Pengawasan Volume Penjualan Menggunakan Analisis Break Event Point Pada PT Bintang Timur Prima Lestari Medan.

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EXTENSI MEDAN

SKRIPSI

PENGAWASAN VOLUME PENJUALAN MENGGUNAKAN

ANALISIS BREAK EVEN POINT PADA PT. BINTANG TIMUR

PRIMA LESTARI MEDAN

Oleh :

Nama : Maisarah NIM : 040522030 Departemen : Akuntansi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Pengawasan Volume Penjualan Menggunakan Analisis Break Event Point Pada PT Bintang Timur Prima Lestari Medan.”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S1 Ekstensi Departemen Akutansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan sengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 30 Juni 2008 Yang Membuat Pernyataan

( MAISARAH ) NIM : 040522030


(3)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya. Tak lupa pula shalawat beriring salam kepada Nabi besar Muhammad SAW sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Sebagai hamba Allah yang memiliki banyak keterbatasan, penulis menyadari bahwa pengetahuan penulis belumlah cukup untuk menjadikan skripsi ini masuk dalam nominasi sempurna baik dalam penggunaan bahasa maupun penyajian data. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari semua pihak demi kesempurnan skripsi ini.

Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini dapat diselesikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, pemikiran, tenaga, materi dan juga doa dari semua pihak yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, MSi, Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Iskandar Muda, SE. MSi selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan sehingga skrips ini dapat diselesaikan. 4. Bapak Drs. M. Utama Nst, MM selaku pembanding/penguji yang telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Rustam, MSi selaku pembanding/penguji yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Pimpinan, Staff dan Pegawai PT Bintang Timur Prima Lestari Medan yang telah bersedia membantu penulis selama masa penyelesaian skripsi ini.

7. Keluarga tercinta ; Suamiku Wasis Hendra dan 2 jagoan kecilku yang selalu memberi semangat, Ibunda dan Mertua yang selalu mendoakan, Kakakku dan Mbakyu dedek, adik-adikku dan juga keponakanku Intan dan Ibnu yang banyak membantu serta keluarga besar lainnya.

8. Seluruh teman – teman penulis; Yoan, Taufik, Ita, serta teman – teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat membawa manfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, 30 Juni 2008 Penulis

MAISARAH NIM : 040522030


(5)

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR TABEL ... BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

E. Kerangka Konseptual ... 4

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Analisis CVP ... 6

B. Kegunaan dan Manfaat CVP ... 7

C. Kelebihan dan Kelemahan CVP... 8

D. Analisis Biaya Volume Laba (Cost Volume Profit)... 9

E. Pengertian Biaya... 25

F. Analisis Titik Impas dalam hubungannya dengan Pencapaian Laba dan Keamanan Penjualan... 33


(7)

BAB III: METODE PENELITIAN

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian ... 43

B. Sumber dan Jenis Data ... 43

C. Teknik Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisis Data ... 44

BAB IV: HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 45

1. Gambaran Umum Perusahaan ... 45

a. Sejarah Singkat Perusahaan ... 45

b. Struktur Organisasi Perusahaan ... 46

2. Pengawasan Volume Penjualan pada Perusahaan... 50

B. Analisis Hasil Penelitian ... ... 51

1. Analisis Titik Impas ... 54

2. Analisis Keamanan Penjualan ... 60

3. Analisis Pencapaian Laba ... 62

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 64

B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA


(8)

ABSTRAK

PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan yang berkeduduka n di jalan Perbaungan No. 2-G Medan. Diperusahaan ini penulis melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengawasan Volume Penjualan Menggunakan Analisis Break Even Point Pada PT Bintang Timur Prima Lestari Medan.” Tujuan penulis melakukan penelitian di perusahaan ini adalah untuk mempermudah perusahaan dalam mengawasi volume penjualan dengan menggunakan analisis break even point sehinnga dapat mudah menentukan keamanan penjualan perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba.

Metode penelitian yang diterapkan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah bersifat Deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan pihak yang berkompoten di dalam perusahaan, dan melalui

pengamatan langsung pada data penjualan barang, data biaya tetap dan data biaya variabel. Metode analisis data yang digunakan mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan analisis break even point.

Temuan dari penelitian yang telah dilakukan adalah PT Bintang Timur Prima Lestari Medan belum melakukun pengawasan volume penjualan dengan menggunakan analisis break even point.


(9)

ABSTRACT

PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan was stute on jalan Perbaungan No.2-G Medan. At this company, the writer do observation scription with title “Sales Volume Control Using Break Even Point Analysis in PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan.” The direction writer done observation at company make easy the company in control sales volume by using break even point analysis so that easy to detrmine margin of safety and sales volume in reaching profit goals.

The observation methode was writer done in the pile up this observation is Descriiptif Methode. The technic up this observation by interview to the compatant management of the company and through direct perception data of goods sales, data of fixed cost and data of variable cost. The analysis methode to do give sollution for this trouble is using break even point analysis.

The finding of observation has been done in PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan not yet doing sales volume control using break even point analysis.


(10)

(11)

ABSTRAK

PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan yang berkeduduka n di jalan Perbaungan No. 2-G Medan. Diperusahaan ini penulis melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengawasan Volume Penjualan Menggunakan Analisis Break Even Point Pada PT Bintang Timur Prima Lestari Medan.” Tujuan penulis melakukan penelitian di perusahaan ini adalah untuk mempermudah perusahaan dalam mengawasi volume penjualan dengan menggunakan analisis break even point sehinnga dapat mudah menentukan keamanan penjualan perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba.

Metode penelitian yang diterapkan penulis dalam penyusunan penelitian ini adalah bersifat Deskriptif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui wawancara dengan pihak yang berkompoten di dalam perusahaan, dan melalui

pengamatan langsung pada data penjualan barang, data biaya tetap dan data biaya variabel. Metode analisis data yang digunakan mengatasi masalah ini adalah dengan menggunakan analisis break even point.

Temuan dari penelitian yang telah dilakukan adalah PT Bintang Timur Prima Lestari Medan belum melakukun pengawasan volume penjualan dengan menggunakan analisis break even point.


(12)

ABSTRACT

PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan was stute on jalan Perbaungan No.2-G Medan. At this company, the writer do observation scription with title “Sales Volume Control Using Break Even Point Analysis in PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan.” The direction writer done observation at company make easy the company in control sales volume by using break even point analysis so that easy to detrmine margin of safety and sales volume in reaching profit goals.

The observation methode was writer done in the pile up this observation is Descriiptif Methode. The technic up this observation by interview to the compatant management of the company and through direct perception data of goods sales, data of fixed cost and data of variable cost. The analysis methode to do give sollution for this trouble is using break even point analysis.

The finding of observation has been done in PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan not yet doing sales volume control using break even point analysis.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dewasa ini, terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dan semakin maju cara–cara yang dikembangkan untuk mencapai tujuan dan sasaran secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini perlu dikembangkan pemikiran–pemikiran dan pengawasan yang baik agar menghasilkan keluaran secara optimal, sehingga dapat mencapai sasaran dan tujuan yang diinginkan. Pimpinan perusahaan perlu mengawasi kegiatan operasional perusahaan yang sedang berlangsung dan bagaimana membuat kegiatan operasional tersebut menghasilkan kemajuan perusahaan. Salah satu hal yang perlu diawasi oleh pimpinan perusahaan adalah pengawasan volume penjualan. Untuk melakukan pengawasan

volume penjualan, pimpinan perusahaan perlu menggunakan suatu analisis. Analisis yang sering dilakukan dalam pengawasan volume penjualan adalah analisis impas (break even point). Analisis impas (break even point) merupakan analisis keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian atau dapat disebut juga sebagai informasi berapa jumlah minimal volume penjualan yang harus dicapai perusahaan agar tidak mengalami kerugian. Dengan diketahui titik atau posisi impas perusahaan, maka dapat diketahui keamanan penjualan


(14)

(margin of safety) perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba. Keamanan penjualan (margin of safety) merupakan informasi berapa jumlah maksimal volume penjualan yang diperbolehkan turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian, sedangkan volume penjualan dala m mencapai target laba atau yang disebut dengan analisis biaya volume laba merupakan suatu analisis yang dapat membantu perusahaan dala m melakukan pengawasan volume penjualan untuk mencapai target laba yang diinginkan.

PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan komputer dengan berbagai merek seperti Acer, Tosibha dan Compag. Dalam kegiatan operasionalnya, perusahaan sulit melakukan pengawasan volume penjualan karena permintaan barang oleh konsumen setiap bulan berbeda-beda.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai masalah ini pada PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan dan menuliskannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “Pengawasan Volume Penjualan Menggunakan Analisis Break Even Point pada PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan.”

B. Perumusan Masalah

Untuk dapat mengarahkan dan memudahkan dalam penelitian yang terfokus dan sistematis, penulis mencoba merumuskan masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi ini, sebagai berikut: Apakah perusahaan


(15)

dalam melakukan pengawasan volume penjualan telah menggunakan analisis impas (break even point) ?

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah penelitian ini difokuskan pada pengawasan volume penjualan dengan menggunakan analisis impas (break even point) untuk penentuan keamanan penjualan (margin of safety) perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba (analisis biaya volume laba).

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian adalah untuk mempermudah perusahaan dalam mengawasi volume penjualan dengan menggunakan analisis impas (break even point), sehingga dapat mudah menentukan keamanan penjualan perusahaan dan volume penjualan dalam mencapai target laba.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat penulis melakukan penelitian adalah :

a. Bagi penulis, untuk menambah pengalaman dan wawasan mengenai pengawasan volume penjualan dengan menggunakan analisis impas (break even point) pada perusahaan.


(16)

b. Bagi perusahaan, yakni sebagai bahan pertimbangan atau masukan atas manfaat dilakukannya pengawasan volume penjualan menggunakan analisis tersebut.

c. Bagi pendidikan, yakni sebagai bahan referensi bagi calon penelit i berikutnya yang berminat melakukan penelitian menyangkut masalah pengawasan volume penjualan.

E. Kerangka Konseptual

Kerangka pembahasan yang digunakan adalah deskriptif ke deduktif. Deskriptif dilakukan dengan cara mengumpulkan semua data untuk mendukung penelitian ini untuk diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang objektif tentang pengawasan volume

penjualan menggunakan analisis impas (break even point). Deduktif dilakukan dengan cara menarik kesimpulan dari hal–hal yang bersifat umum ke hal–hal yang bersifat khusus atau berdasarkan kebenaran yang telah berlaku umum dengan menggunakan logika terhadap fakta yang diamati.

