Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kebersihan Diri Penghuni Panti Unit Pelaksana Teknis Daerah Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai Tahun 2010

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEBERSIHAN DIRI PENGHUNI PANTI UNIT PELAKSANA

TEKNIS DAERAH ABDI DHARMA ASIH DI KECAMATAN BINJAI UTARA

KOTA BINJAI TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM. 061000137

ELI MARLINA HUTAGAOL

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEBERSIHAN DIRI PENGHUNI PANTI UNIT PELAKSANA

TEKNIS DAERAH ABDI DHARMA ASIH DI KECAMATAN BINJAI UTARA

KOTA BINJAI TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 061000137

ELI MARLINA HUTAGAOL

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEBERSIHAN DIRI PENGHUNI PANTI UNIT PELAKSANA

TEKNIS DAERAH ABDI DHARMA ASIH DI KECAMATAN BINJAI UTARA

KOTA BINJAI TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM. 061000137

ELI MARLINA HUTAGAOL

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Maret 2011 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr. Surya Dharma, MPH

NIP. 19580404 198702 1 001 NIP. 19681101 199303 2 005 Ir. Indra Chahaya S,M.Si

Penguji II Penguji III

Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP. 19680320 199303 2 001 NIP. 1978033 1200312 1001 dr. Taufik Ashar, MKM

Medan, Maret 2011 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

NIP. 19610831 198903 1 001 Dr. Drs. Surya Utama, M.S


(4)

ABSTRAK

. Memasuki usia senja bukan hanya fungsi penglihatan dan pendengaran saja yang menurun tetapi kebersihan akan diri sendiri juga menurun. Menurunnya kebersihan diri pada usia lanjut bisa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain ada tidaknya penyakit kronis pada lanjut usia tersebut ataupun dari hal lainnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap penghuni dengan kebersihan diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai tahun 2010.

Penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional dilaksanakan di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni panti dan berjumlah 160 orang dengan jumlah sampel 62 penghuni panti yang diambil menurut beberapa kriteria penelitian. Data diperoleh dari data primer dan sekunder disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan uji chi square dan fisher exact

Hasil penelitian menunjukkan, karakteristik penghuni dalam penelitian lebih banyak perempuan (59,7%), Tingkat pendidikan yang rendah (83,9%), mempunyai penyakit kronis sebanyak 41 penghuni (66,1%), perempuan yang memiliki kebersihan diri yang kurang baik (38,70%), Tingkat pendidikan yang rendah memiliki kebersihan diri yang kurang baik juga (58,07%) dan penghuni yang menderita penyakit kronis, kebersihan akan diri sendiri juga kurang (38,71%). Tingkat pengetahuan yang kurang baik memiliki kebersihan diri yang kurang baik (46,77%), Sikap yang baik memiliki kebersihan diri yang kurang baik (45,17%). Hasil uji statistik chi-square untuk variabel karakteristik dimana jenis kelamin (p=0,755>0,05), uji fisher exact pada tingkat pendidikan (p=0,714>0,05), uji chi square pada ada tidaknya penyakit kronis yang diderita (p=0,060<0,05), untuk variabel pengetahuan (p=0,677>0,05) dan uji fisher exact untuk variabel sikap (p=0,098>0,05). Dari hasil penelitian tidak ada variabel yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan kebersihan diri.

Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan sosialisasi kepada penghuni panti oleh pengelola panti mengenai pentingnya kebersihan diri untuk mencegah penyakit dan menghindari ketidaknyamanan antara sesama lanjut usia, penyediaan fasilitas penunjang kebersihan diri ditingkatkan serta prasarana sanitasi dasar yang telah ada diperbaiki menjadi lebih baik


(5)

ABSTRACT

Entering old age is not only a function of vision and hearing are declining but the cleanliness of self is also declining. Decline in personal hygiene in the elderly can be caused by many factors, among others the presence or absence of chronic disease in the elderly or of anything else.

The purpose of this study was to determine the corelation of characteristic, knowledge and attitude the residents with personal hygiene at UPTD nursing Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai 2010

This research is an analytic study by cross sectional design conducted in UPTD nursing Abdi Dharma Asih. The population in this study are all the residents of nursing home, amount to 160 people with total sample as much as 62 residents who were taken by several assessment criteria. Data obtained from primary and secondary data presented in tabular format by using x2 test and fisher exact

The results of study indicates that more of characteristic of respondents of this study much more female (59,7%), low education (83,9%), having a cronic desease 41 residents (66,1%), women who have poor personal hygiene (38.70%), low educational level have a poor personal hygiene as well (58.07%) and residents who suffer from chronic illness, personal hygiene is also less (38.71% .) The level of knowledge is not good to have poor personal hygiene (46.77%), good attitude to have poor personal hygiene (45.17%). The result of Chi-Square statistical test for the variable characteristics of where sex (p = 0.0755>0.05, ,fisher exact test at education level (p = 0.567> 0.05), chi square test at chronic disease that affects (p = 0,06>0.05), for variable knowledge (p = 0,677>0.05) and attitude (p = 0,098>0.05). From the research variables showed no significant relationship with personal hygiene.

Based on the research needs done socialization to respondents by nursing home managers about the importance of personal hygiene to prevent disease and avoid the discomfort among the elderly, provision of supporting facilities to improving personal hygiene and basic sanitation infrastructure who have availabe repaired to be better


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : ELI MARLINA HUTAGAOL

Tempat / Tanggal lahir : Medan / 23 Maret 1989

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Nama Orang Tua

Ayah : W. Hutagaol

Ibu : D. Naibaho

Anak ke : 2 (dua) dari 3 bersaudara

Alamat : Jl.Turi Gg.Salim No 4c Medan Amplas Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 - 2000 : SD Inpres 064989

Tahun 2000 - 2003 : SLTP NEGERI 6 Medan Tahun 2003 - 2006 : SMU NEGERI 5 Medan

Tahun 2006 - 2011 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Riwayat Organisasi

Tahun 2006- sekarang : sebagai anggota kelompok kecil FKM USU Tahun 2007 : sebagai panitia Natal USU

Tahun 2007 dan 2008 : sebagai panitia PDS USU, Unimed dan Polmed Riwayat Pekerjaan


(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas berkat-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Hubungan Karakteristik, Pengetahuan Dan Sikap Dengan Kebersihan Diri Penghuni Panti Unit Pelaksana Teknis Daerah Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai Tahun 2010”.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis tidak terlepas dari bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Surya Dharma, MPH selaku dosen pembimbing I serta ketua penguji dan Ir. Indra Chahaya S, Msi selaku dosen pembimbing II serta Penguji I yang telah memberikan bimbingan, arahan, petunjuk dan saran-saran dalam penyusunan skrispi ini hingga selesai.

Ucapan terima kasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

2. Ir. Evi Naria, M.kes selaku Ketua departemen Kesehatan Lingkungan dan juga dosen penguji II yang telah memberikan arahan dalam perbaikan-perbaikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. dr. Taufik Ashar, M.kes selaku Dosen Penguji III yang memberikan saran dan arahan untuk menyelesaikan selesainya skripsi ini.

4. dr. Ria Masniari Lubis, Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memotivasi selama masa perkuliahan.


(8)

5. Teristimewa orangtuaku tercinta W. Hutagaol dan D. Naibaho yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan moril maupun materil dan doa yang luar biasa dari awal sampai akhir perkuliahan dan juga kedua saudaraku, Kakak (Nuraini Mahdalena Hutagaol) dan adik (Daniel Mangara Hutagaol) yang selalu menyemangati untuk menyelesaikan skripsi secepatnya.

6. Buat tulang-tulangku especially (Tulang Panjang-Marojak Naibaho) thanks ya tulang buat bantuan materinya.. :) dan tak lupa juga buat opung di Mandala.. makasi,pung doanya.. GBU,all

7. Staf-staf dari Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai yang telah banyak membantu saat penelitian.

8. Kakak kelompokku, ( Ka Bona Rina Ria Rajagukguk, Ka Fina Luga dan Ka Roito Panggabean) yang selalu menyemangati di dalam setiap keadaan dan selalu mendoakan sampai skripsi ini selesai love u, all :’). My beloved frents (Paulina, Emme, Melati, Asri, Lidya, Mica, Dahlia, Ayuk, Melda’07, Dede, Dewinta, Pujita dan banyak lagi). Terima kasih semangat kalian, akhirnya selesai juga si “elik”.. :) Segala Perkara dapat kutanggung di Dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. 9. Adik-adikku tersayang (Depi Sembiring, Widya Natalia, Hendry, Sarjono, Edi, Tantin

dan Gunawan) dan teman-teman di Radio especially Gladis-Star Fm.. thanks buat perhatian, semangat dan motivasinya. Miss u.. ^^

10.Teman-teman satu angkatan’06, peminatan kesling, teman-teman konsul dan ngejar tanda tangan dosen (Efrata, Ka kiki, Fitra, Iqbal, Rina’07, Bernedetta’07, Ave, Panji’07, Adi’07, Samuel, anta, vera dan lainnya..) yeah,, we like doing this :D


(9)

11.Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih sangat jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan dari berbagai hal. Untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun demi kebaikan skripsi ini.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa akan membalas semua kebaikan dan bantuan yang telah penulis terima selama ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya keluarga besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Maret 2011 Penulis


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Lampiran ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku ... 6

