Barang-barang ini diserahkan ke bagian pengiriman untuk dibungkus dan dikirimkan ke pembeli.
4. Bagian pengiriman
Bagian pengiriman bertugas untuk mengirim barang-barang pada pembeli. Pengiriman ini hanya boleh dilakukan apabila ada surat
perintah pengiriman yang sah. Selain itu bagian pengiriman juga bertugas mengirimkan kembali barang-barang kepada penjual yang
keadaannya tidak sesuai dengan yang dipesan. Pengembalian barang ini dilakukan apabila ada debit memo untuk retur pembelian.
5. Bagian billing
Tugas bagian pembuatan faktur adalah: a.
Membuat menerbitkan faktur penjualan dan tembusan- tembusannya.
b. Menghitung biaya kirim penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai.
c. Memeriksa kebenaran penulisan dan perhitungan dalam faktur.
B. Pengertian Biaya
Menurut Maher dan Deakin dalam Sulastri, 2001:34, biaya diartikan sebagai “suatu sumber daya yang dikorbankan untuk mencapai
tujuan tertentu.” Biaya terjadi jika sumber daya digunakan untuk tujuan tertentu. Kadang –
kaddang biaya dikumpulkan ke dalam kelompok tertentu, yang disebut
Universitas Sumatera Utara
dengan cost pool. Selain itu, biaya juga merupakan nilai ekuivalen yang
dikorbanan untuk mendapatkan barang atau jasa. Menurut Carter dan Usry dalam Krista, 2004:30, objek biaya
didefinisikan sebagai “suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur”
Biaya dapat diklasifikasikan menjadi: 1.
Biaya dalam hubungannya dengan produk Yaitu:
a. Biaya manufaktur
Biaya manufaktur merupakan biaya pabrik yang terdiri dari 3 elemen biaya yaitu biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja
langsung dan biaya overhead pabrik. b.
Beban komersial Beban komersial terdiri dari 2 klasifikasi besar, yaitu beban
pemasaran dan beban administratif. Beban pemasaran mulai dari titik dimana biaya manufaktur berakhir, yatu ketika proses
manufaktur selesai dan produk ada dalam kondisi siap jual. Beban administratif termasuk beban yang terjadi dalam mengarahkan dan
mengendalikan organisasi. 2.
Biaya dalam hubungannya dengan volume produksipenjualan Yaitu:
a. Biaya variabel
Universitas Sumatera Utara
Jumlah total biaya variabel berubah secara proporsional terhadap perubahan aktivitas dalam rentang yang relevan.
b. Biaya tetap
Biaya tetap bersifat konstan secara total dalam rentang yang relevan.
c. Biaya semi variabel
Beberapa jenis biaya memiliki elemen biaya tetap dan biaya variabel. Jenis biaya ini disebut dengan biaya semi variabel.
3. Biaya dalam hubungannya dengan departemen produksi atau segmen
lain. Yaitu:
a. Departemen produksi dan departemen jasa
Pada departemen produksi, operasi manual dan operasi mesin seperti pembentukan dan perakitan dilakukan secara langsung pada
produk atau bagian-bagian dari produk. Pada departemen jasa, jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain.
b. Biaya bersama dan biaya gabungan
Biaya bersama dan biaya gabungan adalah jenis biaya tidak langsung. Biaya bersama biasanya ada di organisasi dengan banyak
departemen atau segmen. Biaya gabungan terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan satu atau beberapa produk tanpa
dapat dihindari. 4.
Biaya dalam hubungannya dengan periode akuntansi
Universitas Sumatera Utara
Biaya dapat diklasifikasikan sebagai pengeluaran modal atau sebagai pengeluaran pendapatan. Suatu pengeluaran modal ditujukan untuk
memberikan manfaat di masa depan dan dilaporkan sebagai aktiva. Pengeluaran pendapatan memberikan manfaat untuk periode sekarang
dan dilaporkan sebagai beban. 5.
Biaya dalam hubungannya dengan suatu keputusan, tindakan atau evaluasi.