Adapun bagan proses kerja pengawasan volume penjualan menggunakan analisis impas (break even point) yaitu:


(17)

Gambar 1.1. Kerangka Konseptual

Adapun penjelasan dari kerangka konseptual di atas yaitu:

1. Melakukan pengumpulan data barang, data penjualan, data biaya tetap dan data biaya variabel.

2. Melakukan analisis impas, keamanan penjualan dan analisa biaya

volume laba.

3. Setelah dilakukan analisis, maka diperoleh hasil pengawasan volume

penjualan.

Data Barang, Data Penjualan, Data Biaya Tetap, Data Biaya

Variabel

Analisis Impas, Keamanan Penjualan dan Analisis Biaya

Volume Laba

Hasil Pengawasan Volume


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Analisis CVP

Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary, 2005:429), analisa biaya volume laba (Cost-Volume Profit Analysis -analisis CVP) merupakan “alat yang berguna untuk perencanaan dan pengambilan keputusan.” Analisis biaya volume laba menekankan pada keterkaitan antara biaya jumlah yang dijual dan harga. Analisis ini juga menggabungkan semua informasi, keuangan perusahaan.

Menurut Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006:250), analisis biaya volume laba adalah “ alat yang sangat berguna bagi manajer untuk menjalankan fungsinya.” Alat ini membantu manajer untuk memahami hubungan antara biaya, volume dan laba perusahaan dengan memfokuskan hubungan 5 elemen berikut :

1. Harga produk

2. Volume atau tingkat aktivitas 3. Biaya variabel/unit

4. Total biaya tetap

5. Bauran produk yang dijual

Menurut Carter dan Usry (dalam Krista, 2004:271), analisis biaya

volume laba merupakan “ alat yang menyediakan informasi bagi

manajemen mengenai hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan volume penjualan.” Analisis biaya volume laba berkaitan dengan


(19)

penentuan volume penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai target laba yang diinginkan.

Menurut Blocher, Chen dan Lin (dalam Ambarriani, 2006:308), analisis biaya volume laba merupakan “ metode untuk menganalisis bagaimana keputusan operasi dan keputusan pemasaran mempengaruhi laba bersih.” Hal ini berdasarkan pemahaman tentang hubungan antara biaya variabel, biaya tetap, harga jual per unit, dan tingkat output.

Analisis biaya volume laba dapat diterapkan dalam banyak hal : 1. Menentukan harga jual produk atau jasa

2. Memperkenalkan produk atau jasa baru 3. Mengganti peralatan

4. Memutuskan membuat atau membeli produk 5. Melakukan analisis apa yang diperlukan-jika

B. Kegunaan dan Manfaat Analisis CVP

Ada beberapa manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menggunakan analisa biaya volume laba antara lain :

1. Menentukan volume penjualan atau pendapatan yang diperlukan supaya impas atau mencapai target laba.

2. Melihat bagaimana perubahan pada pola biaya tetap dan variabel mempengaruhi tingkat laba perusahaan

3. Melihat bagaimana perubahan tertentu pada harga atau biaya akan mempengaruhi titik impas.

4. Analisis CVP dapat menjadi alat yang berharga untuk mengidentifikasi luas dan besarnya masalah ekonomi yang dihadapi perusahaan.


(20)

5. Analisis CVP sebagai alat perencanaan jangka pendek yang berguna yang secara efektif menggunakan data perhitungan biaya langsung untuk menganalisis hubungan antara biaya, laba, bauran produk dan volume penjualan.

6. Analisis CVP dapat mengevaluasi dampak dari perubahan dalam biaya tetap maupun variabel atas profitabilitas.

C. Kelebihan dan Kelemahan Analisis CVP

Perusahaan yang menggunakan analisis CVP dapat memperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut :

1. Analisis CVP didasarkan pada asumsi beikut ini : bahwa semua biaya dapat dipisahkan menjadi bagian yang variabel dan bagian yang tetap, dan bahwa total biaya tetap dalah konstan sepanjang rentang analisis, dan total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan dalam volume.

2. Penjualan yang jatuh dibawah titik impas akan mengakibatkan perusahaan rugi, dengan anlisis CVP perusahaan dapat menentukan margin of safety, yang mengindikasikan berapa banyak penjualan dapat turun dari tingkat yang ditargetkan sebelum perusahaan mengalami kerugian.

3. Perusahaan dapat menentukan volume penjualan dan bauran produk yang diperlukan untuk mencapai target laba.


(21)

Analisis CVP juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain:

1. Data untuk analisis CVP tidak dapat diambil langsung dari laporan laba rugi berdasarkan perhitungan biaya penyerapan penuh, karena dampak dari aktivitas atas biaya tidak dapat ditentukan secara langsung.

2. Adanya ketidakpastian yang signifikan pada anlisis CVP yaitu dari faktor – faktor model CVP, harga, tingkat penjualan yang diharapkan, biaya variabel, dan biaya tetap sehingga manajer enggan mengambil resiko tersebut.

D. Analisis Biaya Volume Laba ( Cost Volume Profit Analysis ) Analisis Titik Impas

Menurut Mulyadi (2001:232), impas merupakan “keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian. “

Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas bila jumlah pendapatan (revenues) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja.

Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary, 2005:274), titik impas merupakan “titik dimana total pendapatan sama dengan total biaya atau titik dimana laba sama dengan nol.”

Menurut Hansen dan Mowen (dalam Fitriasari dan Kwary, 2005:232), analisis impas merupakan “suatu cara untuk mengetahui volume penjualan


(22)

minimum agar suatu usaha tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh laba.”

Dengan adanya analisis impas ini, perusahaan dapat mudah melakukan pengawasan volume penjualan dalam mencapai target laba yang ditentukan. Analisis yang berhubungan dengan target laba disebut dengan analisis biaya volume laba.

Analisis impas merupakan salah satu bentuk analisis biaya volume laba karena untuk mengetahui impas maupun keamanan volume penjualan, perlu dilakukan analisis terhadap hubungan antara biaya, volume dan laba.

Jumlah laba yang diperoleh merupakan indikator keberhasilan bagi perusahaan yang orientasinya mencari laba. Agar diperoleh laba sesuai yang dikendaki, perusahaan perlu menyusun perencanaan laba yang baik. Hal tesebut ditentukan oleh kemampuan perusahaan untuk memprediksikan kondisi usaha pada masa yang akan datang dengan penuh ketidakpastian, serta mengamati kemungkinan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan.

Menurut Halim dan Supomo (2005:49), ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi laba perusahaan yaitu:

1. Biaya 2. Harga jual

3. Volume (Penjualan atau Produksi)

Biaya yang timbul dari perolehan atau untuk pengolahan suatu produk atau jasa akan mempengaruhi harga jual produk yang


(23)

bersangkutan. Harga jual produk atau jasa akan mempengaruhi besarnya

volume penjualan produk atau jasa yang bersangkutan. Sedangkan

besarnya volume penjualan berpengaruh terhadap volume produk atau jasa tersebut. Selanjutnya pada gilirannya volume produksi akan mempengaruhi besar kecilnya biaya produksi. Dengan demikian, faktor-faktor yang mempengaruhi laba di atas saling terkait antara satu dengan yang lain.

Dasar-dasar analisis biaya volume laba memanfaatkan contribution margin. Contribution margin merupakan selisih antara hasil penjualan dan seluruh komponen biaya variabel (produksi, administrasi dan penjualan).

Contribution margin dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan bila masih tersisa, maka sisanya merupakan laba. Jika manajemen ingin mengetahui kuantitas penjualan impas, maka ia harus sadar bahwa contribution margin total jumlahnya harus sama dengan biaya tetap total. Keadaan ini akan tercapai bila kuantitas penjualan adalah sebanyak biaya total dibagi dengan contribution margin (CM) per unit.

Contribution margin positif menunjukkan hasil penjualan dapat digunakan untuk menutup biaya variabel dan seluruh atau sebagian biaya tetap. Apabila contribution margin melebihi jumlah biaya tetap total, maka kelebihan merupakan laba. Berikut ini akan dibuat contoh:


(24)

PT. ABC

LAPORAN LABA RUGI TAHUN 200X

Total per Unit

Penjualan (10.000 unit) Rp. 3.000.000 Rp. 300

Biaya Variabel Rp. 1.200.000 (-) Rp. 120 (-)

Contribution Margin Rp. 1.800.000 Rp. 180

Biaya Tetap Rp. 720.000 (-)

Laba Bersih Rp. 1.080.000

Sumber : Slamet Sugiri,2002:107

Kalau diperhatikan, maka contribution margin per unit yang besarnya Rp. 180, maka kita dapat menganalisis bahwa setiap unit barang terjual mempunyai kontribusi untuk menutup biaya tetap sebesar Rp. 180 tersebut. Biaya tetap pada laporan di atas menunjukkan jumlah Rp. 720.000. Dengan memperhatikan makna contribution margin per unit, maka kita dapat dengan cepat mengetahui berapa unit barang harus terjual agar seluruh biaya tetap tadi tertutup. Dengan kata lain, kita dapat menentukan titik impasnya. Agar seluruh biaya tetap tertutup tanpa memperoleh laba, maka jumlah contribution margin total harus sebesar Rp. 720.000. Ini tercapai apabila jumlah produk yang terjual adalah 4.000 unit, biaya tetap total dibagi dengan contribution margin per unit (Rp. 720.000/180). Pada contoh dibawah ini menunjukkan titik impas apabila penjualannya adalah 4.000 unit


(25)

PT. ABC

LAPORAN LABA RUGI TAHUN 200X

Total per Unit

Penjualan (4.000 unit) Rp. 1.200.000 Rp. 300

Biaya Variabel Rp. 480.000 (-) Rp. 120 (-)

Contribution Margin Rp. 720.000 Rp. 180

Biaya Tetap Rp. 720.000

1. Metode persamaan (equation method)

(-)

Laba Bersih Rp. 0

Sumber : Slamet Sugiri,2002:108

Analisis titik impas (break even point) dapat dihitung dengan menggunakan metode persamaan (equation method) dan metode margin kontribusi (contribution margin method). Kedua metode tersebut ekuivalen.