2.1.1 Pengetahuan (knowledge) ... 7

2.1.2 Sikap (attitude)... 9

2.1.3 Praktek atau Tindakan (practice) ... 11

2.2. Kebersihan Diri ... 12

2.2.1. Kebersihan Rambut ... 12

2.2.2. Kesehatan Gigi dan Mulut ... 12

2.2.3. Kesehatan Mata ... 13

2.2.4. Kebersihan Telinga ... 14

2.2.5. Kebersihan Kuku ... 14

2.2.6. Kebersihan Kulit ... 15

2.3. Manusia Lanjut Usia ... 15

2.3.1. Karakteristik Lansia ... 16

2.3.2 Kesehatan Lansia ... 18

2.3.3 Perubahan pada Proses Menua ... 19

2.4. Sanitasi Dasar... 20

2.4.1. Penyediaan Air Bersih ... 20

2.4.2. Pengelolaan Sampah ... 24

2.4.3. Pengelolaan Air Limbah ... 25

2.4.4. Pembuangan Kotoran Manusia ... 26

2.5. Kerangka Konsep ... 28

2.6. Hipotesis Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... 29


(11)

3.2.2. Waktu Penelitian ... 29

3.3. Populasi dan Sampel ... 29

3.3.1. Populasi Penelitian ... 29

3.3.2. Sampel Penelitian... 29

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.4.1 Data Primer ... 30

3.4.2 Data Sekunder ... 30

3.5. Defenisi Operasional ... 30

3.6. Aspek Pengukuran ... 32

3.6. Analisa Data ... 35

3.6.1. Analisa Univariat ... 35

3.6.2. Analisa Bivariat ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36

4.2 Karakteristik Penghuni Panti (Lanjut Usia) di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai ... 37

4.2.1 Jenis Kelamin ... 37

4.2.2. Pendidikan Penghuni Panti ... 38

4.2.3. Penyakit Kronis yang Diderita Penghuni Panti ... 38

4.3. Tingkat Pengetahuan Penghuni Panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai ... 39

4.4. Sikap Penghuni Panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai ... 42

4.5. Observasi Pada Penghuni Panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai ... 44

4.6. Kebersihan Diri Penghuni Panti (Wawancara) di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai ... 45

4.7. Hubungan Karakteristik Penghuni Panti dengan Kebersihan .. Diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 46

4.7.1. Hubungan Jenis Kelamin dengan Kebersihan Diri ... 47

4.7.2. Hubungan Tingkat Pendidikan Penghuni Panti dengan Kebersihan Diri ... 47

4.7.3. Hubungan Penyakit Kronis yang di derita Penghuni Panti dengan Kebersihan Diri ... 48

4.8. Hubungan Tingkat Pengetahuan Penghuni Panti dengan Kebersihan Diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai ... 49

4.9. Hubungan Sikap Penghuni Panti dengan Kebersihan Diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai... 49

4.10.Sanitasi Dasar di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai ... 51

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik (Jenis kelamin, Tingkat pendidikan dan ada tidaknya penyakit kronis) tentang Kebersihan Diri Penghuni Panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 53 5.2. Pengetahuan Penghuni Panti tentang Kebersihan Diri Penghuni


(12)

Panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai ... 54

5.3. Sikap Penghuni Panti tentang Kebersihan Diri Penghuni Panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 . 54 5.4. Hubungan Karakteristik (Jenis kelamin, Tingkat pendidikan dan Ada Tidaknya Penyakit Kronis yang di derita) dengan Kebersihan Diri Penhuni Panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 55

5.5. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kebersihan Diri Penghui Panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 57

5.6. Hubungan Sikap dengan Kebersihan Diri Penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 58

5.7. Sanitasi Dasar di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 60

5.7.1. Sarana Penyediaan Air Bersih ... 60

5.7.2. Sarana Pebuangan Tinja ... 60

5.7.3. Sarana Pembuangan Sampah ... 60

5.7.4. Sarana Pembuangan Air Limbah ... 61

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 62

6.2 Saran ... 63 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penyakit yang ditularkan oleh Tinja ... 27 Tabel 4.1 Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Jenis Kelamin

di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 37 Tabel 4.2 Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Tingkat Pendidikan

di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.3 Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Ada TidaknyA Penyakit Kronis yang Diderita di Panti UPTD Abdi Dharma

Asih Binjai Tahun 2010 ... 38 Tabel 4.4 Distribusi Penghuni Panti berdasarkan Penyakit Kronis yang diderita di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Indikator Pengetahuan

tentang Kebersihan Diri di Panti UPTD Abdi

Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 40 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penghuni Panti Berdasarkan Tingkat

Pengetahuan di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai

Tahun 2010 ... 41 Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penghuni Panti Berdasarkan Indikator

Sikap tentang Kebersihan Diri di Panti UPTD Abdi Dharma

Asih Binjai Tahun 2010………. 42 Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Penghuni Panti Berdasarkan Sikap

di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 40 ... 43

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Penghuni Panti Berdasarkan Indikator Observasi (Pengamatan secara langsung) di Panti UPTD

Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010………. 44 Tabel 4.11 Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Indikator

Kebersihan Diri (Wawancara) di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010... 45 Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Penghuni Panti Berdasarkan Kebersihan Diri Melalui Observasi dan Wawancara di Panti UPTD Abdi Dharma

Asih Binjai Tahun 2010 ... 46


(14)

Diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 47 Tabel 4.14 Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan Penghuni Panti

dengan Kebersihan Diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih

Binjai Tahun 2010... 48 Tabel 4.15 Tabulasi Silang Penyakit Kronis yang Diderita Penghuni

dengan Kebersihan Diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih

Binjai Tahun 2010 ... 48 Tabel 4.16 Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Penghuni Panti dengan

Kebersihan Diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai

Tahun 2010 ... 49 Tabel 4.17 Tabulasi Silang Sikap Penghuni Panti dengan Kebersihan Diri

di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 ... 50 Tabel 4.18 Sanitasi Dasar di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Penghuni dengan Kebersihan Diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

Lampiran 2 Master Data Penelitian Lampiran 3 Hasil Analisis Data

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5 Surat Keterangan Penelitian dari Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara Lampiran 6 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari Panti UPTD Abdi Dharma Asih


(16)

ABSTRAK

. Memasuki usia senja bukan hanya fungsi penglihatan dan pendengaran saja yang menurun tetapi kebersihan akan diri sendiri juga menurun. Menurunnya kebersihan diri pada usia lanjut bisa disebabkan oleh banyak faktor, antara lain ada tidaknya penyakit kronis pada lanjut usia tersebut ataupun dari hal lainnya.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap penghuni dengan kebersihan diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai tahun 2010.

Penelitian ini adalah analitik dengan desain cross sectional dilaksanakan di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penghuni panti dan berjumlah 160 orang dengan jumlah sampel 62 penghuni panti yang diambil menurut beberapa kriteria penelitian. Data diperoleh dari data primer dan sekunder disajikan dalam bentuk tabel dengan menggunakan uji chi square dan fisher exact

Hasil penelitian menunjukkan, karakteristik penghuni dalam penelitian lebih banyak perempuan (59,7%), Tingkat pendidikan yang rendah (83,9%), mempunyai penyakit kronis sebanyak 41 penghuni (66,1%), perempuan yang memiliki kebersihan diri yang kurang baik (38,70%), Tingkat pendidikan yang rendah memiliki kebersihan diri yang kurang baik juga (58,07%) dan penghuni yang menderita penyakit kronis, kebersihan akan diri sendiri juga kurang (38,71%). Tingkat pengetahuan yang kurang baik memiliki kebersihan diri yang kurang baik (46,77%), Sikap yang baik memiliki kebersihan diri yang kurang baik (45,17%). Hasil uji statistik chi-square untuk variabel karakteristik dimana jenis kelamin (p=0,755>0,05), uji fisher exact pada tingkat pendidikan (p=0,714>0,05), uji chi square pada ada tidaknya penyakit kronis yang diderita (p=0,060<0,05), untuk variabel pengetahuan (p=0,677>0,05) dan uji fisher exact untuk variabel sikap (p=0,098>0,05). Dari hasil penelitian tidak ada variabel yang menunjukkan ada hubungan yang signifikan dengan kebersihan diri.

Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan sosialisasi kepada penghuni panti oleh pengelola panti mengenai pentingnya kebersihan diri untuk mencegah penyakit dan menghindari ketidaknyamanan antara sesama lanjut usia, penyediaan fasilitas penunjang kebersihan diri ditingkatkan serta prasarana sanitasi dasar yang telah ada diperbaiki menjadi lebih baik


(17)

ABSTRACT

Entering old age is not only a function of vision and hearing are declining but the cleanliness of self is also declining. Decline in personal hygiene in the elderly can be caused by many factors, among others the presence or absence of chronic disease in the elderly or of anything else.

The purpose of this study was to determine the corelation of characteristic, knowledge and attitude the residents with personal hygiene at UPTD nursing Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai 2010

This research is an analytic study by cross sectional design conducted in UPTD nursing Abdi Dharma Asih. The population in this study are all the residents of nursing home, amount to 160 people with total sample as much as 62 residents who were taken by several assessment criteria. Data obtained from primary and secondary data presented in tabular format by using x2 test and fisher exact

The results of study indicates that more of characteristic of respondents of this study much more female (59,7%), low education (83,9%), having a cronic desease 41 residents (66,1%), women who have poor personal hygiene (38.70%), low educational level have a poor personal hygiene as well (58.07%) and residents who suffer from chronic illness, personal hygiene is also less (38.71% .) The level of knowledge is not good to have poor personal hygiene (46.77%), good attitude to have poor personal hygiene (45.17%). The result of Chi-Square statistical test for the variable characteristics of where sex (p = 0.0755>0.05, ,fisher exact test at education level (p = 0.567> 0.05), chi square test at chronic disease that affects (p = 0,06>0.05), for variable knowledge (p = 0,677>0.05) and attitude (p = 0,098>0.05). From the research variables showed no significant relationship with personal hygiene.

