Pola hidroksiapatit adalah kerangka di mana pergantian ion dapat terjadi, dan dapat mengakomodasi berbagai atau pengantian tanpa perubahan drastis, efek
struktural utama yang dihasilkan dari pergantian ion sederhana, seperti pengantian ion kalsium dengan tetrahedral, trivalen anion, atau hidroksil kelompok dengan anion
monovalen lain adalah gangguan susunan atom terutama yang berasal dari perbedaan di jari-jari ionik. Meskipun struktur apatit diawetkan, kimia dan fisik seperti
gangguan yang menyertai perggantian ion secara substansial dapat mempengaruhi sifat kimia dan fisika dari enamel. Salah satu contoh penggantian dari beberapa gugus
hidroksil hydroxyapatites oleh ion flouride, telah banyak dipelajari dan penting khusus untuk kedokteran gigi.
3
Posisi ion X di apatites atau X axis channel terdapat pada posisi dimana banyak kejadian pada apatites. Posisi ion X di apatites sering diganti dengan
berbagai ion, sering oleh OH
-
, F
-
, dan Cl
-
, tetapi juga oleh CO
3 2-
dan O
2 -
, atau dengan kekosongan atau kombinasi dari semuanya. Di mana pada bentuk alami setiap ion X
mengambil sendiri lokasi tertentu. Namun, ketika dua atau lebih dari ion ini hadir pada saat yang sama, mereka berinteraksi dengan satu sama lain untuk menghasilkan
efek yang tidak dapat diprediksi dari struktur akhir apatit.
21
2.2 Remineralisasi dan Demineralisasi Enamel
Demineralisasi dan remineralisasi merupakan bagian terpenting yang berpengaruh pada kekuatan dan kekerasan dari gigi dimana kesehatan dari gigi
dipengaruhi oleh rasio demineralisasi dan remineralisasi. Demineralisasi merupakan suatu proses pelarutan dari mineral enamel pada suasana asam. Kristal apatit yang
terdiri dari carbonated apatite dilarutkan oleh asam organik yang dihasilkan oleh aktivitas seluler dari bakteri pada karbohidrat. Remineralisasi merupakan proses
setelah demineralisasi dimana ion kalsium, fosfat akan kembali membentuk kristal apatit pada enamel. Remineralisasi juga merupakan istilah untuk upaya untuk
memperkuat gigi dengan penambahan fluoride ataupun bahan lain yang meningkatkan resistensi enamel terhadap asam.
22
a b
Gambar2a. Proses demineralisasi dimana ion Ca
2+
dan PO
4 2-
keluar dari struktur enamel. b. Proses remineralisasi dimana ion Ca
2+
dan PO
4 2-
kembali membentuk struktur enamel.
23
2.3 Peranan Streptococcus mutans sebagai penyebab karies gigi 2.3.1 Etiologi Karies
Pada tahun 1960-an oleh Keyes dan Jordan, karies dinyatakan sebagai penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab
terbentuknya karies. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan ditambah dengan
faktor waktu. Untuk menyebabkan terjadinya karies, maka setiap faktor tersebut harus saling mendukung.
24
Selain faktor langsung, juga terdapat faktor luar meliputi usia, jenis kelamin, keturunan, ras, gangguan emosi, variasi geografis, pengetahuan mengenai jenis
makanan dan minuman yang menyebabkan karies, dan cara membersihkan gigi.
1
2.3.2 Bakteri Streptococcus mutans
Bakteri Streptococcus mutans merupakan bakteri kokus gram positif yang terdiri dari delapan serotipe yaitu serotipe A - H, Streptococcus mutans yang dapat
dikaitkan dengan penyakit manusia adalah serotipe C, E dan H. Streptococcus mutans dapat dihubungkan dengan semua jenis karies.
