1. Tindakan
2. Konteks
3
.
Historis 4.
Kekuasaan 5.
Ideologi
1. Tindakan al-fi’lu atau Action
Menurut Eriyanto 2001: 8 prinsip pertama, wacana dipahami sebagai sebuah tindakan action. Dengan pemahaman semacam ini mengasosiasikan wacana sebagai
bentuk interaksi. Wacana bukan ditempatkan seperti dalam ruang tertutup dan internal.
Seseorang berbicara, menulis dan menggunakan bahasa tidak diartikan dia berbicara atau menulis untuk dirinya sendiri, melainkan untuk berinteraksi dan
berhubungan dengan orang lain. Menurut Eriyanto 2001: 8 ada beberapa konsekuensi bagaimana wacana harus dipandang. Pertama, wacana dipandang
sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyanggah, bereaksi, dan sebagainya. Seseorang berbicara atau menulis mempunyai
maksud tertentu, baik besar maupun kecil. Kedua, wacana dipahami sebagai sesuatu yang diekspresikan secara sadar, terkontrol, bukan sesuatu yang diluar kendali atau
diekspresikan di luar kesadaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II 1995: 1058 tindakan
adalah perbuatan; sesuatu yang dilakukan; sesuatu yang dilakukan untuk mengatasi sesuatu.
Contoh tindakan menolak dapat dilihat dalam novel imra`atu ‘inda nuqtati al-sifr ’Perempuan di Titik Nol’’ karya Nawal El- Sadawi.
Penggambaran Firdaus sebagai seorang pelacur yang dipenjara yang memiliki pendirian yang kuat terhadap tekanan orang-orang di penjara dapat dilihat dari
kutipan berikut :
Universitas Sumatera Utara
ja`a ahadduhum wa qala li: hunaka amalin fi al-afraju ‘anki law katabat al- tamasa ‘afwan ‘an jarimatuki lira`isi al-daulatin.
Qultu : la argabu fi afraju aw ‘afwa ‘an jarimati, lianna jarimati lam takun jarimatan
...’telah datang seorang dari mereka dan berkata padaku: ada harapan kamu dibebaskan jika kamu mengirim surat permohonan maaf tentang kejahatanmu
kepada presiden. Aku berkata: aku tidak mau dibebaskan dari penjara atau meminta maaf
tentang kejahatanku, karena kejahatanku bukanlah disebut kejahatan ’ Hal 147 bab III
Dari contoh tersebut dapat kita lihat bahwa tindakan yang dilakukan Firdaus adalah tindakan yang menunjukkan penolakan. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata
yang menyatakan menolak yaitu kata “aku tidak mau dibebaskan”. Firdaus menolak saran atau suruhan yang dikemukakan oleh sipir penjara untuk mengirim surat
permohonan maaf kepada presiden bahwa ia mengaku bersalah atas kejahatannya dan meminta pengampunan. Firdaus adalah seorang pelacur yang didakwa hukuman mati
karena membunuh seorang pria yang mencoba untuk mengancam membunuh dan memerasnya. Firdaus akhirnya dipenjara karena membunuh pria tersebut untuk
mempertahankan harga dirinya. Firdaus menganggap bahwa ia adalah seorang manusia yang mempunyai hak dan penghargaan yang sama terhadap orang lain
sekalipun ia pelacur.
2. Konteks