Metode persamaan memanfaatkan data-data dari laporan laba rugi yang disusun dengan format berupa persamaan berikut :

Laba = Penjualan – (Biaya Variabel + Biaya Tetap) atau

Penjualan = Biaya Variabel + Biaya Tetap + Laba Sumber : Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006:259)


(26)

Untuk memberikan ilustrasi, maka dibuat suatu contoh. Misalnya data perusahaan PT. XYZ sebagai berikut:

Biaya tetap total selama 1 periode = Rp. 20.000 Biaya variabel per unit produk = Rp. 600 Harga jual produk per unit = Rp. 1.000 Sumber : Slamet Sugiri,2002:113

Jika X adalah jumlah unit produk yang dijual, maka laba yang diperoleh dengan menggunakan persamaan di atas adalah sebagai berikut:

Laba = 1.000X – 600X – 20.000

Pada persamaan di atas, penjualan total adalah perkalian harga jual per unit dengan volume penjualan, yaitu 1.000X. Biaya variabel total adalah perkalian antara biaya variabel per unit dengan volume penjualan yaitu 600X. Adapun biaya tetap total adalah konstan Rp. 20.000 karena tidak tergantung pada volume penjualan. Dalam kondisi impas laba adalah no l (0) sebagai berikut:

0 = 1.000X – 600X – 20.000

Jadi X (penjualan) pada titik impas dapat dicari dengan menyelesaikan persamaan di atas sebagai berikut:

20.000 = 400X X= 20.000/400 X= 50


(27)

Jadi impas tercapai pada volume penjualan sebanyak 50 unit produk. Ini terbukti dari perhitungan berikut:

Penjualan 50 unit @ Rp. 1.000 Rp. 50.000 Biaya variabel 50 unit @ Rp.600

Contribution Margin Rp. 20.000

Biaya Tetap

Rp. 30.000

2. Metode margin kontribusi (contribution margin method) Rp. 20.000

Laba bersih Rp. 0

Sumber : Slamet Sugiri,2002:113

Metode margin kontribusi pada dasarnya adalah metode singkat dari metode persamaan. Pendekatan ini memusatkan pada ide bahwa setiap unit yang terjual memberikan margin kontribusi tertentu yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Adapun formulanya sebagai berikut :

Titik impas (Unit) Biaya Tetap

Margin Kontribusi/Unit Penjualan Titik impas (Jual) Biaya Tetap

Rasio Margin Kontribusi

Rasio Margin Kontribusi = Margin Kontribusi/Total Penjualan Sumber : Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006:259)

-

-

=


(28)

Dari contoh PT. XYZ di atas, maka dapat dihitung titik impasnya yaitu: Titik impas (Unit) 20.000

20.000/50 unit Titik impas (Unit) = 50 unit

Titik impas (Jual) 20.000 20.000/50.000 Titik impas (Jual) = Rp. 50.000

Grafik Hubungan Biaya - Volume - Laba

Hubungan antara pendapatan, biaya, laba dan volume dapat disajikan dalam bentuk grafik CVP yang menggambarkan hubungan dari serangkaian aktivitas dan dapat maemberikan perspektif yang tidak dapat diperoleh dalam metode yang lainnya.

Grafik CVP digambarkan berdasarkan beberapa asumsi penting, yaitu : 1. Analisis mengasumsikam suatu fungsi pendapatan linear dan suatu

fungsi biaya linear.

2. Analisis mengasumsikan bahwa harga, biaya tetap total, dan biaya variabel unit dapat secara tepat diidentifikasi dan tetap konstan disemua rentang yang relevan.

3. Analisis mengasumsikan bahwa apa yang diproduksi dijual.

4. Untuk menganalisis produk berganda, kombinasi penjualan diasumsikan diketahui.

5. Harga penjualan dan biaya diasumsikan diketahui dengan pasti. =


(29)

Proses membuat grafik CVP dapat melalui tiga tahap, yaitu :

1. Buatlah garis paralel dengan sumbu volume untuk menunjukkan besarnya total biaya tetap.

2. Pilihlah beberapa volume penjualan dan plot dengan total biaya ( tetap dan variabel ) pada tingkat aktivitas yang dipilih , tarik garis

dari titik tersebut ke titik potong sumbu vertikal dengan biaya tetap 3. Tentukan volume penjualan dan buatlah titik yang menunjukkan

total penjualan pada tingkat aktivitas yang dipilih , tarik garis dari titik tersebut ke titik pusat.

Gambar 2.1 : Grafik CVP

Sumber : Hansen dan Mowen (2005:445) unit

Biaya Tetap

Total Biaya Total Pendapatan Pendapatan

Titik Impas

Laba


(30)

Adapun data transaksi PT. XYZ jika digambarkan dalam bentuk grafik seperti pada Gambar 2.1. berikut :

Gambar 2.2 Grafik Analisa Biaya Volume Laba

Setiap tambahan satu unit produk yang terjual di atas titik impas, maka laba akan bertambah sebesar contribution margin (CM) per unit produk seperti berikut:

Penjualan 51 unit @ Rp. 1.000 Rp. 51.000 Biaya variabel 51 unit @ Rp.600

Contribution Margin Rp. 20.400

Biaya Tetap

Rp. 30.600 -

Rp. 20.000

Laba bersih Rp. 400

Sumber : Slamet Sugiri,2002:115

-

20.000 40.000 60.000 80.000

20 40 60

80 Biaya Tetap Biaya, Penjualan (dalam Rupiah) 50 50.000

Volume Penjualan (Unit) Titik Impas Biaya Variabel 75 75.000 Daerah Laba Daerah Rugi 30.000 Total Biaya


(31)

Pendekatan persamaan dan contribution margin (CM) per unit yang telah diuraikan di atas menghitung titik impas dan tingkat dalam unit produk yang terjual. Akan tetapi, volume penjualan tidak selalu diukur dalam unit produk. Beberapa perusahaan menghasilkan jasa sebagai outputnya. Pada keadaan ini, mungkin lebih tepat untuk mengukur volume penjualan dalam satuan rupiah penjualan. Oleh karena itu, harus menggunakan contribution margin ratio yang merupakan perbandingan antara contribution margin dengan penjualan. Rasio ini menunjukkan persentase tiap satuan rupiah penjualan yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap dan laba.

Dengan memperhatikan makna titik impas dan contribution margin per unit, maka kita dapat menganalisis lebih lanjut bahwa setiap penjualan satu unit di atas titik impas akan memberi laba sebesar contribution margin per unit tersebut. Analisis seperti ini memudahkan manajer untuk merencanakan jumlah unit yang harus dijual di atas titik impas untuk mencapai sejumlah laba tertentu. Seandainya manajer merencanakan untuk mencapai laba Rp. 1.800., maka manajer akan menargetkan penjualan 10 unit di atas titik impas, yang diperoleh dari laba yang diinginkan dibagi dengan contribution margin per unit, jadi Rp. 1800/180 yaitu 10 unit seperti contoh di bawah ini.


(32)

PT. ABC

LAPORAN LABA RUGI TAHUN 200X

Total per Unit

Penjualan (4.010 unit) Rp. 1.203.000 Rp. 300

Biaya Variabel Rp. 481.200 (-) Rp. 120 (-)

Contribution Margin Rp. 721.800 Rp. 180

Biaya Tetap Rp. 720.000

Total Per unit

Penjualan (1 speaker) $250 $250

Dikurangi biaya variabel $ (-)

Laba Bersih Rp. 1.800

Sumber : Slamet Sugiri,2002:108

Berikut ini akan dibuat contoh lain, misalnya diasumsikan perusahaan Acoustic Concepts hanya dapat menjual satu buah speaker pada bulan tertentu. Laporan perusahaan akan tampak sebagai berikut :

150 $150

Margin kontribusi $100 $100

Dikurangi biaya tetap 35.000

Untuk setiap penambahan unit yang terjual, akan diperoleh tambahan $100 margin kontribusi yang dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap. Jika

Rugi bersih $(34.900)


(33)

perusahaan berhasil menjual 2 unit speaker, maka margin kontribusi akan bertambah $100 (menjadi $200) dan rugi perusahaan akan berkurang $100 menjadi $34.800 seperti berikut:

Total Per unit

Penjualan (2 speaker) $500 $250

Dikurangi biaya variabel $300 $150

Margin kontribusi $200 $100

Dikurangi biaya tetap $35.000

Laba bersih $(34.800) Sumber: Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006: 252)

Jika terjual speaker sampai jumlah tertentu sehingga diperoleh margin kontribusi $35.000 maka seluruh biaya tetap sudah dapat ditutup dan perusahaan telah berprestasi pada titik impas untuk bulan tersebut. Pada titik impas tersebut, perusahaan tidak mendapatkan laba tetapi juga tidak menderita kerugian. Untuk mencapai titik impas (break even points), perusahaan harus menjual 350 speaker setiap bulan, karena masing-masing speaker yang terjual mempunyai margin kontribusi $100 seperti berikut:


(34)

Total Per unit

Penjualan (350 speaker) $87.500 $250

Dikurangi biaya variabel $52.500 $150

Margin kontribusi $35.000 $100

Dikurangi biaya tetap $35.000

Total Per unit

Penjualan (351 speaker) $87.500 $250

Dikurangi biaya variabel $ Laba bersih $0

Sumber: Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006: 253)

Pada saat titik impas telah dicapai, laba bersih sebesar margin kontribusi per unit untuk tambahan setiap unit yang terjual. Jika terjual 351 unit speaker terjual pada bulan tertentu, maka dapat diharapkan akan diperoleh laba bersih sebesar $100 karena perusahaan dapat menjual 1 unit lebih banyak di atas titik impas seperti berikut:

52.650 $150

Margin kontribusi $35.100 $100

Dikurangi biaya tetap $35.000

Laba bersih $ 100 Sumber: Garrison dan Noreen (dalam Budisantoso, 2006: 253)


(35)

Analisa biaya volume laba kadang-kadang disederhanakan menjadi analisa titik impas. Padahal analisa titik impas hanyalah salah satu elemen analisa biaya volume laba.

Salah satu elemen dalam analisa biaya volume laba adalah penjualan.

Menurut Zaki Baridwan (2001:10):

Penjualan adalah kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur (penagihan) dan pencatatan penjualan dan atau suatu kegiatan yang dilakukan manusia untuk menyampaikan barang kebutuhan yang telah dihasilkan kepada mereka yang memerlukannya dengan imbalan uang menurut harga yang ditentukan.