Based on the research needs done socialization to respondents by nursing home managers about the importance of personal hygiene to prevent disease and avoid the discomfort among the elderly, provision of supporting facilities to improving personal hygiene and basic sanitation infrastructure who have availabe repaired to be better


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Derajat kesehatan masyarakat dipengaruhi oleh empat faktor utama, yakni lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan (herediter). Karena itu upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan harus ditujukan kepada 4 faktor utama tersebut secara bersama-sama. Keempat faktor tersebut (lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan) di samping berpengaruh langsung terhadap kesehatan juga berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu (tidak optimal), maka status kesehatan akan tergeser ke arah bawah optimal (Notoatmodjo, 2003).

Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, maka intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis.

Pada umumnya, perilaku dapat ditinjau secara sosial yaitu pengaruh hubungan antara organisme dengan lingkungannya terhadap perilaku intrapsikis yang mana proses-proses dan dinamika mental/psikologis yang mendasari perilaku serta biologis yang merupakan proses-proses dan dinamika yang syaraf-faali (neural-fisiologis) yang ada di balik suatu perilaku. Ketiga tinjauan ini sama pentingnya dan mendapat perhatian yang sama besarnya (Irwanto, 2002).


(19)

Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan, dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan. Pemeliharaan kebersihan diri sangat menentukan status kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit. Upaya ini lebih menguntungkan bagi individu karena lebih hemat biaya, tenaga dan waktu dalam mewujudkan kesejahteraan dan kesehatan. Upaya pemeliharaan kebersihan diri mencakup tentang kebersihan rambut, mata, telinga, gigi, kulit, kuku serta kebersihan dalam berpakaian (Notoatmodjo, 2007).

Beberapa penyakit yang akan ditemukan pada keadaan lingkungan yang kurang bersih dan kebersihan diri perorangan yang buruk antara lain Diare, Disentri, Cacingan, Poliomyelitis, Hepatitis A, Kolera, Thypoid, Leptospirosis, Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Scabies (Dwi, 2008).

Usia merupakan suatu pengalaman yang tidak bisa dihindari, tetapi secara mekanisme biologi sangat sulit untuk didefinisikan. Jika rambut putih tumbuh dan lipatan kecil pada sudut mulut atau kerutan di mata, banyak yang beranggapan bahwa hal tersebut merupakan awal dari suatu akhir. Proses penuaan secara biologis berikut ini hanya menggambarkan sebagian kecil proses dan sebagian lain merupakan sebuah proses tubuh yang sangat kompleks (Meryn, 2005).

Peningkatan jumlah lanjut usia jauh lebih besar dibandingkan dengan peningkatan jumlah balita. Post-war baby boom di Indonesia yang terjadi pada dekade 1960-1970-an diperkirakan akan mengakibatkan aged-population boom pada dua dekade permulaan di abad 21. Generasi yang lahir tahun 1960-1970-an, pada tahun 1990-an sedang memasuki kehidupan keluarga dan pada tahun 2010-2020-an akan memasuki tahap lanjut usia.


(20)

Diperkirakan tahun 2020 jumlah lanjut usia akan meningkat menjadi 28,8 juta jiwa, sedangkan jumlah balita diperkirakan menurun (Abikusno, 2002).

Tahun 2000 provinsi yang telah memasuki struktur penduduk tua yaitu D.I. Yogyakarta ada 12,48%, Jawa Timur 9,36%, Jawa Tengah 9,26%, Bali 8,77%, Sumatrera Barat 8%, Sulawesi Utara 64%, dan Jawa Barat 7,09%. Di Provinsi Sumatera utara tahun 2000 jumlah lanjut usia ada 635,9 ribu jiwa atau 5,75 % dari total penduduk 11.506,8 ribu jiwa (Depsos RI, 2003).

Penelitian sebelumnya (Rahayu,dkk 2005) mengenai gambaran lanjut usia yang tinggal di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai ditemukan 15 orang (30%) yang terkena penyakit kulit dan hal ini disebabkan karena kurangnya kebersihan diri lanjut usia Faktor usia juga mempengaruhi kebersihan diri seseorang dimana seseorang yang melewati masa lanjut usia sebagian besar tidak peduli dengan kebersihan diri, selain faktor penurunan kemampuan mengingat sampai penyakit yang diderita membuat banyak para lanjut usia yang menghiraukan kebersihan dirinya.

Panti UPTD Abdi Dharma Asih merupakan salah satu tempat penampungan para lanjut usia. Namun sekarang ini karena ada penambahan ruang lingkup, Panti UPTD Abdi Dharma Asih berganti nama dengan UPT Pelayanan sosial lanjut usia dan anak balita wilayah Binjai dan Medan. Dimana sesuai dengan namanya UPT Pelayanan sosial lanjut usia dan anak wilayah Binjai dan Medan ini membagi ruang ligkup menjadi dua yaitu menampung para lanjut usia dan tempat penitipan anak yang terlantar.

Alasan lanjut usia bersedia ditampung dipanti tersebut ada beberapa, diantaranya, tidak memiliki keluarga lagi, ingin menghabiskan masa tua dengan lanjut usia lainnya dan dititipkan oleh keluarga. Pada umumnya lanjut usia yang tinggal dipanti itu hanya


(21)

lanjut usia itu tidak sekolah dan tidak tamat SD (83%) dan rata-rata menderita penyakit kronis (41%) antara lain Reumatik, Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi), Diabetes Melitus, Katarak, Asma, Osteoporosis, Jantung, Gastritis, Anemia. Berdasarkan beberapa hal itu penulis tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik, pengetahuan dan sikap penghuni dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai.

1.2. Perumusan Masalah

Kondisi penghuni yang sudah tua dan mempunyai penyakit kronis dapat menyebabkan kebersihan diri penghuni yang sudah lanjut usia menurun dan menurunnya kebersihan diri pada lanjut usia mengakibatkan timbulnya beberapa penyakit. Oleh karena hal itu penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang hubungan karakteristik, pengetahuan, dan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai tahun 2010

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik (jenis kelamin, pendidikan, dan penyakit kronis yang di derita) penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

2. Untuk mengetahui pengetahuan tentang kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

3. Untuk mengetahui sikap tentang kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010


(22)

4. Untuk mengetahui hubungan karakteristik (jenis kelamin, tingkat pendidikan dan ada tidaknya penyakit kronis) dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

5. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

6. Untuk mengetahui hubungan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pengelola Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. 2. Sebagai bahan informasi dan bahan referensi bagi penelitian-penelitian

selanjutnya.

3. Menambah pengetahuan dan kemampuan peneliti tentang permasalahan tentang kebersihan diri yang dihadapi lanjut usia.


(23)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

Perilaku atau aktivitas yang ada pada individu tidak timbul dengan sendirinya, tetapi sebagai akibat dari stimulus yang diterima oleh organisme yang bersangkutan baik stimulus eksternal maupun stimulus internal. Dan yang terbesar adalah pengaruh dari stimulus eksternal (Walgito, 2003).

Skinner (1938) seorang ahli psikologi, mengatakan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons. Skinner membedakan adanya dua respon (Notoatmodjo, 2003). 1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang ditimbulkan oleh

rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respons yang relatif tetap. Responden resposn ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya mendengar berita musibah menjadi sedih atau menangis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta dan sebagainya.

2. Operant respons atau Instrumental respons yakni respon yang timbul dan

berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya, maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.


(24)

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Perilaku tertutup (cover behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behaviour atau unobservable behaviour, misalnya seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003).

2. Perilaku terbuka (open behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain. Oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktek misalnya seorang ibu memeriksa kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesmas untuk diimunisasi, penderita TB Paru minum obat secara teratur dan sebagainya.

2.1.1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah seseorang melakukan pengideraan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2003).


(25)

Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Istiarti, 2000).

Perilaku yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan bersifat langgeng. Sebaliknya perilaku yang tidak didasari pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama. Ada enam tingkatan pengetahuan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan


(26)

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau kriteria yang telah ada.

2.1.2. Sikap (attitude)

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Newcomb seorang ahli psikolog sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan reaksi


(27)

terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 1993).

Pengertian lain sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap akan mempengaruhi proses berfikir, respon afeksi, kehendak dan perilaku berikutnya. Jadi sikap merupakan respon evaluatif didasarkan pada proses evaluasi diri, yang disimpulkan berupa penilaian positif atau negatif yang kemudian mengkristal sebagai reaksi terhadap obyek (Kartono, 1990).

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai 3 komponen pokok : a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. c. Kecenderungan untuk bertindak (trend to believe)

Ketiga komponen ini membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni : 1. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespons (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang menerima ide tersebut.


(28)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah sikap yang paling tinggi.

2.1.3. Praktek atau Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) sehingga diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan antara lain fasilitas dan dukungan dari pihak lain :

Tingkat-tingkat tindakan : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (Guided Respons)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (Adaption)

Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodisifikasikannya sendiri tanpa mengurangi kebenarn tindakannya tersebut.