25
Menurut Nolte 1982 cit Kidd 1991 Streptococcus mutans adalah salah satu jenis bakteri yang mendapat perhatian
khusus, karena kemampuannya dalam proses pembentukan plak dan karies gigi. Penelitian Keyes 1960 cit Kidd 1991 menunjukkan bahwa Streptococcus mutans
Gambar 4. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial.
24
bersifat eksogenous dan merupakan bakteri kariogenik yang dapat menular pada hewan maupun pada manusia. Bakteri Streptococcus mutans bersifat tidak hanya
asidogenesis memproduksi asam, tetapi juga asidurik tahan dalam lingkungan asam.
1,2,4
2.3.2.1 Morfologi Streptococcus mutans
Bakteri ini pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clark pada tahun 1924 yang memiliki kecenderungan membentuk kokus dengan formasi rantai panjang
apabila ditanam pada medium yang diperkaya seperti pada Brain Heart Infusion BHI broth.
3
Michalek dan Mc Ghee 1982 cit Melani 1988 menyatakan bahwa media selektif untuk pertumbuhan Streptococcus mutans adalah mitis salivarius, yang
menghambat kebanyakan bakteri mulut lainnya kecuali Streptococcus mutans.5
2.3.2.2 Sifat Adherensi Streptococcus mutans
Sukrosa dari makanan dapat digunakan oleh Streptococcus mutans untuk meningkatkan koloninya di dalam rongga mulut. Hidrolisa sukrosa, dikatalis oleh
invertase membentuk glukosa dan fruktosa. Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu glikosiltransferase dan fruktosiltransferase. Fruktosiltransferase
mensintesis pembentukan fruktan levan. Mikroorganisme ini menyimpan levan dan memecahkan kembali jika karbohidrat eksogen berkurang, dengan demikian bakteri
tersebut dapat menghasilkan asam terus menerus. Hasil penelitian Gibbons dan Banghart, Streptococcus mutans mempunyai glukosiltransferase GTase yang
berfungsi mengkatalis sintesis glukan dari sukrosa. Menurut Michalek dan Mc Ghee, 1982, Glukan atau dekstran merupakan ikatan glikosidik alfa 1-6 dan alfa 1-3.
9,10
Streptococcus mutans juga mempunyai enzim endohidrolitik dekstranase yang dapat memecahkan dekstran ikatan alfa 1-6. Hasil pemecahannya merupakan
sumber energi. Ikatan glukosa alfa 1-3 bersifat sangat pekat seperti lumpur, lengket dan tidak larut dalam air. Roeslan dan Melanie 1988 mengatakan bahwa ikatan
glukosa alfa 1-3 berfungsi pada perlekatan dan peningkatan koloni bakteri ini dalam kaitannya dengan pembentukan plak dan terjadinya karies gigi.
STREPTOCOCCUS MUTANS
SUKROSA fruktan
levan Glukan
dekstran
Glukosil transferase
GTase
Fruktosil transferase
Fruktan hidrolase
glikosidik alfa 1-6
glikosidik alfa 1-3
endohidrolitik dekstranase
bersifat sangat
pekat seperti
lumpur, lengket
dan tidak
larut dalam air
PLAK ENAMEL
GIGI DEMINERALISASI
Ca
10
PO
4 6
OH
2
+ 14H
+
--- 10Ca
2+
+ 6H
2
PO4 + H
2
O
KARIES
Asam laktat ENERGI
Gambar 5. Metabolisme sukrosa ekstraselular oleh Streptococcus mutans, membentuk glukan ikatan glikosidik 1-3 dan asam laktat yang dapat menyebabkan karies gigi.
9
2.3.3 Tahap Adhesi Bakteri
Secara umum perlekatan dari bakteri ke suatu permukaan dapat dibagi empat tahap yaitu:
6
1. Transportasi ke Permukaan
Tahap pertama melibatkan transportasi awal dari sebuah bakteri ke permukaan. Kontak acak mungkin terjadi melalui sedimentasi, melalui aliran cairan atau melalui
gerakan bakteri aktif aktivitas kemostatis. 2.