Bagian-bagian yang terkait dalam prosedur penjualan yaitu: 1. Bagian pesanan penjualan

Dalam perusahaan kecil, fungsi pesanan penjualan dapat dipegang oleh seorang karyawan dalam bagian penjualan. Tetapi dalam perusahaan besar bagian pesanan penjualan merupakan bagian yang berdiri di bawah bagian penjualan. Untuk keadaan tersebut, bagian pesanan penjualan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. Mengawasi semua pesanan yang diterima.

b. Memeriksa surat pesanan yang diterima dari langganan atau salesman dan melengkapi informasi yang kurang yang berhubungan dengan spesifikasi produk dan tanggal pengiriman.


(36)

d. Menentukan tanggal pengiriman. Apabila gudangnya lebih dari satu, tentukan dari gudang mana akan dilakukan pengiriman.

e. Membuat surat perintah pengiriman dan back orders beserta tembusan-tembusannya.

f. Membuat catatan mengenai pesanan-pesanan yang diterima dan mengikuti pengirimannya sehingga dapat diketahui pesanan-pesanan mana yang belum dipenuhi.

g. Mengadakan hubungan dengan pembeli mengenai barang-barang yang dikembalikan oleh pembeli, membuat catatan dan mengeluarkan bukti memorial untuk bagian piutang.

2. Bagian kredit

Dalam prosedur penjualan, setiap pengiriman barang untuk memenuhi pesanan pembeli yang syaratnya kredit, harus mendapatkan persetujuan dari bagian kredit. Agar dapat memberikan persetujuan,bagian kredit menggunakan catatan yang dibuat oleh bagian piutang untuk tiap-tiap langganan mengenai sejarah kreditnya,jumlah maksimum dan ketepatan waktu pembayarannya. Persetujuan dari bagian kredit biasanya ditunjukkan dalam formulir surat perintah pengiriman yang diterima dari bagian pesanan penjualan.

3. Bagian gudang

Dalam hubungannya dengan penjualan, bagian gudang bertugas untuk menyiapkan barang seperti yang tercantum dalam surat perintah.


(37)

Barang-barang ini diserahkan ke bagian pengiriman untuk dibungkus dan dikirimkan ke pembeli.

4. Bagian pengiriman

Bagian pengiriman bertugas untuk mengirim barang-barang pada pembeli. Pengiriman ini hanya boleh dilakukan apabila ada surat perintah pengiriman yang sah. Selain itu bagian pengiriman juga bertugas mengirimkan kembali barang-barang kepada penjual yang keadaannya tidak sesuai dengan yang dipesan. Pengembalian barang ini dilakukan apabila ada debit memo untuk retur pembelian.

5. Bagian billing

Tugas bagian pembuatan faktur adalah:

a. Membuat (menerbitkan) faktur penjualan dan tembusan-tembusannya.

b. Menghitung biaya kirim penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai. c. Memeriksa kebenaran penulisan dan perhitungan dalam faktur.

B. Pengertian Biaya

Menurut Maher dan Deakin (dalam Sulastri, 2001:34), biaya diartikan sebagai “suatu sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai tujuan tertentu.”

Biaya terjadi jika sumber daya digunakan untuk tujuan tertentu. Kadang – kaddang biaya dikumpulkan ke dalam kelompok tertentu, yang disebut


(38)

dengan cost pool. Selain itu, biaya juga merupakan nilai ekuivalen yang dikorbanan untuk mendapatkan barang atau jasa.

Menurut Carter dan Usry (dalam Krista, 2004:30), objek biaya didefinisikan sebagai “suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur”

Biaya dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Biaya dalam hubungannya dengan produk Yaitu:

a. Biaya manufaktur

Biaya manufaktur merupakan biaya pabrik yang terdiri dari 3 elemen biaya yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.

b. Beban komersial

Beban komersial terdiri dari 2 klasifikasi besar, yaitu beban pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran mulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir, yatu ketika proses manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap jual. Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

2. Biaya dalam hubungannya dengan volume produksi/penjualan Yaitu:


(39)

Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan.

b. Biaya tetap

Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan.

c. Biaya semi variabel

Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jenis biaya ini disebut dengan biaya semi variabel.

3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen lain.

Yaitu:

a. Departemen produksi dan departemen jasa

Pada departemen produksi, operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Pada departemen jasa, jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain.

b. Biaya bersama dan biaya gabungan

Biaya bersama dan biaya gabungan adalah jenis biaya tidak langsung. Biaya bersama biasanya ada di organisasi dengan banyak departemen atau segmen. Biaya gabungan terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk tanpa dapat dihindari.


(40)

Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal atau sebagai pengeluaran pendapatan. Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban.

5. Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan atau evaluasi.

Menurut Halim dan Supomo (2005:22), perubahan biaya total sebagai akibat dari perubahan volume kegiatan perusahaan yang memiliki 3 pola yaitu:

1. Jumlahnya tetap, meskipun volume kegiatan berubah (biaya tetap). 2. Jumlahnya berubah secara proporsional dengan perubahan volume

kegiatan (biaya variabel).

3. Jumlahnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan (biaya semi variabel).

Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian biaya, manajemen harus mengetahui pola perilaku masing-masing biaya. Penentuan pola perilaku biaya berkaitan dengan pemisahan biaya ke dalam unsur biaya tetap dan biaya variabel. Dengan kata lain, biaya yang dipisahkan merupakan biaya yang semi variabel atau biaya yang semi tetap.

Untuk menggambarkan hubungan antara biaya total dengan volume kegiatan perusahaan, pada umumnya dinyatakan dengan fungsi biaya sebagai berikut:


(41)

Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total

Biaya total merupakan gabungan antara biaya yang berpola tetap (biaya tetap) dan berpola variabel (biaya variabel). Umumnya untuk penyederhanaan dianggap pola tersebut berbentuk garis lurus atau linear. Untuk hal tersebut, diperlukan beberapa asumsi yaitu:

1. Hubungan teknis antara inputs dan ouputs bersifat linear, misalnya dalam satuan ouputs memerlukan jumlah inputs yang sama besarnya. 2. Jumlah inputs yang diperlukan harus sama dengan jumlah inputs yang

digunakan.

3. Harga perolehan inputs bersifat linear dengan kuantitas inputs yang digunakan.

Asumsi tersebut hampir tanpa pengecualian dapat diterima oleh para akuntan dan manajer dalam menentukan pola tingkat laku biaya. Pada kenyataannya, banyak hal yang membuat sesuatu biaya mutlak berperilaku tetap atau variabel. Misalnya biaya bahan baku tidak mutlak biaya variabel, karena suatu pembelian bahan baku dalam kuantitas yang lebih banyak kemungkinan besar akan mempunyai harga yang lebih rendah dibandingkan jika dibeli dalam jumlah yang lebih sedikit.

Biaya variabel total jumlahnya dipengaruhi oleh besar kecilnya volume kegiatan. Dengan perkataan lain, biaya variabel total merupakan hasil perkalian antara biaya variabel per unit dengan volume kegiatan. Dengan demikian, fungsi biaya tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:


(42)

Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel per Unit x Volume Kegiatan

Jika,

Biaya Total dinyatakan dengan simbol Y Volume Kegiatan dinyatakan dengan simbol X Biaya Tetap Total dinyatakan dengan simbol a Biaya Variabel per Unit dinyatakan dengan simbol b Maka fungsi biaya tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut:

Y = a + b.X

Menurut Halim dan Supomo (2005:24), untuk menentukan pola perilaku sebagaimana dinyatakan dalam fungsi tersebut di atas, terdapat berbagai metode/pendekatan. Secara umum, ada tiga pendekatan dalam menentukan pola perilaku biaya yaitu:

1. Pendekatan intuisi

Merupakan pendekatan yang didasarkan intuisi manajemen. Intuisi tersebut bisa didasari atas surat-surat keputusan, kontrak-kontrak kerja dengan pihak lain dan sebagainya. Misalnya, manajemen menetapkan biaya penyusutan merupakan biaya tetap, biaya komisi merupakan biaya variabel dan lain sebagainya. Pendekatan ini kurang ilmiah.

2. Pendekatan analisis enjinering

Merupakan pendekatan yang didasarkan pada hubungan fisik yang jelas antara masukan dengan keluaran. Misalnya, sebuah perusahaan yang memproduksi mobil, maka sebuah mobil secara fisik dapat diketahui


(43)

bahwa akan memerlukan sebuah mesin, 4 buah ban dan lain sebagainya. Dengan demikian harga ban merupakan harga yang membentuk biaya variabel. Insinyur atau tenaga kerja yang terlibat langsung dengan pengolahan fisik ban mobil, biaya gaji atau upah mereka merupakan biaya variabel. Bila tidak ada hubungan fisik secara langsung, maka akan termasuk ke dalam biaya tetap. Pendekatan ini memang teliti, namun sering kali memerlukan waktu dan biaya yang relatif tinggi.

3. Pendekatan analisis data biaya masa lalu

Merupakan pendekatan yang didasarkan pada data biaya masa lalu. Pendekatan ini berasumsi bahwa biaya di masa yang akan datang sama perilakunya dengan biaya di masa yang lalu. Data biaya masa lalu dianalisis untuk mengetahui perilaku masing-masing biaya.

Menurut Halim dan Supomo (2005:30), untuk memudahkan manajemen dalam perencanaan dan pengendalian, biaya tetap dan biaya variabel dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Biaya tetap komitet ( Fixed Cost Commited )

Penggolongan biaya tetap menjadi biaya tetap komitet berdasarkan pada mudah atau tidaknya biaya tetap dieliminasi atau dikurangi oleh manajemen. Biaya tetap komitet merupakan jenis biaya tetap yang tidak mudah dieliminasi atau dikurangi oleh manajemen, karena umumnya biaya ini timbul dari pendirian perusahaan atau pemilikan ekuipmen. Dengan perkataan lain, biaya tetap komitet terjadi sebagai


(44)

akibat keputusan manajemen di masa yang akan datang. Biaya tetap komitet pada umumnya akan tetap timbul, meskipun perusahaan menghentikan kegiatan usahanya. Contoh biaya tetap komitet adalah biaay depresiasi gedung pabrik dan ekuipmen, pajak bumi dan bangunan, biaya sewa jangka panjang dan gaji direksi.

