Manfaat Pembuatan Nanopartikel Preparasi Nanopartikel

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tripolifosfat. Teknik ini sangat sederhana dan metode penyiapan dengan lingkungan yang mengandung air. Kitosan dapat dilarutkan dengan asam asetat atau dengan adanya zat penstabil, seperti poloxamer, yang bisa ditambahkan pada larutan kitosan sebelum dan setelah penambahan polianion. Polianion atau polimer anionik kemudian ditambahkan dan terbentuk nanopartikel secara spontan dengan pengadukan magnetic stirrer pada suhu kamar Sailaja, Amareshwar, Chakravarty, 2010.

2.2 Manfaat Pembuatan Nanopartikel

Manfaat dalam melakukan rancangan nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat adalah untuk mengatur ukuran partikel, sifat-sifat permukaan, dan pelepasan zat aktif pada tempat yang spesifik di dalam tubuh sebagai sasaran pengobatan. Kelebihan menggunakan nanopartikel sebagai sistem penghantaran obat antara lain ukuran partikel dan karakteristik permukaan nanopartikel dapat dengan mudah dimanipulasi sesuai dengan target pengobatan, nanopartikel mengatur dan memperpanjang pelepasan obat selama proses transpor obat ke sasaran, obat dapat dimasukkan ke dalam sistem nanopartikel tanpa reaksi kimia dan sistem nanopartikel dapat diterapkan untuk berbagai sasaran pengobatan karena nanopartikel masuk ke dalam sistem peredaran darah dan dibawa oleh darah menuju target pengobatan Mohanraj Chen, 2006.

2.3 Preparasi Nanopartikel

Nanopartikel banyak dipreparasi dengan menggunakan 4 metode, yaitu : 1. Metode Penguapan Pelarut Metode ini, polimer dilarutkan dalam pelarut organik seperti diklorometan, kloroform atau etil asetat dimana biasa digunakan juga sebagai pelarut dalam melarutkan obat yang bersifat hidrofob. Campuran dari polimer dan larutan obat ini lalu diemulsifikasi dalam larutan yang mengandung surfaktan dan menjadi bentuk emulsi minyak dalam air ow. Setelah terbentuk emulsi yang stabil, pelarut organik kemudian diuapkan dengan ditekan atau diputar secara terus menerus menggunakan pengaduk magnetik. Ukuran partikel dipengaruhi oleh tipe UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan konsentrasi penstabil yang digunakan, kecepatan homoginezer dan konsentrasi polimer Mohanraj dan Chen, 2006. 2. Emulsifikasi Spontan Metode ini merupakan modifikasi dari metode penguapan pelarut. Dalam metode ini air yang larut dalam pelarut dalam jumlah kecil dari air yang tidak larut dalam pelarut organik digunakan sebagai fase minyak. Karena difusi spontan dari pelarut menyebabkan turbulensi antarmuka antara 2 fase yang membentuk partikel kecil. Semakin banyak konsentrasi air yang larut dalam pelarut, ukuran dari partikel yang dihasilkan akan semakin kecil Mohanraj dan Chen, 2006. 3. Metode Polimerisasi Pada metode ini monomer-monomer dipolimerisasi menjadi bentuk nanopartikel di dalam larutan. Obat akan dimasukkan dengan cara dilarutkan dalam medium polimerisasi atau dengan adsorpsi ke dalam nanopartikel setelah polimerisasi selesai. Suspensi nanopartikel ini kemudian dimurnikan untuk menghilangkan aneka penstabil dan surfaktan yang digunakan untuk polimerisasi dengan cara ultrasentrifugasi Mohanraj dan Chen, 2006. 4. Gelasi Ionik Metode gelasi ionik melibatkan proses sambung silang antara polielektrolit dengan adanya pasangan ion multivalennya. Gelasi ionik seringkali diikuti dengan kompleksasi polielektrolit dengan polielektrolit yang berlawanan. Pembentukan ikatan sambung silang ini akan memperkuat kekuatan mekanis dari partikel yang terbentuk. Contoh pasangan polimer yang dapat digunakan untuk gelasi ionik ini antara lain kitosan dengan tripolifosfat dan kitosan dengan karboksimetilselulosa Park dan Yeo, 2007. Kitosan yang merupakan polimer kationik dapat bereaksi dengan anion multivalen seperti tripolifosfat. Pembentukan mikropartikel dengan metode gelasi ionik dapat dilakukan antara lain dengan pengerasan tetesan cair yang didispersikan pada fase minyak atau organik. Prosedur sederhana tersebut meliputi pencampuran dua fase cair dimana fase yang satu mengandung kitosan dan fase yang satu mengandung anion multivalen Mohanraj dan Chen, 2006. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4 Karakteristik Nanopartikel