BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja
Istilah kinerja berasal dari kata
job performance
atau
actual performance
prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Kinerja adalah penampilan hasil karya personil baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu
organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku
jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi Ilyas, 1999.
Penilaian kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kinerja. Pada hakikatnya, penilaian kinerja
merupakan suatu
evaluasi terhadap
penampilan kerja
personel dengan
membandingkannya dengan standar baku penampilan. Melalui penilaian ini dapat diketahui apakah pekerjaan itu sudah sesuai atau belum dengan uraian pekerjaan yang
telah disusun sebelumnya Ilyas, 1999. Adapun tujuan dari penilaian kinerja tersebut adalah :
1. Untuk mengenali Sumber Daya Manusia SDM yang perlu dilakukan
pembinaan. 2.
Untuk menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi. 3.
Untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan pekerjaan. 4.
Untuk bahan perencanaan manajemen program SDM masa mendatang. 5.
Untuk memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personel.
5
Universitas Sumatera Utara
2.2 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja 2.2.1 Pengetahuan
Pengetahuan dapat diartikan sebagai suatu hasil dari proses mengetahui. Pengetahuan ada diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat
manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan, yang merupakan salah satu unsur kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran
ratio
dan perasaan
emotion
. Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja saling mempengaruhi menurut situasi dan keadaan. Seseorang
dikatakan memiliki pengetahuan, apabila ia mempunyai kepastian tentang sesuatu hal, dan bahwa apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah sungguh-
sungguh merupakan apa yang ada dalam dirinya Suhartono, 2005. Konsep pengetahuan berorientasi pada inteligensi, daya pikir dan penguasaan
ilmu, serta luas sempitnya wawasan yang dimiliki seseorang. Dengan demikian pengetahuan merupakan akumulasi hasil pendidikan, baik yang diperoleh secara
formal maupun non formal, yang memberikan kontribusi pada seseorang dalam pemecahan masalah, berkarya, termasuk dalam melakukan atau menyelesaikan
pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas dan pendidikan yang tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu melakukan pekerjaan dengan baik Sulistiyani, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa metode dalam memperoleh pengetahuan Suhartono, 2005, yaitu:
1. Metode Empirik Empirisme
Metode empirik adalah metode memperoleh pengetahuan melalui pengalaman indrawi. Sedangkan akal pikiran dipandang sebagai penampung segala apa yang
dialami. Cara ini mengandung beberapa unsur, yaitu subjek yang mengetahui dan objek yang diketahui, dan proses bagaimana subjek berhubungan dengan objek.
2. Metode Rasional
Rationalism
Metode rasional adalah metode memperoleh pengetahuan bersumber dari akal pikiran. Pengalaman dipandang sebagai perangsang akal pikiran. Kebenaran
bukan terletak dari kebenaran sesuatu, melainkan pada ide. Akal pikiran secara deduktif bekerja mendapatkan pengetahuan yang pasti.
3. Metode Fenomenologik Fenomenologisme I. Kant
Metode fenomenologik adalah metode memperoleh pengetahuan yang meyakini bahwa apa yang dapat diketahui tentang sesuatu hal itu hanyalah gejala-gejalanya
saja, bukan halnya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada pada hubungan yang pasti antara sebab dan akibat.
4. Metode Ilmiah
Metode ilmiah adalah metode memperoleh pengetahuan yang benar dan objektif melalui cara, seperti melakukan pendekatan
approach
untuk menentukan lingkupan studi
scope
, untuk menentukan metode yang cocok. 7
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Keterampilan Kerja
Keterampilan adalah keahlian dalam penguasaan teknis operasional mengenai bidang tertentu yang menghasilkan karya. Keterampilan diperoleh melalui proses
belajar dan berlatih. Keterampilan berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat teknis, seperti
keterampilan komputer dan lain sebagainya Sulistiyani, 2003. Keterampilan setiap orang akan dipengaruhi oleh kebugaran fisik dan
kesehatan jiwa individu yang bersangkutan, pendidikan, akumulasi pelatihan, dan pengalaman kerjanya. Kebugaran fisik membuat orang mampu dan tahan bekerja
keras dan lama. Sementara pendidikan dan pelatihan merupakan bagian dari investasi sumber daya manusia
human investment
. Semakin lama waktu yang digunakan seseorang untuk pendidikan dan pelatihan, semakin tinggi kemampuan atau
kompetensinya melakukan pekerjaan, dan dengan demikian semakin tinggi kinerjanya.