2. Biaya tetap diskresionari ( Fixed Cost Descretionary )

Merupakan jenis biaya tetap yang dapat dieliminasi atau dikurangi oleh manajemen, karena pada umumnya biaya ini timbul dari kebijakan manajemen dalam penyusunan anggaran. Biaya tetap diskresionari yang terdapat dalam suatu tahun tertentu dapat dihapus atau dikurangi pada tahun berikutnya berdasarkan kebijakan manajemen. Contoh biaya tetap diskresionari seperti biaya promosi, biaya riset dan pengembangan, biaya konsultan dan gaji pegawai honorer.

Menurut Halim dan Supomo (2005:31), biaya variabel dapat digolongkan menjadi biaya enjiner dan biaya variabel diskresionari yaitu: 1. Biaya variabel enjiner

Merupakan biaya yang mempunyai hubungan fisik dengan volume kegiatan perusahaan. Biaya ini bersifat variabel karena antara masukan dan keluarannya mempunyai hubungan yang optimum. Sebagai contoh adalah biaya bahan baku. Sebagai masukan, bahan baku mempunyai hubungan optimum dengan hasil produksi.


(45)

Merupakan biaya yang bersifat variabel karena kebijakan manajemen. Biaya ini berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan, karena manajemen menghendaki demikian. Sebagai contoh, biaya komisi penjualan yang ditentukan manajemen sebesar 5% dari hasil penjualan. Biaya komisi penjualan jumlahnya akan berubah secara proporsional dengan perubahan hasil penjualan.

C. Analisis Impas (Break Even Point) Dalam Hubungannya dengan Pencapaian Laba dan Keamanan Volume Penjualan

Titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar perusahaan ingin memperoleh penghasilan operasi lebih besar dari nol. Analisis CVP memberikan cara untuk menentukan berapa banyak unit yang harus dijual untuk memperoleh target laba tertentu. Baikpendekatan penghasilan operasi dan margin kontribusi dapat dengan mudisesuaikan umencapai pendapatan yang ditargetkan.

Dengan mengggunakan konsep dasar yang telah diuraikan di atas, akuntan dapat menyediakan informasi yang berguna bagi manajemen untuk perencanaan laba. Dengan analisis biaya volume laba, akuntan dapat menentukan tingkat penjualan yang seharusnya dianggarkan untuk mencapai sejumlah laba tertentu.

Aktiva perusahaan ditanam dalam sebuah proyek dengan tujuan untuk memperoleh laba. Laba yang diharapkan dari investasi tersebut disebut dengan target laba. Analisis biaya volume laba dapat digunakan


(46)

sebagai alat untuk menghitung jumlah unit produk yang seharusnya dijual agar perusahaan dapat memperoleh sejumlah target laba tertentu.

Dari contoh PT. XYZ di atas, misalnya perusahaan ini merencanakan laba bersih sebesar Rp. 10.000, maka penjualan yang harus direncanakan agar sesuai dengan target ini adalah sebagai berikut:

Penjualan Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit Sumber : Slamet Sugiri,2002:119

Penjualan 20.000 + 10.000 400 Penjualan = 75 unit

Dengan demikian, PT. XYZ harus menjual sebanyak 75 unit untuk mencapai target laba sebesar Rp. 10.000.

Dalam pencapaian laba, perlu diperhitungkan kemungkinan berubahnya salah satu variabel yang dapat mempengaruhi besar kecilnya target laba.

Slamet Sugiri (2003:119) menyatakan “model yang digunakan untuk mempelajari dampak perubahan variabel independen terhadap target laba sebagai variabel dependen adalah analisis sensitivitas“. Adapun perubahan tersebut meliputi perubahan harga jual, perubahan biaya

=


(47)

variabel, perubahan biaya tetap dan perubahan lebih dari satu variabel secara serentak.

Dalam perubahan harga, keputusan yang selalu dihadapi oleh seorang manajer adalah kemungkinan untuk menaikan harga jual. Hal utama yang harus dipertimbangkan adalah penolakan konsumen terhadap harga jual yang meningkat, yang akan mengakibatkan penurunan permintaan produk. Untuk mempermudah pemahaman proyeksi laba dan determinannya dalam studi kasus, maka akan dibuat contoh.

Dari contoh PT. XYZ di atas, perusahaan menghendaki target laba sebesar Rp. 10.000 dan anggaplah kenaikan harga jual yang diinginkan sebesar Rp. 100 per unit, maka berapa unit produk yang harus dijual untuk mencapai titik impas dan berapa unit produk yang harus dijual untuk mencapai target laba tersebut? Hal ini dapat digunakan analisis biaya volume laba dengan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan Mula-Mula Kenaikan Rp. 100

Harga Jual/unit Rp. 1.000 Rp. 1.100 (1.000+100) Biaya Variabel/unit Rp. 600 (-) Rp. 600 (-)

C/M per Unit Rp. 400 Rp. 500 Biaya Tetap Total Rp.20.000 Rp.20.000 Target Laba Rp.10.000 Rp.10.000

Titik Impas 50 unit 40 unit

Target Penjualan


(48)

Sumber :Slamet Sugiri,2002:120

Titik impas mula-mula sebesar 50 unit diperoleh dari: Titik Impas Biaya Tetap

C/M per Unit Titik Impas 20.000

400 Titik Impas = 50 unit

Titik impas setelah kenaikan Rp. 100 sebesar 40 unit diperoleh dari: Titik Impas Biaya Tetap

C/M per Unit Titik Impas 20.000

500 Titik Impas = 40 unit

Target penjualan untuk mencapai laba mula-mula sebesar 75 unit diperoleh dari:

Penjualan Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit Penjualan 20.000 + 10.000

400 Penjualan = 75 unit

= =

=

=

= =


(49)

Target penjualan untuk mencapai laba setelah kenaikan Rp. 100 sebesar 60 unit diperoleh dari:

Penjualan Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit Penjualan 20.000 + 10.000

500 Penjualan = 60 unit

Kenaikan harga jual dari Rp. 1.000 menjadi Rp. 1.100 menurunkan titik impas dari 50 unit menjadi 40 unit. Volume penjualan mula-mula yang harus dicapai untuk memperoleh laba bersih Rp. 10.000 sebesar 75 unit. Dengan kenaikan harga jual, maka volume tersebut turun menjadi 60 unit. Jadi PT. XYZ dapat menaikan harga jual menjadi Rp. 1.100. Jika penjualan turun sebanyak 15 unit (75-60) sebagai akibat naiknya harga jual, maka laba akan menjadi tepat sebesar Rp.10.000. Tentu saja jika penurunan permintaan kurang dari 15 unit, maka laba akan tercapai di atas Rp. 10.000

Dalam perubahan biaya variabel, perusahaan tidak selalu dapat menaikkan harga jual. Kemampuan pesaing dalam pasar dapat mencegah keputusan menaikkan harga jual tersebut. Jadi, untuk mempertahankan atau menaikkan target laba, manajer harus mengurangi biaya, bukannya menaikkan harga jual. Biaya dapat dikurangi dengan menggunakan lebih sedikit bahan-bahan yang mahal atau memodifikasi proses pembuatan

=


(50)

produk untuk mengurangi biaya tenaga kerja langsung. Dua kemungkinan ini dapat mengurangi biaya variabel per unit.

Untuk memberi gambaran bagaimana dampak pengurangan biaya variabel per unit terhadap volume penjualan dan laba, anggaplah bahwa biaya variabel per unit sekarang turun sebesar Rp. 100. Berapa unit produk harus dijual untuk mencapai target laba Rp. 10.000?. Dengan menggunakan analisa biaya volume laba, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Keterangan Mula-Mula Penurunan B.Variabel Rp. 100

Harga Jual/unit Rp. 1.000 Rp. 1.000

Biaya Variabel/unit Rp. 600 (-) Rp. 500 (-) (600-100) C/M per Unit Rp. 400 Rp. 500

Biaya Tetap Total Rp.20.000 Rp.20.000 Target Laba Rp.10.000 Rp.10.000

Titik Impas 50 unit 40 unit

Target Penjualan

untuk capai laba 75 unit 60 unit

Sumber :Slamet Sugiri,2002:121

Penurunan biaya variabel per unit mengurangi titik impas dari 50 unit menjadi 40 unit. Untuk mencapai target laba Rp. 10.000, PT. XYZ membutuhkan penjualan hanya 60 unit sebagai akibat semakin rendahnya biaya variabel per unit.


(51)

Dalam perubahan biaya tetap, biaya tetap dapat saja berubah dari tahun anggaran satu ke tahun anggaraan berikutnya. Sering kali manajemen pertimbangkan kenaikan biaya tetap dengan mengharapkan kenaikan volume penjualan. Contoh kenaikan biaya tetap misalnya kenaikan biaya iklan, kenaikan biaya pelatihan pramuniaga dan kenaikan biaya perjalanan para pramuniaga. Kenaikan biaya tetap akan mengubah titik impas dan tingkat volume penjualan untuk mencapai target laba tertentu. Sebagai ilustrasinya, maka akan dibuat contoh dengan menggunakan data PT. XYZ di atas. Anggaplah bahwa manajemen sedang mempertimbangkan kenaikan biaya tetap sebesar Rp. 4.000. Bagaimana dampaknya terhadap titik impas dan volume penjualan dengan target laba Rp. 10.000?. Dengan menggunakan analisa biaya volume laba, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:

Keterangan Mula-Mula Kenaikan B. Tetap Rp.4.000

Harga Jual/unit Rp. 1.000 Rp. 1.000 Biaya Variabel/unit Rp. 600 (-) Rp. 600 (-) C/M per Unit Rp. 400 Rp. 400

Biaya Tetap Total Rp.20.000 Rp.24.000 (20.000+4.0000) Target Laba Rp.10.000 Rp.10.000

Titik Impas 50 unit 60 unit

Target Penjualan

untuk capai laba 75 unit 85 unit


(52)

Kenaikan biaya tetap 20% (Rp.4.000) akan menaikkan titik impas 20% juga. Untuk mencapai target laba Rp.10.000, volume penjualan naik dari 75 unit menjadi 85 unit.