(29)

Kebersihan diri adalah upaya individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit dan kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal.

2.2.1. Kebersihan Rambut

Rambut yang terpelihara dengan baik akan membuat rambut terpelihara dengan subur dan indah sehingga akan menimbulkan kesan cantik dan tidak berbau apek. Dengan selalu memelihara kebersihan rambut dan kulit kepala, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a. Memperhatikan kebersihan rambut dengan mencuci rambut sekurang-kurangnya 2x seminggu.

b. Mencuci rambut memakai sampoo/bahan pencuci rambut lainnya. c. Sebaiknya menggunakan alat-alat pemeliharaan rambut sendiri. 2.2.2. Kesehatan Gigi dan Mulut

Kesehatan Gigi dan mulut seringkali terabaikan. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2004, tingkat kasus karies gigi di Indonesia ternyata mencapai 90,05% (Wiranaga, 2007). Dua tipe masalah besar pada gigi adalah karies gigi (lubang) dan penyakit periodontal. Karies gigi merupakan masalah mulut paling umum, perkembangan lubang merupakan proses patologi yang melibatkan kerusakan email gigi pada akhirnya melalui kekurangan kalsium. Kekurangan kalsium adalah hasil dari akumulasi musim, karbohidrat, basilus asam laktat pada saliva yang secara normal ditemukan pada mulut yang membentuk lapisan gigi yang disebut plak. Plak mencegah dilusi asam normal dan netralisasi yang mencegah disolusi pada rongga mulut (Potter dan Perry, 2005).


(30)

Selain itu ada beberapa penyakit yang berhubungan dengan gigi diantaranya deposit kalkulus pada gigi digaris gusi, ginggipal menjadi bengkak dan perih, peradangan menyebar, pemebentukan celah atau kantong antara gusi dan ginggipal, gusi menyusut, tulang alveolar hancur dan gigi lepas (Setiadi, 2008).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah : a. Menggosok gigi secara benar dan teratur dianjurkan setiap sehabis makan b. Memakai sikat gigi sendiri

c. Menghindari makan makanan yang merusak gigi.

d. Membiasakan makan buah-buhan yang menyehatkan gigi. e. Memeriksa gigi secara teratur.

2.2.3. Kesehatan Mata

Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan mata adalah : a. Membaca di tempat yang terang.

Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan seorang melihat pekerjaannya dengan teliti, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu, serta membantu menciptakan lingkungan yang nikmat dan menyenangkan. Sifat-sifat penerangan yang baik ditentukan oleh pembagian luminensi dalam lapangan penglihatan, pencegahan kesilauan, arah sinar, warna dan panas penerangan terhadap keadaan lingkungan. Nilai ambang batas tingkat pencahayaan adalah 100 lux (Suma’mur, 1996).

b. Makan makanan yang bergizi c. Istirahat yang cukup dan teratur


(31)

sinyal ke tubuh untuk rileks dan pergi tidur. Tubuh pun secara otomatisakan bangun ketika sudah cukup mendapatkan istirahat (acandra, 2011). Dalam tidur yang terpenting kualitas bukan kuantitas. Tak masalah jika hanya bisa tidur selama 5 jam saja tapi merasa segar..

d. Memakai peralatan sendiri dan bersih (handuk dan sapu tangan) e. Membersihkan kotoran mata setiap pagi.

2.2.4. Kebersihan Telinga

Higiene telinga mempunyai implikasi ketajaman pendengaran seabsea lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar yang menganggu konduksi suara. Khususnya pada lansia rentan masalah (Potter dan Perry, 2005).

Hal –hal yang perlu diperhatikan dalam kebersihan telinga adalah : a. Membersihkan telinga secara teratur.

b. Jangan mengorek-ngorek telinga dengan benda tajam. 2.2.5. Kebersihan Kuku

Kuku yang kotor merupakan sumber penyakit misalnya saja cacingan. Cacingan merupakan penyakit yang paling sering disebabkan oleh kuku yang panjang dan kotor. Selain itu penyakit yang disebabkan karena kurangnya kebersihan kuku antara lain :

1. Pada kuku sendiri, terdapat cantengan yaitu radang bawah atau dipinggir kuku dan juga jamur kuku.

2. Pada tempat lain, luka dan infeksi pada tempat garukan dan cacingan. Untuk menghindari hal-hal tersebut perlu diperhatikan sebagai berikut : a. Membersihkan tangan sebelum makan

b. Memotong kuku secara teratur. c. Membersihkan lingkungan


(32)

d. Mencuci kaki sebelum tidur (Odang, 2000). 2.2.6. Kesehatan Kulit

Kesehatan kulit biasanya merupakan cerminan kesehatan yang paling pertama memberikan kesan. Oleh karena itu perlu memelihara kulit sebaik-baiknya. Pemeliharaan kesehatan kulit tidak dapat terlepas dari kebersihan lingkungan, makanan yang dimakan serta kebiasaan hidup sehari-hari. Untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus selalu memperhatikan seperti :

1. Menggunakan barang-barang keperluan sehari-hari milik sendiri. 2. Mandi minimal 2x sehari

3. Mandi memakai sabun 4. Menjaga kebersihan pakaian

5. Makan yang bergizi terutama banyak sayur dan buah 2.3. Manusia Lanjut Usia

Manusia usia lanjut (manula) adalah kelompok penduduk berumur tua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokkan tersendiri ini adalah populasi berumur 60 tahun atau lebih. Umur kronologis (kalender) manusia dapat digolongkan dalam berbagai masa, yakni Masa Anak, Remaja, dan Dewasa. Masa dewasa dapat dibagi atas dewasa muda (18-30 tahun), dewasa setengah baya (30-60 tahun), dan masa lanjut usia (60 tahun).

WHO mengelompokkan usia lanjut usia tiga kelompok : 1.Kelompok middle age (45-59)

2. Kelompok elderly age (60-74) 3. Kelompok old age (75-90)


(33)

Peningkatan jumlah lansia ini terjadi baik dinegara maju maupun negara sedang berkembang. Peningkatan penduduk lansia di negara maju tampak relatif cepat dibandingkan dengan yang terjadi di negara berkebambang. Namun demikian lansia di negara berkembang secara absolut lebih banyak dibandingkan dengan di negara maju. Hal ini menunjukkan bahwa masalah lansia tidak hanya di negara maju saja tetapi juga di negara berkembang.

Proses penuaan akan berkaitan dengan proses degenaratif tubuh dengan segala penyakit yang terkait, mulai dari gangguan mobilitas alat gerak sampai gangguan jantung. Dengan demikian, golongan lansia ini akan memberikan masalah kesehatan yang khusus yang memerlukan bentuk pelayanan kesehatan tersendiri (Bustan, 2007).

2.3.1. Karakteristik Lansia

Beberapa karakteristik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan masalah kesehatan lansia adalah :

1. Lanjut usia lebih banyak pada wanita. Terdapat perbedaan kebutuhan dan masalah kesehatan yang berbeda antara lansia laki-laki dan wanita. Misalnya lansia pria sering terkena hipertropi prostat sedangkan wanita akan menghadapi osteoporosis. 2. Status Perkawinan; status masih pasangan lengkap atau sudah hidup janda/duda

akan mempengaruhi keadaan kesehatan lansia baik fisik maupun psikologis. 3. Living arrangement; misalnya keadaan pasangan, tinggal sendiri atau bersama

istri, anak atau keluarga lainnya.

- Tanggungan keluarga, masih menanggung anak atau anggota keluarga. - Tempat tinggal adalah rumah sendiri, tinggal dengan anak. Dewasa ini

kebanyakan lansia masih hidup sebagai bagian keluarganya, baik lansia sebagai keluarga atau bagian dari keluarga anaknya. Namun, akan


(34)

cenderung bahwa lansia akan ditinggalkan oleh keturunannya dalam rumah yang berbeda.

4. Kondisi Kesehatan

- Kemampuan umum untuk tidak tergantung kepada orang lain dalam kegiatan sehari-hari seperti mandi, buang air kecil dan besar.

- Frekuensi sakit yang tinggi menyebabkan menjadi tidak produktif lagi bahkan mulai tergantung kepada orang lain. Bahkan ada yang karena penyakit kroniknya sudah memerlukan perawatan khusus.

5. Keadaan Ekonomi

- Sumber pendapat resmi dapat berupa pensiunan ditambah sumber pendapatan lain kalau masih bisa bekerja. Lapangan kerja sektor pertanian cukup banyak menyerap tenaga kerja lansia, disamping sektor perdagangan dan sektor jasa.

- Sumber pendapatan keluarga dimana ada tidaknya bantuan keuangan dari anak/keluarga lainnya, atau bahkan masih ada anggota keluarga yang tergantung padanya.

- Lansia memerlukan biaya yang lebih tinggi, sementara pendapatan semakin menurun sampai seberapa besar pendapatan lansia dapat memenuhi kebutuhannya.

2.3.2. Kesehatan Lansia

Masalah kesehatan lansia cukup luas dan bervariasi. Secara umum dapat disebutkan seperti terjatuh (accidental falls), easy fatiguability, acute confusion, chest


(35)

acuity, sakit kepala (headache), gatal-gatal (pruritus), dan gangguan tidur (sleep disorder).

Selain masalah penyakit, kehidupan lansia tidak dapat melepaskan diri dari perubahan dan masalah psikologis. Kelangsungan umur menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang menuntut adanya penyesuian diri secara terus menerus. Jika proses penyesuaian diri dengan lingkungan kurang berhasil maka timbullah berbagai masalah (Horlock, 1979), seperti :

1. Ketidakberdayaan fisik yang mneyebabkan ketergantungan pada orang lain.

2. ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola kehidupannya.