Perlekatan awal Pada perlekatan awal ini bakteri dapat melekat ke permukaan gigi melalui dua
gaya yaitu gaya yang bekerja pada jarak yang dekat dan jarak yang jauh. Gaya yang bekerja pada jarak jauh sendiri dapat dibagi laghi menjadi dua yaitu gaya van der
Waals yang bekerja pada jarak diatas 50 nm dan gaya elektrostatik pada jarak dibawah 50nm
Gaya yang bekerja pada jarak dekat jika partikel mencapai jarak minimum, yaitu 1nm dari permukaan, maka gaya yang akan bekerja dalam melakukan
perlekatan ini adalah ikatan hidrogen, pembentukan pasangan ion dan steric interaction.
3. Perlekatan
Setelah awal pembentukan perlekatan antara bakteri dan permukaan, komponen protein ekstraselular spesifik organisme adhesins akan saling melengkapi dengan
reseptor pada permukaan misalnya, kulit tipis. Pellikel di rongga mulut terdiri dari mucins, glikoprotein, protein yang kaya prolin, histidin-kaya protein, enzim -amilase,
dan molekul-molekul lain. Beberapa molekul dari pelikel mengalami perubahan
ketika melekat ke permukaan sehingga reseptor baru telah terbentuk. Actinomyces viscosus, koloni awal intra-oral misalnya, mengenal segmen protein kaya prolin yang
hanya tersedia molekul yang diabsorbsi, yang menyebabkan mikroorganisme mempunyai mekanisme yang efisien melekat pada gigi. Di lain pihak, keadaan
permukaan juga memiliki dampak pada pelikel yang berkembang.
10
4. Kolonisasi
Ketika melekat erat mikroorganisme mulai tumbuh dan sel-sel baru dibentuk tetap melekat, sebuah biofilm dapat berkembang., setiap strain kolonisasi awal dapat
dilapisi dengan molekul yang berbeda. sel yang identik dilapisi dengan molekul saliva tertentu mungkin dapat menggumpal, yang akan mengarah ke
microconcentration dan juxtapositioning strain tertentu. Atau, pertumbuhan strain accreted tertentu juga akan mengarah ke mikrokoloni yang dilapisi molekul saliva
spesifik. Dalam konsep ini adhesi bakteri, baik kekasaran permukaan dan energi permukaan bebas memainkan peran penting. Pada permukaan kasar bakteri
dilindungi terhadap gaya geser, sehingga perubahan dari perlekatan bakteri yang reversibel menjadi ireversibel lebih mudah dan lebih sering 10
2.3.4 Pencegahan adhesi bakteri ke permukaan gigi
Penemuan untuk profilaksis karies didasarkan pada inhibisi dari adsorpsi Streptococcus mutans ke hidroksiapatit HA dan selanjutnya kolonisasi ke
permukaan gigi. Tujuan ini dapat dicapai dengan peningkatan antibodi terhadap domain adhesin-binding atau senyawa seperti poly-L aspartic acid, poly-L glutamic
acid, phytate dan non ionic cellulose ether yang memodifikasi permukaan Hidroksiapatit, mengurangi adsorpsi Streptococcus mutans.
11
Gambar 6. Fase Perlekatan Bakteri I Perjalanan awal bakteri , II Adhesi awal , III attachment , IV Kolonisasi
10
2.4 Kitosan 2.4.1 Kitosan dan aplikasi klinis
Kitosan [2-amino-2deoxy-D-glucan] adalah polisakarida derivat kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dengan menggunakan basa kuat NaOH yang dihasilkan
dari proses N-deasetilasi dan merupakan bipolimer alami dengan struktur molekul menyerupai selulosa. Kitin adalah suatu bipolimer alami kedua terbanyak yang
diperoleh dari hewan krustasea binatang air berkulit keras seperti udang,kepiting dan kerang-kerangan, jenis serangga insect dan jamur fungi. Perbedaan antara kitin
dan kitosan didasarkan pada kandungan nitrogennya. Bila kadar nitrogen kurang dari 7 maka polimer disebut kitin dan apabila kadar total nitrogennya lebih dari 7
disebut kitosan.
