Pada penelitian Tarigan dan Trimurni 2008 ternyata kitosan blangkas bermolekul tinggi ternyata efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans. Semakin rendah konsentrasi kitosan blangkas bermolekul tinggi semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans.
17
Penelitian Handi, Trimurni 2009 menunjukkan bahwa setelah dibuat pasta gigi, kitosan blangkas masih memiliki sifat antibakterial menghambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans. Semakin rendah konsentrasi kitosan blangkas bermolekul tinggi dalam pasta gigi, semakin efektif dalam menghambat pertumbuhan
Streptococcus mutans.
18
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Dari uraian tersebut diatas timbul permasalahan sebagai berikut : 1.
Apakah pasta gigi yang mengandung kitosan blangkas bermolekul tinggi dapat menambah kekerasan gigi ?
2. Apakah ada perbedaan efektifitas pemberian pasta gigi kitosan blangkas bermolekul
tinggi dan pasta gigi komersil NaMFP dalam memperkuat struktur enamel 3.
Apakah pasta gigi kitosan bermolekul tinggi dapat menghambat perlekatan Streptococcus mutans ke permukaan enamel?
4. Apakah ada perbedaan efektifitas pemberian pasta gigi kitosan blangkas bermolekul
tinggi dan pasta gigi komersil NaMFP dalam menghambat perlekatan Streptococcus mutans ke permukaan gigi?
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengamati apakah pasta gigi kitosan bermolekul tinggi dapat
meningkatkan kekerasan enamel .
2. Untuk mengamati perbedaan efektifitas pemberian pasta gigi kitosan blangkas
bermolekul tinggi dan pasta gigi komersil NaMFP dalam memperkuat struktur enamel
3. Untuk mengamati perlekatan Streptococcus mutans ke permukaan enamel
setelah diberi pasta gigi kitosan bermolekul tinggi . 4.
Untuk mengamati perbedaan efektifitas pemberian pasta gigi kitosan blangkas bermolekul tinggi dan pasta gigi komersil NaMFP dalam menghambat
perlekatan Streptococcus mutans ke permukaan gigi
1.4. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan pendayagunaan kitosan blangkas bermolekul tinggi sebagai pasta gigi yang dapat memperkuat struktur gigi
dan menghambat perlekatan bakteri Streptococcus mutans ke gigi sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan yang timbul di bidang kesehatan gigi
disamping penggunaan blangkas sebagai bahan dasar kitosan blangkas juga dapat mengurangi limbah blangkas. Dengan adanya teknologi tepat guna pada primary
health care, dimungkinkan penurunan prevalensi karies di Indonesia, dan juga mendukung program pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Sehat 2010.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Struktur enamel
Enamel yang baru terbentuk adalah amorphous calcium phosphate ACP, yang pada akhirnya berubah menjadi kristal apatit. Ukuran, bentuk dan organisasi
spasial mineral amorf ini dan kristal yang lebih tua pada dasarnya sama, yang menunjukkan bahwa morfologi enamel ditentukan oleh kristalisasi.
19
Enamel mengandung sekitar 95 struktur anorganik hidroksiapatit, struktur kristal hidroksiaptit yang lebih besar ini merupakan faktor yang penting dalam
mempertahankan intregritas struktur enamel dan peningkatan pertahanan enamel terhadap serangan fisis maupun khemis dalam rongga mulut.
2,3
Secara kimiawi, struktur apatit terdiri dari variasi dari D
3
T
3
M, dimana D adalah kation divalent Ca
2+
, Ba
2+
, dll; T adalah trivalent tetrahedral,compound anion PO
4 3-
, AsO
4 3-
, dll dan M adalah anion monovalen OH
-
, F
-
, Cl
-
, dll.
1,3
Gambar1. Struktur hidroksiapatit
20
Pola hidroksiapatit adalah kerangka di mana pergantian ion dapat terjadi, dan dapat mengakomodasi berbagai atau pengantian tanpa perubahan drastis, efek
struktural utama yang dihasilkan dari pergantian ion sederhana, seperti pengantian ion kalsium dengan tetrahedral, trivalen anion, atau hidroksil kelompok dengan anion
monovalen lain adalah gangguan susunan atom terutama yang berasal dari perbedaan di jari-jari ionik. Meskipun struktur apatit diawetkan, kimia dan fisik seperti
gangguan yang menyertai perggantian ion secara substansial dapat mempengaruhi sifat kimia dan fisika dari enamel. Salah satu contoh penggantian dari beberapa gugus
hidroksil hydroxyapatites oleh ion flouride, telah banyak dipelajari dan penting khusus untuk kedokteran gigi.
3
Posisi ion X di apatites atau X axis channel terdapat pada posisi dimana banyak kejadian pada apatites. Posisi ion X di apatites sering diganti dengan
berbagai ion, sering oleh OH
-
, F
-
, dan Cl
-
, tetapi juga oleh CO
3 2-
dan O
2 -
, atau dengan kekosongan atau kombinasi dari semuanya. Di mana pada bentuk alami setiap ion X
mengambil sendiri lokasi tertentu. Namun, ketika dua atau lebih dari ion ini hadir pada saat yang sama, mereka berinteraksi dengan satu sama lain untuk menghasilkan
efek yang tidak dapat diprediksi dari struktur akhir apatit.
21
2.2 Remineralisasi dan Demineralisasi Enamel