3. Membuat teman baru untuk menggantikan mereka yang sudah meninggal atau berpisah tempat.

4. Mengembangkan aktivitas baru untuk mengisi waktu luang (Bustan, 2007). 2.3.3. Perubahan pada proses menua

Secara alamiah, berbagai proses penuaan yang tidak bisa dihindari terjadi, berupa :

1. Perubahan fisik- biologis/jasmani :

a. kekuatan fisik secara menyeluruh dirasakan berkurang, merasa cepat lelah dan stamina menurun.

b. Sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil, hiprofis, terutama di bagian dada dan lengan.

c. Kulit mengerut dan menjadi keriput. Garis –garis pada wajah di kening dan sudut mata.


(36)

e. Gigi mulai rontok.

f. Perubahan pada mata yaitu pandangan dekat berkurang, adaptasi gelap melambat, lingkaran putih pada kornea (arcus senilis), dan lensa menjadi keruh (katarak).

g. Pendengaran, daya cium dan perasa mulut menurun.

h. Pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga rongga dada menjadi kaku dan sulit bernapas (Bustan, 2007).

2. Perubahan mental-emosional/jiwa :

a. Daya ingat menurun, terutama peristiwa yang baru saja terjadi.

b. Sering pelupa/pikun; sering sangat menganggu dalam pergaulan dengan lupa nama orang.

c. Emosi mudah berupa, sering marah-marah, rasa harga diri mudah tersinggung.

3. Perubahan kehidupan seksual 4. Penyakit lansia dapat meliputi :

a. gangguan pembuluh darah : dari hipertensi sampai strok. b. gangguan metabolik : DM

c. gangguan persendian : artitis, encok dan terjatuh.

d. gangguan sosial : kurang penyesuaian diri dan merasa tidak punya fungsi lagi. 2.3.Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang harus dipunyai oleh setiap keluarga untuk memenuhi keperluan sehari-hari meliputi :


(37)

Bagi manusia, air adalah salah satu kebutuhan utama. Seperti telah diuraikan terdahulu manusia menggunakan air untuk berbagai keperluan seperti mandi, cuci, kakus, produksi pangan, papan dan sandang. Mengingat bahwa berbagai penyakit dibawa oleh air kepada manusia pada saat manusia memanfaatkannya, maka tujuan utama penyediaan air bersih bagi masyarakat adalah mencegah penyakit bawaan air. Dengan demikian diharapkan, bahwa semakin banyak liputan masyarakat dengan air bersih, semakin turun morbiditas penyakit bawaan air ini.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi air : a. Besar kecilnya/luas wilayah/dareah yang akan dilayani. b. Ada tidaknya industri.

c. Kualitas dari air. d. Harga air. e. Tekanan air f. Iklim

g. Karakteristik penduduk. A. Kuantitas Air Bersih

Kuantitas air bersih harus memenuhi syarat, artinya apabila air bersih yang tersedia telah mencukupi seluruh kebutuhan masyarakat untuk keperluan sehari-hari dan keperluan lainnya. Banyaknya air yang digunakan sejalan dengan tingkat kebutuhan, kegiatan dan kebudayaan masyarakat pemakai air tersebut.

Untuk masyarakat di daerah pedesaan rata-rata pemakaian air bersih adalah 60 liter/orang/hari, sedangkan untuk masyarakat di daerah perkotaan rata-rata pemakaian air adalah 100-120 liter/orang/hari (Sanropie, 1993).


(38)

Air bersih yang ideal seharusnya jernih, tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan secara ekonomis. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalakan endapan, darimanapun asalnya air harus memenuhi standart baku mutu kualitas air yang berlaku.

Persyaratan kualitas air minum/bersih menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tanggal 3 September 1990 adalah sebagai berikut : 1. Syarat Fisik

Air yang sebaiknya dipergunakan untuk air minum/air bersih adalah air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu, sebaiknya dibawah suhu udara, sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman.

2. Syarat kimia

air yang baik adalah yang tidak tercemar secara berlebihan dengan zat-zat kimia ataupun mineral, serta logam berat, terutama zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan. Selain itu diharapkan pula zat ataupun bahan yang terdapat dalam air minum maupun air bersih tidak sampai menimbulkan kerusakan pada tempat penyimpanan.

3. Syarat baketriologis

air minum dan air bersih hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan terkontaminasi oleh bakteri terutama yang bersifat patogen. Namun demikian dalam kehidupan sehari-hari sulit untuk menentukan apakah air tersebut benar-benar suci hama atau tidak. Karena itulah untuk mengukur apakah ait itu bebas dari bakteri atau tidak, maka parameter yan digunakan adalah E.coli. tergantung dari pemeriksaan yang dilakukan, maka jumlah E.coli yang masih dibenarkan terdapat dalam sumber air


(39)

kadar maksimum yang diperbolehkan untuk koliform tinja adalah 0/100 ml air. Sedangkan untuk sumber air bersih perpipaan kadar maksimum ang diperbolehkan untuk koliform tinja adalah 10/100 ml air dan sumber air bersih bukan perpipaan kadar maksimum yang diperbolehkan koliform tinja adalah 50/100 ml air (Wardhana, 1995).

C. Peranan Air Dalam Penularan Penyakit

Adanya penyebab penyakit di dalam air, dapat menyebabkan efek langsung terhadap kesehatan. Penyebab penyakit yang mungkin ada dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu :

1. Penyebab hidup yang menyebabkan penyakit menular.

2. Penyebab tidak hidup yang menyebabkan penyakit tidak menular. Peranan air dalam memindahkan penyakit dapat melalui empat cara : 1. Water Borne Desease

Kuman patogen dapat berada di dalam air minum manusia dan hewan. Bila air yang mengandung kuman patogen ini terminum maka dapat terjadi perjangkitan penyakit pada orang yang bersangkutan, diantaranya adalah penyakit : Kholera, Thypoid, Hepatitis Infeksiosa dan penyakit Disentri basiler.

2. Water Washed Desease

Kurangnya air bersih, khususnya untuk menjaga kebersihan diri dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadi karena bakteri yang selalu ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Apalgi di antara masyarakat keadaan gizi yang kurang seperti kekurangan vitamin A, B, dan C. Penyakit yang tergolong dalam kelompok ini diantaranya penyakit Trachoma dan segala macam penyakit kulit yang disebabkan jamur dan bakteri. Juga termasuk di


(40)

sini penyakit Scabies yang disebabkan sarcoptes scabei (sejenis tungau)(Slamet, 2007).

3. Water Based Desease

Infeksi yang ditularkan oleh hewan air. Penyakit yang tergolong kategori ini dan terpenting adalah penyakit cacing Schistomiasis dan Dracontiasis.

4. Water Related Desease

Infeksi yang ditularkan oleh serangga yang bergantung pada air. Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta sedemikian disebut sebagai vektor penyakit. Penyakit yang tergolong kategori ini adalah Demam kuning, filariasis, demam berdarah, dan malaria (Slamet,2007).

2.4.2. Pengelolaan Sampah

Sampah adalah suatu bahan atau benda yang terjadi karena berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang berasal dari tubuh manusia (Kusnoputranto, 2000).

Menurut definisi diatas, maka sampah dibedakan atas dasar sifat-sifat biologis dan kimia, untuk memudahkan pengelolaanya. Pengelolaan sampah didasarkan atas berbagai pertimbangan :

a. Untuk mencegah terjadinya penyakit b. Konservasi Sumber Daya alam c. Mencegah gangguan estetika d. Pemanfaatan kembali

e. Kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat.


(41)

1. Tersedianya tempat sampah yang dilengkapi penutup.

2. Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat, permukaan bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup.

3. Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian telah terisi penuh. 4. Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang dihasilkan setiap

kegiatan. Tempat sampah harus disediakan minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20 meter pada ruang terbuka dan tunggu.

5. Tersedianya tempat pembuangan sampah sementara yang mudah dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi yang terjangkau kenderaan pengangkut sampah dan harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam (Kusnoputranto, 2000).

2.4.3. Pengelolaan Air Limbah

Untuk mencegah atau mengurangi akibat-akibat buruk tersebut di atas diperlukan kondisi, persyaratan dan upaya-upaa sedemikian rupa sehingga air limbah tersebut :

a. Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum. b. Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.

c. Tidak menyebabkan pencemaran atau air untuk mandi, perikanan, air sungai, atau tempat-tempat rekreasi.

d. Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi tempat berkembang biaknya berbagai bibit penyakit dan vektor.

e. Tidak kena udara luar (jika tidak diolah) serta tidak dapat dicapai oleh anak-anak.


(42)

2.4.4. Pembuangan Kotoran Manusia

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dri dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh ini berbentuk tinja (feces), air seni (urine) dan CO2 sebagai

hasil dari proses pernapasan. Pembuangan kotoran manusia di dalam buku ini dimaksudkan hanya tempat pembungan tinja urine yang pada umumnya disebut latrine (jamban atau kakus)

Jamban adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran manusia dalam suatu tempat tertentu, sehingga kotoran tersebut dalam suatu tempat tertentu tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit mengotori lingkungan pemukiman.

