wa qala wa hua la yazalu yabtasimu: innahu maridan la yazalu ba’idan ‘ani al-mawti..wa hatta law kuntu qad talabtu lahu maw’idan kuntu sa`arfaduhu..
Qultu wa ana attahidahu: li`annahu min nahiyati..li`annaki la turidu `an tusa’idani.
Qala fi burudin: la..walakin liannahu min da`iratuki al-intikhabiyati wali`anni a’lamu annahu la yahmuki kamaridin walakin yahmuki kanakhibin
watarsilinahu `ila karasywatin tuqaddiminaha ilaihi wa ana la aqbala `an akuna rasywatun tawwaza’ainaha ‘ala al-nakhibina..summa inna fi da`iratuki
alfu maridin ‘ala al-‘aqili wa law bada`tu bi al-kasyfi ‘ala wahidin fayajibu `an aksyafa ‘ala al-jami’i wa ila haramuki min aswatihim wa saqattu fi al-
intikhabati. ...’Dia berkata masih dengan tersenyum “Sesungguhnya orang yang sakit itu
masih jauh dari kematian. Bahkan bila kamu sebelumnya telah meminta kesediaanku untuk mengobatinya, aku akan tetap menolaknya...”
Aku berkata dan aku bersikukuh, “Apa karena dia adalah pendukungku maka karena itu kamu tidak ingin membantuku?”
Dia menjawab dingin, “Tidak. Tetapi karena dia adalah pemilihmu dan kamu peduli padanya semata karena dia adalah pemilihmu, bukan
karena dia adalah orang sakit. Tetapi dia menderita seperti seorang pemilih yang diberikan sogokan padanya tetapi aku tidak menerima sogokan itu
Maka bila diantara pendukungmu terdapat seribu orang sakit, aku akan memulai mengungkapkan untuk satu orang maka aku wajib untuk
mengungkapkan untuk semua kecuali kamu mengharamkan suaramu dari mereka. Bila tidak, mereka akan menarik dukungannya dan mengalihkan
suaramu hingga kamu kalah dalam pemilihan.’ Bab VIII hal.181-182 Tindakan yang terdapat pada kutipan di atas adalah tindakan menyanggah
yang dilakukan Dokter Kamal pada Suad saat mereka sudah menjadi sepasang suami istri. Suad meminta suaminya untuk mengobati salah seorang pendukung
kampanyenya karena suaminya adalah seorang dokter. Namun, Dokter Kamal menolak dengan alasan bahwa Suad merekomendasikan pendukungnya untuk berobat
bukan semata-mata karena pendukungnya tersebut adalah orang sakit namun karena orang tersebut adalah pendukungnya. Bab VIII halaman 176 dan 181-182
d. Karakteristik tindakan membujuk yang dilakukan Suad pada Abdul Hamid,
suaminya, dapat dilihat pada kutipan berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
`ila `anna hadasa ba’da fatratin tawilatin `an qarartu `an `ad’u `ila baiti mudiri al-jami’ati wa majmu’ati min al-asatizati al-kubari..`inna kila minhum
syakhsiyatun ammaun laha waznuha wahtiramuha wa yatasyarafu ay makhluqin bi`anna yajlisa `ilaiha aw yad’uha `ila baitihi..walakinna ‘abdu
al-hamidi qala li bisarahatin: su’ada..lanatakallamu bisarahatin..ma zunubi `ana..innahum asdiqa`uki wa zumala`uki wa hum la asdiqa`i wa la zumala`i
bal inna al-da’watu hiya ma yusamma da’wata ‘amalu aw ‘asya`u ‘amalin..wa ana la a’malu ma’aki ..i’faini ya su’ada..istaqbilihim wahdaki wa
quli lahum inni safartu. .wa qalat sa`iratun: la yumkinu `an ad’uhum wahdi..innahu baitun wa laisa
funduqan..wa al-baitu yajibu `an yudima al-zaujatu wa al-zauju hatta yakunu baitan..
Qala fi barudi: Izan aqimi al-da’watu fi funduqin.. Wakadtu anfajara min al-gaizi: ‘abdu al-hamidi..inni a’lamu anni udayikuki..
wa iza kuntu la ta’mal ma’i fi’li al-aqlu sa’idni fi ‘amali..fi bina`i mustaqbali..
...’Dan ketika sudah berlalu beberapa lama, hingga aku mengundang ke rumahku Direktur Perguruan Tinggi dan beberapa dosen senior ke rumahku.
Sesungguhnya keduanya adalah para tokoh yang setiap orang merasa terhormat bisa duduk dan berbincang serta sangat berbahagia bila mereka
memenuhi undangan kerumah. Tetapi kejujuran Abdul Hamid membuatku
Universitas Sumatera Utara
terperangah, “Suad, bicaralah terus terang, apa sebenarnya dosaku? Sejujurnya mereka adalah teman-temanmu, relasimu. Mereka bukan teman-
temanku. Undangan ini untuk membangun kerja malam atau makan malam ini untuk sebuah jaringan kerja. Padahal aku tidak bekerja bersamamu. Maafkan
aku Suad, temui mereka dan katakan aku sedang pergi.” Aku berkata memberontak,”tidak mungkin aku mengundang mereka sendiri.
Ini rumah. Bukan hotel. Sebuah rumah harus ada suami dan istri yang menyatu sehingga layak disebut rumah...”
Dia berkata dengan dingin, “Kalau begitu adakan saja jamuan makan di hotel.....,”
Aku hampir meledak marah tapi kutahan, “Abdul Hamid, kamu memang mengekangku dan kau tidak bekerja bersamaku. Tetapi aku mohon,
bantulah aku sedikit dalam pekerjaanku. Bagi masa depanku...’ Bab III hal. 65-66
Tindakan yang dilakukan Suad pada contoh kutipan di atas adalah tindakan membujuk suaminya, Abdul Hamid untuk menyetujui diadakannya sebuah jamuan
makan malam di rumah mereka dengan mengundang para relasi dan teman Suad. Abdul Hamid pada awalnya menolak keinginan Suad karena ia tahu jamuan makan
malam tersebut bukanlah jamuan makan malam biasa, tapi jamuan makan malam untuk memperlebar jalan kesuksesan bagi karir politik Suad. Ia berpendapat seperti
itu karena orang-orang yang diundang adalah para dosen senior dan petinggi kampus. Tapi, dengan memohon dan memberi penjelasan kepada Abdul Hamid, akhirnya ia
setuju untuk mengadakan jamuan makan malam di rumah. Bab III halaman 65-66
e. Karakteristik tindakan bereaksi yang dilakukan Suad dapat dilihat pada kutipan