Perubahan lebih dari satu variabel secara serentak terjadi pada kegiatan operasional perusahaan. Untuk memberikan ilustrasi, maka digunakan contoh data PT. XYZ misalnya perusahaan mempertimbangkan adanya kenaikan biaya tetap sebesar Rp. 4.000 dan kenaikan harga jual sebesar Rp. 100. Dengan menggunakan analisa biaya volume laba, dampak perubahan dua variabel tersebut terhadap titik impas dan volume penjualan untuk mencapai target laba Rp. 10.000 adalah dengan perhitungan sebagai berikut:

Keterangan Mula-Mula Kenaikan B. Tetap Rp.4.000 dan harga Jual Rp. 100

Harga Jual/unit Rp. 1.000 Rp. 1.100 (1.000+100) Biaya Variabel/unit Rp. 600 (-) Rp. 600 (-)

C/M per Unit Rp. 400 Rp. 500

Biaya Tetap Total Rp.20.000 Rp.24.000 (20.000+4.0000) Target Laba Rp.10.000 Rp.10.000

Titik Impas 50 unit 48 unit

Target Penjualan

untuk capai laba 75 unit 68 unit


(53)

Kenaikan harga jual Rp. 100 (10%) yang lebih kecil daripada kenaikan biaya tetap Rp. 4.000 (20%) menurunkan titik impas sebesar 2 unit (48%) dan menurunkan volume penjualan untuk mencapai target laba Rp. 10.000 sebanyak 7 unit (kira-kira 9,3%).

Setelah mengetahui titik impas perusahaan, maka dapat ditentukan keamanan volume penjualannya (margin of safety).

Menurut Mulyadi (2001:254), margin of safety merupakan ”suatu analisis yang memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan yang boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian.”

Dengan demikian, margin of safety dapat memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang tidak menyebabkan kerugian.

Jika analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah

volume penjualan minimum agar perusahaan tidak mengalami kerugian,

maka jika angka impas ini dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan tertentu yang boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Selisih antara volume penjualan dengan volume penjualan impas disebut dengan angka margin of safety.

Jika dikaitkan dengan contoh data PT. XYZ di atas, maka impas tercapai pada volume penjualan sebanyak 50 unit produk atau jika dihitung dalam satuan rupiah, maka impas tercapai pada total penjualan sebesar Rp. 50.000 dimana diperoleh dengan cara unit impas dikalikan dengan harga


(54)

jual barang tersebut. Jika misalnya volume penjualan perusahaan sebesar 80 unit, maka keamanan volume penjualan dalam satuan unit dan rupiah dapat dihitung sebagai berikut:

Margin of Safety (Unit) = Volume Penjualan – Volume Impas = 80 unit – 50 unit

= 30 unit

Margin of Safety (Rupiah) = Total Penjualan – Total Impas = Rp. 80.000 – Rp. 50.000 = Rp. 30.000


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian studi kasus, yaitu dengan pendekatan deskriptif berdasarkan teori yang mendukung tentang

pengawasan volume penjualan menggunakan analisis parameter pada

perusahaan.

Lokasi penelitian berada di jalan Perbaungan No. 2-G Medan dan jadwal penelitian mulai dilakukan pada bulan Februari 2008.

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan yaitu:

1. Data primer, yaitu data yang diproses dari hasil wawancara tentang

objek penelitian dan data tersebut merupakan data yang belum diolah penulis seperti data penjualan barang, data biaya tetap dan data biaya variabel barang.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari perusahaan dan data

tersebut sudah diolah seperti sejarah singkat perusahaan, struktur

organisasi perusahaan dan pengawasan volume penjualan pada


(56)

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam proses penelitian dan penulisan skripsi, penulis menggunakan dua metode pendekatan dalam pengumpulan data dan keterangan yang berkaitan dengan judul skripsi, yaitu:

1. Teknik wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab langsung

dengan pihak yang kompeten dalam hal ini karyawan yang berwenang, yaitu bagian gudang, bagian akuntansi dan bagian penjualan.

2. Teknik dokumentasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada

laporan biaya tetap, laporan biaya variabel dan laporan penjualan perusahaan.

D. Metode Analisis Data

Adapun cara pengawasan volume penjualan pada perusahaan adalah

dengan menggunakan analisis impas (break even point) untuk penentuan

keamanan penjualan (margin of safety) perusahaan dan volume penjualan


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Data penelitian yang dilakukan meliputi gambaran umum perusahaan dan pengawasan volume penjualan pada perusahaan.

1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan merupakan perusahaan yang bergerak di bidang penjualan komputer dengan berbagai merek seperti Acer, Tosibha dan Compag. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 11 Februari 1996 sesuai dengan akte No. 8 di depan Notaris Desy Sintiara, SH. Perusahaan ini berada di Jalan Perbaungan No. 2-G Medan.

Dalam memperlancar kegiatan operasional perusahaan, perusahaan bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan lainnya yang juga bergerak di bidang penjualan perangkat keras komputer di dalam maupun luar kota seperti Jakarta dan Bandung.

Sewaktu terjadi krisis ekonomi pada tahun 1997, perusahaan ini mengalami hambatan dalam penjualan karena rendahnya daya beli konsumen. Akan tetapi, sejak awal tahun 2001, perusahaan ini mulai berkembang kembali dan mulai dapat bersaing dengan perusahaan lain yang juga bergerak di bidang penjualan perangkat keras komputer, dimana


(58)

perusahaan ini mulai mendapatkan laba dengan banyaknya transaksi pembelian oleh konsumen.

b. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan merupakan pola formal yang akan mempengaruhi sistem kerja dari perusahaan tersebut. Struktur organisasi yang baik harus dapat memisahkan antara fungsi, kedudukan, batas wewenang, tanggung jawab, serta kewajiban dari masing-masing karyawan, agar para karyawan mengetahui apa saja yang menjadi tugas dan tanggung jawab mereka.

PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan membagi tugas masing-masing karyawannya dengan teratur agar tujuan perusahaan dapat terlaksana dengan baik. PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan menggunakan struktur organisasi lini/komando. Bentuk struktur organisasi PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan seperti pada Gambar 4.1. berikut:

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan Sumber : PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan


(59)

Tugas dan wewenang dari masing-masing bagian dapat dijabarkan di bawah ini yaitu :

1. Direktur

Tugas dan tanggung jawab Direktur adalah:

a. Memimpin dan menjalankan perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan

b. Membuat rencana anggaran perusahaan. c. Menerima laporan hasil kerja karyawan 2. Manajer

Tugas dan tanggung jawab Manajer adalah:

a. Mengkoordinasi laporan–laporan yang diperlukan untuk pertanggungjawaban kepada pimpinan perusahaan.

b. Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi oleh perusahaan c. Menyusun rencana kerja.

d. Mengatur cara kerja karyawan untuk mencapai efisiensi kerja di perusahaan.

e. Melakukan pengawasan volume penjualan perusahaan. f. Menentukan target laba yang akan dicapai.

3. Bagian Akuntansi

Tugas dan tanggung jawab Bagian Akuntansi adalah: a. Membuat laporan pembelian dan penjualan.

b. Membuat laporan penerimaan kas dan pengeluaran kas. c. Menentukan perkiraan kas perusahaan.


(60)

4. Bagian Penjualan

Tugas dan tanggung jawab Bagian Penjualan adalah: a. Menerima pesanan pembelian dari konsumen

b. Memberikan informasi barang yang akan dijual kepada konsumen. c. Mencatat data konsumen yang akan membeli

d. Melakukan transaksi penjualan dengan konsumen.

e. Membantu manajer dalam menentukan titik impas penjualan dan keamanan volume penjualan perusahaan.

5. Bagian Pembelian

Tugas dan tanggung jawab Bagian Pembelian adalah: a. Memilih supplier yang sesuai.

b. Melakukan pemesanan barang

c. Melakukan transaksi pembelian dengan supplier. 6. Bagian Keuangan

Tugas dan tanggung jawab Bagian Keuangan adalah:

a. Membukukan dan mencatat semua pengeluaran dan pemasukan dana.

b. Bertanggung jawab atas pemasukan dan pengeluaran kas. c. Membuat bukti penerimaan kas dan pengeluaran kas. d. Mencatat biaya operasional perusahaan.

e. Menyusun laporan keuangan perusahaan. 7. Bagian Teknisi


(61)

a. Memberikan informasi kepada konsumen produk komputer yang dijual perusahaan.

b. Menginstall program-program yang diperlukan konsumen. c. Membantu konsumen dalam menangani masalah komputer. 8. Bagian Personalia

Tugas dan tanggung jawab Bagian Personalia adalah: a. Melakukan perekrutan dan seleksi calon karyawan b. Memberikan laporan hasil seleksi kepada Manajer. c. Mengurus administrasi karyawan

d. Mengkoordinasi dan melaksanakan penilaian prestasi karyawan e. Mengadakan pengembangan terhadap karyawan

f. Melakukan pemecatan karyawan. 9. Bagian Gudang

Tugas dan tanggung jawab Bagian Gudang adalah:

a. Melakukan pendataan persediaan barang (stok) di gudang. b. Mengeluarkan barang yang dibeli oleh konsumen

c. Memasukkan barang yang dibeli dari supplier.

d. Bertanggung jawab atas persediaan barang-barang di gudang. e. Membuat laporan persediaan barang.

10.Bagian Supir

Tugas dan tanggung jawab Bagian Supir adalah: a. Mengantar pesanan barang ke tempat konsumen. b. Membersihkan mobil.


(62)

c. Bertanggungjawab atas mobil yang digunakan.

2. Pengawasan Volume Penjualan pada Perusahaan

Adapun prosedur pengawasan volume penjualan pada perusahaan yaitu:

1. Bagian penjualan setiap bulan memberikan laporan penjualan komputer dari ketiga merek yang dijual perusahaan kepada manajer perusahaan. 2. Dari laporan penjualan tersebut, manajer akan membandingkan volume

penjualan saat ini dengan volume penjualan yang lalu untuk mengetahui peningkatan/penurunan volume penjualan.

3. Jika terjadi penurunan volume penjualan sehingga mempengaruhi perolehan laba, maka manajer akan memanggil bagian penjualan untuk mengetahui penyebab terjadinya penurunan volume penjualan dan bersama-sama mencari jalan keluar untuk mengatasi hal tersebut. 4. Akan tetapi, tindakan tersebut tidak terlalu bermanfaat untuk

melakukan pengawasan volume penjualan karena:

a. Manajer sulit mengetahui titik impas penjualan barang.

b. Manajer sulit mengetahui jika terjadi penurunan volume penjualan, berapa jumlah maksimal yang masih diperbolehkan turun sepanjang perusahaan tidak mengalami kerugian.

c. Manajer sulit meningkatkan peluang pencapaian target laba yang ditentukan karena untuk pencapaian target laba memerlukan pengawasan volume penjualan dalam mencapai target laba.


