...dia berkata dengan marah: itulah yang mereka semua katakan. Aku bertanya padanya: dan mengapa kau marah pada hal tersebut? Apakah
kau berpikir Firdaus tidak bersalah dan tidak membunuhnya?
Dia menjawab dengan kemarahan: pembunuh atau bukan pembunuh, dia tidak bersalah, dan tidak perlu dihukum gantung. Mereka itulah orang-orangnya
yang harus dihukum gantung.
Aku bertanya padanya: mereka siapa? Ia melihatku dalam kecurigaan dan berkata: siapa anda? Apakah “mereka”
yang mengirim anda pada kami? halaman 5 bab I
Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa konteks yang terjadi adalah dialog yang dilakukan oleh Dokter Nawal sebagai tokoh utama dengan sipir penjara.
Sebagai seorang dokter, tentu dokter tersebut berdialog dan berbicara dengan santun dan hati-hati demi menjaga wibawanya dan profesionalitas dalam bekerja. Sedangkan
sipir penjara adalah sosok yang biasanya dikenal keras dan sangat berhati-hati dalam menyampaikan informasi pada orang-orang yang tidak berhubungan dengan aktifitas
di penjara. Sehingga pada contoh tersebut dapat dilihat bagaimana Dokter Nawal berbicara dalam konteks seorang dokter yang berwibawa, kritis dan profesional.
Sedangkan sipir penjara berbicara dengan nada yang cukup keras dan menunjukkan sikap antipati pada orang-orang di luar penjara.
3. Historis al-t
ārikhu atau History
Menurut Eriyanto 2001: 10-11 menempatkan wacana dalam konteks sosial tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti
tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Salah satu aspek penting untuk bisa mengerti teks adalah dengan menempatkan wacana itu dalam konteks historis tertentu.
Pemahaman tentang wacana teks hanya dapat diperoleh jika diketahui bagaimana situasi atau sejarah sosial, budaya, politik pada waktu teks tersebut
tercipta. Oleh sebab itu ketika menganalisis teks perlu ditinjau supaya pembaca dan masyarakat mengetahui dan mengerti mengapa suatu wacana tersebut dapat
berkembang sedemikian rupa serta mengapa bahasa yang dipergunakan seperti itu.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya, analisis wacana teks tentang selebaran mahasiswa yang menentang pemerintahan Soeharto.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi II 1995: 355 historis adalah berkenaan dengan sejarah; bertalian atau ada hubungannya dengan masa lampau;
bersejarah. Contoh kutipan yang menunjukkan historis dapat dilihat pada novel
imra`atu ‘inda nuqtati al-sifr ’Perempuan di Titik Nol’’ karya Nawal El- Sadawi adalah :
wa yuhaddisani ‘ammi tawalun al-tariqun ‘an hujratuhu fi al-quli’atin fi nihayatin syari’in Muhammadun ‘Aliyyun, wa al-azharun, wa al-‘atabata al-
khadra`i, wa al-tarami, wa al-nasi fi misra, wa yagni yasutu ‘azaba wa huwa yahtazu fawqa al-hamarata .
...dan paman menceritakan padaku panjang lebar tentang bilik tempat tinggalnya di ujung jalan Muhammad ‘Ali, dan Al-Azhar, dan benteng Ataba,
dan Trem, dan orang-orang Mesir. halaman 21 bab II Dari contoh diatas dapat dilihat bahwa karakteristik historis yang tampak
adalah penggambaran kota Kairo yang diceritakan oleh paman Firdaus padanya. Dalam contoh tersebut sang paman menceritakan bahwa ia tinggal di ujung jalan
Muhammad Ali, menceritakan tentang Al-Azhar, benteng Ataba, Trem dan tentang orang-orang Mesir. Pada kenyataannya tempat-tempat yang diceritakan oleh paman
Firdaus adalah tempat yang benar-benar terdapat di Mesir. Al-Azhar adalah sebuah universitas kenamaan di Mesir. Sedangkan benteng Ataba adalah sebuah benteng
bersejarah di Kairo.
4. Kekuasaan al-sul