9-11
Konversi kitin menjadi kitosan pertama kali dilakukan oleh Rouget pada tahub 1895, Rouget menemukan bahwa kitosan mempunyai derajat kereaktifan yang
tinggi disebabkan adanya gugus amino bebas sebagai gugus fungsional. Sifat-sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus-gugus amino dan hidroksil yang terikat
menyebabkan kitosan mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan menyumbang sifat polielektrolit kation sehingga dapat berperan sebagai amino pengganti amino
exchanger.
9
Gambar 7. Deasetilasi kitin menjadi kitosan
23
Pemakaian kitosan di bidang kedokteran gigi juga telah diteliti oleh Sapeli et al.,1986 dan muzzarelli et al.,1989 pada perawatan jaringan periodontal baik dengan
pemakaian kitosan powder maupun kitosan membran. Dari hasil penelitian ini dapat terlihat bahwa kitosan dapat menurunkan nyeri, sebagai hemostatik yang baik dan
melambatkan pembebasan antibiotik, mempercepat penyembuhan dan menghasilkan lingkungan yang asepsis. Chung Y C et al., 2004 menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara aktivitas antibakterial kitosan yang menghambat permukaan dinding sel bakteri. Kitosan dan derivatnya 75 DD dan 95 terbukti lebih efektif untuk
bakteri gram negatif daripada bakteri gram positif.
9,13
Penelitian Eifert et al., 1984 menunjukkan bahwa ion-ion kationik monovalen dapat menginhibisi perlekatan Streptococcus mutans terhadap hidroksiapatit dan
diketahui bahwa kitosan memiliki permukaan bersifat kationik. Oleh sebab itu, kitosan juga dapat menginhibisi bakteri Streptococcus mutans pada hidroksiapatit.
Olsen et al.,1992 dalam penelitiannya bahwa kitosan dengan berat molekul tinggi
akan menghasilkan koagulan yang lebih padat dibandingkan dengan kitosan bermolekul rendah.
14,15
Pada penelitian Tarsi et al., 1997 menunjukkan bahwa kitosan dengan berat molekul rendah dapat menghambat aktivitas bakteri Streptococcus mutans yang
berperan dalam adsorbis hidroksiapatit dan kolononisasi. Sifat-sifat kitosan yang mendukung kemampuannya dalam menghambat perlekatan bakteri yaitu kitosan
dapat mencegah kerusakan permukaan gigi oleh adam organik dan menghasilkan efek bakterisidal terhadap bakteri patogen termasuk bakteri Streptococcus mutans.
8,9
Sano et al., 2003 membuktikan bahwa obat kumur yang mengandung kitosan tenyata efektif mengurangi pembentukan plak dan mengurangi jumlah Streptococcus
mutans pada saliva. Pada penelitian ini kitosan menunjukkan hanya sedikit aktivitas antibacterial terhadap plak bakteri dan hasi ini juga menunjukkan bahwa penggunaan
obat kumur kitosan sehari-hari dapat mengurangi jumlah bakteri Streptococcus mutans pada saliva.
15
Kitosan memiliki lethal dosage LD 50 sebesar 16gKg berat badan pada mencit Hirano,1999. Untuk keamanan pada manusia Aceptance Daily intake ADI
ditetapkan dari LD 50 dibagi 12 yaitu sebesar 1.33gKg berat badan manusia NLM,1999. Dengan rata-rata berat badan 50 maka konsumsi kitosan yang
diperbolehkan tanpa menimbulkan efek samping adalah sebesar 66.5ghari. Bila dibandingkan dengan data penggunaan kitosan sebagai pengawet antara 0.01-1
yaitu 0.1 sampai 10 gL atau gKg, maka dosis kitosan sebagai pengawet masi jauh dari nilai ADI sehingga dipastikan aman untuk manusia.