Menurut Halim dan Supomo 2005:22, perubahan biaya total sebagai akibat dari perubahan volume kegiatan perusahaan yang memiliki
3 pola yaitu: 1.
Jumlahnya tetap, meskipun volume kegiatan berubah biaya tetap. 2.
Jumlahnya berubah secara proporsional dengan perubahan volume kegiatan biaya variabel.
3. Jumlahnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan
biaya semi variabel. Untuk keperluan perencanaan dan pengendalian biaya, manajemen
harus mengetahui pola perilaku masing-masing biaya. Penentuan pola perilaku biaya berkaitan dengan pemisahan biaya ke dalam unsur biaya
tetap dan biaya variabel. Dengan kata lain, biaya yang dipisahkan merupakan biaya yang semi variabel atau biaya yang semi tetap.
Untuk menggambarkan hubungan antara biaya total dengan volume kegiatan perusahaan, pada umumnya dinyatakan dengan fungsi biaya
sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel Total Biaya total merupakan gabungan antara biaya yang berpola tetap biaya
tetap dan berpola variabel biaya variabel. Umumnya untuk penyederhanaan dianggap pola tersebut berbentuk garis lurus atau linear.
Untuk hal tersebut, diperlukan beberapa asumsi yaitu: 1.
Hubungan teknis antara inputs dan ouputs bersifat linear, misalnya dalam satuan ouputs memerlukan jumlah inputs yang sama besarnya.
2. Jumlah inputs yang diperlukan harus sama dengan jumlah inputs yang
digunakan. 3.
Harga perolehan inputs bersifat linear dengan kuantitas inputs yang digunakan.
Asumsi tersebut hampir tanpa pengecualian dapat diterima oleh para akuntan dan manajer dalam menentukan pola tingkat laku biaya. Pada
kenyataannya, banyak hal yang membuat sesuatu biaya mutlak berperilaku tetap atau variabel. Misalnya biaya bahan baku tidak mutlak biaya
variabel, karena suatu pembelian bahan baku dalam kuantitas yang lebih banyak kemungkinan besar akan mempunyai harga yang lebih rendah
dibandingkan jika dibeli dalam jumlah yang lebih sedikit. Biaya variabel total jumlahnya dipengaruhi oleh besar kecilnya
volume kegiatan. Dengan perkataan lain, biaya variabel total merupakan
hasil perkalian antara biaya variabel per unit dengan volume kegiatan. Dengan demikian, fungsi biaya tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Biaya Total = Biaya Tetap Total + Biaya Variabel per Unit x Volume Kegiatan
Jika, Biaya Total dinyatakan dengan simbol Y
Volume Kegiatan dinyatakan dengan simbol X
Biaya Tetap Total dinyatakan dengan simbol a Biaya Variabel per Unit dinyatakan dengan simbol b
Maka fungsi biaya tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut: Y = a + b.X
Menurut Halim dan Supomo 2005:24, untuk menentukan pola perilaku sebagaimana dinyatakan dalam fungsi tersebut di atas, terdapat
berbagai metodependekatan. Secara umum, ada tiga pendekatan dalam menentukan pola perilaku biaya yaitu:
1. Pendekatan intuisi
Merupakan pendekatan yang didasarkan intuisi manajemen. Intuisi tersebut bisa didasari atas surat-surat keputusan, kontrak-kontrak kerja
dengan pihak lain dan sebagainya. Misalnya, manajemen menetapkan biaya penyusutan merupakan biaya tetap, biaya komisi merupakan
biaya variabel dan lain sebagainya. Pendekatan ini kurang ilmiah. 2.
