3.2 Karakteristik Analisis Wacana Kritis dalam Novel wa
nasītu annī imra`ah “Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan”
3.2.1 Tindakan al-fi’lu atau Action
Untuk merepresentasikan karakteristik analisis wacana kritis dalam novel wa nasītu annī imra`ah “Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan,
maka karakteristik tindakan adalah metode pertama penganalisisan yang dipergunakan.
Hasil dari karakteristik tindakan terdapat sembilan yaitu pada Bab II halaman 30, pada Bab II halaman 38, pada Bab II halaman 39, pada Bab III halaman 45-46,
pada Bab III halaman 52-53, pada Bab IV halaman 65, pada Bab VII halaman 118, pada Bab VIII halaman 137, pada Bab X halaman 172.
Karakteristik tindakan yang terdapat dalam novel wa
nasītu annī imra`ah “Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan mempresentasikan wacana dalam tindakan menolak, menyanggah, mendebat, membujuk dan bereaksi.
a. Karakteristik tindakan menolak yang terdapat dalam novel
wa nasītu annī imra`ah “Aku Lupa Bahwa Aku Perempuan terdapat tiga contoh. Tindakan menolak dapat dilihat pada kutipan berikut ini :
Contoh : 1
Universitas Sumatera Utara
wa qultu fi israri: ana la arqasu. wa qala min khilali ibtisamatihi al-marhatu :a’lamuki.
Qultu: laisa haza waqtuhu. Qala : law aradtu al-haqiqatu fa`inni a’lamu annaki la tuslihina lilraqasi..al-
raqasu yatatallabu al-tahliqa ma’a al-nigami..`an natira kama tatiru al- ‘asafiru.. wa anti mulakin bila ajnahati, wa kullu ma uriduhu huwa `an alfu
zira’i hawlaki..wa haza haqqiyu. Wa dahiktu wa ana amuddu yadi wa ada’uha fi yadihi : yukfika al-lailati `an
taliffa asabi’aki hawla asabi’i
…’Aku berkata terus terang, “Aku tidak bisa berdansa.” Dia berkata sambil tersenyum jenaka, “Aku akan mengajarimu.”
Aku berkata,“Bukan saat ini.” Dia berkata, “Jika kau ingin tahu yang sebenarnya aku akan mengajarimu
meski selama ini kamu merasa tidak baik dalam berdansa. Berdansa itu menuntut gerakan bersama irama. Kamu akan merasa terbang sebagaimana
burung-burung. Kamu akan menjadi malaikat, mesti tanpa sayap. Aku ingin melingkarkan lenganku di pundakmu. Dan inilah yang sesungguhnya.”
Aku tertawa dan aku meletakkan tanganku di atas tangannya, “Cukuplah malam ini jariku berada di atas jarimu…’ Bab II hal. 35
Dalam kutipan di atas telah terjadi tindakan menolak yang dilakukan oleh
Suad kepada Abdul Hamid yang mengajaknya berdansa bersama. Suad menolak ajakan untuk berdansa bersama Abdul Hamid karena ia merasa sebagai seorang calon
pemimpin wanita, maka ia tidak pantas untuk berdansa dan menari di depan banyak orang bersama seorang lelaki yang bukan suaminya. Ia beranggapan bahwa apabila ia
mengiyakan ajakan Abdul Hamid untuk berdansa, maka martabatnya sebagai calon pemimpin wanita yang ia cita-citakan sejak kecil akan hancur. Sedangkan Abdul
Hamid tidak mengerti akan hal itu. Baginya berdansa bersama calon istrinya merupakan sebuah hal yang lumrah dan sudah biasa. Bab II halaman 35-36
Contoh 2:
Universitas Sumatera Utara
mā dumtu sa`a’tażiru fa’tażiri anti’ aiḍan. Qultu :
walakinni lā uridu al-i’tiżāra ...’Selama aku berhalangan, maka kamu juga berhalangan’
Aku berkata, ‘tapi kali ini aku tidak ingin berhalangan.’ hal.229 bab X
Contoh ini menunjukkan bahwa tindakan yang dilakukan Suad adalah tindakan menolak atau menyanggah. Suad dalam contoh ini menolak untuk menuruti
perkataan suaminya yaitu Dokter Kamal yang menyarankan bahwa ia harus tetap tingga l di rumah dan tidak menghadiri sebuah perjamuan jikalau suaminya tidak
datang. Tindakan Suad menolak perintah Dokter Kamal bisa jadi karena Suad adalah seorang wanita karir yang mandiri yang sejak di bangku sekolah menengah dan
kuliah ia telah memulai karirnya sebagai aktivis organisasi dan bintang kelas sehingga setelah ia dewasa dan menikah karirnya makin melesat di pentas politik.