Pembuangan tinja yang tidak saniter akan menyebabkan terjadinya berbagai penyakit seperti diare, kolera, disentri, ascariasis, dan sebagainya. Kotoran manusia merupakan buangan padat, selain menimbulkan bau, mengotori lingkungan juga merupakan media penularan penyakit pada masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

Pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut :

a. Tidak memenuhi sumber air minum (untuk ini dibuang lubang penampungan kotoran paling sedikit berjarak 10 meter dari sumber air)

b. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

c. Air seni, air pembersih dan penggelontoran tidak mencemari tanah disekitarnya.


(43)

d. Mudah dibersihkan, aman digunakan dan harus terbuat dari bahan-bahan yang kuat dan tahan lama.

e. Dilengkapi dinding dan atap perlindungan, dinding kedap air dan berwarna terang

f. Luas ruangan cukup g. Ventilasi cukup baik

h. Tersedia air dan alat pembersih i. Cukup penerangan.

Tabel 2.1 Penyakit Yang Ditularkan Oleh Tinja

No Agent Penyakit Ket

1 Virus

1.V.Hepatitis 2.Polio Viruses

Viral Hepatitis Poliomyelitis 2 Bakteri

1. Vibrio cholera 2. E.coli

3. salmonella Thypii 4. salmonella

5. shigella Dysentriae 6. clostridium perferingens

Cholera Diare/dysentri Thypus abdominalis Salmonella

Clostridium perferingens 3 Protozoa

1. Entamoeba 2. Balantidium coli

Disentri amoeba Balantiais 4 Metazoa

1. Ascariasis Lumbricoides 2. Trichuris

Ascariasis Trichuriasis Sumber : Slamet, 2002


(44)

Kerangka Konsep

Berdasarkan tinjauan pustaka dan latar belakang maka peneliti membuat suatu kerangka konsep penelitian seperti bagan di bawah ini :

2.6. Hipotesis Penelitian

Ha : Ada hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti Unit Pelaksana Teknis Daerah Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

Ho : Tidak ada hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti Unit Pelaksana Teknis Daerah Abdi Dharma Asih Binjai Sikap

Sanitasi Dasar

- Penyediaan air bersih - Pengelolaan air limbah - Pengelolaan sampah - Jamban

Pengetahuan Karakteristik Penghuni Panti

- Jenis Kelamin - Pendidikan - Ada tidaknya

Penyakit kronis

Kebersihan Diri Penghuni Panti


(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik yang bersifat cross sectional yaitu untuk melihat hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap dengan kebersihan diri penghuni Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai di Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai tahun 2010

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Jalan Perintis Kemerdekaan Kecamatan Binjai Utara Kota Binjai. Adapun alasan pengambilan lokasi penelitian di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai dikarenakan panti ini merupakan panti lanjut usia yang memiliki penghuni terbesar di Sumatera Utara dan lokasi dapat dijangkau.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan November– Desember 2010. 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh penghuni yang berjumlah 160 orang. 3.3.2. Sampel Penelitian

Jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus : n = _____N______

1+N (d2)


(46)

N= Jumlah populasi yaitu 160 orang d = presisi atau ketetapan absolute (0,1)

Berdasarkan rumus di atas maka besar sampel yang digunakan adalah : n = ____

1+ 160 (0.1)2 160____

n = 62 orang

Berdasarkan perhitungan besar sampel tersebut maka didapat sampel sebanyak 62 orang. Dimana terdapat kriteria sampel yang meliputi :

1. Bersedia di wawancarai.

2. Tidak mengalami disorientasi terhadap tempat, waktu dan orang. 3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan penghuni panti yang menjadi sampel dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui catatan dan dokumen pada Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai.

3.5. Defenisi Operasional

1. Karakteristik penghuni panti adalah pembagian ciri atau sifat khusus pada diri penghuni yang dilakukan untuk mengklasifikasikan penghuni panti menurut keadaan tertentu.


(47)

a. Jenis kelamin adalah pembagian manusia menurut anatomis dan fisiologis laki-laki dan perempuan.

a) laki-laki b) perempuan

b. Pendidikan adalah usaha seseorang menempuh ilmu pengetahuan untuk menjadi lebih baik lagi dan setinggi-tingginya.

c. Penyakit kronis adalah penyakit yang diderita seseorang yang sudah lama atau sifatnya menahun.

2. Pengetahuan adalah tingkat kemampuan penghuni panti tentang segala sesuatu yang terkait dengan kebersihan dirinya sendiri.

3. Sikap adalah tanggapan penghuni panti sehubungan dengan kebersiha diri pada dirinya.

4. Sanitasi dasar adalah usaha dasar yang dilakukan dalam memenuhi kesehatan lingkungan dan diri menjadi lebih baik. Sanitasi dasar meliputi :

a. Penyediaan air bersih adalah pemenuhan air dari segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas di setiap wisma.

b. Pengelolaan limbah adalah pengelolaan air limbah secara berkala untuk menjauhkan dari vektor-vektor penyakit.

c. Pengelolaan sampah adalah pengelolaan terhadap sampah organik maupun non organik dengan cara ditimbun dan dibakar.

d. Pengendalian vektor adalah mengendalikan diri dari vektor-vektor yang menjadi perantara masuknya penyakit ke dalam tubuh dengan melakukan kebersihan diri dan lingkungan.


(48)

5. Kebersihan diri adalah usaha individu dalam memelihara kebersihan diri yang meliputi kebersihan rambut, gigi dan mulut, mata, telinga, kuku, kulit dan kebersihan dalam berpakaian dalam meningkatkan kesehatan yang optimal.

6. Panti Werdha adalah tempat penampungan bagi ruang yang sudah lanjut usia dan tidak memiliki anak atau sanak saudara untuk merawatnya.

3.6. Aspek Pengukuran

a. Karakteristik Penghuni Panti dibagi menjadi tiga klasifikasi : 1. Jenis Kelamin

Alat pengumpul : Wawancara/pengamatan (kuesioner terlampir) Kategori : 1. Laki-laki

2. Perempuan

2. Tingkat Pendidikan

Alat Pengumpul : Wawancara/pengamatan (kuesioner terlampir)

Kategori : 1. Rendah, jika tidak sekolah, tidak tamat SD, Tamat SD, Tamat SLTP

2. Tinggi, jika Tamat SMA, Tamat Perguruan Tinggi 3. Penyakit Kronis

Alat Pengumpul : Wawancara/pengamatan (kuesioner terlampir)

Kategori : 1. Ada Penyakit (Stroke, Hipertensi, Diabetes Melitus, Asma, Osteoporosis, Anemia)

2. Tidak Ada Penyakit Kronis b. Pengetahuan


(49)

jawaban. Jawaban penghuni panti disesuaikan dengan jawaban kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya. Perhitungan skor berdasarkan jumlah jawaban penghuni panti yang sama dengan jawaban kuesioner.

a. Adapun perhitungan skor pengetahuan adalah sebagai berikut 1. jika menjawab a dan b jawaban bernilai 3

2. jika menjawab a atau b bernilai 2 3. jika menjawab c bernilai 1 b. Membuat kategori

Nilai yang tertinggi dari 10 pertanyaan adalah 30, kemudian dikelompokkan menjadi 2 kategori. Berdasarkan skala Likert pengetahuan penghuni panti dikategorikan sebagai berikut :

1. Tingkat pengetahuan baik jika nilai skor penghuni panti ≥ 65% dengan rentang(20-30)

2. Tingkat pengetahuan kurang baik jika nilai skor penghuni panti < 65% dengan rentang(1-19)

c. Sikap

Sikap adalah tanggapan penghuni panti terhadap kebersihan dirinya sendiri dengan menggunakan skala Likert(Notoatmodjo, 2003).

a. Adapun perhitungan skor pengetahuan adalah sebagai berikut

1. jika jawaban penghuni panti tidak sesuai dengan jawaban kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya maka nilainya adalah 0 (kosong)

2. jika jawaban penghuni panti menjawab setuju pada pertanyaan pada nomor 1,3,4,9 dan 10 dan tidak setuju pada nomor 2,5,6,7 dan 8, maka nilainya adalah 2


(50)

Berdasarkan total nilai diperoleh dari 10 pertanyaan, maka total nilai maksimal adalah 20 dan sikap dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. sikap baik jika nilai skor penghuni panti ≥ 65% dengan rentang (13-20) b. sikap kurang baik jika nilai skor penghuni panti < 65% dengan rentang (1-12) d. Kebersihan Diri

Kebersihan diri adalah bentuk perbuatan atau aktifitas yang nyata dari penghuni panti dan diukur dengan menggunakan skala Likert.

a. Kriteria Penilaian

Penilaian dilakukan dengan dua cara, yang pertama sekali di observasi dan diwawancara. Pernyataan pada observasi sebanyak 10 pertanyaan dan pada wawancara pertanyaanya sebanyak 8 pertanyaan.

Untuk setiap observasi jika memenuhi syarat (checklist tanda benar di kolom “ya”) akan diberikan nilai 2 dan kalau di kolom “tidak” dan “keterangan” akan diberikan nilai 0. Sedangkan pada setiap pertanyaan pada kebersihan diri penghuni diberikan nilai sebagai berikut :

1. nilai 0 jika jawaban penghuni panti tida sesuai dengan jawaban kuesioner yang telah dipersiapkannya sebelumnya.

2. nilai 2 jika pada pertanyaan nomor 1,2,3,4,7 menjawab options “A” dan 5, 6, 8 menjawab options “B”.