Pendekatan analisis enjinering Merupakan pendekatan yang didasarkan pada hubungan fisik yang jelas
antara masukan dengan keluaran. Misalnya, sebuah perusahaan yang memproduksi mobil, maka sebuah mobil secara fisik dapat diketahui
Universitas Sumatera Utara
bahwa akan memerlukan sebuah mesin, 4 buah ban dan lain sebagainya. Dengan demikian harga ban merupakan harga yang
membentuk biaya variabel. Insinyur atau tenaga kerja yang terlibat langsung dengan pengolahan fisik ban mobil, biaya gaji atau upah
mereka merupakan biaya variabel. Bila tidak ada hubungan fisik secara langsung, maka akan termasuk ke dalam biaya tetap. Pendekatan ini
memang teliti, namun sering kali memerlukan waktu dan biaya yang relatif tinggi.
3. Pendekatan analisis data biaya masa lalu
Merupakan pendekatan yang didasarkan pada data biaya masa lalu. Pendekatan ini berasumsi bahwa biaya di masa yang akan datang sama
perilakunya dengan biaya di masa yang lalu. Data biaya masa lalu dianalisis untuk mengetahui perilaku masing-masing biaya.
Menurut Halim dan Supomo 2005:30, untuk memudahkan manajemen dalam perencanaan dan pengendalian, biaya tetap dan biaya
variabel dapat digolongkan sebagai berikut: 1.
Biaya tetap komitet Fixed Cost Commited Penggolongan biaya tetap menjadi biaya tetap komitet berdasarkan
pada mudah atau tidaknya biaya tetap dieliminasi atau dikurangi oleh manajemen. Biaya tetap komitet merupakan jenis biaya tetap yang
tidak mudah dieliminasi atau dikurangi oleh manajemen, karena umumnya biaya ini timbul dari pendirian perusahaan atau pemilikan
ekuipmen. Dengan perkataan lain, biaya tetap komitet terjadi sebagai
Universitas Sumatera Utara
akibat keputusan manajemen di masa yang akan datang. Biaya tetap komitet pada umumnya akan tetap timbul, meskipun perusahaan
menghentikan kegiatan usahanya. Contoh biaya tetap komitet adalah biaay depresiasi gedung pabrik dan ekuipmen, pajak bumi dan
bangunan, biaya sewa jangka panjang dan gaji direksi. 2.
Biaya tetap diskresionari Fixed Cost Descretionary Merupakan jenis biaya tetap yang dapat dieliminasi atau dikurangi oleh
manajemen, karena pada umumnya biaya ini timbul dari kebijakan manajemen dalam penyusunan anggaran. Biaya tetap diskresionari
yang terdapat dalam suatu tahun tertentu dapat dihapus atau dikurangi pada tahun berikutnya berdasarkan kebijakan manajemen. Contoh
biaya tetap diskresionari seperti biaya promosi, biaya riset dan pengembangan, biaya konsultan dan gaji pegawai honorer.
Menurut Halim dan Supomo 2005:31, biaya variabel dapat digolongkan menjadi biaya enjiner dan biaya variabel diskresionari yaitu:
1. Biaya variabel enjiner
Merupakan biaya yang mempunyai hubungan fisik dengan volume kegiatan perusahaan. Biaya ini bersifat variabel karena antara masukan
dan keluarannya mempunyai hubungan yang optimum. Sebagai contoh adalah biaya bahan baku. Sebagai masukan, bahan baku mempunyai
hubungan optimum dengan hasil produksi. 2.
Biaya variabel diskresionari
Universitas Sumatera Utara
Merupakan biaya yang bersifat variabel karena kebijakan manajemen. Biaya ini berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan,
karena manajemen menghendaki demikian. Sebagai contoh, biaya komisi penjualan yang ditentukan manajemen sebesar 5 dari hasil
penjualan. Biaya komisi penjualan jumlahnya akan berubah secara proporsional dengan perubahan hasil penjualan.
C. Analisis Impas Break Even Point Dalam Hubungannya dengan Pencapaian Laba dan Keamanan Volume Penjualan
Titik impas merupakan informasi yang berguna, sebagian besar perusahaan ingin memperoleh penghasilan operasi lebih besar dari nol.
Analisis CVP memberikan cara untuk menentukan berapa banyak unit yang harus dijual untuk memperoleh target laba tertentu. Baikpendekatan
penghasilan operasi dan margin kontribusi dapat dengan mudisesuaikan umencapai pendapatan yang ditargetkan.
