang pegawai untuk memegang suatu pekerjaan, haruslah
terlebih dahulu diketahui tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh calon pemegang pekerjaan. Hal ini bisa dijadikan patokan untuk menilai calon pemegang pekerjaan
tersebut apakah dapat memenuhi tuntutan pekerjaan dan dapat menyelesaikan pekerjaan dengan kinerja yang baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pengetahuan seorang pegawai berhubungan dengan kinerja pegawai tersebut.
37
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga menurut pendapat Foster dan Seeker 2001, yang menyatakan bahwa rendahnya pengetahuan menjadi salah satu alasan penyebab kinerja yang
rendah. Pengetahuan merujuk pada konsep, prinsip, prosedur, kebijakan atau informasi lain yang dibutuhkan dalam bekerja. Kekurangan pengetahuan berarti
pegawai tidak mengetahui informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan atau tidak tahu cara melaksanakan tanggung jawabnya.
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa secara umum, koordinator SP2TP di puskesmas se-Kota Medan telah mengetahui tugas dan tanggung jawabnya
sebagai koordinator SP2TP. Hal ini ditunjukkan dengan dilaksanakannya pengumpulan laporan SP2TP dari semua penanggung jawab program, melakukan
koreksi data, melakukan tabulasi data, serta membuat laporan bulanan SP2TP, penyajian data dan melakukan persiapan pertemuan berkala setiap bulan.
Namun, mengenai pengertian SP2TP menurut pedoman dari Departemen Kesehatan, masih sebagian kecil yang mengetahuinya, yaitu 5 orang 12,8.
Demikian juga dengan keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat tentang penyederhanaan SP2TP, hanya 6 orang 15,4 yang
mengetahuinya. Sebagian besar koordinator SP2TP mengatakan sebenarnya dalam pelatihan tentang SP2TP yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan, telah
dijelaskan secara rinci mengenai pelaksanaan SP2TP. Tetapi karena buku pedoman mengenai pelaksanaan SP2TP tak tersedia di puskesmas, maka koordinator SP2TP
sebagian besar lupa pada materi pelatihan sehingga kesulitan dalam menerapkannya. 38
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian di lapangan juga menunjukkan bahwa hanya 11 orang koordinator SP2TP 28,2 yang mengetahui secara lengkap jenis laporan SP2TP
berdasarkan periode. Sebagian besar koordinator SP2TP tidak mengetahui mengenai laporan tahunan. Menurut penulis, hal ini dikarenakan sejak diterapkannya
desentralisasi dibidang kesehatan, Dinas Kesehatan Kota Medan membuat kebijakan bahwa Laporan Tahunan Puskesmas, yaitu LT-1, LT-2 dan LT-3 bukanlah tugas dan
tanggung jawab koordinator SP2TP, melainkan menjadi tanggung jawab kepala puskesmas sebagai penganggung jawab laporan tingkat puskesmas.
5.2 Hubungan Keterampilan dengan Kinerja Koordinator SP2TP