10
2.4.2 Kitosan Blangkas Limulus polyphemus
Kitosan secara umum diperoleh dari hasil deasetilasi kitin dalam larutan NaOH pekat. Kitin banyak dijumpai pada hewan antropoda , jamur dan ragi. Pada
jamur kitin berasosiasi dengan polisakarida, sedangkan pada hewan kitin berasosiasi dengan protein.
8-10
Gambar 8. Blangkas Limulus polyphemus
Penyediaan kitin dilakukan berdasarkan metoda Alimuniar dan Zainuddin 1992. Kitin yang diproses dari kulit blangkas didapat dengan hasil 30.60. Kitosan
dihasilkan melalui proses deasetilasi kitin dengan menggunakan larutan alkali.
9
Kitosan Blangkas yang diuji oleh Trimurni Abidin et al., 2006 mempunyai derajat deasetilasi 84.20 dengan berat molekul BM 893000Mv. Pada penelitian
Tarigan dan Trimurni 2008 ternyata kitosan blangkas bermolekul tinggi efektif dalam mengahambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Semakin rendah
konsentrasi kitosan blangkas bermolekul tinggi semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
17
Penelitian Handi dan Trimurni 2009 menunjukkan bahwa pasta gigi kitosan blangkas memiliki sifat antibakterial menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans . Semakin rendah konsentrasi kitosan blangkas bermolekul tinggi dalam pasta gigi, semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans.
18
2.5 Pasta Gigi Dentifrices
Menurut Webster ,istilah dentifrices berasal dari kata dens gigi dan fricare menggosok. Secara sederhana, dentifrices diartikan sebagai campuran yang
digunakan bersama sikat gigi untuk membersihkan gigi atau secara singkat disebut pasta gigi
.23
Dari segi fungsi pasta gigi ada 3 bagian yaitu
23,24
: 1.
Fungsi kosmetik Menyingkirkan materi alba, plak, sisa-sisa makanan dan stein pada
permukaan gigi serta untuk menyegarkan nafas. 2.
Fungsi kosmetik terapeutik Menghilangkan kalkulus dan gingivitis
3. Fungsi terapeutik
Mengurangi pembentukan plak, kalkulus, gingivitis dan sensitivitas gigi. Syarat-syarat yang baik dari suatu pasta gigi adalah
24
: 1.
Mempunyai daya abrasive yang minimal tetapi mempunyai daya pembersih yang maksimal
2. Dapat menyingkirkan kotoran-kotoran dimulut
3. Harus stabil dalam jangka waktu yang lama
4. Dapat bereaksi dalam suasana asam atau basa
5. Dapat menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri dalam mulut
6. Dapat menetralisir asam yang terbentuk dalam mulut
7. Dapat bereaksi dengan enamel gigi dan membentuk senyawa yang dapat
meningkatkan daya tahan enamel terhadap asam. 8.
Dapat mengurangi atau menghilangkan bau mulut 9.
Tidak beracun Pasta gigi dapat didefinisikan sebagai bahan semi liquid yang digunakan
untuk mengurangi atau menghilangkan debris makanan atau deposit yang terbentuk secara alami pada gigi dan biasanya digunakan bersama dengan sikat gigi.
25
Secara umum pasta gigi mempunyai komposisi diantaranya bahan pembersih dan pemoles, deterjen, bahan pengikat, bahan pelembab, bahan penyegar dan pemanis, bahan
pengawet, bahan pewarna dan zat aktif. Komposisi dan kegunaan dari pasta gigi dapat dilihat dari tabel berikut.