Dengan mengggunakan konsep dasar yang telah diuraikan di atas, akuntan dapat menyediakan informasi yang berguna bagi manajemen
untuk perencanaan laba. Dengan analisis biaya volume laba, akuntan dapat menentukan tingkat penjualan yang seharusnya dianggarkan untuk
mencapai sejumlah laba tertentu. Aktiva perusahaan ditanam dalam sebuah proyek dengan tujuan
untuk memperoleh laba. Laba yang diharapkan dari investasi tersebut disebut dengan target laba. Analisis biaya volume laba dapat digunakan
Universitas Sumatera Utara
sebagai alat untuk menghitung jumlah unit produk yang seharusnya dijual agar perusahaan dapat memperoleh sejumlah target laba tertentu.
Dari contoh PT. XYZ di atas, misalnya perusahaan ini merencanakan laba bersih sebesar Rp. 10.000, maka penjualan yang harus
direncanakan agar sesuai dengan target ini adalah sebagai berikut: Penjualan
Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit
Sumber : Slamet Sugiri,2002:119
Penjualan 20.000 + 10.000
400 Penjualan
= 75 unit
Dengan demikian, PT. XYZ harus menjual sebanyak 75 unit untuk mencapai target laba sebesar Rp. 10.000.
Dalam pencapaian laba, perlu diperhitungkan kemungkinan berubahnya salah satu variabel yang dapat mempengaruhi besar kecilnya
target laba. Slamet Sugiri 2003:119 menyatakan “model yang digunakan
untuk mempelajari dampak perubahan variabel independen terhadap target laba sebagai variabel dependen adalah analisis sensitivitas“. Adapun
perubahan tersebut meliputi perubahan harga jual, perubahan biaya =
=
Universitas Sumatera Utara
variabel, perubahan biaya tetap dan perubahan lebih dari satu variabel secara serentak.
Dalam perubahan harga, keputusan yang selalu dihadapi oleh seorang manajer adalah kemungkinan untuk menaikan harga jual. Hal
utama yang harus dipertimbangkan adalah penolakan konsumen terhadap harga jual yang meningkat, yang akan mengakibatkan penurunan
permintaan produk. Untuk mempermudah pemahaman proyeksi laba dan determinannya dalam studi kasus, maka akan dibuat contoh.
Dari contoh PT. XYZ di atas, perusahaan menghendaki target laba sebesar Rp. 10.000 dan anggaplah kenaikan harga jual yang diinginkan
sebesar Rp. 100 per unit, maka berapa unit produk yang harus dijual untuk mencapai titik impas dan berapa unit produk yang harus dijual untuk
mencapai target laba tersebut? Hal ini dapat digunakan analisis biaya volume
laba dengan perhitungan sebagai berikut:
Keterangan Mula-Mula
Kenaikan Rp. 100
Harga Jualunit Rp. 1.000
Rp. 1.100 1.000+100
Biaya Variabelunit Rp. 600 - Rp. 600 -
CM per Unit Rp. 400
Rp. 500 Biaya Tetap Total Rp.20.000
Rp.20.000 Target Laba
Rp.10.000 Rp.10.000 Titik Impas
50 unit 40 unit
Target Penjualan untuk capai laba
75 unit 60 unit
Universitas Sumatera Utara
Sumber :Slamet Sugiri,2002:120 Titik impas mula-mula sebesar 50 unit diperoleh dari:
Titik Impas Biaya Tetap
CM per Unit Titik Impas
20.000 400
Titik Impas = 50 unit
Titik impas setelah kenaikan Rp. 100 sebesar 40 unit diperoleh dari: Titik Impas
Biaya Tetap CM per Unit
Titik Impas 20.000
500 Titik Impas =
40 unit Target penjualan untuk mencapai laba mula-mula sebesar 75 unit
diperoleh dari: Penjualan
Biaya Tetap + Target Laba Contribution Margin per Unit
Penjualan 20.000 + 10.000
400 Penjualan
= 75 unit
= =
=
=
= =
Universitas Sumatera Utara
Target penjualan untuk mencapai laba setelah kenaikan Rp. 100 sebesar 60 unit diperoleh dari:
Penjualan Biaya Tetap + Target Laba
Contribution Margin per Unit Penjualan
20.000 + 10.000 500
Penjualan = 60 unit
Kenaikan harga jual dari Rp. 1.000 menjadi Rp. 1.100 menurunkan titik impas dari 50 unit menjadi 40 unit. Volume penjualan mula-mula yang
harus dicapai untuk memperoleh laba bersih Rp. 10.000 sebesar 75 unit. Dengan kenaikan harga jual, maka volume tersebut turun menjadi 60 unit.