Demikian juga dengan pengalaman kerja, dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang
sama, semakin terampil dan semakin cepat dia bila menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya
semakin lama dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja Simanjuntak, 2005. 8
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Motivasi Kerja
Motivasi dapat diartikan sebagai kondisi internal, kejiwaan dan mental manusia seperti: aneka keinginan, harapan, kebutuhan, dorongan dan kesukaan yang
mendorong individu untuk berperilaku kerja untuk mencapai kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan.
Motivasi dapat juga didefenisikan sebagai sebagai kesiapan khusus seseorang untuk melakukan atau melanjutkan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk
mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan. Dalam hubungannya dengan lingkungan kerja, motivasi merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang. Motivasi kerja dapat didefinisikan sebagai sesuatu hal yang berasal dari internal individu yang menimbulkan dorongan
atau semangat untuk bekerja keras Ilyas, 1999. Teori kebutuhan ERG
Existence, Relatedness, Growth
dari Alderfer menyebutkan bahwa ada 3 tiga dasar kebutuhan manusia yang harus dipenuhi dalam
meningkatkan motivasi yang berhubungan dengan situasi kerja pegawai serta gaya hidup, yaitu :
1.
Existence Needs
. Kebutuhan ini berhubungan dengan fisik dari eksistensi pegawai, seperti makan, minum, pakaian, bernapas, gaji, keamanan kondisi kerja.
2.
Relatedness Needs.
Kebutuhan interpersonal, yaitu kepuasan dalam berinteraksi dalam lingkungan kerja.
3. Growth Needs.
Kebutuhan untuk mengembangkan dan meningkatkan pribadi. Hal ini berhubungan dengan kemampuan dan kecakapan pegawai.
Mangkunegara, 2007. 9
Universitas Sumatera Utara
2.3 Sistem Informasi Manajemen Puskesmas SIMPUS
Sistem Informasi Manajemen Puskesmas SIMPUS adalah suatu tatanan yang menyediakan informasi untuk membantu proses pengambilan keputusan dalam
melaksanakan manajemen puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatan puskesmas Depkes RI, 1997a.
Sumber informasi SIMPUS, yaitu: 1.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP, merupakan sumber informasi utama SIMPUS, sedangkan informasi yang lain berperan
sebagai pelengkap. 2.
Survei lapangan 3.
Laporan lintas sektor dan sarana kesehatan swasta.
2.3.1 Tujuan SIMPUS
Secara umum, SIMPUS bertujuan meningkatkan kualitas manajemen puskesmas secara lebih berhasil guna dan berdaya guna, melalui pemanfaatan data
SP2TP dan informasi lain secara optimal. Adapun tujuan khusus dari SIMPUS adalah sebagai berikut:
1. Sebagai dasar penyusunan Perencanaan Tingkat Puskesmas PTP
2. Sebagai dasar penyusunan rencana pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas
Lokakarya Mini 3.
Sebagai dasar pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kegiatan pokok puskesmas PWS dan Stratifikasi Puskesmas
4. Untuk mengatasi berbagai hambatan pelaksanaan kegiatan puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Manfaat SIMPUS
Dalam pelaksanaannya, SIMPUS memiliki manfaat yaitu: 1.
Informasi yang diperoleh dapat menunjang proses manajemen di tingkat puskesmas, sebagai bahan untuk penyusunan rencana tahunan puskesmas,
penyusunan rencana kerja operasional puskesmas, bahan pemantauan evaluasi dan pembinaan.
2. Membantu Dinas Kesehatan Dati II dalam penyusunan perencanaan tahunan,
penilaian kinerja puskesmas berdasarkan beban kerja dan pencapaian hasil kegiatan puskesmas, sebagai bahan untuk pemantauan dan evaluasi pelaksanaan
program di wilayahnya, untuk menentukan prioritas masalah pemecahan dan tindak lanjutnya.
3. Membantu kelancaran Perencanaan P1, Penggerakan Pelaksanaan P2, dan
Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian P3 program-program, sebagai bahan masukan untuk diskusi.