2, 24-27
Tabel 1. Komposisi dan kegunaan bahan dalam pasta gigi
No. Bahan
Contoh Persentase Guna
1 Bahan
Pembersih dan Pemoles
Calcium carbonate, Dicalcium
phosphate, Silicas, Aluminum oxide
20-40 menghilangkan noda
ekstrinsik dan menggosok gigi
2. Bahan
pelembab Glycerin, Sorbitol
20 –
40 Memelihara tingkat
kelembaban dan mencegah
pasta gigi dari pengeringan
3. Bahan pewarna Pewarna makanan
2 – 3 Meningkatkan penampilan
dan penggunaan 4.
Pemanis buatan
Sorbitol 2-3
Meningkatkan daya tarik penggunaan pasta gigi oleh
pasien 5.
Pengawet Alkohol, Benzoat
1-1.5 Mencegah pasta gigi
membusuk selama masa pemakaian
6. Perasa
Minyak atsiri, Menthol
1-5 Meningkatkan daya tarik
penggunaan pasta gigi oleh pasien
7. Detergen
Sodium lauryl sulfat
1-2 Menurunkan tegangan
permukaan dan menciptakan efek berbusa
8. Bahan
Pengikat Alginat, Selulosa
1-2 menstabilkan dan mencegah
pemisahan derivative bahan cair dan padat di pasta gigi
9. Buffer
Sodium hydroxide 0.01
– 1.0
Menjaga pH pasta gigi agar tetap stabil
Kebanyakan pasta gigi yang beredar pada saat ini adalah pasta gigi yang mengandung fluor dalam bentuk natrium monofluorophosfat NaMFP karena
bersifat kompatibel dengan zat abrasif yang digunakan. Bahan antihipersensitif digunakan untuk mengurangi reaksi hipersensitif saat makan, minum maupun
menyikat gigi.
2,25
Pasta gigi komersial yang umum digunakan adalah pasta gigi yang mengandung fluor dalam bentuk natrium monofluorofosfat NaMFP karena bersifat
biokompatibel dengan zat abrasif yang digunakan dan terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Bahan ini terbukti sangat
efektif pada penderita gingivitis dan gigi yang sensitif.
2, 25-27
Mekanisme kerja fluor dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu fluor melapisi permukaan gigi yang mengandung gugus hidroksil apatit, kemudian ion
fluor berikatan pada apatit yang terdapat pada permukaan enamel gigi sehingga menghasilkan gugus fluor apatit yang menjadikan enamel menjadi tahan terhadap
demineralisasi asam dan memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel. Fluor juga menghambat sistem enzim mikrobiologi bakteri yang mengubah
karbohidrat menjadi asam dalam plak gigi dengan mempengaruhi jenis polisakarida ekstraseluler dan menghasilkan efek bakteriostatik germisidal yang menghambat
kolonisasi mikroorganisme pada permukaan gigi.
27
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Karies terjadi bukan disebabkan karena satu kejadian saja seperti penyakit menular lainnya tetapi disebabkan serangkaian proses yang terjadi selama beberapa
kurun waktu. Karies merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi oleh beberapa faktor penyebab. Ada tiga faktor utama yang memegang peranan yaitu
faktor host tuan rumah, agen mikroorganisme, substrat diet dan ditambah faktor waktu.
Dengan menghilangkan plak, maka karies tidak dapat terjadi. Pencegahan umum yang dilakukan yaitu dengan cara mekanik, khemis, dan immunologis,
pencegahan khemis yaitu melalui pemakaian obat kumur, pasta gigi, dll. Secara khemis pasta gigi dapat menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans,
pasta gigi komersial yang umum digunakan adalah pasta gigi yang mengandung fluor dalam bentuk natrium monofluorophosfat NaMFP karena bersifat biokompatibel
dengan zat abrasif yang digunakan dan terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
Mekanisme kerja fluor dalam menghambat pertumbuhan bakteri yaitu fluor melapisi permukaan gigi yang mengandung gugus hidroksil apatit, kemudian ion
fluor berikatan pada apatit yang terdapat pada permukaan enamel gigi sehingga