Jadi PT. XYZ dapat menaikan harga jual menjadi Rp. 1.100. Jika penjualan turun sebanyak 15 unit 75-60 sebagai akibat naiknya harga
jual, maka laba akan menjadi tepat sebesar Rp.10.000. Tentu saja jika penurunan permintaan kurang dari 15 unit, maka laba akan tercapai di atas
Rp. 10.000 Dalam perubahan biaya variabel, perusahaan tidak selalu dapat
menaikkan harga jual. Kemampuan pesaing dalam pasar dapat mencegah keputusan menaikkan harga jual tersebut. Jadi, untuk mempertahankan
atau menaikkan target laba, manajer harus mengurangi biaya, bukannya menaikkan harga jual. Biaya dapat dikurangi dengan menggunakan lebih
sedikit bahan-bahan yang mahal atau memodifikasi proses pembuatan =
=
Universitas Sumatera Utara
produk untuk mengurangi biaya tenaga kerja langsung. Dua kemungkinan ini dapat mengurangi biaya variabel per unit.
Untuk memberi gambaran bagaimana dampak pengurangan biaya variabel per unit terhadap volume penjualan dan laba, anggaplah bahwa
biaya variabel per unit sekarang turun sebesar Rp. 100. Berapa unit produk harus dijual untuk mencapai target laba Rp. 10.000?. Dengan
menggunakan analisa biaya volume laba, maka diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Keterangan Mula-Mula
Penurunan B.Variabel Rp. 100
Harga Jualunit Rp. 1.000
Rp. 1.000 Biaya Variabelunit Rp. 600 -
Rp. 500 - 600-100
CM per Unit Rp. 400
Rp. 500 Biaya Tetap Total Rp.20.000
Rp.20.000 Target Laba
Rp.10.000 Rp.10.000
Titik Impas 50 unit
40 unit
Target Penjualan untuk capai laba
75 unit 60 unit
Sumber :Slamet Sugiri,2002:121
Penurunan biaya variabel per unit mengurangi titik impas dari 50 unit menjadi 40 unit. Untuk mencapai target laba Rp. 10.000, PT. XYZ
membutuhkan penjualan hanya 60 unit sebagai akibat semakin rendahnya biaya variabel per unit.