(63)

d. Manajer sulit untuk mengambil strategi atau tindakan dalam mewujudkan target laba yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:

1. Frekuensi permintaan oleh pelanggan untuk setiap barang berbeda.

2. Dalam pencapaian laba yang diinginkan, perlu diperhitungkan kemungkinan berubahnya salah satu variabel yang dapat mempengaruhi besar kecilnya pencapaian target laba. Perubahan variabel tersebut meliputi perubahan harga jual, perubahan biaya variabel dan perubahan biaya tetap.

3. Tidak dilakukannya suatu analisis penentuan volume penjualan dalam mencapai target laba dan dampaknya terhadap perubahan-perubahan variabel tersebut, dimana hal ini dapat dilakukan dengan analisis biaya volume laba.

B. Analisis Hasil Penelitian

Analisis hasil penelitian berisi analisis impas untuk mempermudah pengawasan volume penjualan dalam mencapai target laba dan keamanan volume penjualan.

Sebelum dilakukan analisis impas, diperlukan data penjualan perusahaan, biaya tetap dan biaya variabel.


(64)

Oleh karena pergerakan trend pasar dan transaksi perusahaan yang begitu cepat dan relatif berubah setiap tahunnya, maka diperlukan data yang update (terbaru) yang dapat mencerminkan keadaan dan transaksi perusahaan saat ini.

Untuk itu, penulis mengambil data penjualan perusahaan 3 bulan terakhir dari bulan Januari 2008 sampai dengan Maret 2008 sebagai acuan analisa data dan perbandingan volume penjualan. Adapun data penjualan perusahaan tersebut seperti pada Tabel 4.1. berikut:

Tabel 4.1. Data Penjualan Bulan Januari 2008-Maret 2008

Merek Jan 2008

(Unit)

Feb 2008 (Unit)

Mar 2008 (Unit)

Harga Jual Rp.

Acer Aspire PIV 80 82 75 4.125.000

Toshiba PIV 52 48 62 4.350.000

Compag PIV 31 27 32 4.050.000

Sumber : PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan

Untuk data biaya tetap yang merupakan biaya yang tetap dikeluarkan perusahaan dalam jumlah yang sama, maka diambil data biaya tetap bulan Maret 2008. Adapun rincian data biaya tetap perusahaan bulan Maret 2008 seperti pada Tabel 4.2. berikut:


(65)

Tabel 4.2. Data Biaya Tetap Bulan Maret 2008

Nama Biaya Tetap Jumlah (Rp.)

Beban Sewa Gedung 2.083.000

Beban Penyusutan Aktiva Tetap 1.250.000

Beban Operasional Perusahaan 4.500.000

Beban Gaji Karyawan 58.000.000

Total (Rp.) 65.833.000 Sumber : PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan

Biaya operasional perusahaan meliputi beban abodemen listrik, beban abodemen air, beban abodemen telepon, beban abodemen internet dan beban asuransi gedung.

Untuk data biaya variabel yang merupakan biaya yang frekuensi kemunculannya berubah-ubah dengan jumlah yang berbeda, maka diambil data bulan terakhir yaitu data biaya variabel bulan Maret 2008. Adapun rincian data biaya variabel perusahaan pada bulan Maret 2008 seperti pada Tabel 4.3. berikut:

Tabel 4.3. Data Biaya Variabel Perusahaan

Nama Biaya Variabel Jumlah (Rp.)

Beban Transportasi 250.000

Beban Listrik 7.230.000

Beban Air 1.125.000


(66)

Beban Faksimile 310.000

Beban Keamanan 250.000

Beban Pemeliharaan Gedung 125.000

Total (Rp.) 10.222.000 Sumber : PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan

1. Analisis Impas Merek Acer Aspire

A. Metode Persamaan

Adapun perolehan laba bersih pada bulan Maret 2008 untuk merek komputer Acer Aspire yaitu:

Penjualan 75 unit @ Rp. 4.125.000 Rp. 309.375.000

Biaya variabel 75 unit Rp. 136.293

Contribution Margin Rp. 309.238.707

Biaya Tetap

-

Rp. 65.833.000

Laba bersih Rp. 243.405.707

Impas adalah dimana laba = 0, maka dengan metode persamaan impas dapat dihitung sebagai berikut :

0 = 4.125.000 X – 1.817,3 X – 65.833.000 0 = 4.123.182,7 X – 65.833.000

4.123.182.7 X = 65.833.000 X = 16 unit


(67)

Biaya variabel untuk 75 unit sebesar Rp. 136.293 diperoleh dari total biaya variabel dibagi dengan jumlah unit yang terjual.

B. Metode Margin Kontribusi

Adapun titik impasnya dalam satuan unit dapat dihitung sebagai berikut: Titik Impas Biaya Tetap

(Contribution Margin/Unit Penjualan) Titik Impas 65.833.000

(309.238.707/75 unit) Titik Impas = 16 unit

Jika dihitung dalam satuan rupiah, maka diperoleh: Titik Impas = Titik Impas (Unit) x Harga Jual

= 16 unit x Rp. 4.125.000 = Rp. 66.000.000

Dengan demikian, volume penjualan minimal perusahaan yang harus dicapai perusahaan adalah sebesar 15 unit atau Rp. 66.000.000.

= =


(68)

Grafik CVP :

Gambar 4.1 : Grafik CVP (Merek Acer Aspire)

Merek Toshiba PIV

A. Metode Persamaan

Adapun perolehan laba bersih pada bulan Maret 2008 untuk merek komputer Toshiba PIV yaitu:

Penjualan 62 unit @ Rp. 4.350.000 Rp. 269.700.000

Biaya variabel 62 unit Rp. 164.871

Contribution Margin Rp. 269.535.129

Biaya Tetap

-

Rp. 65.833.000

Laba bersih Rp. 203.702.129

-

75 310

66


(69)

Impas adalah dimana laba = 0, maka dengan metode persamaan impas dapat dihitung sebagai berikut:

0 = 4.350.000 X – 2659.2 X – 65.833.000 0 = 4.347.340.7 X – 65.833.000

4.347.340.7 X = 65.833.000 X = 16 unit

Biaya variabel untuk 62 unit sebesar Rp. 164.871 diperoleh dari total biaya variabel dibagi dengan jumlah unit yang terjual.

B. Metode Margin Kontribusi

Adapun titik impasnya dalam satuan unit dapat dihitung sebagai berikut: Titik Impas Biaya Tetap

(Contribution Margin/Unit Penjualan) Titik Impas 65.833.000

(269.535.129/62 unit) Titik Impas = 16 unit

Jika dihitung dalam satuan rupiah, maka diperoleh: Titik Impas = Titik Impas (Unit) x Harga Jual

= 16 unit x Rp. 4.350.000 = Rp. 69.600.000

= =


(70)

Dengan demikian, volume penjualan minimal perusahaan yang harus dicapai perusahaan adalah sebesar 15 unit atau Rp. 69.000.000.

Grafik CVP :

Gambar 4.2 : Grafik CVP (Merek Toshiba)

Merek Compag PIV

A. Metode Persamaan

Adapun perolehan laba bersih pada bulan Maret 2008 untuk merek komputer Compag PIV yaitu:

Penjualan 32 unit @ Rp. 4.050.000 Rp. 129.600.000

Biaya variabel 32 unit Rp. 319.438

Contribution Margin Rp. 129.280.563

Biaya Tetap

-

Rp. 65.833.000

Laba bersih Rp. 63.447.563

-

62 269

69


(71)

Impas adalah dimana laba = 0, maka dengan metode persamaan impas dapat dihitung sebagai berikut :

0 = 4.050.000 X – 9982,4 X – 65.833.000 0 = 4.040.017,5 X – 65.833.000

4.040.017,5 X = 65.833.000 X = 16 unit

Biaya variabel untuk 32 unit sebesar Rp. 319.438 diperoleh dari total biaya variabel dibagi dengan jumlah unit yang terjual.

B. Metode Margin Kontribusi

Adapun titik impasnya dalam satuan unit dapat dihitung sebagai berikut: Titik Impas Biaya Tetap

(Contribution Margin/Unit Penjualan) Titik Impas 65.833.000

(129.280.563/32 unit) Titik Impas = 16 unit

Jika dihitung dalam satuan rupiah, maka diperoleh: Titik Impas = Titik Impas (Unit) x Harga Jual

= 16 unit x Rp. 4.050.000 = Rp. 65.955.666

Dengan demikian, volume penjualan minimal perusahaan yang harus dicapai perusahaan adalah sebesar 16 unit atau Rp. 65.955.666.

= =


(72)

Grafik CVP :

Gambar 4.3 : Grafik CVP (Merek Compag PIV)

2. Analisis Keamanan Penjualan

Untuk mengetahui keamanan volume penjualan komputer Acer Aspire dalam satuan unit dan rupiah, maka diperoleh dengan cara:

Margin of Safety (Unit) = Volume Penjualan – Volume Impas = 75 unit – 15 unit

= 60 unit

Margin of Safety (Rupiah) = Total Penjualan – Total Impas = Rp. 309.375.000 – Rp. 61.875.000 = Rp. 247.500.000

32 130

66


(73)

Dengan demikian, volume penjualan maksimal yang diperoleh turun adalah sebesar 60 unit atau Rp. 247.500.000.

Untuk mengetahui keamanan volume penjualan komputer Toshiba PIV dalam satuan unit dan rupiah, maka diperoleh dengan cara:

Margin of Safety (Unit) = Volume Penjualan – Volume Impas = 62 unit – 15 unit

= 47 unit

Margin of Safety (Rupiah) = Total Penjualan – Total Impas = Rp. 269.700.000 – Rp. 65.250.000 = Rp. 204.450.000

Dengan demikian, volume penjualan maksimal yang diperoleh turun adalah sebesar 47 unit atau Rp. 204.450.000.

Untuk mengetahui keamanan volume penjualan komputer Compag PIV dalam satuan unit dan rupiah, maka diperoleh dengan cara:

Margin of Safety (Unit) = Volume Penjualan – Volume Impas = 32 unit – 16 unit

= 16 unit

Margin of Safety (Rupiah) = Total Penjualan – Total Impas = Rp. 129.600.000 – Rp. 65.955.666 = Rp. 63.604.334

Dengan demikian, volume penjualan maksimal yang diperoleh turun adalah sebesar 16 unit atau Rp. 63.604.334.