Berdasarkan dari total pertanyaan sebanyak 18, maka total nilai maksimal 36 dan menggunakan skala Likert (Notoatmodjo, 2003) kebersihan diri penghuni panti dikategorikan sebagai berikut :


(51)

b. kebersihan diri kurang baik jika nilai skor penghuni panti < 65% dengan rentang (1-22).

3.6. Analisa Data

Data yang terkumpul akan diubah dengan sistem komputerisasi, data yang telah masuk diinterpretasikan lebih lanjut dengan menggunakan analisa univariat dan analisa bivariat.

3.6.1. Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada masing-masing variabel yang terdiri dari data umum meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis penyakit kronis yang diderita, pengetahuan dan sikap dengan kebersihan diri. Data-data tersebut ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi.

3.6.2. Analisa Bivariat

Analisa Bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan karakteristik, pengetahuan dan sikap penghuni panti dengan kebersihan diri. Adapun uji statistik yang digunakan uji chi square dan exact fisher (Murti, 2003).


(52)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai merupakan panti lanjut usia yang terbesar di Sumatera Utara karena dapat menampung lebih dari 100 orang dan berada di bawah pengawasan Departemen Sosial Provinsi Sumatera Utara. Cakupan kerja dari Panti UPTD Abdi Dharma Asih meliputi lanjut usia yang tinggal di Panti UPTD Dharma Asih tetapi saat ini Panti UPTD Abdi Dharma Asih dibagi menjadi dua cakupan kerja, dimana ada yang mengurusi lanjut usia dan ada juga yang mengurusi balita sehingga di ganti namanya dengan UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Wilayah Binjai dan Medan. Adapun batasan-batasan wilayah kerja panti ini adalah sebagai berikut :

1. Sebelah Utara : Desa Cengkeh Turi 2. Sebelah Selatan : Desa Payaroba 3. Sebelah Barat : Desa Sendang Rejo 4. Sebelah Timur : Desa Cengkeh Turi

Jumlah penghuni panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai sebanyak 160 orang. Dari seluruh penghuni, jumlah penghuni laki-laki ada 77 orang dan perempuan ada 83 orang. Fasilitas yang dipunyai hampir lengkap, yaitu ada 19 buah wisma tempat para lanjut usia dan tiap wisma dapat dihuni sampai 12 orang. Sedangkan fasilitas sanitasi dasar tersedia dan cukup baik dimana dalam setiap wisma terdapat 2 buah kamar mandi dan penyediaan air bersih mencukupi baik dalam segi kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Di setiap kamar mandi memiliki jamban dan sebuah bak mandi Dalam hal pembuangan


(53)

sampah biasanya sampah organik maupun non organik disatukan dan dibuang ke tanah kosong atau pekarangan di belakang wisma dan kalau sudah banyak biasanya sampah-sampah itu akan dibakar. Belum ada pembuangan sampah-sampah akhir atau tempat pembuangan akhir (TPA).

Pembuangan limbah cair yang dihasilkan oleh penghuni biasanya dialirkan ke parit-parit sempit yang berada di dekat masing-masing wisma. Dalam hal pengendalian vektor penyakit, biasanya dalam seminggu sekali pihak pengelola mengadakan gotong royong dimana dalam gotong royong tersebut diadakan kegiatan untuk membersihkan lingkungan dalam dan luar rumah seperti membuang pakaian-pakaian bekas yang menjadi sarang tikus, mencabut rumput, membersihkan parit-parit yang tersumbat supaya dapat mengalir dan lainnya.

4.2. Karakteristik Penghuni Panti (Lanjut Usia) di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai

Karakteristik penghuni panti yang menjadi sampel penelitian di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai dapat dijelaskan berdasarkan :

4.2.1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin penghuni panti terbagi menjadi dua bagian yaitu laki-laki dan perempuan

Tabel 4.1. Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Jenis Kelamin di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010.

No. Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1. Laki-laki 25 40,3

2 Perempuan 37 59,7


(54)

Sesuai dengan Tabel 4.1 maka diperoleh ditribusi penghuni panti yang berjenis kelamin perempuan (59,7%) lebih banyak daripada penghuni panti yang laki-laki (40,3%).

4.2.2. Pendidikan Penghuni Panti

Pendidikan penghuni panti sangat bervariasi mulai dari tidak sekolah sampai dengan tingkat akademi.

Tabel 4.2. Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Rendah (Tidak sekolah, Tidak Tamat

SD, Tamat SD, Tamat SLTP)

52 83,9

2. Tinggi (Tamat SLTA dan Tamat Perguruan Tinggi)

10 16,1

Jumlah 62 100

Dari Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa penghuni panti yang berpendidikan rendah (83,9%) lebih banyak daripada penghuni panti yang berpendidikan tinggi (16,1%).

4.2.3. Penyakit Kronis yang Diderita Penghuni Panti

Usia yang sudah tua memungkinkan sebagian besar lanjut usia memiliki penyakit dan penyakit yang timbul biasanya bersifat kronis (menahun) seperti : Anemia, Asma, Diabetes Melitus, Jantung, Hipertensi, Gastritis, Katarak, Rematik, Osteoporosis, Stroke dan lainnya.

Tabel 4.3. Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Ada Tidaknya Penyakit Kronis(menahun) di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010.

No. Ada Tidaknya Penyakit Kronis pada penghuni panti

Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Tidak ada penyakit kronis 21 33,9

2 Ada penyakit kronis 41 66,1


(55)

Dari Tabel 4.3. dapat diketahui bahwa penghuni panti mengidap penyakit kronis (66,1%) diantaranya Rematik, Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi), Diabetes Melitus, Katarak, Asma, Osteoporosis, Jantung, Gastritis, Anemia.

Tabel 4.4. Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Penyakit Kronis yang di Derita di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010.

No. Jenis penyakit kronis yang diderita

Jumlah

1. Anemia 1

2. Asma 4

3. Diabetes Melitus 7

4. Jantung 1

5. Gastritis 1

6. Hipertensi 10

7. Katarak 6

8. Rematik 20

9. Osteoporosis 2

10. Stroke 3

Dari Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa penghuni panti sebagian besar menderita rematik, yakni 20 orang dan terbesar kedua adalah Hipertensi yakni 10 orang, dilanjutkan dengan Diabetes Melitus, Katarak, Asma, Stroke, Osteoporosis, Anemia, Jantung dan Gastritis. Setiap penghuni panti tidak hanya memiliki satu penyakit saja. Ada beberapa penghuni yang mengidap beberapa penyakit misalnya katarak dan diabetes ataupun yang lainnya.

4.3. Tingkat Pengetahuan Penghuni Panti di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh gambaran tentang tingkat pengetahuan penghuni lansia di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai sebagai berikut :


(56)

Tabel 4.5. Distribusi Penghuni Panti Berdasarkan Indikator Pengetahuan tentang Kebersihan Diri di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010

No. Indikator dan Jawaban Aspek Pengukuran Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Berapa kali dalam sehari sebaiknya mandi ?

> 2 kali 31 50

2 kali 27 43,55

1 kali 4 6,45

2 Apakah menggunakan sabun setiap kali mandi ?

Ya, menggunakan sabun mandi 58 93,55

Ya, menggunakan sabun batangan 3 4,84

Tidak menggunakan sabun 1 1,61

3 Apakah cukup mencuci tangan pakai air besih

saja tanpa menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan ?

Iya, cukup menggunakan air bersih saja 22 35,5

Tidak, menggunakan sabun juga 40 64,5

Tidak tahu 3 4,83

4 Sebaiknya berapa kali dalam seminggu mencuci

rambut untuk menjaga kebersihan rambut

1-2 kali 28 45,16

≥ 3 kali 25 40,32

Tidak tahu 9 14,52

5 Apa akibat kalau tidak mencuci rambut

Berketombe dan bau 13 20,97

Gatal-gatal pada kepala 40 64,51

Tidak tahu 12 19,35

6 Berapa kali sebaiknya menyikat gigi dalam

sehari

1-2 kali 30 48,4

> 2 kali 26 42

Tidak tahu 6 9,6

7 Apa akibat dari tidak menyikat gigi

Gigi busuk 4 6,4

Bau mulut 29 46,8

Tidak tahu 29 46,8

8 Keluhan apa yang dirasakan kalau dalam 1 hari tidak mengganti pakaian

Bau badan 21 33,9

Gatal-gatal 33 53,2

Tidak tahu 9 14,5

9 Kenapa harus memotong kuku dalam seminggu

Agar terhindar dari cacingan 4 6,4

Agar kuku tidak kotor 41 66,2

Tidak tahu 17 27,4

10. Kapan saja mencuci kaki

Sesudah keluar rumah 34 54,8

Sebelum tidur 27 43,55


(57)

Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa hanya (50%) penghuni panti mandi lebih dari dua kali dalam sehari dan umumnya penghuni panti (93,55%) menggunakan sabun mandi setiap kali mandi. Selain untuk mandi, pengetahuan penghuni panti dalam menggunakan sabun untuk kebersihan baik dilihat dari pertanyaan mengenai pemakaian sabun sebelum dan sesudah makan sebagian besar (64,5%) penghuni panti menjawab sebaiknya menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan. Dalam hal kebersihan rambut, hanya (45,16%) penghuni panti menjawab mencuci rambut lebih baik 1-2 kali sedangkan (64,51%) penghuni panti menjawab akibat tidak mencuci rambut adalah gatal-gatal pada kepala. Pengetahuan penghuni panti tentang kebersihan pada gigi dikategorikan baik dapat dilihat baik dimana (48,4%) menjawab harus menyikat gigi dalam sehari minimal 1 hari. Sedangkan akibat dari tidak menyikat gigi hanya (53,2%) penghuni menjawab gigi busuk dan bau mulut. Dalam hal mengganti pakaian (53,2%) penghuni panti menjawab kalau keluhan yang akan dirasakan kalau tidak mengganti pakaian adalah gatal-gatal. Sebagian besar (66,2%) penghuni panti menjawab alasan memotong kuku agar terhindar dari kotoran atau supaya kuku tidak kotor dan (54,8%) menjawab kalau sesudah keluar rumah saja mereka mencuci kaki.