Universitas Sumatera Utara
Dalam perubahan biaya tetap, biaya tetap dapat saja berubah dari tahun anggaran satu ke tahun anggaraan berikutnya. Sering kali
manajemen pertimbangkan kenaikan biaya tetap dengan mengharapkan kenaikan volume penjualan. Contoh kenaikan biaya tetap misalnya
kenaikan biaya iklan, kenaikan biaya pelatihan pramuniaga dan kenaikan biaya perjalanan para pramuniaga. Kenaikan biaya tetap akan mengubah
titik impas dan tingkat volume penjualan untuk mencapai target laba tertentu. Sebagai ilustrasinya, maka akan dibuat contoh dengan
menggunakan data PT. XYZ di atas. Anggaplah bahwa manajemen sedang mempertimbangkan kenaikan biaya tetap sebesar Rp. 4.000. Bagaimana
dampaknya terhadap titik impas dan volume penjualan dengan target laba Rp. 10.000?. Dengan menggunakan analisa biaya volume laba, maka
diperoleh perhitungan sebagai berikut:
Keterangan Mula-Mula
Kenaikan B. Tetap Rp.4.000
Harga Jualunit Rp. 1.000
Rp. 1.000 Biaya Variabelunit Rp. 600 -
Rp. 600 - CM per Unit
Rp. 400 Rp. 400
Biaya Tetap Total Rp.20.000 Rp.24.000 20.000+4.0000
Target Laba Rp.10.000
Rp.10.000 Titik Impas
50 unit 60 unit
Target Penjualan untuk capai laba
75 unit 85 unit
Sumber :Slamet Sugiri,2002:122
Universitas Sumatera Utara
Kenaikan biaya tetap 20 Rp.4.000 akan menaikkan titik impas 20 juga. Untuk mencapai target laba Rp.10.000, volume penjualan naik dari
75 unit menjadi 85 unit. Perubahan lebih dari satu variabel secara serentak terjadi pada
kegiatan operasional perusahaan. Untuk memberikan ilustrasi, maka digunakan contoh data PT. XYZ misalnya perusahaan mempertimbangkan
adanya kenaikan biaya tetap sebesar Rp. 4.000 dan kenaikan harga jual sebesar Rp. 100. Dengan menggunakan analisa biaya volume laba, dampak
perubahan dua variabel tersebut terhadap titik impas dan volume penjualan untuk mencapai target laba Rp. 10.000 adalah dengan perhitungan sebagai
berikut:
Keterangan Mula-Mula
Kenaikan B. Tetap Rp.4.000 dan harga Jual Rp. 100
Harga Jualunit Rp. 1.000
Rp. 1.100 1.000+100
Biaya Variabelunit Rp. 600 - Rp. 600 -
CM per Unit Rp. 400
Rp. 500 Biaya Tetap Total Rp.20.000
Rp.24.000 20.000+4.0000
Target Laba Rp.10.000
Rp.10.000 Titik Impas
50 unit 48 unit
Target Penjualan untuk capai laba
75 unit 68 unit
Sumber :Slamet Sugiri,2002:123
Universitas Sumatera Utara
Kenaikan harga jual Rp. 100 10 yang lebih kecil daripada kenaikan biaya tetap Rp. 4.000 20 menurunkan titik impas sebesar 2 unit 48
dan menurunkan volume penjualan untuk mencapai target laba Rp. 10.000 sebanyak 7 unit kira-kira 9,3.
Setelah mengetahui titik impas perusahaan, maka dapat ditentukan keamanan volume penjualannya margin of safety.
Menurut Mulyadi 2001:254, margin of safety merupakan ”suatu analisis yang memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan
yang boleh turun, agar perusahaan tidak mengalami kerugian.” Dengan demikian, margin of safety dapat memberikan petunjuk jumlah
maksimum penurunan volume penjualan yang tidak menyebabkan kerugian.
Jika analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume
penjualan minimum agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka jika angka impas ini dihubungkan dengan angka pendapatan
penjualan, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan tertentu yang boleh turun agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Selisih
antara volume penjualan dengan volume penjualan impas disebut dengan angka margin of safety.
Jika dikaitkan dengan contoh data PT. XYZ di atas, maka impas tercapai pada volume penjualan sebanyak 50 unit produk atau jika dihitung
dalam satuan rupiah, maka impas tercapai pada total penjualan sebesar Rp. 50.000 dimana diperoleh dengan cara unit impas dikalikan dengan harga
Universitas Sumatera Utara
jual barang tersebut. Jika misalnya volume penjualan perusahaan sebesar 80 unit, maka keamanan volume penjualan dalam satuan unit dan rupiah
dapat dihitung sebagai berikut: Margin of Safety
Unit = Volume Penjualan – Volume Impas
= 80 unit – 50 unit = 30 unit
Margin of Safety Rupiah = Total Penjualan – Total Impas
= Rp. 80.000 – Rp. 50.000 = Rp. 30.000
Sumber : Mulyadi,2001:254
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis, Tempat dan Waktu Penelitian