(74)

3. Analisis Pencapaian Laba

Pada bulan Maret 2008, perolehan laba bersih perusahaan untuk komputer merek Acer Aspire adalah sebesar Rp. 243.405.707. Misalnya perusahaan merencanakan di bulan April 2008 diperoleh laba sebesar Rp. 300.000.000 untuk produk tersebut. Untuk itu, volume penjualan yang harus ditempuh perusahaan agar target laba tersebut tercapai adalah:

Penjualan Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit Penjualan Rp. 65.833.000+ Rp. 300.000.000

(Rp. 309.238.707/70 unit) Penjualan = 83 unit

Dengan demikian, perusahaan harus mengawasi volume penjualan agar volume penjualan yang diperoleh pada bulan April 2008 mencapai 83 unit.

Pada bulan Maret 2008, perolehan laba bersih perusahaan untuk komputer merek Toshiba PIV adalah sebesar Rp. 203.702.129. Misalnya perusahaan merencanakan di bulan April 2008 diperoleh laba sebesar Rp. 300.000.000 untuk produk tersebut. Untuk itu, volume penjualan yang harus ditempuh perusahaan agar target laba tersebut tercapai adalah:

Penjualan Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit Penjualan Rp. 65.833.000+ Rp. 300.000.000

(Rp. 269.535.129/62 unit) Penjualan = 84 unit

=

=

=


(75)

Dengan demikian, perusahaan harus mengawasi volume penjualan agar volume penjualan yang diperoleh pada bulan April 2008 mencapai 84 unit.

Pada bulan Maret 2008, perolehan laba bersih perusahaan untuk komputer merek Compag PIV adalah sebesar Rp. 63.447.563. Misalnya perusahaan merencanakan di bulan April 2008 diperoleh laba sebesar Rp. 300.000.000 untuk produk tersebut. Untuk itu, volume penjualan yang harus ditempuh perusahaan agar target laba tersebut tercapai adalah:

Penjualan Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit

Penjualan Rp. 65.833.000+ Rp. 300.000.000 (Rp. 129.280.563/32 unit)

Penjualan = 91 unit

Dengan demikian, perusahaan harus mengawasi volume penjualan agar volume penjualan yang diperoleh pada bulan April 2008 mencapai 91 unit.

=


(76)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan sulit melakukan pengawasan

volume penjualan karena permintaan barang oleh konsumen setiap

bulan berbeda-beda.

2. Titik impas (break even) penjualan komputer di bulan Maret 2008 rata-rata untuk tiap jenis komputer relatif sama melihat dari harga jual dan total biaya yang juga relatif sama.

3. Keamanan penjualan (margin of safety) penjualan komputer di bulan Maret 2008 untuk tiap jenis komputer unit yang dijual berbeda karena total unit yang dijual tidak sama jumlahnya dimana merek Acer unit margin of safety lebih besar karena volume penjualannya lebih banyak dibandingkan dengan merek yang lain.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan terhadap perusahan ini antara lain :


(77)

1. Perusahaan perlu melakukan analisis impas (break even) untuk mempermudah perusahaan dalam mengetahui titik impas, keamanan penjualan dan volume penjualan dalam mencapai target laba.

2. Perusahaan perlu melakukan pengawasan biaya tetap dan biaya variabel agar pengeluaran biaya ini dapat terarah dan sesuai kebutuhan.

3. Dalam penentuan target laba yang ingin dicapai, perusahaan perlu memperhatikan laba bersih yang diperoleh bulan sebelumnya dan kemampuan perusahaan dalam mencapai target laba tersebut.


(1)

Dengan demikian, volume penjualan maksimal yang diperoleh turun adalah sebesar 60 unit atau Rp. 247.500.000.

Untuk mengetahui keamanan volume penjualan komputer Toshiba PIV dalam satuan unit dan rupiah, maka diperoleh dengan cara:

Margin of Safety (Unit) = Volume Penjualan – Volume Impas = 62 unit – 15 unit

= 47 unit

Margin of Safety (Rupiah) = Total Penjualan – Total Impas = Rp. 269.700.000 – Rp. 65.250.000 = Rp. 204.450.000

Dengan demikian, volume penjualan maksimal yang diperoleh turun adalah sebesar 47 unit atau Rp. 204.450.000.

Untuk mengetahui keamanan volume penjualan komputer Compag PIV dalam satuan unit dan rupiah, maka diperoleh dengan cara:

Margin of Safety (Unit) = Volume Penjualan – Volume Impas = 32 unit – 16 unit

= 16 unit

Margin of Safety (Rupiah) = Total Penjualan – Total Impas = Rp. 129.600.000 – Rp. 65.955.666 = Rp. 63.604.334

Dengan demikian, volume penjualan maksimal yang diperoleh turun adalah sebesar 16 unit atau Rp. 63.604.334.


(2)

3. Analisis Pencapaian Laba

Pada bulan Maret 2008, perolehan laba bersih perusahaan untuk komputer merek Acer Aspire adalah sebesar Rp. 243.405.707. Misalnya perusahaan merencanakan di bulan April 2008 diperoleh laba sebesar Rp. 300.000.000 untuk produk tersebut. Untuk itu, volume penjualan yang harus ditempuh perusahaan agar target laba tersebut tercapai adalah:

Penjualan Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit Penjualan Rp. 65.833.000+ Rp. 300.000.000

(Rp. 309.238.707/70 unit) Penjualan = 83 unit

Dengan demikian, perusahaan harus mengawasi volume penjualan agar volume penjualan yang diperoleh pada bulan April 2008 mencapai 83 unit.

Pada bulan Maret 2008, perolehan laba bersih perusahaan untuk komputer merek Toshiba PIV adalah sebesar Rp. 203.702.129. Misalnya perusahaan merencanakan di bulan April 2008 diperoleh laba sebesar Rp. 300.000.000 untuk produk tersebut. Untuk itu, volume penjualan yang harus ditempuh perusahaan agar target laba tersebut tercapai adalah:

Penjualan Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit Penjualan Rp. 65.833.000+ Rp. 300.000.000

(Rp. 269.535.129/62 unit) Penjualan = 84 unit

=

=

=

=


(3)

Dengan demikian, perusahaan harus mengawasi volume penjualan agar volume penjualan yang diperoleh pada bulan April 2008 mencapai 84 unit.

Pada bulan Maret 2008, perolehan laba bersih perusahaan untuk komputer merek Compag PIV adalah sebesar Rp. 63.447.563. Misalnya perusahaan merencanakan di bulan April 2008 diperoleh laba sebesar Rp. 300.000.000 untuk produk tersebut. Untuk itu, volume penjualan yang harus ditempuh perusahaan agar target laba tersebut tercapai adalah:

Penjualan Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit

Penjualan Rp. 65.833.000+ Rp. 300.000.000 (Rp. 129.280.563/32 unit)

Penjualan = 91 unit

Dengan demikian, perusahaan harus mengawasi volume penjualan agar volume penjualan yang diperoleh pada bulan April 2008 mencapai 91 unit.

=


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan penelitian yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diberikan penulis adalah sebagai berikut:

1. PT. Bintang Timur Prima Lestari Medan sulit melakukan pengawasan volume penjualan karena permintaan barang oleh konsumen setiap bulan berbeda-beda.

2. Titik impas (break even) penjualan komputer di bulan Maret 2008 rata-rata untuk tiap jenis komputer relatif sama melihat dari harga jual dan total biaya yang juga relatif sama.

3. Keamanan penjualan (margin of safety) penjualan komputer di bulan Maret 2008 untuk tiap jenis komputer unit yang dijual berbeda karena total unit yang dijual tidak sama jumlahnya dimana merek Acer unit margin of safety lebih besar karena volume penjualannya lebih banyak dibandingkan dengan merek yang lain.

B. Saran

Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan terhadap perusahan ini antara lain :


(5)

1. Perusahaan perlu melakukan analisis impas (break even) untuk mempermudah perusahaan dalam mengetahui titik impas, keamanan penjualan dan volume penjualan dalam mencapai target laba.

2. Perusahaan perlu melakukan pengawasan biaya tetap dan biaya variabel agar pengeluaran biaya ini dapat terarah dan sesuai kebutuhan.

3. Dalam penentuan target laba yang ingin dicapai, perusahaan perlu memperhatikan laba bersih yang diperoleh bulan sebelumnya dan kemampuan perusahaan dalam mencapai target laba tersebut.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

B a r id w a n , Z a k i, 2 0 0 1 , S i s t e m A k u n t a n s i, E d is i- 5 , B P FE , Y o g ya k a r t a .

B lo c h e r , E d w a r d J . , C h e n, K u n g H d a n L i n, T ho ma s W, 2 0 0 6 , M a n a j e m e n B i a y a, P e n e r je ma h S u s t y A m b a r r ia n i, B u k u K e - 1 , P e n e r b it S a le mb a E mp a t , J a k a r t a .

Bodnar, George H dan Hopwood, William S, 2006, Sistem Informasi Akuntansi, Alih Bahasa Totok, Edisi-9, Andi, Yogyakarta.

Carter, William K dan Usry Milton F, 2004, Akuntansi Biaya, Penerjemah Krista, Edisi Ke-13, Buku Ke-1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta. Fakhruddin, Muhammad, 2001, Analisis Bisnis Terpadu, Edisi-1, Cetakan Ke-1, Elex

Media Komputindo, Jakarta.

Garrison, Ray H dan Noreen, Eric W, 2006, Akuntansi Manajerial, Penerjemah A.

Totok Budisantoso, Buku Ke-1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Halim, Abdul dan Supomo, Bambang, 2005, Akuntansi Manajemen, Cetakan Ke-15, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Hansen, Don R dan Mowen, Maryanne M, Management Accounting, 2005,

Penerjemah Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Buku Ke-2, Edisi Ke-7, Penerbit PT. Salemba Empat, Jakarta.

Maher, Michael W dan Deakin, Edward B 2001, Akuntansi Biaya, Penerjemah Dina Sulastri, Edisi Ke-4, Jilid Ke-1, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mulyadi, 200, Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi-3,

Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

S u g ir i, S la me t , 2 0 0 2 , A k u n t a n s i M a n a j e m e n , Penerbit U P P A m p Y P K N , Y o g ya k a r t a .

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi USU, 2004, Buku Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi, Dosen-Dosen Jurusan Akuntansi, Medan.