Dinas Kesehatan Dati II bertugas membina puskesmas sehingga SIMPUS dapat terselenggara di setiap puskesmas. Dalam melaksanakan tugas tersebut kepala
dinas kesehatan membentuk tim yang terdiri dari para pengelola program serta menyediakan sarana termasuk peningkatan kemampuan dan penyediaan sumber daya
manusia. Pada hakekatnya SIMPUS merupakan suatu subsistem informasi dalam dalam sistem informasi manajemen kesehatan Dati II. Sehingga masukan yang
diperoleh perlu dikonfirmasi atau dipadukan dengan subsistem informasi lainnya sebagai dasar pemikiran untuk pengambilan keputusan di Dati II.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas SP2TP adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan upaya pelayanan
kesehatan di puskesmas, yang telah disederhanakan sesuai Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No.590BMDJInfoV96 tentang
Penyederhanaan SP2TP Depkes RI, 1997a.
2.4.1 Tujuan SP2TP 1. Tujuan Umum
Mendapatkan semua data hasil kegiatan puskesmas termasuk puskesmas dengan tempat tidur, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, bidan di desa dan
posyandu dan data yang berkaitan, serta melaporkan data tersebut kepada jenjang administrasi di atasnya sesuai kebutuhan secara benar, berkala dan teratur, guna
menunjang pengelolaan upaya kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mencatat semua data hasil kegiatan puskesmas dan data yang berkaitan,
dalam formulir yang telah ditentukan secara benar, berkelanjutan dan teratur. b.
Untuk melaporkan data hasil kegiatan puskesmas ke jenjang administrasi yang lebih atas sesuai dengan kebutuhan, dengan mempergunakan formulir
yang telah ditetapkan, secara benar, berkelanjutan dan teratur. c.
Untuk mengolah data hasil kegiatan puskesmas menjadi informasi di puskesmas dan setiap jenjang administrasi di atasnya.
Universitas Sumatera Utara
d. Untuk mengatasi berbagai kegiatan hambatan pelaksanaan kegiatan pokok
puskesmas.
2.4.2 Manfaat SP2TP
1. Bagi Departemen Pusat dapat dijadikan sebagai referensi dalam rangka
penyusunan strategi dan kebijakan umumnasional. 2.
Bagi Dinas Kesehatan Dati I dapat dijadikan sebagai referensi dalam rangka penyusunan strategi dan kebijakan pengendalianpengawasan mutu dan cakupan.
3. Bagi Dinas kesehatan Dati II dapat dijadikan sebagai referensi dalam rangka
penyusunan strategi operasional dalam pencapaian tujuan. 4.
Bagi Puskesmas dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam rangka Perencanaan P1, Penggerakan Pelaksanaan P2, serta untuk Pengawasan
Pengendalian dan Penilaian P3 tingkat puskesmas.
2.4.3 Pencatatan SP2TP
Kegiatan pokok puskesmas baik yang dilakukan di dalam gedung maupun di luar gedung harus dicatat. Oleh karena itu, perlu adanya mekanisme pencatatan yang
baik, formulir yang cukup serta cara pengisian yang benar dan teliti. Pencatatan- pencatatan yang utama pada SP2TP, antara lain;
1. Kartu individu, seperti Kartu Rawat Jalan, Kartu Ibu, Kartu TB, Kartu Rumah dan
sebagainya. 2.
Register, seperti Register Kunjungan, Register KIA, Register Filariasis, Register Posyandu dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
Register kegiatan di puskesmas digunakan untuk : a.
Merekap dan mengkompilasi pelayanan kesehatan yang diberikan kepada individu dari kartu individu.
b. Mencatat dan merekap kegiatan yang dilakukan di luar gedung puskesmas.
c. Dengan menjumlahkan rekap kegiatan puskesmas dan hasilnya dipindahkan
ke format laporan. 3.
Rekam Kesehatan Keluarga RKK atau
Family Folder
, yang diberikan khusus untuk keluarga berisiko, antara lain:
a. Salah seorang anggotanya menderita TB paru.
b. Salah seorang anggotanya menderita Kusta.
c. Salah seorang anggotanya mempunyai risiko tinggi, seperti; ibu hamil,
neonatus risiko tinggi BBLR dan balita Kurang Energi Kronis KEK. d.
Salah seorang anggotanya menderita gangguan gizi. Mekanisme pencatatan di puskesmas, pada prinsipnya pasien yang
berkunjung pertama kali atau kunjungan ulang ke puskesmas harus melalui loket untuk mendapatkan Kartu Tanda Pengenal atau mengambil berkasnya dari petugas
loket. Pasien tersebut disalurkan pada unit pelayanan yang dituju. Apabila pasien mendapat pelayanan kesehatan di luar gedung puskesmas, maka pasien tersebut akan
dicatat dalam register yang sesuai dengan pelayanan yang diterima.