Berdasarkan perhitungan skor pada indikator pengetahuan, maka variabel dikategorikan baik dan kurang baik. Sebagaimana ditunjukkan pada tabel di bawah ini. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Penghuni Panti Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai Tahun 2010. No. Tingkat Pengetahuan penghuni

panti tentang kebersihan diri

Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Baik 21 33,9

2 Kurang baik 41 66,1


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abikusno, N, 2002. Masalah Gizi pada Perempuan lanjut usia. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ikatan Dokter Indonesia dan PDGMI cabang DKI Jakarta.

Ahmadi, Abu., 1997. Ilmu Sosial Dasar. Rineka cipta. Jakarta.

Anonimus, 2008. Panti Jompo = Orang Tua? / Orang Tua = Panti Jompo.

Anonimus,2009. Nasib Lansia di Panti Jompo Binjai. tanggal 25 November 2009.

Bustan, 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Rineka Cipta. Jakarta.

Depsos RI, 2003. Pedoman Rencana Aksi Nasional Untuk Kesejahteraan Lanjut Usia. Depsos RI- YEL-UNFPA- Help Age International. Jakarta

Fajar, Ibnu, dkk, 2009. Statistika untuk Praktisi Kesehatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Garner, J. D, dan S.O. Mercer, 1989. Women as They Age : Callenge, Opportunity,

and Triumph. The Hayworth Press. New York.

Gerungan, 2004. Psikologi Sosial. PT Refika Aditama, Bandung.

Hidayat, Dede, 2009. Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan. Cv. Trans Info Media. Jakarta.

Hurlock, EB, 1979. Development Psychology,4th ed. Mc Graw Hill. New Delhi.

Irwanto, 2002. Psikologi Umum. Prenhallindo. Jakarta.

Istiarti, Tinuk, 2000. Menanti Buah Hati dan Kaitan Antara Kemiskinan dan Kesehatan. Penerbit Media Pressindo. Yogyakarta

Kartono, K., 1990. Psikologi Umum. Penerbit Mandar Maju. Bandung

Kunoputranto, H, 2000. Kesehatan Lingkungan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Jakarta.

Meryn, Siegfried, 2005. Hidup Sehat 100 Tahun. Penerjemah : Ivan Setiawan, Pustaka Populer Obor. Jakarta.


(2)

Notoatmodjo, Soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.

__________________,.1993. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

__________________., 1993. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

__________________,. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta,.Jakarta.

__________________,. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta. Jakarta.

Odang, Rasyid., 2000. Pedoman Penyuluhan Pada anak Sekolah Dasar. Depkes RI. Jakarta.

Ollenburger Jane dan Moore Helen, 2002. Sosiologi Wanita. Penerjemah : Budi Sucahyono dan Yan Sumaryana. Rineka Cipta. Jakarta.

Potter, P. A; dan Perry, A, G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik. Edisi Keempat. Editor : Monica et al. EGC. Jakarta.

Rahayu, dkk, 2005.Gambaran Lanjut Usia Yang tinggal Di Panti UPTD Abdi Dharma Asih Binjai. Jurnal Kesehatan Masyarakat USU No. 2, Hal 109-112. Fakultas Kesehatan Masyarakat.

Saryono, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Mitra Cendikiawa. Yogyakarta.

Sears, O.David, dkk, 1985. Psikologi Sosial. Alih bahasa : Michael Adryanto. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Graha ilmu. Yogyakarta. Shaw, E.Marvin dan Costanzo, R.Phillip, 2008. Teori – Teori Psikologis Sosial.

Penerjemah : Sarlito W Sarwono. RajaGrafindo Persada. Jakarta.

Slamet, J.S, 2000. Kesehatan Lingkungan. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Soegianto, Agoes., 2005. Ilmu Lingkungan. Universitas Airlangga. Surabaya

Sudarma, Momon, 2008. Sosiologi untuk Kesehatan. Penerbit Salemba. Jakarta.

Susanti, Ermi, 2007. Perilaku Masyarakat Tentang Sanitasi Lingkungan Perumahan Pasca Pemusnahan Unggas Penular Flu Burung di Desa Sumbul Kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan


(3)

(4)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KEBERSIHAN DIRI PENGHUNI PANTI UNIT PELAKSANA

TEKNIS DAERAH ABDI DHARMA ASIH DI KECAMATAN BINJAI UTARA

KOTA BINJAI TAHUN 2010

No. Responden :

Tanggal wawancara :

I. Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis Kelamin :

4. Pekerjaan :

5. Tingkat pendidikan : a. Tidak sekolah

b. Tidak tamat SD c. Tamat SD d. Tamat SLTP e. Tamat SMA

f. Tamat Akademi/PT

6. Asal :

7. Penyakit kronis yan di derita :

II. Pengetahuan Penghuni Terhadap Kebersihan Diri

1. Menurut Bapak/Ibu, berapa kali dalam sehari sebaiknya mandi?

a. > 2 kali c. 1 kali

b. 2 kali

2. Menurut Bapak/Ibu, apakah selalu menggunakan sabun setiap kali mandi? a. ya, saya menggunakan sabun batangan c. tidak

b. ya, saya menggunakan sabun mandi

3. Menurut Bapak/Ibu, apakah cukup mencuci tangan memakai air bersih saja tanpa menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan?

a. iya, cukup menggunakan air bersih saja. b. tidak, menggunakan sabun juga.

c. tidak tahu.

4. Menurut Bapak/Ibu, sebaiknya berapa kali dalam seminggu mencuci rambut untuk menjaga kebersihan rambut?

a. 1-2 kali c. tidak tahu


(5)

5. Menurut Bapak/Ibu, apa akibat kalau tidak mencuci rambut ? a. berketombe dan bau c. tidak tahu b. gatal-gatal

6. Menurut Bapak/Ibu, berapa kali sebaiknya menyikat gigi dalam sehari?

a. 1-2 kali c. tidak tahu

b. > 2 kali

7. Menurut Bapak/Ibu, apa akibat dari tidak menyikat gigi? a. gigi busuk c. tidak tahu b. bau mulut

8.Menurut Bapak/Ibu, keluhan apa yang akan timbul jika dalam sehari tidak mengganti pakaian?

a. bau badan c. tidak tahu b. gatal-gatal

9. Menurut Bapak/Ibu, kenapa harus memotong kuku dalam seminggu? a. agar terhindar dari cacingan c. tidak tahu

b. agar kuku tidak kotor

10. Menurut Bapak/Ibu, kapan saja mencuci kaki?

a. sebelum tidur c. tidak tahu b. sesudah keluar rumah

III. Sikap Penghuni terhadap Kebersihan Diri

No. Sikap Penghuni Setuju Tidak setuju

1 Setiap hari mandi sebanyak 2-3 kali 2 Tidak menggunakan sabun setiap

kali mandi

3 Sebelum dan sesudah makan harus mencuci tangan menggunakan sabun 4 Mencuci rambut sebanyak 2-3 kali

setiap minggu

5 Tidak harus mencuci tangan menggunakan sabun sesudah buang air besar

6 Tidak perlu menyikat gigi setiap hari

7 Setiap hari tidak harus mengganti pakaian

8 Tidak perlu memotong kuku secara teratur

9 Mencuci kaki sebelum tidur 10 Membersihkan telinga setiap hari


(6)

IV.Kebersihan diri (Lembar Pengamatan)

No. Kebersihan diri Observasi

Ya Tidak Keterangan

1. Badan tidak mengeluarkan bau menyengat

2 Pakaian terlihat bersih dan tidak bau 3 Tidak terdapat penyakit kulit

4 Gigi bersih

5 Kuku tangan tidak panjang dan kotor 6 Kuku kaki tidak panjang dan kotor

7 Rambut wangi dan tidak kusut

8 Mulut tidak bau

9 Tidak ada kotoran mata

10 Telinga bersih dan tidak ada kotoran telinga

V. Kebersihan diri (wawancara)

1. Berapa kali Bapak/Ibu mandi dalam sehari? a. > 2 kali

b. tidak pernah

2. Apakah Bapak/Ibu menggunakan sabun setiap kali mandi? a. ya

b. tidak

3. Berapa kali dalam seminggu Bapak/Ibu mencuci rambut untuk menjaga kebersihan rambut ?

a. ≥ 2 kali b. hanya 1 kali

4. Berapa kali Bapak/Ibu menyikat gigi dalam sehari? a. 1-2 kali

b. tidak pernah, alasan….

5. Kapan saja mencuci kaki?

a. sesudah keluar rumah dan sebelum tidur b. tidak tahu

6. Berapa kali Bapak/Ibu membersihkan telinga dalam sehari? a. > 2 kali

b. tidak pernah

7. Apakah Bapak/Ibu selalu membersihkan kotoran mata setiap pagi? a. ya

b. tidak

8. Berapa kali Bapak/Ibu mengganti pakaian dalam sehari? a. 1-2 kali