Selain itu kegagalan rumah tangganya yang pertama juga semakin membentuk jiwanya menjadi sosok yang lebih mandiri dan tegas yang dapat melakukan apapun
tanpa bantuan orang lain sehingga ia merasa bahwa semua keputusan tentang hidupnya hanya ia yang boleh memutuskan. Bab X hal 228-230
Contoh 3 :
qala fi jidyatin: laisa `ila haza al-hadi walakinni uriduki `an tada’a nafsaki fi halatin rahatin kamilatin ba’idan ‘an majali ‘amaliki..`an ta’isyi ayyaman fi
Universitas Sumatera Utara
makani hadi`in..’asyarata ayyamin ‘ala al-`aqal tagyirina fiha kullu barnamijuki al-yaumi hatta na’u qara`atuki fala taqara`i ma yakhasu
‘amaliki bal iqra`i maudu’atu la tartabitu bi’amaliki, wa la tattasili bizumala`iki fi al-‘amali ittasili bi`asdiqa`i la tarbitukibihim mas`uliyatu
musytarikatu. Qultu: inni lam asy’ar yauman bihajati `ila ijaratin..lam ata’awadun ‘ala al-
ijazati..innaha tusibuni bi al-malali. ...’Kamal berkata dengan serius, “aku tidak bermaksud demikian tetapi aku
ingin agar kamu menciptakan suasana santai dari pekerjaanmu. Cobalah beberapa hari berada pada tempat yang tenang. Setidaknya sepuluh hari
dimana semua perubahan-perubahan harian anda. Bacalah hanya bacaan yang tidak berhubungan dengan pekerjaanmu. Sementara, selama sepuluh hari itu,
tutuplah dirimu dari orang-orang yang mengingatkanmu kepada pekerjaan dan berhubunganlah dengan siapapun yang membuatmu melupakan pekerjaan.”
Aku berkata, “Aku tidak terbiasa mengambil cuti. Aku tidak terbiasa meninggalkan pekerjaan, membuatku bosan.” Bab VII hal. 156-157
Tindakan yang terdapat pada contoh kutipan di atas adalah tindakan
membantah yang dilakukan oleh Suad pada Doktor Kamal yaitu seorang dokter langganannya. Suad sering memeriksakan kesehatannya pada dokter tersebut karena
ia merasa bahwa pencernaannya sering bermasalah dan ia merasa tidak sehat. Tetapi dokter Kamal mengatakan bahwa ia sebenarnya sehat-sehat saja dan tidak menderita
sakit apapun. Dokter Kamal malah menyuruhnya untuk mengambil cuti dari pekerjaannya dan beristirahat sejenak dari rutinitasnya yang sangat padat. Karena
menurut Dokter Kamal rasa sakit yang dialami Suad disebabkan oleh rutinitasnya yang terlalu padat hingga menyebabkan ia sering merasa penat dan kelelahan. Namun
dengan logika seorang wanita karir, Suad menolak anjuran Dokter Kamal karena ia merasa ia tidak membutuhkan cuti. Apabila ia cuti maka pekerjaannya bisa
terbengkalai. Bab VII halaman 155-157
b. Karakteristik tindakan mendebat yang dilakukan Ibu pada Suad dapat dilihat