2.4.4 Pelaporan SP2TP
Sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarakat No. 590BMDJV96 diberlakukan formulir laporan yang ada.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan kebutuhan Dati II dan Dati I diberikan kesempatan mengembangkan variabel laporan sesuai dengan kebutuhan, dengan memperhatikan kemampuanbeban
kerja petugas di Puskesmas. Adapun jenis formulir laporan dari puskesmas ke Dati II yaitu:
a. Laporan Bulanan LB
1 LB1
: Laporan Bulanan Penyakit. 2
LB2 : Laporan Bulanan Pemakaian dan Lembar Pemakaian Obat
LPLPO. 3
LB3 : Laporan Bulanan Gizi, KIA, Imunisasi dan Pengamatan
Penyakit Menular. 4
LB4 : Laporan Hasil Kegiatan Puskesmas.
b. Laporan Bulanan Sentinentil Laporan Program Khusus dari Puskesmas Terpilih.
1 LB1S
Laporan ini merupakan laporan bulanan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi PD3I, Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA dan
penyakit Diare, menurut umur dan status imunisasi. Puskesmas yang membuat LB1S adalah puskesmas yang ditunjuk satu puskesmas dari tiap
Dati II. 2
LB2S Laporan ini merupakan laporan bulanan KIA, Gizi, Tetanus Neonatorum dan
penyakit akibat kerja. Hanya puskesmas dengan ruang rawat inap yang membuat LB2S.
Universitas Sumatera Utara
c. Laporan Tahunan
1 LT-1
: Laporan Tahunan Sumber Daya Puskesmas 2
LT-2 : Laporan Ketenagaan dan Administrasi Kepegawaian Puskesmas
3 LT-3
: Laporan Peralatan Puskesmas Depkes RI, 1997b.
2.4.5 Frekuensi Pelaporan SP2TP
Frekuensi dan alur pengiriman dari laporan yang dibuat oleh puskesmas adalah sebagai berikut :
1. Laporan Bulanan LB dikirim oleh puskesmas ke Dinas Kesehatan Dati II
paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Data tersebut akan diteruskan oleh Dinas Kesehatan Dati II ke Dinas Kesehatan Dati I dan kemudian diteruskan ke
Departemen Kesehatan. Khusus LPLPO, 1 satu kopi dikirimkan ke GFK Gudang Farmasi Kabupaten.
2. Laporan Bulanan Sentinentil LB1S dan LB2S dikirim oleh puskesmas ke
Dinas Kesehatan Dati II paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya. Data tersebut akan diteruskan oleh Dinas Kesehatan Dati II ke Dinas Kesehatan Dati I dan
Pusat. LB1S akan dikirim ke Direktorat Jenderal PPM dan PLP. Sedangkan LB2S dikirim ke Direktorat Jenderal Binkesmas.
3. Laporan Tahunan LT-1, LT2, LT-3 dikirim oleh puskesmas paling lambat
tanggal 31 Januari tahun berikutnya ke Dinas Kesehatan Dati II. Khusus untuk laporan LT-2 data kepegawaian hanya diisi bagi pegawai yang barubelum
pernah mengisi formulir data kepegawaian. 16
Universitas Sumatera Utara
Adapun mekanisme pelaporan SP2TP di tingkat puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Laporan dari puskesmas pembantu dan laporan dari bidan di desa disampaikan ke
penanggung jawab program di puskesmas. 2.
Penanggung jawab program merekapitulasi data yang dicatat, baik di dalam gedung maupun di luar gedung serta laporan yang diterima dari puskesmas
pembantu dan bidan di desa. 3.
Hasil rekapitulasi oleh penanggung jawab dimasukkan ke formulir laporan dalam 2 dua rangkap, untuk disampaikan kepada koordinator SP2TP puskesmas.
4. Hasil rekapitulasi oleh penanggung jawab program diolah dan dimanfaatkan
untuk tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka meningkatkan kinerja kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya.
Dinas kesehatan kabupatenkota mengolah kembali laporan puskesmas dan mengirimkan umpan baliknya ke dinkes provinsi dan Depkes Pusat.
