BAB 4
ANALISIS DATA DAN PENGUJIAN
4.1 Data Pengujian Kualitas Suara Pada Protokol SIP
Data-data yang diperoleh dari hasil pengujian kualitas suara pada jaringan VoIP ini terbagi menjadi dua yaitu data-data hasil pengujian kualitas suara percakapan antara 2
client lokal lokal dan data-data hasil pengujian kualitas percakapan antara client lokal dan client VoIP Rakyat interlokal. Setiap pengujian tersebut menggunakan
beberapa codec antara lain, codec G.729, G.711 µ-law, GSM, dan iLBC. Selain itu, pengujian ini dilakukan sebanyak 10 kali percobaan untuk mendapatkan hasil yang
lebih akurat. Untuk codec G.711 µ-law, GSM, dan iLBC softphone yang digunakan adalah X-lite sedangkan untuk codec G.729 menggunakan softphone Siplite.
4.1.1 Perbandingan codec terhadap waktu tunda delay
a. Jaringan Lokal
Pengujian pertama ini dilakukan pada jaringan lokal, pengujian dilakukan dengan cara salah satu clientextensions melakukan panggilan kepada clientextensions
lainnya kemudian dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan codec G.729, G.711 µ-law, GSM, dan iLBC. Tabel 4.1
menunjukkan hasil pengukuran tersebut.
Berdasarkan tabel 4.1 dan gambar 4.1 dapat terlihat delay yang dihasilkan pada jaringan lokal sangatlah kecil yaitu 0-8 mengingat nilai minimum untuk
delay masih dapat diterima adalah 150 ms. Delay yang terjadi tidak akan
Universitas Sumatera Utara
mengganggu kualitas suara percakapan. Hal ini dikarenakan tidak adanya trafik lain pada jaringan tersebut.
Tabel 4.1 Hasil pengukuran delay dan MOS pada jaringan lokal
Delay ms
G729 Delay
ms G711 µ-
law Delay
ms ilbc
Delay ms
Gsm MOS
G729 MOS
G711 µ-law
MOS gsm
MOS ilbc
2 1
1 7
4.3 4.4
3.7 4
1 1
7 4.2
4.4 3.6
4.1 1
2 7
4.4 4.4
3.7 4
1 2
1 7
4.4 4.2
3.9 4.1
3 1
7 4.5
4.2 3.8
4.1 1
7 4.6
4.5 3.9
4.1 4
1 7
4.5 4
3.6 4.1
1 2
7 4.5
4.4 3.8
4.1 1
2 2
7 4.4
4.2 3.6
4.1 1
1 7
4.5 4.5
3.9 4.1
0.5 1.5
1.3 7
Gambar 4.1 Grafik Hasil Pengukuran Delay pada jaringan lokal
b. Jaringan Interlokal
Pengujian ini dilakukan pada jaringan interlokal, pengujian dilakukan dengan cara salah satu clientextensions melakukan panggilan kepada clientextensions VoIP
Universitas Sumatera Utara
Rakyat kemudian dilakukan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan codec G.729, G.711 µ-law, GSM, dan iLBC. Tabel 4.2
menunjukkan hasil pengukuran tersebut.
Tabel 4.2 Hasil pengukuran delay dan MOS pada jaringan interlokal
Delay ms
G.729 Delay
ms G.711
µ-law Delay
ms gsm
Delay ms
Ilbc MOS
G729 MOS
G711 µ-law
MOS gsm
MOS ilbc
41 1
41 1
2.4 3.8
2.3 3.2
2 8
1 2
3.8 3.7
2.9 3.2
1 6
5 1
3.9 3.6
2.9 3.2
26 5
1 43
2.6 3.7
3 2.4
3 1
9 26
3.8 3.8
2.8 2.6
35 5
1 2.5
4 2.9
3.3 5
5 75
73 3.7
3.8 1.9
2 2
1 147
3.8 4
1.5 3.5
62 32
6 3.9
2.3 2.3
3.4 8
5 5
1 3.5
3.7 2.9
3.5 12.3
9.4 32.1
15.4
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pengukuran Delay pada jaringan interlokal
Universitas Sumatera Utara
Dibandingkan dengan jaringan lokal, pada jaringan interlokal kualias suara yang dihasilkan semakin buruk. Hal ini disebabkan oleh delay serialisasi yang
semakin besar akibat menurunnya kapasitas jaringan karena delay serialisasi berbanding terbalik dengan kapasitas jaringan. Semakin kecil kapasitas jaringan maka
semakin besar delay dan begitu juga sebaliknya semakin besar kapasitas maka delay serialisasi yang terjadi akan semakin kecil. Dengan semakin besarnya delay serialisasi
akan mempengaruhi nilai total delay yang menjadi semakin besar. Selain itu, delay serialisasi akan menaikkan nilai variabel I
d
pada E-Model dan otomatis semakin besar delay serialisasi maka akan mengakibatkan turunnya nilai Faktor R dan menurunkan
nilai MOS sehingga dapat dikatakan kualitas suara akan semakin buruk. Disamping itu, skema kompresi pada setiap codec ikut mempengaruhi kualitas suara yang
ditransmisikan. Codec dengan skema kompresi yang besar akan membutuhkan sumber daya pemrosesan yang lebih besar di sisi terminal pengirim dan penerima. Sebagai
contoh, codec iLBC dengan skema kompresi 50 byte30ms akan menghabiskan daya pemrosesan yang lebih besar dari codec G.711 µ-law 160byte20ms. Hal ini tentu saja
akan menambah delay paketisasi tetapi disisi lain akan menghemat kapasitas jaringan.
Dari table 4.2 dapat dilihat pada bahwa codec G.711 µ-law memiliki kualitas yang paling baik dari semua codec yang ada karena menghasilkan delay yang paling
kecil. Pada codec G.729 dengan delay sebesar 41ms nilai MOS telah berada di bawah nilai minimum yang diizinkan yaitu 2.6 dan pada delay sebesar 26 nilai MOS telah
mencapai ambang batas. Oleh karena itu, untuk jaringan ini dengan codec G.729 delay yang disarankan adalah 26ms.
Pada codec G.711 µ-law delay yang terjadi sangat kecil kecuali pada percobaan ke-9 delay telah naik sangat signifikan menjadi 62ms yang membuat nilai
MOS menurun secara signifikan. Oleh karena itu, untuk jaringan ini dengan codec G.711 µ-law perkiraan delay yang disarankan adalah 50ms.
Pada codec GSM dapat dilihat pada table 4.2 memiliki kualitas paling buruk di antara semua codec. Pada delay sebesar 32 ms, 47 ms, 75 ms, dan 147 ms nilai MOS
yang berada di bawah nilai minimum. Untuk delay sebesar 1 ms, 5 ms, dan 9 ms nilai
Universitas Sumatera Utara
MOS berada sedikit di atas ambang batas nilai minimum. Namun untuk menjaga kualitas suara nilai delay yang disarankan untuk codec GSM ini adalah
≤ 9 ms.
Pada table 4.2 dapat dilihat bahwa codec iLBC memiliki kualitas yang cukup bagus dibandingkan dengan GSM. Pada delay sebesar 26 ms nilai MOS telah
mencapai ambang batas minimum MOS namun untuk menjaga kualitas suara sebaiknya delay yang disarankan 26 ms.
4.1.2 Perbandingan codec terhadap variasi waktu tunda jitter
a. Jaringan Lokal Tabel 4.3 Hasil pengukuran jitter terhadap MOS pada jaringan lokal