Feed back
terhadap laporan puskesmas harus dikirimkan kembali secara rutin ke puskesmas untuk dapat dijadikan evaluasi keberhasilan program. Sejak otonomi daerah mulai
dilaksanakan, puskesmas tidak wajib lagi mengirimkan laporan ke Depkes Pusat. Dinkes kabupatenkotalah yang mempunyai kewajiban menyampaikan laporan
rutinnya ke Depkes Pusat Muninjaya, 2004. 17
Universitas Sumatera Utara
2.4.6 Prosedur Pengisian Laporan SP2TP
1. Form laporan SP2TP mengacu pada form cetakan 2006 baik bulanan maupun
tahunan. 2.
Form laporan SP2TP diisi oleh masing-masing penanggung jawab program. 3.
Penanggung jawab program bertanggung jawab penuh terhadap kebenaran data yang ada.
4. Hasil akhir pengisian data di ketahui oleh kepala puskesmas.
5. Didalam pengentrian ke komputer dapat dilakukan oleh petugas yang ditunjuk
atau staf pengelola program bersangkutan. 6.
Data pada form laporan SP2TP agar diarsipkan sebagai bukti di dalam pertanggungjawaban akhir minimal 2 tahun.
7. Semua data diisi berdasarkan kegiatan yang dilakukan oleh puskesmas.
2.4.7 Tugas Koordinator SP2TP
Pencatatan data SP2TP dilakukan oleh semua pelaksana kegiatan puskesmas, dengan dikoordinir oleh koordinator SP2TP. Adapun tugas dari koordinator SP2TP
adalah sebagai berikut : 1.
Mengumpulkan laporan dari masing-masing penanggung jawab program. 2.
Melakukan koreksi data
data editing
, yaitu setiap data yang dikumpulkan atau diterima, ditelitidicek kebenaran datanya.
3. Melakukan tabulasi data
data tabulating
. Dari
data yang
telah dikumpulkanditerima dibuat ”Master Tabel” tabel utama yang merupakan
kumpulan data dalam kelompok besar sebelum disajikan dalam grafik atau tabel. 18
Universitas Sumatera Utara
4. Membuat laporan bulanan SP2TP
5. Mengirimkan laporan bulanan tersebut ke dinas kesehatan Dati II paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya. 6.
Menyimpan arsip laporan SP2TP dari masing-masing pelaksana kegiatan. 7.
Melaksanakan pengolahan data SP2TP yang dapat dilakukan secara manual. 8.
Melaksanakan pengolahan data SP2TP yang dapat dilakukan dengan komputer. 9.
Menyajikan dan interpretasi data, yang dapat dilakukan secara sederhana. Antara lain dengan cara penyajian dalam bentuk tabel, grafik batang, garis, pie
lingkaran dan sebagainya. 10.
Mengevaluasi hasil kegiatan SP2TP secara keseluruhan. 11.
Membuat catatan dan laporan kegiatan dibidang tugasnya sebagai bahan informasi dan pertanggungjawaban kepada atasan.
12. Menyusun rencana kegiatan SP2TP berdasarkan data program puskesmas dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai pedoman kerja. 13.
Bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan SP2TP kepada kepala puskesmas.
14. Mempersiapkan pertemuan berkala setiap bulan yang dipimpin oleh kepala
puskesmas dengan pelaksana kegiatan untuk menilai pelaksanaan kegiatan SP2TP.
Universitas Sumatera Utara
Pengetahuan
Keterampilan
Motivasi Kerja Kinerja Koordinator
SP2TP 2.5 Kerangka Konsep
Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
2.6 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kinerja koordinator SP2TP di
puskesmas se-kota Medan. 2.
Ada hubungan antara keterampilan dengan kinerja koordinator SP2TP di puskesmas se-kota Medan.
3. Ada hubungan antara motivasi dengan kinerja koordinator SP2TP di
puskesmas se-kota Medan. 20
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif analitik.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di seluruh puskesmas kota Medan yang berjumlah 39 puskesmas. Waktu penelitian pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Maret 2010.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh koordinator SP2TP di seluruh puskesmas kota Medan sebanyak 39 responden.
3.4. Pengumpulan Data
Data primer diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara kepada koordinator SP2TP. Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan.
3.5. Defenisi Operasional
1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh koordinator SP2TP
tentang hal-hal yang mencakup bidang pekerjaannya, yaitu SP2TP sebagai sumber informasi utama SIMPUS serta tugas dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. 2.
Keterampilan adalah keahlian yang dimiliki oleh koordinator SP2TP untuk melakukan atau menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya dalam proses
pencatatan dan pelaporan SP2TP. 21
Universitas Sumatera Utara